Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

A. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal
ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam,
sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang
pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Thypus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus
dengan gejala satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan,1990)
Thyfus abodminalis adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran. (Soeparman, 2001)

B. PENYEBAB
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh,
Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)

C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman
ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak
sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara
yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran
(sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi
antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama
masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng
soegijanto, 2002).

PATHWAYS

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin


usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Pendarahan dan Nyeri perabaan


perforasi Mual/tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kurang volume cairan


D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi
dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak
lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih,
terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu
pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya
seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta
suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,
berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah
tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian
ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan
gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi
bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal) 100%
- Kurang enak di perut 50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
- Berak-berak 50%
- Muntah 50%
Gejala:
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik 60%
- Letargik 60%
- Lidah tifus (“kotor”) 40%
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh
Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
 Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh
bakteri
 Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela
bakteri
 Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai
bakteri
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan
untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat
diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2
minggu
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,
diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6. Golongan Fluorokuinolon
 Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti:
Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti
sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman
Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

G. KOMPLIKASI
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,
bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000).
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10%
penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2
penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan
darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama
stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh
organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis,
osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis
septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati.
(Behrman Richard, 1992).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,
penurunan kesadaran

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh

C. PERENCANAAN
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal
 Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
 Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
 Berri minum yang cukup
 Berikan kompres air biasa
 Lakukan tepid sponge (seka)
 Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
 Pemberian obat antipireksia
 Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
 Menilai status nutrisi anak
 Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat.
 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
 Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tetapi sering
 Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan skala yang sama
 Mempertahankan kebersihan mulut anak
 Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit
 Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi
anak.
3. Mencegah kurangnya volume cairan
 Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap
4 jam
 Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak
elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan
mukosa kering, bibir pecah-pecah
 Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama
dan dengan skala yang sama
 Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
 Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water
Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid
sponge
 Memberikan antibiotik sesuai program

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta
Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2004.
2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 2007.
3. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja
Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 2005.
4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih
bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 2004.
5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi
pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2004.
6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta.
2003.
7. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 2006.
8. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan
Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2004.
9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2004.
10. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2008.
11. Soeparman. (2001). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

LAPORAN KASUS
DEMAM THYPOID

I. Pengkajian
Waktu : 09.00
Tempat : Ruang Flamboyan
Tanggal : 19 Oktober 2104

1. Identitas Pasien
Nama : An. H
Umur : 8 Tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Sutomo No. 16 Cirebon.
Tanggal MRS : 17 Oktober 2104
Cara Masuk : Di bawa keluarga
DiagnosaMedis : Thypoid fever
Alasan Dirawat : Demam tinggi
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan Pasien : Orang tua
Alamat : Jl. Sutomo No 16 Cirebon
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada tanggal 17 Oktober 2104 pukul 16.00 WIB klien di bawa ke
IGD RSPK Cirebon dengan keluhan panas sejak 7 hari yang lalu,
pusing, mual, lemes. TTV; R: 22x/ menit, Suhu: 39,2˚ C, Nadi: 90x/
menit, BB: 40 kg. Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Infus
asering 20 tpm, antrain 3 x 1 amp, Lapixim 2 x 1 gr, dan lametic 3 x
1 amp.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Ibu klien mengatakan ketika ibu klien hamil An. L’T ibu klien tidak
banyak menglami masalah kehamilan. An. T lahir aterm secara
normal dengan BB 3000gr lahir spontan menangis kuat. Selama
masa pertumbuhan An. T jarang mengalami sakit. Hanya batuk pilek
sesekali. Klien tidak memiliki riwayat alergi. Riwayat Imunisasi:
- Hepatitis B : 4 kali (usia 0 hari, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan).
- DPT : 3 kali ( usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan).
- Polio : 4 kali ( usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan ).
- BCG : 1 kali ( usia 1 bulan ).
- Campak : 1 kali (usia 9 bulan).
- Kesan : imunisasi dasar sesuai dengan KMS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Klien dan keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular (TB paru, Diabetes dan Hipertensi)
tetapi hanya menderita demam dan batuk.
d. Keluhan Pada Saat Pengkajian
Klien mengatakan menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan
muntah, nyeri pada ulu hati saat bergerak, serta sakit kepala.
- P : Nyeri pada abdomen.
- Q : ditusuk-tusuk.
- R : Nyeri pada epigastrium.
- S : 6 (sedang).
- T : Berkala tak menentu.
e. Genogram

Keterangan
= Perempuan. = sudah meninggal.
= Laki-laki.
= Pasien.

4. Pemeriksaan Fisik.
a. KeadaanUmum.
- Penampilan : Kulitsawo matang dan turgor kulit kering, rambut
hitam dan tidak mudah di cabut.
- Kesadaran : Composmetis. GCS: E = 4, M = 5, V = 6 total: 15
b. Tanda - tanda vital.
- Suhu : 38,4° C.
- Nadi : 92 x/menit.
- TekananDarah : -
- Respirasi : 20 x/menit.
- BB : 23 Kg.

c. Pemeriksaan Persistem.
1) Sistem Pernafasan.
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
pergerakan paru kanan dan kiri normal dengan frekuensi 20
kali/ menit.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada sinus prontalit
maksilanus nyeri tekan tidak ada.
- Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada.
- Auskultasi: Vesikuler.
2) Sistem Kardiovaskuler.
- Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan
atau kiri.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 92 x/
menit.
- Perkusi : Tidak terdengar suara pekak.
- Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub),
Gallop (-), Murmur (-).
3) Sistem Persyarafan.
- Nervus olfaktorius : Penciuman normal
- Nervus optikus : Penglihatan klien normal dan jelas
- Nervus okulomotorius : Pergerakan bola mata klien normal
dan klien tidak juling
- Nervus trochlearis : Normal
- Nervus trigeminus : Normal
- Nervus abdusen : Sensasi wajah baik dan normal
- Nervus fasialis : Gerakan otot wajah klien baik
- Nervus vestibulokoklealis: Normal
- Nervus glasofaringius : Rasa ; Normal
- Nervus vagus : Reflek menelan baik
- Nervus aksesorius : Gerakan otot baik
- Nervus Hipoglosus : Gerakkan lidah baik

4) Sistem Pencernaan.
- Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, bibir
pecah-pecah.
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau
bagian ulu hati skala 6.
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus 20 x/menit.
5) Sistem Perkemihan.
- Inspeksi : Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada vesica urinaria.
6) Sistem Pengindraan.
- Mata:
 Inspeksi : simetris, konjungtiva berwarna merah muda
penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
- Hidung:
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
- Pendengar:
 Inspeksi : Bentuk simetris terdapat serumen, dengan
pendengaran baik.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
- Pengecap
 Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan
tidak terlihat bercak putih atau kotor.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek
menelan.
- Peraba.
 Inspeksi : Tidak ada kelainan.
 Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan
dingin.
7) Sistem Endokrin.
- Pembesaran kelenjar thiroid : Tidak ada pembesaran.
- Pemebesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran.
8) Sistem Muskulokeletal dan integument
- Atas : Pada tangan kiri terpasang infuse asering 20 tpm.
- Bawah : Tidak ada oedema pada tangkai, kekuatan otot kiri.
kanan.
- Kekuatan otot:

5 5

5 5
9) Sistem Integumen.
- Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, kulit bersih tidak
keriput. Turgor kulit tampak kering.
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan kulit kasar.
d. Data Biologis
1) Pola nutrisi
- Di rumah : Klien mengatakan makan dan minum 3 x sehari
dengan menu makanan berbeda. BB 23 Kg.
- Di rumah sakit : Klien mengatakan makan dengan porsi
ditentukan di RS sangatlah tidak nyaman baginya dan terasa
mual dan muntah saat makan, klien hanya menghabiskan
makan 4-6 sendok saja. BB 39,5 kg.
2) Pola minum
- Dirumah : Klien mengatakan minum 7-8 gelas/ hari.
- Dirumah sakit : Klien mengatakan hanya minum 1-3 gelas/
hari.

3) Pola eliminasi
- Di rumah : Klien mengatakan biasanya BAB ± 1 kali
perhari dan BAK ± 5 kali perhari.
- Di rumah sakit : Klien mengatakan selama di RS belum
BAB, dan BAK ± 2-3 kali perhari.
4) Pola istirahat dan tidur
- Di rumah : Klien mengatakan tidur pada malam hari ± 8
jam dan sering terbangun dikarenakan nyeri pada ulu hati.
- Di rumah sakit : Klien mengatakan tidur tidak lama ± 5-6
jam saja karena klien merasa gelisah dan merasakan nyeri
pada ulu hati.
5) Pola kebersihan
- Di rumah : Klien mengatakan mandi 2 kali sehari dengan
menggunakan sabun dan shampo.
- Di rumah sakit : Di rumah sakit klien mengatakan tidak
mandi, hanya di seka 1 kali sehari.
6) Pola aktivitas
- Di rumah : Klien mengatakan aktivitas dirumah
membersihkan perkarangan rumah dan membantu pekerjaan
ibu nya di dapur.
- Di rumah sakit : Klien mengatakan hanya bisa terbaring
lemah, makan dan minum saja. Skala aktivitas 2 (50%
dibantu).
e. Data Spiritual
Klien beragama islam, dan klien rajin sembahyang atau sholat tepat
waktu.
f. Data Penunjang
Tanggal 17 Oktober 2104:
- Hb : 11,4
- Ht : 34
- L : 7000
- Tr : 222
- Salmonella : positif 4
g. Therapy.
- Infus : asering 20 tetes/ menit.
- Lapixim : 2 x 1 gr (iv).
- Lametic : 3 x 1 amp (iv).
- Antrain : 3 x 1 amp (iv).

II. Analisa Data.


No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Proses perjalanan Hipertermi.
- Klien mengatakan penyakit.
demam sudah 7 hari.
- Klien mengatakan
sakit kepala.
Do:
- Akral teraba hangat
- S: 38,4˚ C
2. Ds: Intake yang tidak Resiko pemenuhan
- Keluarga mengatakan adekuat. nutrisi kurang dari
klien tidak ada nafsu kebutuhan tubuh.
makan.
- Klien mengatakan
makanan yang di
berikan hanya habis ¼
porsi.
- Klien mengatakan
mual.
Do:
- Mukosa bibir kering.
- Perut klien kembung.
- BB berkurang:
Sebelum sakit: 40 Kg
Sakit: 39,5 Kg.

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut prioritas:


1. Hipertermi berhubungan dengan perjalanan proses penyakit.
2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.

III. Intervensi.

Diagnosa Tujuan &


No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan kompres 1. Untuk
berhubungan dengan perawatan selama 1 hangat basah. menurunkan
perjalanan proses x 24 jam panas klien.
2. Monitor TTV
2. Untuk
penyakit, ditandai diharapkan suhu
setiap 4 jam.
memonitor
dengan: tubuh klien normal
terjadinya
Ds : dengan kriteria
peningkatan suhu
- Klien hasil :
tubuh.
mengatakan - Suhu tubuh 36 3. Monitoring tetesan
3. Untuk membantu
demam sudah 7 °C infuse 15 tetes per kebutuhan nutrisi
hari. - Klien terlihat
menit. tubuh.
- Klien tenang 4. Anjurkan klien 4. Peningkatan suhu
mengatakan sakit banyak minum 2 - tubuh
kepala. 3 liter/ 24 jam mengakibatkan
Do:
penguapan tubuh
- Akral teraba
meningkat
hangat.
sehingga perlu
- S: 38,4˚ C
diimbangi
dengan asupan
5. Kolaborasi cairan yang
pemberian obat banyak
5. Untuk membantu
Piresik dan
menurunkan
Antibiotik
panas klien.
2. Resiko gangguan Kebutuhan nutrisi 1. Jelaskan 1. Dapat
pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan pentingnya memotivasi klien
kurang dari kriteria hasil : makanan untuk dalam
kebutuhan tubuh - terjadi proses pemenuhan
berhubungan dengan peningkatan penyembuhan. kebutuhan
intake yang tidak berat badan. nutrisi.
2. Observasi
- klien dapat 2. Untuk mengukur
adekuat.
pemasukan
menghabis kan intake makanan.
Ditandai dengan :
makanan klien.
porsi yg
- Mual 3. Kaji makanan 3. Makanan
- Muntah disediakan.
yang disukai dan kesukaan dapat
- anoreksia - mual dan
yang tidak disukai meningkatkan
muntah dapat
klien. masukan nutrisi
diatasi.
- Nafsu makan yang adekuat.
4. Libatkan keluarga
4. Dapat
klien ada
dalam perencanaan
memberikan
makan klien.
informasi pada
keluarga klien
untuk memahami
kebutuhan nutrisi
klien.
5. Sajikan makanan 5. Meningkatkan
dalam keadaan nafsu makan
hangat. klien.
6. Anjurkan makan 6. Dapat
dlm porsi kecil mengurangi
tapi sering dan rangsangan mual
mudah dicerna. dan muntah.
7. Kolaborasi dengan
ahli dalam 7. Membantu
gizi
pemberian diit mengkaji
kebutuhan nutrisi
klien dalam
perubahan
pencernaan.

IV. Implementasi & Evaluasi


Catatan Perkembangan
Nama : An. T (13 th)
Ruang : Flamboyan
Hari/ Dx
Implemetasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
11 Oktober 1 1. Menganjurkan keluarga Jam: 15.00 WIB
S:
2104 untuk memberikan
- Keluarga mengatakan
Jam: 10.00
kompres hangat pada axila
demam klien sudah
WIB
dan temporal dan ibu klien
mulai berkurang.
tampak mengganti kapas - Keluarga mengatakan
kompres setiap 10 menit. telah mengompres
2. Memonitoring TTV: Suhu:
kening klien sekali
37,4 ˚ C, N: 88x/ menit, R:
dalam 10 menit.
22x/ menit.
O:
3. Memonitoring tetesan
- Klien tampak rileks.
infuse 20 tetes/ menit.
- TTV: Suhu: 37,4 ˚ C,
4. Menganjurkan klien untuk
N: 88x/ menit, R: 22x/
banyak minum ( 2000-
menit.
2500 cc/ hari).
5. Berkolaborasi dengan A:
dokter untuk pemberian Masalah 1, 3, 5 teratasi.
anti piretik dan antibiotik P:
- Lapixim 2 x 1gr.
- Pertahankan intervensi
- Antrain 3x1 amp.
no 1, 3, 5.
- Lanjutkan intervensi no
2 dan 4.
11 Oktober 2 1. Menjelaskan pentingnya Jam 13.00 WIB
2104 nutrisi bagi klien untuk S :
Jam: 08.00
mempercepat proses - Keluarga klien
WIB.
penyembuhan. mengatakan nafsu
2. Melihat dan
makan klien sudah
memperhatikan seberapa
mulai ada.
banyak makanan yang - Keluarga klien
dihabiskan dari porsi yang mengatakan mengerti
telah disediakan. Klien tentang penting nya
menghabiskan ¼ porsi . nutrisi untuk proses
3. Menanyakan kepada klien
penyembuhan.
makanan apa yang disukai - Klien mengatakan
dan yang tidak disukainya. sudah tidak mual lagi
4. Melibatkan keluarga dalam
O:
perencanaan makan klien
- Makanan yang
dengan membujuk klien
disajikan dihabiskan ¼
supaya mau makan dan
porsi.
menyuapi klien saat - Mukosa mulut klien
makan. mulai lembab.
5. Menyajikan makanan - Ibu klien menyuapi
dalam keadaan hangat agar klien saat makan.
klien mau menghabiskan A:
makanan yang disajikan. Intervensi no 1, 2, 4
6. Menganjurkan klien
teratasi.
makan dalam porsi kecil
tapi sering dan mudah
P:
dicerna sehingga klien
- Pertahankan intervensi
tidak mual.
no 1, 2, 4.
7. Berkolaborasi dengan ahli
- Lanjutkan intervensi no
gizi dalam pemberian diit
3, 5, 6,7.
yaitu makanan yang
mengandung cukup cairan,
tinggi kalori dan protein
yaitu ML.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

- Tema : Kebutuhan Nutrisi.


- Sub tema : Penting nya nutrisi untuk proses penyembuhan pasca
thypoid.
- Sasaran : Keluarga pasien thypoid.
- Waktu : 20 menit.
- Tempat: Di ruang Flamboyan RSPK Cirebon.
- Penyuluh : Nining Sumarni, S.Kep
- Tanggal : 16 November 2104.

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan klien dan keluarga mampu mengetahui
kebutuhan nutrisi pada pasien dengan thypoid.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, klien dan keluarga dapat:
1. Menyebutkan pengertian nutrisi.
2. Menyebutkan tujuan pemenuhan nutrisi pada thypoid.
3. Menyebutkan nutrisi yang baik untuk pasien thypoid.
C. Metode dan Media
1. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab dan demonstrasi.
2. Media yang digunakan leaflet
D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian thypoid
2. Etiologi thypoid
3. Tanda & gejala thypoid
4. Pengertian nutrisi
5. Tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien thypoid.
6. Jenis nurtisi yang baik untuk pasien thypoid.

E. Proses Belajar Mengajar


No Komunikator Komunikan waktu
Pre Interaksi 5 menit
1. Memberi salam dan Menjawab salam
memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan
dan tema penyuluhan.
Isi 10 menit
3. Menjelaskan materi penyuluhan Mendengarkan
mengenai pengertian, manfaat,
tujuan, jenis nutrisi bagi pasien
thypoid.
4. Memberikan kesempatan kepada Mengajukan pertanyaan
komunikan untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan.
Penutup 5 menit
5. Memberikan pertanyaan akhir Menjawab
sebagai evaluasi.
6. Menyimpulkan bersama-sama Mendengarkan
hasil kegiatan penyuluhan.
7. Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
mengucapkan salam.

F. Evaluasi
1. Prosedur
Setelah diberikan penyuluhan, pemateri mengajukan beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh klien (post test)
2. Jenis test
Test yang dilakukan adalah test secara lisan dan demonstrasi ulang
3. Soal :
a. Sebutkan pengertian nutrisi?
b. Sebutkan tujuan pemberian nutrisi?
c. Sebutkan jenis nurtisi yang baik bagi pasien thypoid?

G. Lampiran Materi
1. Pengertian Demam Thypoid
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer
di distal ileum.
2. Etiologi
Demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi b dan S.paratyphi C.
3. Tanda & Gejala
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik 60%
- Letargik 60%
- Lidah tifus (“kotor”) 40%
4. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga
untuk perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Diet
demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat.
5. Tujuan Pemenuhan Nutrisi Untuk Pasien Thypoid
Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi
penderita demam thypoid dan mencegah kekambuhan. Penderita
penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah
mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di
konsumsi, antara lain:
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
b. Tidak mengandung banyak serat.
c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk
memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin
meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak
merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan
untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna
atau perforasi usus.
6. Jenis Nutrisi Yang Baik Untuk Pasien Thypoid
a. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas.
b. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total.
e. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan
serat.
f. maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi
perorangan.
g. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai
dengan toleransi perorangan.
h. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu
asam dan berbumbu tajam.
i. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak
terlalu panas dan dingin.
j. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.
k. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan
khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan
formula, atau makanan parenteral.

Anda mungkin juga menyukai