Anda di halaman 1dari 30

ARAB PRA-ISLAM

A. Letak Geografis Jazirah Arab


Jazirah Arab bentuknya memanjang dan tidak parallelogram. Kesebelah
utara Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira , Dijla (Tigris), Furat
(Eupharates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudra Indonesia dan Teluk
Aden , sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, sebelah barat dan selatan
daerah ini dikelilingi lautan, dari utara Padang Sahara dan dari timur Padang
Sahara dan Teluk Persia. Akan tetapi bukan rintangan itu saja yang telah
melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan dan penyebaran agama,
melainkan karena jaraknya berjauh-jauhan. Panjang semenanjung itu 1000 km
lebih dan lebarnya kira-kira 1000 km pula. Dan yang lebih-lebih lagi
melindunginya ialah tandusnya daerah ini yang luar biasa hingga para penjajah
merasa enggan melihatnya. Dalam daerah yang seluas itu sebuah sungaipun tidak
ada. Musim hujan yang akan dijadikan pegangan dalam mengatur sesuatu usaha
juga tidak menentu. Kecuali daerah Yaman yang terletak disebelah selatan yang
sangat subur tanahnya dan cukup banyak hujan turun, wilayah arab lainnya terdiri
dari gunung-gunung, dataran tinggi, lembah-lembah tandus serta alam yang
gersang. Tak mudah orang akan tinggal menetap atau akan memperoleh
kemajuan. Sama sekali tinggal di daerah itu tidak menarik selain hidup
mengembara terus menerus dengan mempegunakan unta sebagai kapalnya
ditengah-tengah lautan padang pasir itu, sambil mencari padang hijau untuk
makan ternaknya . tempat-tempat beternak di jazirah Arab biasanya disekitar
mata air yang menyumber dari bekas air hujan, air hujan yang berasal dari celah-
celah batu di daerah itu. Dari situlah tumbuhnya padang hijau yang terserak
disana-sini dalam wadah-wadah yang berada disekitar mata air.
Dilihat dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan
membagi kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :

1. Arab Baidah , yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq
dan lain-lainnya.

2. Arab Aribah , yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Yarub bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah .

3. Arab Mustaribah , yaitu kaum- kaum Arab yang berasal dari keturunan
Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
B. Sistem Politik dan Kemasyarakatan

a. Sistem Politik

Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-


kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling
bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada
mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah
pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam
pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka
teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit
membelanya. Semboyan mereka “Tolong saudaramu, baik dia
menganiaya atau dianiaya.”

Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka


yang memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah
pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan
fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan
menghadang musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah
ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah harus
mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan
damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas
pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa.

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system diktator. Banyak


hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang
harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah.
Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya
mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan
kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk
dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih
dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus
diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang
memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap
lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati,
menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian,
membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka
mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala
berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang
menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga
kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang
sedang bersaing mencari simpati.

b. Sistem Kemasyarakatan
Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat.
Yang kondisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan
seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan
diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang
terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan
menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan
keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk
berhubungan yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah
lagi, wanita bisa bercampur dengan lima orang atau lebih laki-laki
sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan poliandri . Perzinahan mewarnai
setiap lapisan masyarakat.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya
terjadi di lapisan tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian
kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang memang masih memiliki
keagungan jiwa. Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur
hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena
kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki- lakinya, karena
takut miskin dan lapar. Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka
bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek
kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya
binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan
layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-
gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari
rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan
musuh.

C. Sitem Kepercayaan dan Kebudayaan


Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang
yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan
agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka
menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia
melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul
dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di
Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan
terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk
Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah
suci. Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempat-tempat tertentu, seperti :
1. Manat , mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari
kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada
pada agama Ibrahim.

NABI MUHAMMAD SAW


A. Riwayat hidup Nabi Muhammad SAW
Pada usia sembilan tahun (setengah riwayat mengatakan pada usia 12
tahun), baginda bersama pamannya, Abu Talib berdagang ke Syam atas urusan
perniagaan. Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendeta Nasrani bernama
Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan
mengenai pengutusan seorang nabi dalam kalangan bangsa Arab yang akan lahir
pada masa itu.
Pada usia 20 tahun baginda terlibat dalam peperangan Fijar ( lbnu
Hisyam menyatakan ketika itu usia baginda ialah 14 atau 15 tahun). Baginda
menyertai peperangan tersebut beberapa hari dan berperanan mengumpulkan
anak-anak panah .’ Baginda menyaksikan perjanjian Al-Fudhul’; perjanjian
damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi di Makkah.

Pada usia 25 tahun. Baginda berdagang kali kedua ke Syam atas urusan
perniagaan milik Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah. Perjalanan ke Syam
ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah. Baginda bersama-sama Abu
Talib dan beberapa orang pamannya yang lain pergi berjumpa Amru bin As’h,
paman Khadijah untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu. Mas
kawin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham

Pada usia 35 tahun. Berlaku peristiwa banjir besar melanda Makkah dan
meruntuhkan keseluruhan dinding Ka’bah. Pembinaan semula Ka’bah dilakukan
oleh pembesar-pembesar dan penduduk Makkah. Rasulullah SAW diberi
kemuliaan untuk meletakkan ‘Hajarul-Aswad’ ke tempat asal dan sekaligus
meredakan perseteruan mengenai peletakan batu tersebut.

Pada usia 40 tahun. Baginda menerima wahyu di gua Hira’ sebagai


perlantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman.

Pada usia 53 tahun. Baginda berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah


dengan ditemani oleh Sayidina Abu Bakar Al-Siddiq. Tiba di Madinah pada
tanggal 12 Rabiulawal/ 24 September 622M.

Pada usia 63 tahun. Kewafatan Rasulullah SAW di Madinah Al-


Munawwarah pada hari Senin, 12 Rabiulawal tahun 11H/ 8 Jun 632 M.

B. Kedudukan dan peran Nabi periode Makkah


Selama periode Mekah tersebut, Nabi Muhammad saw, berperan sebagai
pemimpin agama. Perkataan “pemimpin agama” berasal dari kata dasar
pemimpin ditambah awalan pe dan kata agama. Kata “pemimpin” artinya : 1).
Orang yang memimpin; 2). Petunjuk, buku petunjuk/pedoman. Sementara itu,
kata agama sebagai tuntunan, teks, kitab suci dan diwarisi turun temurun. Jadi,
perkataan pemimpin agama secara sederhana adalah orang yang memberikan
tuntunan. Perkataan pemimpin agama yang dimaksud adalah orang yang
memeberikan petunjuk(tuntunan) dan mengajarkan tentang persoalan-persoalan
agama. Perkataan ini sejalan dengan peran Nabi Muhammad saw, di kota Mekah
yakni sebagai pemimpin agama (dai dan pendidik).
C. Kedudukan dan peran Nabi periode Madinah
Pada periode Madinah, Nabi berperan sebagai kepala agama dan kepala
pemerintahan. Peran kepala agama telah beliau sandang sejak diangkat menjadi
Rasul Allah ketika menerima wahyu yang pertama di gua Hira Mekah. Sementara
itu, peran Nabi sebagai kepala negara beliau emban sejak kedatangannya ke
Madinah ketika hijrah dari Mekah. Adapun proses pengangkatan Nabi sebagai
Kepala Negara, diawali dari permintaan kesediaan oleh para wakil suku-suku Aus
dan Khazraj yang berjumlah 73 orang dalam Baiat Aqabah ll yang pada akhirnya
diaklamasikan kepada semua warga Madinah bahwa Dia adalah hakam mereka.

ZAMAN KHULAFA AL-RASYIDIN


Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para
khalifah (pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah
SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah SAW wafat.
Yang disebut Khulafaur Rasyidin. Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:
1. Abu Bakar as Shiddiq
Lahir : 27 Oktober 573 M, Mekkah, Arab Saudi
Meninggal : 23 Agustus 634 M, Madinah, Arab Saudi
Nama lengkap : Abū Bakr aṣ-Ṣiddīq ‘Abdallāh bin Abī Quḥāfah
Nama lain : Ash-Shiddiq, Al-`Atiq
Pasangan : Asma binti Umays
Anak : Aisyah, Muhammad bin Abu Bakar, Asma' binti Abu
Bakar
Proses pengangkatan abu-bakar berlangsung dramatis, karena adanya
berdebatan antara pemuka muhajirin dan anshar. Tapi pada akhirnya yang
menggantikan Rosul adalah Abu-bakar, Abu Bakar dicalonkan dengan alasan
dialah sahabat Rasulullah yang menemani Nabi saw. Dalam gua Tsur dan pernah
ditunjuk Nabi saw menjadi imam sholat.
Peran dan jasa Abu Bakar pada saat menjadi pemimpin, beliau berjasa dan
berjasa pada saat perang Riddah, melanjutkan rencana Nabi, pembagian wilayah,
kodifikasi Al-Quran. Sistem politik pada masa Abu Bakar adalah politik
Musyawarah, dan sistem pemerintahannya memakai undang-undang.

2. Umar bin Khatab


Lahir : 579 M, Mekkah, Arab Saudi
Nama lengkap : Umar ibn Al-Khattāb
Masa kekuasaan : 23 Agustus 634 – November 7 644
Meninggal : 3 November 644 M, Madinah, Arab Saudi
Anak : Abdullah bin Umar, Hafsah binti Umar, Asim
bin Umar
Pasangan : Ummi Kultsum binti Ali, Atikah binti Zaid bin
Amru bin Nufail

Proses pengangkatan Umar, Sumber sumber menyebutkan bahwa


ia mengklaim pesannya untuk umat islam itu kepada Usman. Tak kala
mengklaimkan dan sampai pada kata-kata: aku menunjuk sebagai penggantiku
kepada kamu sekalian……” ia jatuh pingsan. Kuatir pingsannya itu membawa
maut, oleh Usman ditruskan sendiri dengan menulis “Umar bin Khatab” ketika
Abu bakar tersadar dari pingsannya, Abu bakar berkata kepada Usman

Coba bacakan yang sudah kau tulis. Setelah dibaca oleh Usman dan
mendengar nama Umar bin Khatab Abu Bakar bertakbir dan katanya kepada
Usman: Demi Islam, Allah membalas kebaikan kepadamu kau kuatir dalam
pingsanku ini hayatku akan berakhir.

Peran dan jasa Umar selama menjadi khalifah, ia berhasil memperkuas


wilayah islam, umar melakukan banyak reformasi dan mengontrol dari kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru
ditaklukan.

Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu  segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia
Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam. Dimasa
ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.

3. Usman bin Affan


Masa jabatan : 644-656 Masehi
Gelar : Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua
cahaya
Lahir : 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah
Meninggal : Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di
Madinah

Proses pengangkatan Khalifah setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai


khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah
selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul
Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah
bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang
tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun
menjadi khalifah ketiga dan yang tertua.

Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang
cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel.
Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga
mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.

Kebijakan politik yang dilakukan Usman adalah melanjutkan ekspansi yang


dilakukan Umar ke berbnagai wilayah di front barat,timur dan utara. Langkah
politik Usman yang lain adalah menyempurnakan pembagian kekuasaan
pemerintah dengan menekankan sistem pemerintahan terpusat (sentralisasi)
dari seluruh pendapatan propinsi dan menetapkan juru hitung safawi

Perilaku politik nepotisme dengan menempatkan Bani Umayyah menempati


posisi penting dalam pemerintahan Usman,dalam pandangan sahabat dan
masyarakat Madinah menjadi titik kelemahan. Maka muncullah kebencian
rakyat yang pada beberapa waktu kemudian meletuslah pembangkangan dan
pemberontakan di beberapa negeri yang dilakukan oleh orang-orang yang
kecewa terhadap kebijakan khalifah.

4. Ali bin Abu Thalib


Nama lengkap :Abu hasan ali bin abi thalib bin abdul muthalib al-
hasyimi alquraisyi.
Gelar : Abu turab (si bapak debu tanah).
Dibai’at : Hari jumat 25 Dzul hijjah tahun 35 Hijriah ( 4 juni 656
M)
Lahir : 23 sebelum hijriah 600 M.
Meninggal : 19 Ramadhan 40 H ( 25 januari 661 M) memerintah
selamasekitar 4 tahun 9 bulan usia 60 tahun.
Dimakamkan : Kufah , irak.
Anak : Al-hasan, Al-husain, Muhsin, Zaynab dan ummi
kulsum
Proses pengangkatan khalifah Ali, Abdullah bin Saba salah seorang
peminpin di Mesir mengusulkan agar Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai
khalifah. Usulan tersebut disetujui mayoritas masyarakat muslim, kecuali
mereka yang pro ke Muawiyah bin Abu Sufyan. Ali bin Abi Thalib semula
menolak usulan tersebut dan tak mau menerima jabatan khalifah. Alasannya,
situasinya kurang tepat, karena banyak terjadi kerusuhan dimana-
mana.Situasi ini harus diatasi terlebih dahulu baru membicarakan masalah
kepeminpinan. Namun ia terus mendapat desakan dari para pengikutnya,
akhirnya tawaran untuk menduduki jabatan khalifah diterima.
Peran dan Jasa Khalifah Ali adalah menarik kembali tanah hibah yang
telah dibagikan Utsman kepada kerabatnya ke dalam pemilikan negara, pada
masa ustman banyak dari kerabatnya yang diberikan berbagai fasilitas dan
kemudahan dalam berbagai bidang hingga banyak diantara mereka yang
merongrong pemerintahan khalifah ustman. Menurunkan dan mengganti para
Gubernur yang tidak disenangi rakyat yang diangkat pada zaman ustman
dikarenakan usia ustman bin afan yang sudah lanjut usia dan mulai tak
mampu mengontrol para penguasa dalam pemerintahannya.
DINASTI UMAYYAH
A. Pembentukan Bani Umayyah
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin
‘Abdul Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah
Quraisy pada zaman jahiliyah.
Bani Umayyah baru masuk agama Islam pada fathul Makkah. Memasuki tahun
ke 40 H/660 M, Pertikaian politik terjadi dikalangan umat Islam, puncaknya
adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. 
Setelah khalifah terbunuh, umat Islam  di wilayah Iraq mengangkat al-
Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah bin
Abi Sufyan sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan
dirinya sebagai Khalifah.Namun karena Hasan ternyata lemah sementara
Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan
pemerintahannya kepada Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah merupakan
pendiri dinasti Bani Umayyah.  
Karier politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab.

Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk,


Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena sukses
memimpinya, menjadi gubernur Syria oleh khalifah Umar. 

Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan


perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan
Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah
terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai gubernur Syria. 

Sejak saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan
mendirikan dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah
menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara
merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya.

B. Pembentukan Politik
Dinasti Umayyah yang beribukota di Damaskus, Syria merupakan awal
dari munculnya Negara Islam yang berbentuk Monarchiheridetis (Kerajaan turun
temurun) dengan pemerintahannya yang bersifat otokratis (Kekuasaan yang tidak
terbatas), kecuali pada masa Khalifah Umar Ibn Abd Al-Aziz. Hal ini menandai
berakhirnya Negara Islam di Madinah-Kufah yang berbentuk khilafah (semacam
republik) dengan pemerintahannya mengambil bentuk Devine Democracy
(Demokrasi Suci) atau Theo Democracy (Demokrasi Ketuhanan) yang dikepalai
masing-masing seorang Khalifah dari Khulafaur Rasyidin. Pergantian bentuk
negara ini bermula dari pengangkatan Yazid ibn Muawiyah menjadi putera
mahkota tatkala Muawiyah masih hidup.
C. Kemajuan bani umayyah
Tercatat bahwa semasa pemerintahan khalifah-khalifah Daulah
Umayyah, pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Umayyah baik semasa
Daulah Umayyah di Damaskus (661 -750 M) maupun dimasa Daulah Umayyah
di Andalusia atau Spanyol (756 -1031 M). Damaskus  yang sekarang menjadi
ibukota negara Suriah menjadi saksi sejarah betapa majunya peradaban dan ilmu
pengetahuan saat itu.
D. Kemunduran bani umayyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah
dan membawanya kepada kehancuran.
Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang
baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya
tidak jelas. Ke tidak jelasan pergantian Khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
Latar belakang terbentuknya Daulah Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa -sisa kaum Syi’ah dan
Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal
atau akhir maupun secara tersembunyi dimasa pertengahan kekuasaan Daulah
Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.
Pada masa kekuasaan Daulah Umayyah pertentangan etnis antara suku
Arab utara (Bani Qays) dan Arab selatan (Bani Kalb) yang ada sejak zaman
sebelum Islam, semakin meruncing perselisihan ini mengakibatkan para penguasa
Daulah Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
Di samping itu, sebagian besar golongan Mawali merasa tidak puas karena status
mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan
bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Daulah Umayyah.
Sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah
tidak sanggup memikul beban kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, di
samping itu, golongan agama kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.
Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al Abbas Ibn Ab Al-
Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan
golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh Bani
Umayyah.

DINASTI ABBASIYYAH
A. Pembentukan Bani Abbasiyah
Dinasti abbasiyyah didirikan oleh Abdullah as saffah bin Muhammad bin ali bin
bin abdillah bin abbas. Dinamakan khilafah abbasiyyah karena pendiri dari
penguasa negri ini adalah keturunan al- abbas paman nabi saw dalam kekuasan
dinasti abbasiyyah pusat pemerintahan di pindahkan ke kuffah dan akhirnya ke
bagdad sampai runtuhnya daulah abbasiyyah. Bagdad dijuluki sebagai "madinah
assalam". Mereka Berpendapat bahwa Periode awal merupakan periode
keemasan dalam ilmu, sastra, pemerintahan , politik periode ini dikenal dengan
khalifah yang agung, sedangkan periode kedua merupakan kemunduran, periode
ini di tandai dengan melemahnya pemimpin, hilangnya wibawa khalifah,
terpecahnya negri - negri dan berkuasanya hawa nafsu Ada juga yang membagi
periode abbasiyyah berdasarkan golongan yang memerintah dibagi menjadi limap
eriode :
1. Periode I (132H / 750M – 232 / 847M ) Pengaruh Persia
2. periode II (232 H/874 M-334 H/9445 M) Pengaruh turki pertama
3. periode III (334 H/9445 M-447 H/1055 M) pengaruh Persia dua
4. periode IV (447 H/1055-M-334 H/1055 M) pengaruh turki dua
5. periode V (590 H/1194 M-656 H-1258 M) kekuasaan aktif sekitar bagdad
B. Perkembangan politik
Dalam menjalankan pemerintahannya, pada masa bani abbasiyah dibantu
oleh wizar (Perdana Menteri) dengan jabatannya disebut Wizarat. Sedangkan
wizaraat itu dibagi menjadi dua : 1) Wizaar Tanfiz (Sistem Presidentil) seorang
waazir bekerja keras membantu atas nama khalifah. 2) Wizaaratut Tafwidl
(Parlemen Kabinet) waazir berkuasa penuh memimpin pemerintahnnya.
Sedangkan khalifah hanya sebagai lambang saja.
Selain itu untuk membantu negara dalam mengurus tata usaha negaranya
diadakan sebuah dewan yang bernama diwaanul kitaabah (sekertariat negara).
Yang dipimpin oleh raisul kitaab (sekertaris negara). Waazir dalam mengurus
pemerintahannya dibantu oleh raisul diwan (Menteri-menteri departemen). Tata
usaha negara ini bersifat sentralistik yang diberi nama an-nidhamul idary al-
markazy.
C. Kemajuan pada masa bani Abbasiyyah
Kemajuan yang cukup pesat berhasil dicapai oleh abbasiyah dalam bidang
perkembangan intelektual. Dimana pada masa itu banyak sekali penemuan yang
berhasil diciptakan oleh cendikiawan muslim. Contohnya, seperti ilmu-ilmu
umum, ilmu Naqli, dan penemuan-penemuan yang sangat penting lainnya.
D. Kemunduran bani abbasiyah
Ada dua faktor yang mempengaruhi runtuh nya dinasti abbasiyyah, yaitu faktor
intern dan ekstern.
1. Faktor intern nya adalah kemewahan hidup para pemimpinnya, Perebutan
kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah, konflik keagamaan.
2. Faktor ekstern nya adalah banyaknya pemberontakan, dominasi bangsa
Turki, dominasi bangsa Persia,

ISLAM DI ANDALUSIA
A. Masuknya Islam ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur
Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/
Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa
Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang
dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka
adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada
diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus
orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif
dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di
Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta
rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke
Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil
menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari
Saragosa sampai Navarre.
B. Kemajuan peradaban
Kemajuan yang pertama dari segi keilmuan atau intelektual, dari bidang
seni, bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan peradaban ini,
kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti
Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-
Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh
kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan
ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut
agama Kristen dan Yahudi.

C. Kemunduran dan kehancuran peradaban Andalusia


Mundur dan hancurnya peradaban islam di Spanyol dipengaruhi oleh
konflik islam dan kristen, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Muluk al-Tawaif, terus penyebab
ketiga kemerosotan ekonomi, yang terakhir tidak jelasnya sistem peralihan
kekuasaan.

DINASTI KECIL

A. Dinasti Aglabiyah
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Aghlabiyah
Aghlabiyah merupakan dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para
penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga dinasti
tersebut dinamakan Aghlabiyah. Awal mula terbentuknya yaitu ketika
Baghdad di bawah pemerintahan Harun ar-Rasyid dan memberikan
kewenangan kepada Ibrahim ibn Aghlab atas Provinsi Ifriqiyah dalam rangka
menghadapi Dinasti Idrisiyah karena di bagian Barat Afrika Utara, terdapat
dinasti Idrisiyah (berpaham syi’ah yang memberontak pada Abbasiyah) yang
semakin kuat, dan kedua dari golongan Khawarij. Setelah berhasil
mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada
Harun ar-Rasyid supaya wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak
keturunannya secara permanen. Dalam menaklukkan wilayah baru
dibutuhkan suatu proses yang panjang dan perjuangan yang besar, namun
tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya adalah pemberian. Harun ar-Rasyid
menyetujui usulannya, sehingga berdirilah dinasti kecil (Aghlabiyah) yang
berpusat di Ifriqiyah yang mempunyai hak otonomi penuh. 
2. Kemajuan Dinasti Aghlabiyah Dinasti aghlabiyah terkenal dengan
prestasinya di bidang arsitektur, terutama dalam pembangunan masjid. Pada
masa Ziyadatullah yang kemudian disempurnakan oleh Ibrahim II, berdiri
dengan megahnya masjid yang besar Yaitu mesjid Qairawan, menara
masjidnya yang merupakan warisan dari bentuk Bangunan Umayah
merupakan bangunan tertua di afrika.Oleh karena itulah Qairawan menjadi
kota suci ke empat setelah Mekah, Madinah, dan Yerusalem Masjid tersebut
disebut sebagai masjid terindah dalam islam karena ditata sedemikian indah,
selain itu dibangun pula sebuah mesjid di Tunisia. Pada masa Kekuasaan
Ahmad, serta dibuat pula suatu peralatan pertanian dan irigasi untuk daerah
ifrikiyah yang kurang subur.
3. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah Menjelang akhir abad IX, posisi
Aghlabiyah di Ifriqiyah merosot. Hal ini disebabkan karena amir terakhirnya
yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-foya), dan
seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’ah, yaitu Abu
Abdullah. Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang
cukupbesardi Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer,
dan Dinasti Aghlabiyah dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III
diusir ke Mesir setelah melakukan upaya yang sia-sia demi mendapatkan
bantuan dari Abbasiyah untuk menyelamatkan Aghlabiyah.
B. Dinasti Fatimiyyah
1. Sejarah berdrinya Dinasti Fatimiyyah
Dinasti ini di  nisbahakan kepada Fatimah Al-Zahra (Putri Nabi Saw dan
Istri Ali Bin Abi Thalib). Pendiri dinasti fatimiyah adalah Ubaid Allah
Al-Mahdi yang mengaku sebagai keturunan Ali Bin Abi Thalib dan
Fatimah melalui melalui Ja’far AsShodiq. Abu Abdullah mengundang
Ubaidillah yang diakui sebagai pemimpin gerakan datang ke Afrika
Utara bergabung dengan mereka dan menempatkanya di bekas ibukota
Aghlabi. Ia diakui sebagai imam Al-Mahdi pada bulan Januari 901 M
dan menjabat sebagai Amir al-Mu’minin. 
2. Kemajuan Dinasti Fatimiyyah
a) Kemajuan dalam hubungan perdagangan dengan Dunia non
Islam, termasuk India dan negeri-negeri Mediteramia yang
KRISTEN.
b) Kemajuan di bidang seni, dapat dilihat pada sejumlah dekorasi
dan arsitektur istana.
c) Kemajuan di bidang pengetahuan membangun masjid al-azahar
yang di dalamnya terdapat kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan sehingga berdirilah dengan dibangunnya
Universitas Al–Azhar.
3. Kemunduran Dinasti Fattimiyyah
Setelah meninggal Al-Aziz di ganti oleh Al-Hakim yang
melakukan banyak kerusakan diantaranya membunuh sejumlah mentri,
merusak gereja yang ada di palestina yang memicu tejadinya perang
salib, dan ia mengaku sebagai reinkarnasi dari Tuhan dan akhrinya ia di
bunuh atas konspirasinya itu. Setelah meninggal al-hakim di gantikan
oleh putranya yaitu Abu Hasan Ali Al-Zhahir dan beliau meninggal
karena sakit penggantinya adalah Abu Tamim Al-Ma’had Al Muntansir
pada saat pengankatan beliau terjadi pemberontakan di palestina, saljuk
berhasil menguasai Asia Barat, provinsi-provinsi di Afrika menolak
membayar pajak dan menyatakan lepas dari kekuasaan fatimiyah atas
dukungan Bani Abbas. Tripoli dan Tunisia dikuasai oleh suku hilal dan
suliam dan sicilia dikuasai oleh bangsa normandia.
Keadaan ini diperparah dengan kondisi alam, munculnya wabah
penyakit dan kemarau yang panjang sehingga sungai nil menjadi kering.
Inilah awal munculnya perang saudara. 
C. Dinasti Ayubiyah
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Sebagai ganti Fatimiyah muncul Dinasti Ayyubiyah di Mesir
yang berkuasa tahun 564 sampai dengan akhir abad ke 9H/1169M
sampai akhir abad ke -15 M. Pendiri dinasti ini adalah Shalahuddin al
Ayyubi keponakan Ayyub, yang berasal dari suku Kurdi yang di rekrut
oleh para penguasa turki sehingga terturkikanlah mereka.
Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara
mengakuinya sebagai pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah
meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap
mempertahankan lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti
Fathimiyah, tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah
menjadi Sunni.
Keberhasilan Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi
penguasa otonom.Dalam mengkosolidasikan kekuatannya, ia banyak
memanfaatkan keluarganya untuk ekspansi ke wilayah lain, seperti
Turansyah. Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman 1173 M.
Taqiyuddin, keponakannya disetting untuk melawan tentara Salib yang
menduduki Dimyat. Sedang Syihabuddin, pamannya, untuk menduduki
Mesir Hulu (Nubia).
2. Kemajuan Dinasti Ayubiyyah
a) Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan
Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan
dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M yang
dijadikan sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam
sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al- Hadist al-
Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-
pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab
hukum Sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada
monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip
gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
b) Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah
diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan
geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang
kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang
yang cacat pikiran.
c) Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh
seorang ilmuwan Syiria yang lebih canggih dibanding buatan
orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik
gelas.
d) Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi negara-nrgara di Eropa dan
negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa terdapat
perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menjadi sebab
adanya perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat
itu dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem
kredit, bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu
sudah ada uang yang terbuat dari emas.
e) Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan
sebagainya, juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-
burung dalam peperangan. Di samping itu, adanya perang Salib
telah membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri,
perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
3. Kemunduran dinasti Ayyubiyah
Sepeninggal Al-Kamil tahu 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak
oleh pertentangan-pertentangan intern. Serangan Salib keenam dapat
diatasi, dan pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap. Namun
pada tahun 1250 M keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah
pemberontakan oleh salah satu resimen budak (Mamluk)nya, yang
membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan mengangkat salah seorang
pejabat (Aybak) menjadi sultan baru. Keruntuhan ini terjadi di dua
tempat, di wilayah Barat Ayyubiyah, berakhir oleh serangan Mamluk,
sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol (Glasse,
1996:552). Dengan demikian berakhirlah riwayat Ayyubiyah oleh
Dinasti Mamalik. Dinasti yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan
dari serangan bangsa Mongol.
D. Dinasti Mamalik
1. Sejarah berdirinya dinasti Mamalik
Terbentuknya Dinasti Mamalik di Mesir tidak dapat dipisahkan dari
Dinasti Ayyubiyah ketika terjadi perebutan kekuasaan antara al-Malik as-
Shalih dan al-Malik al-Kamil. Dalam perebutan kekuasaan ini para
tentara yang berasal dari Kurdi memihak kepada al-Malik al-Kamil,
sementara yang berasal dari budak tergabung dalam Mamalik Bahriyun
mendukung al-Malik as-Shalih. Dalam perebutan kekuasaan ini al-Malik
as-Shalih mampu mengalahkan al-Malik al-Kamil dan al-Malik as-Shalih
berkuasa dari tahun 1240-1249 M.[9] Sejak masa itulah kaum Mamalik
mempunyai pengaruh  besar dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan.
Mereka menjadi bodyguard sultan dan amir yang semakin lemah.
Perhatian al-Malik al-Shalih begitu besar kepada kaum Mamalik
Bahriyun sehingga banyak di antara mereka yang ditempatkan pada
kelompok-kelompok elite yang terpisah dari masyarakat atau kelompok
militer yang lainnya. Perlakuan ini sebenarnya saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Kehadiran kaum Mamalik merupakan jaminan
bagi berlangsungnya kekuasaan al-Malik as-Shalih, sedangkan perlakuan
yang istimewa terhadap budak-budak itu bisa memberikan kemudahan
dalam peningkatan karier mereka dan imbalan-imbalan materiil lainnya.
2. Kemajuan Dinasti Mamalik
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik
Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam
waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan
pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya
empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297
M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di
Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi
dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-
kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi
pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
3. Kemunduran dinasti Mamalik
Dinasti mamalik akhrinya mengalami kemunduran sejak
peralihan kepemimpinan Mamluk Bahri ke Mamluk Burji pada tahun
1382M. mamluk Burji hanya mahir dalam bidang militer, namun tidak
memiliki keterampilan dalam mengatur Negara. Selain itu, Mamluk Burji
tidak menyukai ilmu pengetahuan dan sebagian sultannya menjadi
pemabuk. Pada tahun 922H/1516M dinasti Mamalik dikalahkan oleh
Sultan Salim I dari Turki Ustmani dalam pertempuan Marj Dabiq dekat
Aleppo. Akhrinya pada tahun 1517M, wilayah dinasti Mamalik menjadi
bagian dari kekhalifahan Turki Ustmani.

PERANG SALIB

Perang Salib (1096-1291). Perang kegamaan selama hampir dua abad yang
terjadi sebagai reaksi umat Kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang
dianggap sebagai pihak penyerang. Perang ini terjadi karena sejak tahun 632
sampai meletusnya Perang Salib sejumlah kota kota penting dan tempat suci umat
Kristen telah diduduki oleh umat Islam, seperti Suriah, Asia Kecil, Spanyol dan
Sicilia. Disebut Perang Salib Karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan
salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukan bahwa peperangan yang
mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci
Baitulmakdis (Yerusalem) dari tangan orang Islam.
Sebab terjadinya Perang Salib adalah karena kerajaan Seljuk
menghalang-halangi kaum Kristen untuk beribadah dan memperlakukan mereka
sebagai golongan marginal yang diperlakukan semena-mena, selain itu, kaum
Islam juga disebut sebut telah menghina mereka dan agama mereka. Hingga
kaum Kristen melaporkan hal ini kepada Paus Urbanus II pada tahun 1095
Setelah Paus Urbanus II mendengar hal ini, maka Paus Urbanus II
langsung mengumpulkan semua umat Kristen dan menyampaikan pidato terbuka
berapi-api di luar sebuah biara Prancis yang disebut Claremont. Dalam pidatonya
Paus Urbanus II mengatakan kepada majelis bangsawan Jerman, Prancis, dan
Italia bahwa dunia Kristen sedang dalam bahaya. Dan menyeru kepada seluruh
umat Kristen untuk membantu sesama umat Kristen untuk mengusir umat Islam
dari Yerussalem dan menyuruh mereka untuk selalu menggunakan salib,
sehingga perang ini dinamakan Crusades (Perang Salib).
Dalam buku lain disebutkan bahwa cikal bakal terjadinya Perang Salib
adalah karena kehawatiran orang Bizantium atas serangan Dinasti Seljuk yang
ingin menyerang Bizantium yang hendak menguasai pertanian di Bizantium.
Sehingga kaisar Bizantium yakni Alexius Commenus meminta bantuan Paus
Urbanus II untuk menggerakkan kaum Kristen untuk membantu mereka
menghalau kedatangan Seljuk. Paus Urbanus II ahirnya memenuhi permintaan
kaisar Bizantium. Paus Urbanus II kemudian mengumpulkan kaum Kristen untuk
bersatu menyerang kaum Islam.
Dalam pidatonya, Paus Urbanus II mengobarkan semangat umat kristen
dengan cara menyatakan bahwa dengan mengikuti perang salib maka dosa-dosa
yang lalu akan diampuni dan dijamin masuk surga, selain itu keluarga pejuang
perang salib akan mendapat jaminan hidup dan keselamatan.
Sehingga para pejuang Perang Salib tidak hanya berasal dari daerah
Roma saja, akan tetapi berasal dari kerajaa-kerajaan di Eropa, mulai dari relawan
rakyat biasa, pedagang, petani, bahkan para perampok yang ingin masuk surga.
Dalam prosesnya terdapat tiga periode. Periode pertama, penaklukan,
Periode Kedua, berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187,
Periode Ketiga, Kehancuran didalam pasukan salib.
Perang Salib secara garis besar dimenangkan oleh Islam, tetapi ada
beberapa hal negatif yang terjadi melalui Politik, Militer, Perindustrian,
Pertanian, Perniagaan, Ilmu pengetahuan dan kesehatan.

KERAJAAN BESAR
A. Turki Usmani
1. Asal usul Dinasti Turki Usmani
Pendiri daulah Turki Utsmani berasal dari kabilah Ughuz dari
daerah Mongolia sebelah utara Cina.Kabilah ini meninggalkan daerah
mereka dan pindah ke Turkistan dan berbaur dengan suku-suku Iran.
Mereka memeluk agama islam kira-kira abad ke 9M. mereka meneruskan
pengembaraan mereka kearah selatan dan menetap di hulu sungai Eufrat
untuk menghindari serangan bangsa Mongolia. Ketika pecah perang
antara kesultanan turki Saljuk melawan Mongolia, mereka segera
memberi bantuan sepenuhnya kepada Turki Saljuk. Sebagai balas jasa
sultan Saljuk mengangkat Ertoghrul (pimpinan kabilah Ughuz) sebagai
kepala pemerintahan di daerah Sogund, berbatasan dengan Bizantium
(Romawi Timur) bagian selatan latu Marmora. Setelah Ertoghrul wafat
(1289M), ia digantikan oleh anaknya yang bernama Usman dan dialah
yang merintisi berdirinya daulah Usmaniah (Turki Usmani).
Sejarahwan membagi dua periode pemerintahan Usmani.Pertama
dimulai dengan berdirinya kerjaan Usmani sampai puncak kejayaannya,
yaitu masa pemerintahan Usman I tahun 1299M sampai berakhirnya
masa pemerintahan Sulaiman Al-Qanuni tahun 1566M. sedang periode
yang kedua adalah masa mulai mundur dan lemahnya Turki Usmani yang
kemudian dingatikan dengan keberadaan Republik Turki, yaitu dari masa
pemerintahan Salim IItahun 1566M, terakhir pada masa Abd al-Majid II
tahun 1924M
2. Kemajuan-kemajuan Turki Usmani
a) Kemajuan dalam bidang Militer dan pemerintahan
Kemajuan dalam bidang militer dalam dinasti Usmani
sangat pesat, dengan ditandai dengan didirikannya pusat
pendidikan dan kemiliteran, sehingga terbentuklah pasukan
infantry tetap jennisary yang direkrut dari para memuda Kristen
yang menjadi tawanan perang.Selain itu kerajaan Usmani
membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di
tangan Sultan yang dibantu oleh perdana Mentri yang
membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I, di
bawahnya terdapat beberapa bupati, untuk mengatur uruasn
pemerintahan Negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU
yang diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerjaan Usmani samapi datangnya reformasi pada
abad ke -19M yang berkenaan dengan peraturan  administratif,
kriminal, kedisiplinan  para  pejabat, urusan kemiliteran dan
organisasi, hirarki keagamaan.
b) Kemajuan dibidan Arsitektur seni budaya dan ilmu pengetahuan
Pada masa Muhammad II, dikembangkannya syair-syair
Persia dan seni lukis Eropa.Kebudayaan Turki Usmani
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan
diantaranya adalah kebudayaan Persia, bizantium dan Arab.Dari
kebudayaan perisa mereaka banyak mengambil ajaran ajaran
tentang etika dan tata karma dalam istana raja. Organisasi
pemeritahan dan kemiliteran banyak diserap dari bizantium, dan
ajaran tetang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari arab. Dalam
bidangilmu pengetahuan di Turki usmani tidak begitu menonjol
karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya,
sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan
yang teremuka dari Turki Usmani.
c) Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peran besar
dalam lapangan sosial dan politik.Masyarakat di golongkan
berdasarkan agama, dan kerjaan sendiri sangat terikat dengan
syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh
karena itu, ajaran ajaran thorikot berkembang dan juga
mengalami kemajuan di Turku Usmani, para Mufti menjadi
pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai 
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
3. Kemunduran kerajaan turki usmani
Pada saat memasuku abad ke 17M, setelah meninggalnya Sulaiman al-
Qonuni, turki tidak mempunyai pemimpin yang kuat, banyak terjadi
pemberontakan dan peperangandi mana kerjaan usmani mengalami
kekalahan. Terjadinya konflik didalam istana sendiri yang saling
memperebutkan kekuasaan, terjadinya kemelut didalam negeri yang terus
berkelanjutan hingga muncul refolusi turki muda dan pada tahun 1924
kehalifahan Turki Usmani  dihapuskan dari kancah sejarah  dunia.
B. Kerajaan Safawiyah
1. Asal usul kerajaan Safawiyah
safawiyah berkembang setelah safi al-din mengubah bentuk dari
majlis pengajian tasawuf menjadi suatu gerakan keagamaan. Syekh safi
al-din mulai memimpin tarket ini dari tahun 1301 samapi 1334M.
sepeninggal syekh safi pimpinan tarket dipegang oleh putranya yang
bernama sadr al-din musa (1334-1391M). pada masa kepemimpinan
berikutnya, tarket safawi dipegang oleh putra Ibrahim yang bernama
junaid (1447-1460) keadaan telah beruah. Gerakan tarket tersebut yang
asal bercorak murni keagamaan telah menjadi gerakan politik yang
berorintasi pada kekuasaan.
Pada masa Ismail, gerakan safawi mencapi puncaknya sewaktu ia
menjadi mursyd, ia mengkonsolidasikan kekuatan politik selama kurang
lebih lima tahun(1494-1499M)sampai berhasil menghimpun kekuatan
yang cukup besar yang akhirnya mampu menaklukan penguasa shirvan.
Lalu ia menaklukan ak koyunlu di kota sharur (dekat nakhehivan).
Setelah itu ia bersama tentaranya (qizilbas) memasuki Tabriz, ibukota ak
koyunlu. Di kota ini ia memproklamasikan dirinya sebagai syekh
pertama kerjaan safawi pada tahun 1501M.
2. Kemajuan kerajaan Safawiyah
Dinasti safawi berkuasa di Persia sekitar dua setengah abad
(1501-1789M) tercatat dalam sejarah ada sebelas raja yang menduduki
singgasana kerajaan safawi.Kemajuan politik yang telah dicapai
tergambar dalam perluasan wilayah yang mencangkup daerah Khurasan
sebelah Timur, sekitar laut kaspia di sebelah utara, Asia kecil di sebelah
barat, dan kepulauan hormuz di sebelah selatan.Kekuatan militer dinasti
safawi yang militan baik dari pasukan inti qizalbsah maupun gulam
merupakan faktor yang dominan bagi perluasan wilayah.
Safawi mampu membangun proyek-proyek mercusuar. Misalnya
Istana, mesjid, jembatan besar, taman dan lain-lain. Mereka juga dapat
memajukan industry permadani, brokad (kain sutra), porselin,
memajukan seni  lukis, sekorasi, dan seni arsitektur.
3. Kemunduran kerajaan safawiyah
Kemunduran dan kehancuran dinasti safawiyah adalah terjadinya
kemeluat dalam negeri,terjadinya konflik dalam keluarga raja,lemahnya
para sultan,lemahnya pasukan kerjaan, konflik berkepanjangan dengan
turki.
C. Kerajaaan Mughal
1. Asal-usul Kerajaan Mughal
Dinasti Mughal didirikan oleh Zaharudin babur, seorang
keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa
Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Babur mewarisi
daerah farghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11Tahun. Ia
berambisi dan bertekad akan menaklukan Samarkand yang menjadi kota
penting di Asia pada masa itu, Pada mulanya ia mengalami kekalahan
tetapi kaarena mendapat bantuan dari Raja Safawi Ismail I, akhirnya ia
berhasil menaklukan Samarkand tahun 1494M.
Zaharuddin Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi
yang dipimpin oleh Ibrahim Lodi yang tengah berkuasa di India.India
saat itu tengah dilanda krisis sehingga stabilitas kekuasaan menjadi
kacau. Alam khan paman Ibrahim Lodi besama-sama Daulat Khan
meminta bantuan Babur di Afghanistan untuk menjatuhkan pereintahan
Ibrahim Lodi. Pada tahun 1525 dalam pertempuran di Panipat Babur
berhasil memperoleh kemenangan dari tangan Ibrohim Lodi. Babur
bersama pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakan
pemerintahan di kota ini, dengan ditegakkannya pemerintahan Babur,
maka berdirilah Dinasti Mughal di India pada tahun 1526M.
2. Kemajuan kerajaan Mughal
a) Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah dan konsolidasi pemerintahan.Usaha ini
hingga masa pemerintahan Aurangzeb.Pada masa Akbar terbetuk
landasan intitusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya
yang dijalankan oleh elite militer dan politik yang pada
umumnya terdiri dari pembesar-pembesarAfhgan, Iran, Turki,
dan Muslim asli India. Akbar juga menerapkan politik Universal
dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Wilayah
imperium dibagi menjadi sejumlah propinsi, guna untuk
memperumudah pengumpulan pajak.
b) Bidang Ekonomi
Terbentuknya system pemberian pinjaman bagi usaha
pertanian.Adanya system pemerintahan lokal yang digunakan
untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi
petani.Perdaganagan dan pengolahan industri pertanian mulai
berkembang. Pada masaakbar konsesi perdanganagn diberikan
pkepada The British East Company (EIC) perusahaan inggris.
3. Kemunduran Kerajaan Mughal
Beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Mugal mengalami
kemunduran dan membawa kehancuran. Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuatan militer sehingga oprasi militer Inggris di wilayah-
wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh maritime Mugal. Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang Negara. Pendekatan Aurangzeb
yang kurang ramah terhadap kebijakan agama, sehingga konflik antar
agama  sukar diatasi oleh raja-raja sesudahnya. Semua pewaris tahta
kerjaan pada paruh terahir adalah orang-orang yang lemah dalam hal
kepemimpinan.

PEMBAHARUAN DALAM ISLAM


Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan terknologi odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam
ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun
Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan
perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-
paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada
kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderunagan, pengetahuan,
situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang
mungkin masih banyak yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin
sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Beberapa tokoh pembaharuan dalam islam:
1. Muhammad ibn abd Wahhabi
2. Jamaluddin al-Afghani
3. Muhammad Abduh
4. Muhammad Rasyid Ridha
5. Muhammad Iqbal

PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA


Proses Islamisasi di Indonesia

1. Saluran Perdagangan

Letak geografis Indonesia yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan


dan pelayaran dunia pada masa silam telah mendorong proses masuk dan
berkembangnya Islam di Nusantara. Para pedagang dari Gujarat, Arab,
maupun Persia datang ke kepulauan Indonesia selain untuk berniaga,
sebagian lainnya juga membentuk perkampungan muslim yang pada akhirnya
menjadi pondasi utama saluran islamisasi di Indonesia. Contoh
perkampungan muslim misalnya bisa kita temukan di beberapa wilayah
pesisir pantai timur Sumatera dan pantai Utara Jawa, seperti di Pekojan,
Jakarta Utara.
2. Saluran perkawinan
Saluran perkawinan menjadi saluran islamisasi di Indonesia yang paling
besar pengaruhnya. Dalam hal ini, kondisi ekonomi para pedagang muslim
yang cenderung lebih baik membuat banyak wanita pribumi yang tertarik
untuk dinikahi.
3. Saluran dakwah
Saluran islamisasi di Indonesia juga dilakukan lewat jalur dakwah. Seperti
diketahui, dalam ajaran islam, setiap muslim memiliki kewajiban untuk
berdakwah atau menyampaikan risalah kebenaran kepada orang-orang yang
belum mendapat pencerahan. Karena itu, tidak sedikit diantara para pedagang
muslim atau orang yang sudah lebih dahulu memeluk islam mendakwahkan
agama yang dianutnya kepada masyarakat, bahkan ada pula yang melakukan
pembinaan secara intensif seperti yang dilakukan Wali Songo di pulau Jawa.
4. Saluran Pendidikan
Saluran islamisasi di Indonesia yang dilakukan lewat jalur pendidikan
dibuktikan dengan berdirinya banyak pesantren di Jawa pada masa silam.
Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa terbukti telah
menjadi pusat pendidikan islam. Para santri dari seluruh penjuru nusantara
menimba ilmu islam di pesantren-pesantren Demak untuk kemudian
menyebarkan ilmu tersebut di daerah asalnya masing-masing.
5. Saluran Seni Budaya
Saluran seni budaya banyak dilakukan ulama-ulama pada masa penyebaran
awal syiar islam. Melalui saluran ini, islam disampaikan lewat media seni
budaya seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga lewat pertunjukan wayang
kulit, Sunan Bonang dan Sunan Drajad lewat kesenian gamelan dan lagu,
Sunan Kudus lewat cerita pendek beresensi filsafat islam, dan lain
sebagainya.
6. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah metode penyampaian syiar islam lewat pendekatan
kehidupan sehari-hari dan mengantarkan pemahaman islam berdasarkan
logika dan pemikiran. Adapun pengaruh ajaran tasawuf sendiri telah ada pada
ajaran Islam yang masuk melalui Gujarat India. Dengan pengaruh ini,
masyarakat Indonesia yang awalnya memeluk agama Hindu menjadi lebih
mudah memahami dan menerima ajaran Islam. Pengaruh ini pula-lah yang
menjadi alasan mengapa Islam bisa cepat diterima oleh masyarakat
Indonesia.
7. Saluran Politik
Saluran islamisasi di Indonesia juga dilakukan lewat jalur politik. Contoh
penerapan saluran ini misalnya terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam di
Sulawesi Selatan. Kerajaan kerajaan yang awalnya bercorak Hindu Budha
ditaklukan untuk kemudian dibentuk menjadi kerajaan Islam.

SPI KELOMPOK 12
A. Islam di Turki
Turki adalah jantung tepat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki
Utsmani. Oleh karena itu, keterikatan bangsa Turki terhadap Islam berlangsung
sangat kuat sebab mereka adalah bangsa terkemuka di Dunia Islam selama
beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa
pentinya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis, setiap
orang yang bertempat tinggal di Turki adalah orang Turki, tetapi secara
kebudayaan, orang Turki adalah hanya orang Muslim.
B. Islam di Mesir
Campur tangan asing dalam ekonomi Mesir dan bidang-bidang lain
akhirnya menimbulkan keresahan luas. Sebagai bukti dengan timbulnya unjuk
rasa besar-besaran pada tahun 1879 dan pemberontakan tahun 1881 yang
dilakukan oleh para perwira tentara di bawah pimpinan Ahmad Urabi. Akibatnya,
Nesir justru diduduki Inggris sejak tahun 1882, dan secara resmi Mesir dijadikan
protektorat Inggris pada tahun 1914. Sebenarnya pengaruh Inggris dan Perancis
sampai batas tertentu, telah begitu terasa sejak pertengahan abad ke-19.
Kemudian, pada Februari 1922 Mesir telah dinyatakan merdeka, walau Inggris
masih tetap memainkan peranan penting dalam beberapa bidang, terutama
pertahanan sampai dengan keberhasilan "Kelompok Perwira" pada Proklamasi
tahun 1952 yang mengubah Mesir menjadi sebuah Republik. Negara yang sangat
erat hubungannya dengan Mesir adalah Sudan. Saat Muhanmad Ali berkuasa di
Mesir, Sudan telah dijadikan bagian dari wilayah kekuasaannya.
Dengan semakin kuatnya pengaruh Inggris di Mesir sejak pertengahan
abad ke-19, Sudan juga mengalami hal yang identik. Keberhasilan gerakan
Mahdi di Sudan selama hampir 25 tahun terakhir abad ke-19 sebenarnya
menunjukkan upaya melawan pengaruh luar. Namun, kekalaha gerakan Mahdi
pada 1899 telah mendorong Inggris untuk menjadikan Sudan sebagai wilayah
jajalhan (Anglo-Egyptan Condominium) dengan menggunakan topeng penguasa
Mesir (khidiwi). Dengan beberapa perubahan, hubungan ini bertahan sampai
dengan diproklamasikannya Sudan sebagai negara 24) merdeka pada 1 Januari
1956.

C. Islam di Asia Bagian Barat


Hampir semua negara di Asia Barat (kecuali Israel, Libanon, Cyprus)
berpendudukan agama Islam. Di wilayah ini, Islam lahir pada abad ke-7 M, dan
di sini pula dakwah Islam menyebar luas. Kawasan yang mayoritas terdiri atas
bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait
sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia
Islam”. (Dedi Supriyadi, 2008;276). Hampir semua negara di Asia Barat (kecuali
Israel, Libanon, Cypruş berpenduduk agama Islam. Di wilayah ini, Islam lahir
pada abad ke-7 M dan di sini pula dakwah Islam menyebar luas. Kawasan yang
mayoritas terdiri atas bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam peristiwa
yang terkait sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai
"jantung dunia Islam". Terlalu panjang dan banyak untuk menjelaskan satu per
satu profil negara-negara di Benua Asia.
D. ISLAM DI IRAN
Di Negara ini persentase pemeluk agama Islam sebesar + 98% (mayoritas
adalah pengikut Syi’ah yang bermadzhab itsna Asyari atau Jafari) yang
merupakan madzhab resmi negara. Di sana terdapt sedikit pengikut Sunni,
Nasrani, Yahudi, dan Zoroaster yang jumlahnya tidak lebih dari 2%.
Iran muncul sebagai sebuah negara pada abad ke-10 H/16 M, dengan keluarga
Syafawiyah sebagai penguasanya (907-1148 H/1502-1735 M) dengan
mengumumkan madzhab Syiah sebagai madzhab Negara. Pada tahun 1135
H/1722 M. irna dikuasai oleh orang-orang Afghanistan. Kemudian dikuasai oleh
Nadir Shah yang mengusir orang-orang Utsmaniyah dan Rusia.
E. ISLAM DI EROPA
Secara historis, penyebaran imigran muslim di Eropa sekarang mencerminkan
wilayah pengaruh penjajahan masa lalu. Kebanyakan imigran yang menetap di
Perancis adalah orang Maroko, Aljazair, dan sejumlah muslim Afrika dari
Selatan Sahara. Mereka semua, awalnya dijajah Perancis. Kebanyakan orang
Indonesia menempati Belanda. Adapun Inggris banyak ditempati imigran dari
Anak Benua India, Malaysia, dan sejumlah orang Yaman, Somalia, dan Afrika
Utara. Sedangkan Jerman agak berbeda, imigran yang ada kebanyakan orang
Turki, Maroko, dan yang lainnya tidak ada kaitan dengan pengaruh Jerman.
Sekalipun mereka orang muslim, namun gaya hidup masing-masing sesuai
dengan kebiasaan dan sikap hidup yang dibawa dari negeri asalnya menunjukkan
perbedaan. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
Islam mempunyai banyak sumbangan atas kebudayaan Eropa. Mereka banyak
menyimpan tulisan Yunani Kuno dan menerjemahkannya sehingga dapat
dimamfaatkan oleh orang Eropa. Islam juga banyak memajukan bidang studi
matematika dan kedokteran. System angka yang berasal dari Arab mulai
diperkenalkan dan masih tetap dipakai hingga saat ini. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
F. ISLAM DI AMERIKA
Masuknya Islam ke Amerika masih bersifat spekulatif karena tidak ada teori yang
tegas kedatangan Islam masuk ke Amerika. Sebagian ahli sejarah berpendapat
bahwa para pelaut muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi
samudra Atlantik dan tiba di pantai-pantai Amerika. Sebagian lain mengatakan,
bahwa Cristoper Colombus telah dibimbing untuk mendarat di benua itu oleh
navigator-navigator dan pembantu-pembantu muslim Andalusia atau Maroko
yang jasa-jasanya telah dibayar oleh Colombus.

Anda mungkin juga menyukai