Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
DI

OLEH :

AZHARY GENESSTA MAUSYERUTH

SMA NEGERI 2 KOTA TERNATE


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yg telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penugasan makalah : UNSUR-UNSUR DALAM CERITA
HIKAYAT ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yg di berikan
kepada saya pada mata pelajaran BAHASA INDONESIA. Selain itu, Makalah ini bertujuan
untuk menanbah wawasan & pengetahuan kepada pembaca atau penulis.
Saya berterimah kasih kepada Bapak/Ibu selaku guru pada mata pelajaran ini yg telah
memberikan tugas ini sehingga saya sebagai penulis dapat menanmbah wawasan &
pengetahuan juga.
Saya menyadari, Makalah yg saya buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu,
kritik & saran akan membantu saya untuk membangun makalah ini jauh lebih baik.

TERNATE, 20 FEBRUARI 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR : .....................................................................................

DAFTAR ISI : .....................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................

C. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

 UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM CERITA HIKAYAT

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................................

B. SARAN .....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum hikayat merupakan salah satu bentuk prosa, Prosa merupakan
suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dipunyai itu
lebih besar, dan pada bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya.

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama pada Bahasa Melayu yang
berisikan mengenai suatu kisah, cerita, dan juga dongeng. Umumnya mengisahkan
mengenai kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan,
kesaktian dan juga mukjizat dari tokoh utama. Sebuah hikayat itu dibacakan sebagai
hiburan, pelipur lara atau pun juga untuk membangkitkan semangat juang.

Pengertian hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang memiliki bentuk
prosa yang didalamnya mengisahkan mengenai kehidupan dari keluarga istana, kaum
bangsawan atau pun juga orang-orang ternama dengan segala kegagahan, kehebatan,
kesaktian ataupun juga kepahlawanannya. Selain dari itu, dalam hikayat tersebut juga
diceritakan mengenai kekuatan, mukjizat dan semua tentang keanehannya.

Hikayat tersebut berasal dari bahasa Arab, yakni “haka” yang memiliki arti “bercerita
atau menceritakan”. Terkadang, hikayat tersebut mirip dengan cerita sebuah sejarah
yang isinya itu banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal serta dipenuhi dengan
keajaiban.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa saja unsur-unsur yg terdapat dalam cerita hikayat?

2) Tentukan unsur-unsur hikayat dalam Hikayat Sri Rama ?

3) Apa itu tujuan dari Cerita hikayat ?


C. TUJUAN PENULISAN

1) Memahami apa saja unsur-unsur dalam cerita hikayat.

2) Mengetahui unsur-unsur hikayat dalam Hikayat Sri Rama.

3) Mengetahui tujuan dari Cerita Hikayat.


BAB II

PEMABAHASAN

 UNSUR-UNSUR DALAM DALAM CERITA HIKAYAT

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya.Dua unsur yang dimaksud
ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik.Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah
karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema,
tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan.
Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya
menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

A. UNSUR INTRINSIK

Secara intrinsik, unsur-unsur hikayat terdiri atas:

1. Tema atau Ide,

adalah inti atau tema dasar dari sebuah cerita hikayat. Ide atau tema hikayat
biasanya didapat dari kisah-kisah aktual yang terjadi di masa itu atau juga bisa
bersumber dari berbagai kitab keagamaan dan sumber-sumber lainnya. Setelah
tema ditentukan, pengarang bisa mengembangkan tema atau ide tersebut melalui
penokohan, alur, gaya bahasa, serta unsur-unusr intrinsik lainnya.

2. Sudut Pandang,

adalah posisi atau cara pandang pengarang di dalam hikayat tersebut. Pengarang
bisa mengambil sudut pandang pertama (sudut pandang tokoh utama), atau sudut
pandang orang ketiga (berperan sebagai pencerita atau pengamat dalam hikayat
yang dibuat).

3. Penokohan,

merupakan unsur hikayat yang berisi tokoh-tokoh apa saja yang terlibat di
dalamnya. Tokoh-tokoh dalam cerita hikayat bisa berupa tokoh protagonis (tokoh
utama atau tokoh yang dianggap baik dalam hikayat), tokoh antagonis (tokoh yang
dianggap berseberangan dengan tokoh protagonis), dan tokoh-tokoh lainnya.
Sebuah tokoh bisa diceritakan oleh pengarang secara dettil, baik itu ciri-ciri
fisiknya, maupun perangai dan pola pikirnya.

4. Latar,

merupakan unsur cerita yang berisi tempat, waktu, dan suasana yang terkandung
di dalam hikayat. Latar bisa diambil dari kenyataan sehari-hari maupun hasil
rekaan si pengarang.

5. Alur Cerita (Plot),

merupakan jalan cerita yang hendak dibangun oleh sebuah hikayat. Biasanya, alur
atau plot ini terdiri atas pengenalan awal cerita, pengenalan peristiwa, konflik,
puncak konflik, dan penyelesaian konflik. Dalam hikayat, semua unsur alur
tersebut harus ada dan penempatannya harus runtut, mulai dari pengenalan hingga
penyelesaian masalah.

6. Gaya,

adalah cara pengarang menyampaikan sebuah hikayat. Agar penyampaiannya


menarik, seorang pengarang biasanya menggunakan berbagai macam-macam
majas, seperti macam-macam majas perbandingan, macam-macam majas
sindiran, macam-macam majas penegasan, atau macam-macam majas
pertentangan.

7. Amanat,

adalah pesan atau ajaran moral yang hendak disampaikan oleh seorang pengarang.
Amanat ini biasanya tidak disampaikan secara lugas, melaikan secara tersirat
dibalik hikayat yang disampaikan. Oleh karena itu, pembaca mesti membaca
hikayat hingga tuntas agar amanat dibalik hikayat dapat ditemukan dan dipelajari
oleh pembaca.

B. UNSUR EKSTRINSIK

Secara ekstrinsik, unsur-unsur hikayat terdiri atas 2 macam, yaitu:


8. Latar Belakang Cerita,

adalah unsur yang menyatakan sebab dikarangnya sebuah hikayat. Untuk


mengetahui unsur ini, pembaca mesti menganalisis unsur-unsur intrinsik yang
terdapat dalam hikayat, mencari tahu biografi atau riwayat hidup pengarang, serta
mengetahui di tahun berapakah hikayat itu dibuat. Dengan begitu, pembaca bisa
tahu latar belakang atau sebab hikayat itu dibuat.

9. Nilai-Nilai Kehidupan,

terdiri dari nilai moral, agama, budaya dan sebagainya yang mempengaruhi
terbentuknya sebuah hikayat. Unsur ini bisa diketahui dari nilai-nilai apa saja yang
dianut oleh seorang pengarang atau nilai-nilai dan kebudayaan apa saja yang saat
itu dominan di masyarakat.

CONTOH HIKAYAT BESERTA UNSUR-UNSURNYA

HIKAYAT SRI RAMA

Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan
menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.

Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor
burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan
tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri
Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun
bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri
Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga
tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.

Malam tlah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor
bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau
mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana.
Sri Rama merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu. Sebagai balas
budi, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi
lebih panjang sesuai dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau
terlalu panjang maka dapat dijerat orang.
Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama
kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau
yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan
Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu
sebuah cincin.

Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk
mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatunya anak panah agar
dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu, Laksamana
membawanya pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk. Sri
Rama meminta Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air dimana Laksamana
memperolehnya. Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama
mengatakan bahwa dulu pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu. Kemudian,
Sri Rama dan Laksamana memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu.

Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat
sayapnya dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu
seperti itu. Jentayu menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan
Maharaja Rawana. Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang
dilontarkan Sita Dewi saat Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana.
Kemudian, cincin itu diambil oleh Sri Rama. Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu
memang benar cincin istrinya, Sita Dewi.

Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri,
Sri Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara
Wanam. Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang
bertapa. Jentayu tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah
Jentayu selesai berpesan, ia pun mati.

Sri Rama menyuruh Laksamana mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan
memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu
ia kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat
menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama. Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana
untuk menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tanagn Sri Rama. Lalu
diletakkannya bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan di bakar oleh Laksamana. Beberapa
lama kemudian, api itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya
tidak terluka bakar sedikitpun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan
tempat itu.
UNSUR INTRINSIK HIKAYAT SRI RAMA

Tema: Kesetiaan dan pengorbanan

 Bukti: Para patik Sri Rama berani berkorban nyawa demi membantu Sri Rama yang
sedang kesulitan mencari Sita Dewi. Mereka bakti akan perintah Sri Rama dengan
menunujukkan kesetiaan mereka pada Sri Rama.

Alur: Maju

 Bukti: Sri Rama mencari Sita Dewi yang dibawa lari oleh Maharaja Rawana. Dia
berhasil menemukan petunjuk tentang keberadaan Sita Dewi saat bertemu dengan
Jentayu. Namun, Jentayu mati setelah menceritakan tentang pertarungannya melawan
Maharaja rawana. Mayat Jentayu dibakar di atas tangan Sri Rama.

Penokohan: Diceritakan secara dramatik (tidak langsung).

Tokoh:

1. Tokoh utama: Sri Rama

2. Tokoh tambahan: Laksamana, Sita Dewi, Maharaja Rawana, Jentayu,


Dasampani, burung jantan, dan bangau.

Setting/latar cerita

 Latar waktu: Malam berganti siang hari

Bukti: Pada paragraf kedua kalimat pertama pada hikayat.

 Latar tempat: Di hutan rimba belantara

Bukti: Pada paragraf pertama kalimat kedua.


1. Latar suasana: Bahagia, Mengharukan

Bukti: Sri Rama terharu melihat kesetiaan Jentayu atas pengabdiannya menolong Sita Dewi.

Sudut pandang: Menggunakan orang ketiga sebagai pelaku utama.

Amanat: Hargailah pengorbanan seseorang yang telah rela mati demi menbantu kita.

TUJUAN CERITA HIKAYAT

Tujuan untuk mengetahui unsur-unsur hikayat ialah bertujuan untuk mengetahui bahwa kita
telah mengerti tentang hikayat tersebut yang kita telah baca dikarenakan kita telah dapat
mengisi dari unsur-unsur hikayat tersebut dan unsur-unsur hikayat dapat pula dijadikan
sebagai pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cerita hikayat memiliki banyak manfaat, tujuan, karakteristik, dan lain sebagainya. Cerita
hikayat dapat membuat kita terinspirasi, hal tersebut dapat berdampak baik pada
kehidupan kita. Setiap cerita hikayat pasti memiliki amanat yang berbeda – beda. Cerita
hikayat juga lebih menarik daripada novel, komik, dan sejenisnya. Karena cerita hikayat
diambil dari kisah nyata atau kehidupan sehari – hari dan memiliki nilai moral , nilai
kebudayaan yang sangat kental. Maka kita sebagai anak muda jaman sekarang , kita harus
bisa melestarikan atau mengembangkan cerita hikayat yang lambat laun pasti akan hilang,
padahal cerita hikayat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

B. SARAN

Demikian penyusunan makalah yang kami buat dengan tujuan memberikan informasi
terhadap para pembaca makalah ini tentang Hikayat. Harapannya, para pembaca dapat
termotivasi untuk gemar membaca hikayat dan cerpen karena lebih memiliki banyak
kelebihan dan juga sebagai upaya pelestarian cerita rakyat yang kenyataannya hampir
tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai