Dokter
Dokter
Share on linkedin Share on facebook Share on twitter Share on email More Sharing Services 23
Berita Terkait
Perjalanan menuju tempat pertemuan di daerah Slipi penuh pembicaraan agama yang antusias.
Saya bersyukur kepada Allah Swt atas pertemuan yang sarat berkah ini. Hingga dalam babak-
babak awal perjalanan, meluncurlah sebuah kalimat tanya dari mulut ini, “Ibu Loli sudah berapa
anaknya?” Saya menganggap hal ini wajar ditanyakan sebagai pembuka bicara.
“Alhamdulillah Allah belum kasih… tapi saya senang kok! Mungkin Allah belum kasih saya
anak supaya saya bisa mencintaiNya selalu” beliau menambahkan.
Saya mengira jawaban yang ibu Loli lontarkan adalah jawaban orang sedih untuk membesarkan
hati. Namun ternyata dugaan saya salah!
***
Ibu Loli bercerita kepada saya bahwa sudah 12 tahun ia menikah. Selama itu ia dan suami selalu
berharap agar Allah Swt memberi mereka anugerah keturunan. Selama itu ia selalu meminta
kepada Allah apa yang ia inginkan berupa keturunan. Lama-kelamaan ia berpikir bahwa selama
ini ia telah mendikte Allah Swt, seolah Allah tidak tahu kebutuhan hambaNya.
“Akhirnya saya jadi malu juga selalu meminta dalam berdoa kepada Allah. Sejak saat itu saya
serahkan kepadaNya apa yang terbaik untuk saya, dan saya semakin bertambah cinta kepada
Allah” jelas ibu Loli.
Cinta kepada Allah terus tumbuh di hati Loli. Malah Allah hadirkan sebuah buku yang amat
indah untuk dibaca dan buku itu berisikan tentang hubungan Allah dan hambaNya.
“Tiga kali saya baca buku itu, tiga kali saya hamil dan tiga kali saya keguguran…” Loli berujar.
“Dalam buku itu saya membaca bab MENCINTAI ALLAH. Usai membaca bab itu hati saya
senang dan Allah Swt mentaqdirkan saya hamil. Saya amat bergembira dan saya merawat
kehamilan saya sebaik mungkin. Saya bersyukur kepada Allah Swt atas karunia berharga ini.”
“Namun begitu pindah ke bab TAWAKKAL, saya merasa bahwa semua urusan hidup sudah
Allah atur. Saya berpasrah kepadaNya… dan setelah itu saya keguguran. Tapi saya dapati hati
saya tidak sedih karenanya. Saya mencoba bersabar dan pasrah dengan ketentuan Allah Swt.
Saya rasakan, semuanya jadi indah lho pak kalau kita pasrahkan pada ketentuanNya!” tegas ibu
Loli.
Saya terdiam… menyimak dengan dalam setiap kalimatnya. Saya berharap ibu Loli menjelaskan
lagi lebih jauh bagaimana dia bisa melewati hal-hal getir dengan senyum dan sabar.
***
Ruangan RS bersalin itu dipenuhi 4 orang. Warna putih mendominasi di setiap sudut. Pucat
setiap warna yang hadir dalam ruangan yang merebak aroma obat-obatan. Sepucat wajah
keempat orang yang menemani Loli di dalamnya.
“Itu kali ketiga saya mengalami pendarahan dari rahim…” bu Loli mencoba menjelaskan. Ia
mengalami pendarahan cukup serius dari kehamilannya hingga ia jatuh pingsan. Suaminya
segera membawa mobil dengan kencang ke RS bersalin tempat Loli selalu memeriksa
kandungan. Kebetulan mama Loli yang berdomisili di Belanda beberapa hari itu ada di Jakarta
dan mendampingi buah hatinya untuk menghadapi kejadian yang tidak mengenakan ini.
Mobil diparkir dan Loli pun dibawa segera ke ruang tindakan. Hanya dalam beberapa puluh
menit dokter dan perawat yang menangani telah tahu hasil dari pendarahan yang terjadi.
KEGUGURAN, itulah berita pahit yang akan mereka sampaikan.
Menetes air mata saat suami dan mama Loli mendengar berita dokter. Tubuh mereka berguncang
dan bibir pun digigit untuk meredam duka. Tak terbayang betapa ujian ini terjadi berulang-ulang.
Tiga kali sudah berarti Loli dan suaminya mengalami hal serupa setelah 12 tahun menikah.
***
Selang beberapa lama Loli siuman. Ia membuka mata dan ia dapati ada 4 orang yang ia kenal di
sana. Mama, suami, dokter dan seorang perawat.
Loli menatapi satu per satu wajah mereka dengan seksama. Semuanya tersenyum, namun
senyum tersebut tidak menyibak ketulusan. Loli menduga bahwa ada hal yang mereka
sembunyikan dari dirinya. Pandangan pun ia lemparkan ke arah dokter. Loli pun bertanya,
“Dokter…., saya keguguran ya?!”
Sang dokter tak sanggup berkata apa-apa. “Dokter…., saya keguguran ya?! Dokter…., saya
keguguran ya?!” berkali-kali Loli bertanya kepada dokter, namun dokter tak mau bicara.
“Dokter…., saya keguguran ya?! Ah pak dokter…, bilang aja kalau saya keguguran…! Saya
ikhlas kok kalau memang benar begitu” ujar Loli.
Karena didesak berkali-kali, dokter pun menyampaikan seadanya. Suami & mama Loli kembali
meneteskan air mata, tak sanggup mereka bayangkan betapa hati Loli akan menderita. Namun
aneh, Loli tak sedikit pun menunjukkan gurat kesedihan… hingga akhirnya ia pun dibawa pulang
ke rumah.
***
“Betul lho pak saya gak sedih saat itu. Saya pasrah banget sama Allah! Saya sendiri bingung kok
punya perasaan yang amat beda dengan kebanyakan orang. Hingga dalam perjalanan pulang
malam itu, ibu saya bilang, ‘Loli, mama bingung sama kamu… kok kamu gak ada sedih-
sedihnya sedikitpun. Mama aja sampai nangis berkali-kali mikirin nasibmu. Eh…, orang yang
ditangisin cuma bisa cengengesan doang!” jelas bu Loli bersemangat.
***
Saya kagum sekali menyimak cerita ini. Betapa indah halawatul iman yang Allah berikan kepada
ibu Loli. Hingga manisnya nikmat dan getirnya musibah dapat dirasakan dengan kesyukuran dan
kesabaran.
Saya kagum dan salut… dalam hati saya bergumam, “Hebat… hebat… hebat dan mengagumkan
sosok ibu yang satu ini!” seperti Rasulullah Saw mengatakan hal serupa kepada setiap mukmin
yang bersyukur & bersabar bahwa mereka teramat mengagumkan.