PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
PT. Karya Kencana Agung Putera memanfaatkan endapan gambut yang
terdapat di kecamatan Lintong Nihuta untuk mengisi kebutuhan bahan bakar
industri PT. Inti Indo Rayon Utama. Dimana lokasi penambangan terletak di
60 Km dari lokasi pabrik PT. Inti Indo Rayon Utama. Bahan baku yang
digunakan oleh PT. Indo Rayon Utama adalah kulit kayu, bahan bakar
minyak, batu bara, lindi hitam dan pressed sludge, sisa unit pengolahan
limbah digunakan sebagai sumber energi pabrik. Dengan adanya kerja sama
kedua perusahaan tersebut PT. Indo Rayon Utama akan membeli seluruh
produksi bahan galian yang ditambang oleh PT. Karya Kencana Agungputera
tersebut. Pemanfaatan endapan gambut mampu mengurangi penggunaan
bahan bakar minyak yang selama ini digunakan, dimana bahan bakar minyak
masih menjadi andalan sumber devisa negara, disamping itu kegiatan ini
dapat meningkatkan perekonomian serta membuka lapangan pekerjaan.
Dengan adanya kegiatan penambangan ini menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan biogeofisik. Dengan mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 mensyaratkan kegiatan ini perlu adanya
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang terdiri dari KA,
ANDAL, RKL dan RPL. Selain PP para pelaksana kegiatan penambangan
harus mengacu pada Surat Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No.
11/MENLH/3/94 yang menetapkan jenis kegiatan atau proyek wajib
melaksanakan AMDAL. Berdasarkan hal tersebut pelaksana penambangan
perlu melakukan studi AMDAL yang bertujuan untuk memenuhi peraturan
perundangan tentang AMDAL yang berlaku, juga untuk memaksimalkan
dampak positif dan menimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dokumen ini akan digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL). Tujuan utama penyusunan dokumen AMDAL adalah untuk menelaah
isu-isu utama lingkungan selama tahap perencanaan, pelaksanaan, dan setelah
peleksanaan kegiatan penambangan, sehingga pengembangan kegiatan
penambangan gambut akan berwawasan lingkungan.
1.2 Landasan Hukum Penyusunan AMDAL
Peraturan dan perundang-undangan yang menjadi dasar kegiatan
penambangan gambut PT. Karya Kencana Agungputera adalah sebagai
berikut:
a. UU No. 4 Tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup
b. UU No. 24 Tahun 1992, tentang penataan ruang
c. PP No. 51 Tahun 1993, tentang AMDAL
d. KepMen Lingkungan Hidup No. 11/MENLH/3/1994, tentang jenis usaha
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
e. KepMen Lingkungan Hidup No. 14/MENLH/3/1994, tentang pedoman
umum penyusunan AMDAL dan lampirannya.
f. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 Tahun 1994, tentang pedoman
mengenai ukuran dampak penting dan lampirannya.
g. KepMen Pertambangan dan Energi No. 1558/008/M.PE/1989, tentang
ketentuan pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan Dalam Bidang
Usaha Pertambangan dan Energi
h. KepMen Pertambangan dan Energi No.185.K/008/M.PE/1988 Lampiran
I-B, tentang pedoman teknis penyusunan ANDAL.
i. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pertambangan Umum No.
14/EDRDU/Tahun 1980, tentang petunjuk pelaksanaan pengelolaan
dampak lingkungan
j. KepMen Pertambangan dan Energi No.4/P/M/Pertamb/77, tentang
pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan dan pencemaran
akibat usaha pertambangan umum
k. KepMen Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-
02/MENKLH/I/1988, tentang penetapan pedoman baku mutu lingkungan
l. KepGub Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 660.3/1266/K/1992,
tentang penggolongan dan bahan baku mutu air di propinsi daerah tingkat
I Sumatera Utara
m. PerDa No.3/1993 tentang rencana tata ruang wilayah propinsi daerah
tingkat I Sumatera Utara
ii. Penambangan
Penghancuran
Pengeringan
Pengumpulan
Panen
Penimbunan
Pengangkutan
4. Tahap Pasca Operasional
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Reklamasi/ perubahan penggunaan lahan
Pengembalian lahan kepada pemilik lahan
Pemutusan hubungan kerja
e) Hidrologi
Penelitian debit air dilakukan pada titik-titik yang sama dengan
pengambilan contoh air. Disetiap titik pengamatan dilakukan
pengukuran kedalaman di tengah-tengah sungai/anak sungai.
Untuk memperoleh informasi tentang kondisi air permukaan dan
air tanah pada musim kemarau dilakukan wawancara dengan
penduduk setempat.
Untuk melengkapi kekurangan data hidrologi, maka dilakukan
studi pustaka dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di
area tersebut.
2.3.3 Komponen Biologi
Komponen Biota Teresterial
Pencatatan jenis-jenis fauna dan flora dilakukan berdasarkan
keberadaan mereka, pencatatan meliputi tingkat genus, dan
jumlah spesies.
Komponen Biota Air- Makrozoobenthos dan Plankton
Komunitas Makrozoobenthos merupakan indicator terbaik
untuk menjelaskan kualitas lingkungan, terutama melalui
kekayaan spesies nya
Kualitas plankton, penyebarannya di air permukaan bersifat
diskrit dan berjangka pendek, datanya diambil sebagai
komplementer data rona awal lingkungan biota air, namun
penekanan pengamatannya hanya bersifat kualitatif
Komponen Biota Air-Ikan
Pada wilayah studi tidak dijumpai sungai-sungai besar
mengingat daerah ini merupakan suatu daratan yang
merupakan daerah hulu sungai, namun dijumpai 2 buah waduk
yang dimanfaatkan warga sebagai keperluan irigasi.
Pada waduk tersebut dijumpai beberapa komunitas ikan namun
belum dimanfaatkan warga sebagai sumberdaya perikanan,
informasi mengenai jenis ikan tersebut diperoleh dari
pengamatan dan wawancara dengan peduduk setempat.
RENCANA KEGIATAN
3.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun ANDAL
a. Pemrakarsa
Nama Perusahaan : PT. Karya Kencana Agungputra
Alamat : Gedung BNI Lantai 20 Jl Sudirman, Jakarta
Telepon : 5706047 / 5701246
Penanggung Jawab : M. Jazir Rangkuti
b. Tim Penyusun
Ketua Tim : Ir. Godam Lalupa
Hidrologi : Ir. Santoso Raharjo
Kegiatan Penambangan : Ir. M Yusuf
Biologi : Drs. Yusdi Sangaji
Sosekbud : Drs. Sumardi
3.2 Maksud, Tujuan dan Manfaat Kegiatan
3.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan penambangan gambut oleh PT. Karya Kencana
Agungputera di Desa Nagasaribu 1 dan Siharjulu, Kencana Lintong Nihuta,
Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara ini adalah untuk ikut
berperan serta dalam program pembangunan, khususnya pada sektor
pertambangan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam gambut untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar terutama PT. Inti Indo Rayon Utama yang
memproduksi Pulp dan Rayon di samping mencoba peluang pemsaran
lainnya.
Dengan program ini, maka secara langsung kegiatan ini telah berperan serta
dalam program pemerintah khsususnya di sektor energi,yaitu optimalisasi
penggunaan energi non migas untuk memenuhi kebtuhan energi dalam negri,
mengingat energi migas sampai saat ini masih merupakan andalan sumber
devisa negara.
3.2.2 Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan penambangan gambut meliputi:
1. Manfaat Sosial
Optimalisasi pemanfaatan lahan dari lahan yan tidak dimanfaatkan
menjadi lahan yang bermanfaat.
Menambah lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
2. Manfaat ekonomi
Meningkatakan pendapatan masyarakat dengan adanya kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha.
Meningakatkan pendapatan melalui pajak-pajak penjualan, iuran
pertambangan dan lain-lain.
Meningakatkan devisa denga adanya pengurangan penggunaan bahan
bakar minyak yang masih menjadi andalan sumber devisa negara.
3.3 Deskripsi Lokasi Proyek
3.3.1 Letak dan Luas Lahan
Areal rencana kegiatan penambangan terletak pada areal KP eksplorasi DU,
325/Sumut dengan luas 2.000 ha dan dari areal tersebut yang akan
dimohonkan untuk ditingkatkan menjadi KP eksplotasi tahap awal adalah
mencakup areal seluas 380 ha. Areal tersebut terletak di wilayah administrasi:
Desa : Nagasaribu 1 dan Siharjulu
Kecamatan : Lintong Nihuta
Kabupaten : Tapanuli Utara
Provinsi : Sumatera Utara
3.3.2 Pencapaian Lokasi
Untuk mencapai lokasi wilayah studi dari Jakarta dapat menggunakan
pesawat udara menuju Medan, kemudian dengan menggunakan kendaraan
lokasi ini dapat dicapai sekitar 5 jam perjalanan dengan jarak sekitar 265 km
melalui Pematang Siantar, Parapat, Porsea, dan Siborong-borong dengan
kondisi jalan yang baik.
3.4 Keadaan Bahan Galian Gambut
3.4.1 Penyebaran dan Ketebalan
Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan diketahui bahwa bahan galian
gambut yang dijumpai di wilayah studi mempunyai penyebaran yang tidak
menerus atau dijumpai di wilayah studi mempunyai penyebaran yang tidak
menerus atau dijumpai secara setempat-setempat. Hal ini mencerminkan
keadaan cekungan pada saat gambut tersebut diendapkan, yakni pada
cekungan antar pegunungan. Ketebalan endapannya bervariasi antara 0,5-9,6
meter.
3.4.2 Kualitas Gambut
Dari hasil analisa kmia terhadap contoh gambut yang dilakukan pada tahap
eksplorasi, diketahui bahwa kualitas gambut rata-rata di daerah studi adalah
sebagai berikut:
- Kadar abu : 4,99%
- Kadar air : 75,04%
- Kadar belerang : 0,18%
- Bulk Density (BD) : 0,14%
- Ph :5
- Nilai Kalori : 4,918 kal/gram
- Karbon padat : 27,75%
- Kandungan Kayu : 12,20%
3.4.3 Cadangan
a. Cadangan Insitu
Dari hasil eksplorasi telah dilakukan perhitungan cadangan insitu
(cadangan di tempat) gambut di areal KP Eksplorasi DU. 325/Sumut
yang besarnya 13.191.085 m3. Cadangan tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai cadangan terukur, mengingat eksplorasi yang dilakukan cukup
detail yaitu dengan melakukan pemboran yang dilakukan dengan sistem
grid 250 X 250 m
b. Cadangan Mineable
Cadangan minieable dihitung dengan mempertimbangkan beberapa
faktor pembatas terutama yang disebabkan areal penambangan yang
relatif datar, sehingga untuk mengalirkan air pada areal penambangan
keluar dari areal penambangan akan mengalami kesukaran, terutama jika
penambangan dilakukan lebih dari 4 meter dari ketinggian saat ini.
Perbedaan ketinggian antara areal tambang dengan badan air yang akan
menerima air drainase yang tersedia relatif kecil sehingga perhitungan
cadangan mineable ditentukan maksimum hanya 4 meter.
3.5 Rencana Produksi dan Umur Tambang
Sesuai dengan rencana pemasokan gambut kepada PT. Inti Indo Rayon
Utama yang melebihi rencana produksi tersebut baru akan dijual keluar.
Dengan rencana penjualan sebesar 500.000 m3 per tahun, maka jumlah
penambangan yang direncanakan adalah sebesar 500.000 m3 per tahun, maka
jumlah penambangan yang direncanakan adalah sebesar 85%. Dengan
efektifitas 25 hari kerja per bulan, maka rencana penambangan per hari
adalah rata-rata sebesar 2.000 m3, yang direncanakan akan dapat dimulai pada
awal tahun 1997.
Dengan rencana produksi tembang pertahun 600.000 m3, maka dapat
ditentukan umur tambang bahan galian gambut di KP. DU. 325/Sumut ini
dengan rumus
Cadangan mieable(m3 )
= ...... tahun
Produksi Pertahun /tahun
Sehingga umur tambang adalah
6.672.388 m3
= 11,12 tahun
600.000 m3 /tahun
3.6 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.6.1 Tahapan Pra-Konstruksi
Kegiatan pada tahap pra-konstruksi meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, tudi kelayakan, perencanaan detail, dan pembebasan lahan.
3.6.1.1 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum merupakan kegiatan survei oerientasi di
lapangan dalam rangka pengajuan kuasa penambangan eksplorasi.
3.6.1.2 Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yan dilakukan untuk
menghitung besarnya cadangan gambut, menentukan penyebaran
kualitas bahan galian yang ada serta menentukan jumlah cadangan
gambut yang dapat ditambang.
3.6.1.3 Penyusunan Studi Kelayakan
Studi Kelayakan telah disusun oleh PT. Karay Kencana
Agungputera yang dibantu oleh ahli teknik dan perlatan
pertambangan gambut dari VAPO OY (Finlandia) dan telah
memperoleh pengesahan dari Departenen Pertambangan.
3.6.1.4 Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan dilakukan tanpa merubah status kepemilikan
lahan, pembebasan hanya dilakukan dalam perjanjian sewa
menyewa tanah selama masa penambangan. Status kepemilikan
lahan sebaghagian besar areal penambangan merupakan tanah adat.
3.6.2 Tahap Konstruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi:
3.6.2.1 Mobilitas Tenaga Kerja
Selama kegiatan konstrusksi, akan diperlukan tenaga kerja yang cukup
besar. Tahap konstruksi yang akan memakan waktu 6 bulan
diperkirakan akan melibatkan tenaga kerja sekitar 250 orang terutama
merupakan tenaga kerja kontraktor. Pada saat konstruksi fisik selesai
dilaksanakan, jumlah tenaga kerja permanen akan menjadi 118 orang
3.6.2.2. Pengadaan Alat dan Material
Untuk dapat mencapai rencana produksi sebesar 500.000 m 3 per
tahun, maka peralatan tambang yang akan digunakan disusun pada
tabel.
³ Milling´
Harrowing
Ridging
Harvesting
Stockpiling
Pengangkuta
n Produk
a. Milling (Penghancuran)
Milling adalah proses produksi gambut dimana 2-3 cm lapisan
permukaan gambut yang telah dipersiapkan digali dengan
menggunakan alat production miller VAPO tipe JTJ-6 dengan kapasitas
4-6 ha/jam atau sekitar 160-240 m3 gambut padat/jam dengan berat alat
2.200 kg denganlebar daeraj 5,5 m yang ditarik dengan Wheel Tractor
Velmet 8400-4 (4WD).
b. Drying (Pengeringan)
Gambut hasil garukan production miller yang kemudian akan
dikeringkan di areal tambang dengan memanfaatkan sinar matahari
Proses pengeringan ini akan tergantung kepada kondisi cuaca akan
tetapi berdasarkan kondisi rata-rata penyinaran, matahari di daerah ini,
diperkirakan akanmemakan waktu sekitar 16 jam penjemuran sebelum
dapat dipanen.
c. Ridging (Penggundukan)
Setelah gambut tersebut cukup kering dan siap dipanen, maka hambut
tersebut akan dikumpulkan di tengah-tengah garis lintasan alat ridger
sehingga berupa gundukan gambut yang memanjang sebelum dipanen.
d. Harvesting (Panen)
Setelah gambut terkumpul di sepanjang areal tambang di antara masing-
masing saluran penirisan, maka panen akan dilakukan menggunakan
alat panen Poco Harvester JKS-20 yang menyapu gundukan gambut
dan langsung dengan ban conveyor gambut tersebut dimasukkan ke
dalam Peat Trailer yang berjalan sejajar dengan alat panen tersebut.
e. Pengangkutan
Gambut dalam bentuk curah akan diangkut akan diangkut ke PT. Inti
Indorayon Utama di Porsea dengan mengguankan dump truk yang
dilengkapi dengan jaring penutup untuk mencegah terjadinya ceceran
gambut dengan kapasitas masing-masing dump truck sebesar 16 m3.
3.6.4 Tahap Pasca Operasi
Beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada lahap pasca operasi, diantaranya
adalah:
Reklamasi/pengalihan penggunaan/fungsi lahan
Pengembalian areeal bekas penambangan kepada pemilik tanah
Pemutusan hubungan kerja
3.7 Sistem Manajemen Pengelolaan Lingkungan
Penerapan aspek keselamatan kerja dan lingkungan merupakan bagian yang
tidak terpisah dari manajemen penambangan yang efisien dan
menguntungkan. Uraian secara rinci terhadap pengelolaan dan pemantauan
lingkungan PT. Karya Kencana Agungputera baik secara internal maupun
eksternal akan dikemukakan lebih rinci dalam dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Penyelenggaraan K3LH berpedoman pada:
- Melaksanakan kegaitan operasi penambangan yang aman dan sehat;
- Meningkatkan pelaksanaan pengelolaan lingkungan secara terus
menerus;
- Kepedulian terhadap kepentingan masyarakat sekitar.
Bebarapa jenis limbah akan dihasilakn dari kegiatan penambangan ini,
yang akan dihasilkan secara terus menerus.
1. Limbah Padat
Padatan yang dikeluarkan secara terus kontinu dan kolam-kolam
sedimentasi kemudian akan dipergunakan sebagai bahan bakar, karena
padatan tersebut juga endapan gambut namun dengan ukuran butir yang
halus. Jumlah padatan yang dihasilkan akan sangat tergantung kepada
kondisi curah hujan.
2. Limbah Padat Lainnya
Limbah padat lainnya yang akan dihasilkan pada kegaitan ini diantaranya
adalah limbah rumah tangga dan limbah kantor berupa kertas. Semua
limbah ini akan dikumpulkan dan dibakar pada tempat pembuangan
sampah, mengingat jumlahnya yang relatif kecil.
3. Emisi gas
Emisi gas yang dihasilkan adalah emisi yang berasal dari alat-alat berat
yang beroperasi di areal penambangan. Untuk itu pemrakarsa memilih
tracktor jenis Velmet 8400-4 yang telah memenuhi standar yang berlaku
di Finlandia dan tetap tunduk kepada keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidupan No. KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang
batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
4. Limbah Cair
Seleruh air hujan yang jatuh ke dalam real tambang dan areal prasarana
penunjang yang ada akan dialirkan melalui saluran-saluran drinase yang
dipersiapkan dan akan melalui kolam sedimentasi (setting pond).
Berdasarkan kegitan yang sama yang telah dilakukan di Finlandia,
terdapat beberapa parameter kualitas air yang akan terpengaruh akibat
melalui areal tambang gambut, diantaranya adalah:
- Masalah utama air limbah yang dikeluarkan dari tambang gambut ini
adalah tingginya kandungan zat padat tersuspensi. Tinggi kadar zat padat
terlarut tersebut karena pada areal tambang tidak terdapat pohon
pelindung, sehingga siraman air hujan yang tiba-tiba dan deras dapat
menyebabkan sebagian lapisan gambut yang telah dihancurkan tercuci
dan terbawa air masuk ke saluran drainase yang ada.
- Dengan menggunakan settling pond diperkirakan akan dapat mengurangi
30-40% kandungan zat padat tersuspensi tersebut. Settling pond tersebut
secara periodik akan dibersihkan dan sludnya kembali dapat dipengaruhi
sebagai bahan bakar.
- peningkatan kadar pospor dari air yang keluar dari areal tambang gambut
dengan jumlah sekitar 21 kg/100 ha per tahun dan antara 650-1000
kg/100 ha per tahun nitrogen anorganik yang dihasilkan.
5. Debu (Partikulat)
Kemungkinan terjadinya debu pada operasi penambangan gambut yang
paling besar adalah pada saat panen. Dengan sistem panen yang kana
digunakan yaitu dengan cara mekanik, berdasarkan kegaitan yang sama
di Finlandia, yaitu pada jarak 400-500 m dari garis luar areal produksi
jumlah debu yang terjadi adalah sebesar 1,5 gr/m2 per bulan.
6. Kebisingan
Sumber kebisingan akibat kegiatan penambangan ini adalah kebisingan
yang ditimbulakan oleh alat-alat produksi terutama whell tractor dan
sumber keisingan tersebut umumnya bergerak.
7. Penghijauan
Lingkungan tambang direncanakan akan dihijaukan dengan beberapa
jenis tanaman cepat tumbuh. Penghijauan ini dimaksudkan untuk
memperindah lingkungan tambang dan juga membatu meredam
kebisingan.
BAB 4
RONA LINGKUNGAN ALAM
4.1 Tata Ruang
4.1.1 Arahan Penggunaan Lahan
Keputusan Presiden No.32 Tahun1990 tentang pengelolaan kawasan
lindung pasal 3 menetapkan bahwa kawasan bergambut termasuk kedalam
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Provinsi
Sumatera Utara Tingkat 1 menetapkan bahwa kawasan ini termasuk
kedalam kawasan budidaya dan bukan kawasan lindung.
4.1.2 Penggunaan Lahan Sekitar
Luas Kecamatan Lintong Nihuta 15.890 ha yang dibagi dalam 12 desa.
Luas penggunaan lahan terbesar yaitu areal perkampungan dan
perkarangan (36.77%), areal pengembalaan ternak (18,76%) serta areal
sawah pengairan dan tadah hujan (17,54%)
4.2 Komponen Fisik-Kimia
4.2.1 Iklim
Daerah lintong Nihuta termasuk kedalam iklim tropika basah kering yang
mempunyai perbedaan musim hujan dan musim kemarau yang jelas.
Kelembaban udaranya termasuk sedang dengan rata-rata 85,5%, kecepatan
angin didaerah ini termasuk rendah sekitar 2km/jam dengan arah dominan
berhembus ke selatan.
4.2.2 Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas Udara
Kualitas udara yang diukur hanya dengan parameter debu karena
hanya debu yang diperkirakan sebagai dampak potensional dari
kegiatan ini. Konsentrasi debu sekitar 75,32-76,92 μgr/m3, konsentrasi
tersebut masih dibawah baku mutu menurut Keputusuasan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-
02/MENKLH/I/1988 Lampran II yang besarnya 260gr/ m3
Kebisingan
Tingkat kebisingan di daerah tambang sekitar 42-57 Dba
d. Logam Berat
Logam berat di air secara alami umumnya terdapat dalam jumlah
yang sangat sedikit, jika terdapat jumlah logam berat yang sangat
banyak hal itu disebabkan oleh manusia.
Logam berat yang terdeteksi hanya mangan sedangkan jenis
logam yang tidak terdeteksi konsentrasinya seperti raksa, arsen,
kadnium, nikel dan tembaga.
Kadar mangan yang terdeteksi pada semua titik dengan kadar
0,06 dan 1,0 mg/L.
BAB 5
EVALUASI DAMPAK PENTING
5.1 Analisis Dampak
5.1.1 Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra konstruksi menimbulkan dampak pada
kegiatan pembebasan lahan
a. Sosial Ekonomi
Dampak terhadap komponen lingkungan social ekonomi berupa
aktivitas ekonomi local akan berlangsung selama tahap pra konstruksi
yaitu pembebasan lahan.
Bila dievaluasi berdasarkan Surat Kepala BAPEDAL No.56 tahun
1994, maka diperoleh sebagai berikut:
Daris segi jumlah manusia yang akan terkena dampak tergolong
penting karena jumlah penduduk local yang mencari kayu arang
pada lokasi tambang sebesar 250 jiwa
Dari segi luas wilayah persebaran dampak: dampak tergolong
tidak penting karena yang mencari kayu arang hanya terjadi
pada Desa Nagasaribu dan Siharjulu
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena berlangsung selama proyek
Dari segi berbalik atau tidaknya dampak : dampak tergolong
penting karena penduduk local tidak dapat memanfaatkan
kembali lahan gambut sebagai tempat pencari tunggul kayu
b. Sosial Budaya
Dampak terhadap komponen lingkungan social budaya berupa
kecemburuan social dan persepsi masyarakat akan berlangsung selama
tahap pra konstruksi
Bila dievaluasi berdasarkan Surat Keputusan BAPEDAL No. 056
Tahun 1994, maka diperoleh sebagai berikut:
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong penting,
karena sebagian lahan yang terkena kegiatan penambangan
berlangsung merupakan tempat pencari tunggul kayu untuk
pembuatan arang sebanyak 200 jiwa
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong penting
karena kecemburuan social terjadi sebagai akibat hilangnya
mata pencaharian penduduk mencari kayu arang
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena kecemburuan social berlangsung selama proyek
Dari segi berbalik atau tidaknya dampak : dampak tergolong
penting karena penduduk local tidak dapat memanfaatkan
kembali lahan gambut sebagai tempat pencari tunggul kayu
5.1.2 Tahap Konstruksi
a) Kualitas Udara
Berdasarkan sifat kegiatan pada tahap konstruksi, maka dampak
yang terlihat nyata untuk parameter kualitas udara yaitu
meningkatnya debu, gas CO2 dan gas SO2.
b) Kebisingan
Pada tahap konstruksi terdapat 2 kegiatan yang menimbulkan
kebisingan yaitu dari aktivitas alat-alat berat dan mobilitas
kendaraan pada kegiatan konstruksi.
c) Kualitas Air
Berdasarkan sifat kegiatan tahap konstruksi yaitu kegiatan penyiapan
lahan, maka dampak yang nyata beberapa parameter kualitas air
terutama kekeruhan, kadar zat padat tersuspensi yang secara
langsung akan menurunkan kadar oksigen terlarut akibat kurangnya
penetrasi sinar matahari serta menaikan kadar nutrisi didalam air
yang selanjutnya akan menimbulkan dampak terhadap biota
perairan.
d) Biota Air
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena tidak terdapat kegiatan penangkapan ikan diarea
tersebut
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena luas wilayah dampak hanya disekitar area
tambang
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
tidak penting karena dampak berlangsung selama proyek.
e) Sosial Ekonomi
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena kecilnya daya serap tenaga kerja local yaitu
sekitar 90 jiwa.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan
pendapatan keluarga hanya terjadi pada Kecamatan Lintong
Nihuta terutama desa Nagasaribu 1 dan Siharjulu.
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena berlangsung selama umur proyek
f) Sosial Budaya
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena sebagian kecil lahan masyarakat terkena sewa
pakai lahan untuk areal tambang gambut.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong penting
karena kecemburuan social terjadi sebagai akibat kurang
meratanya penyerapan tenaga kerja
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
tidak penting karena kecemburuan social selama kegiatan
konstruksi, kecemburuan social diredam dengan melibatkan
masyarakat.
b) Kebisingan
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena penduduk yang terkena dampak relative kecil,
hal ini bisa dilihat dari jarak pemukiman yang sangat jauh dari
areal penambangan.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena kebisingan hanya berlangsung di tapak tambang
dan jalan kerja.
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
tidak penting karena lamanya kegiatan tambang berlangsung
selama kegiatan tahap operasi
c) Hidrologi
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong penting,
karena penduduk terkena dampak penurunan muka air tanah
yang disebabkan penambangan gambut
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena berlangsung di tapak tambang dan kecamatan
lintong nihuta
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting penting karena lamanya kegiatan tambang berlangsung
selama 11 tahun
d) Kualitas Air
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena aktivitas manusia tidak banyak di areal sungai
Panggaer Sirna
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong penting
karena areal disekitar tambang menerima dampak langsung pada
kegiatan tambang
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting penting karena lamanya kegiatan tambang berlangsung
selama 11 tahun
e) Biota Darat
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena areal dampak bukan kegiatan pertanian
penduduk.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong penting
karena dampak yang terjadi pada areal tambang dan sekitarnya
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
tidak penting karena berlangsung seumur kegiatan tambang.
f) Biota Air
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena tidak adanya penangkapan ikan di pengairan
dekat areal tapak tambang.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena dampak yang terjadi pada areal tambang.
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena lamanya kegiatan tambang berlangsung selama
11 tahun
6.1.4 Tahap Pasca Operasi
A. Sosial Ekonomi
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong penting,
karena terjadinya pemutusan hubungan kerja sebesar 118 jiwa.
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena pemutusuan hubungan kerja terjadi di Desa
Nagasaribu 1 dan Siharjulu
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena tidak adanya kegiatan tambang dengan waktu
yang tidak terbatas.
B. Sosial Budaya
Dari segi jumlah manusia terkena dampak tergolong tidak
penting, karena setelah pemutusan hubungan kerja maka tidak
ada kegiatan tambang
Dari segi luas wilayah persebaran dampak tergolong tidak
penting karena pemutusuan hubungan kerja terjadi di Desa
Nagasaribu 1 dan Siharjulu
Dari segi lamanya dampak berlangsung : dampak tergolong
penting karena tidak adanya kegiatan tambang dengan waktu
yang tidak terbatas.
BAB VI
RUMUSAN DAMPAK-DAMPAK PENTING YANG
PERLU DIKELOLA DAN DIPANTAU
Mengacu dari hasil perkiraan dan evaluasi dampak, kegiatan penambangan
gambut PT Karya Kencana Agung akan menimbulkan dampak negatif terutama
terhadao komponen lingkungan hidrologi, apabila tidak dilakukan usaha-usaha
oenanggulangan dan pencegahan dampak dari sumbernya. Namun demikian,
kegaitan penambangan gambut ini akan menimbulkan peningkatan kesemoatan
kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan masyarakat.
Berbagai parameter atau variabel yang mungkin terkena dampak panting adalah:
a. Hidrologi (Air permukaan dan air tanah).
b. Aktifitas ekonomi lokal
c. Kesempatan kerja
d. Kecemburuan sosial dan presepsi masyarakat.
Semua dampak penting tersebut, aik yang bersifat negatif maupun positif
akan dikelola dan dipantau. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang akan
dilaksanakan PT. Karya Kencana Agungputra untuk menangani dampak negatif
dan positif tersebut diatas meliputi:
Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dalam menangani
maslah-masalah sosial ekonomi.
Upaya penanggulangan yang perlu dilakukan dalam pola sirkulasi air adalah
dengan cara pengaturan saluran drainase yang lebih efisien terutama pada
daerah-daerah yang terkena aktifiras tambang.
Upaya penanggulangan penurunan muka air tanah disekitar lokasi tambang
akan dibuat dinding beton kedap air di areal tambang gambut,
Upaya penanggulangan penurunan muka air tanah disekitar lokasi tambangan
akan dibuat dinding beton kedap air di areal tambang gambut.
Meningkatkan dampak positif melalui pemberian prioritas kepada tenaga
kerja lokal
Melakukan pendekatan pada tokoh-tokoh masyarakat formal informal untuk
menjaga presepsi masyarakat terhadap kegiatan penambangan tetap baik.