Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yuli Alfiani

NIM/Rombel : 3401414103/03
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Adang Syamsudin S., M.Si

Krisis Profesionalisme Guru Sebagai Hambatan Dalam Perkembangan


Pendidikan Di Indonesia

Di Era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia harus mampu meningkatkan


pendidikan, sehingga pendidikan di Indonesia tidak kalah saing dengan
pendidikan di negara lain. Saat ini Indonesia membutuhkan orang-orang yang
dapat berpikir secara efektif, efisien dan produktif supaya dapat dijadikan sebagai
tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang
bermoral dan dapat bersaing dengan negara-negara lain. Tenaga pendidik atau
guru merupakan komponen pendidikan yang mempunyai peran penting dalam
proses pembelajaran khususnya di lembaga pendidikan formal. Sehingga
profesionalisme guru sangat dibutuhkan supaya mereka dapat meningkatkan
kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tertentu. Tenaga pendidik atau guru
dituntut untuk memiliki kompetensi atau kemampuan tertentu agar dapat
mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif.
Semakin berkembangnya zaman, guru harus dapat mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang canggih. Guru harus mau belajar menggunakan
komputer, LCD, email, browsing, download materi dan mmasih banyak lagi.
Sehingga pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru selalu meningkat.
Guru juga harus mampu membuat perangkat mengajar dan media pembelajaran
sendiri sesuai dengan kondisi peserta didik. Hal tersebut dilakukan supaya prestasi
peserta didik dapat tercapai secara maksimal dan guru dapat dikatakan sebagai
tenaga pendidik profesional.
Peningkatan profesionalisme guru sudah sewajarnya dilakukan, baik oleh
pemerintah maupun dari guru itu sendiri. Guru harus mempunyai kemauan keras
untuk bisa lebih profesional sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Menurut Mulyasa (2007:7), profesionalisme guru di Indonesia masih sangat
rendah, hal tersebut disebabkan karena belum adanya perubahan pola mengajar,
dapat dikatakan bahwa metode yang dimiliki oleh guru dalam mangajar masih
bersifat konvensional. Padahal seharusnya metode yang dilakukan guru dalam
mengajar harus sesuai dengan perkembangan zaman, dan harus beralih sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki. Bahkan banyak ditemukann beban kerja guru
yang tinggi, dan masih banyak guru yang belum melakukan penelitian tindakan
kelas. Maka dari itu standar kompetensi dan sertifikasi guru dibentuk agar benar-
benar terbentuk guru yang profesional dan mempunyai kompetensi yang sesuai
dalam mengajar.
Guru sebagai tenaga profesional berarti bahwa pekerjaan guru hanya dapat
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Maka sebagai tenaga pendidik profesional, guru harus
memiliki beberapa kompetensi, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru antara
lain:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
   Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Sosial
  Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
            Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.

 Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam


kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a)
pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik
disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah
(c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan
mengenai krisis profesionalisme pada guru dapat di juga diatasi oleh sosiologi
pendidikan. Sosiologi pendidikan memiliki fungsi prediksi, yaitu memecahkan
masalah serta meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu,
tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faaktor-
faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui media
komunikasi. Fungsi prediksi ini diperlukan dalam perencanaan pengembangan
pendidikan guna menganisipasi kondisi dan tantangan baru.
Jadi, seorang guru maupun calon guru perlu memahami hal-hal yang
berkaitan dengan sosiologi. Karena masyarakat mengalami perubahan yang sangat
cepat, progresif, perubahan yang cepat akan menimbulkan ketertinggalan budaya
akibat banyaknya hambatan. Seorang guru harus senantiasa mengikuti perubahan
yang ada dimasyarakat, seperti perubahan pada bidang teknologi, kurikulum, cara
mengajar dan sebagainya. Hal ini dilakukan supaya proses pembelajaran dapat
berjalan dengan sukses dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
            Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh
guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi.  Upaya dalam
peningkatan kualitas guru dalam hal profesionalnya perlu adanya campur tangan
pemerintah dalam kebijakannya, salah satunya: Pemerintah telah berupaya untuk
meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai
tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II
bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi
guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak,
kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan
perubahan.
            Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan
pemerintah adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah
dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG
(Pusat Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan
para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
                        Solusi yang bisa penulis ambil yaitu, sebagai calon guru yang akan
menjadi guru, harus adanya bimbingan, pelatihan yang sungguh-sungguh dan baik
agar calon guru yang sekarang akan benar-benar menekuni atau tahu dengan betul
profesinya sebagai guru yang mempunyai tanggung jawab yang melekat bagi
dirinya bukan hanya mementingkan hak namun lebih mementingkan
kewajibannya agar lebih paham untuk tahu tugas yang mulia untuk mewujudkan
tujuan yang mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sumber:
Halim, Suriyati. 2010. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Sebagai
Tenaga Pendidik. Online:
http://suriyatihalim.blogspot.com/2010/02/upaya-meningkatkan-
profesionalisme-guru.html?m=1. Diunduh 12 November 2016.

Zahidi, Syukron. 2014. Kepribadian dan Profesionalisme Guru. Online:


http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/kepribadian-dan-profesionalisme-
guru.html?m=1 . Diunduh 12 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai