Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Gestasional
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Gestasional
PENDAHULUAN
Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa dan 2
jam post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan pengukuran adalah:
2.1.7.Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik dari masing-masing diabetes adalah untuk
mencapai kadar glukosa darah tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dengan serius. Terdapat lima
komponen penatalaksanaan untuk diabetes, yaitu : diet, latihan,
pemantauan, obat-obatan dan penyuluhan (Tarwoto, 2012).
Menurut Tarwoto (2012) prinsip utama dalam penanganan pasien waktu
sakit yaitu :
1. Pengobatan segera penyakit lain yang diderita pasien denga diabetes.
Pengoatan penyakit tidak berbeda dengan anak normal. Pasien
sebaiknya segera berobat karena mungkin memerlukan antibiotik atau
terapi lainnya.
2. Pemberian insulin
Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dL, segera lakukan pemeriksaan
keton darah. Bila keton darah >1mmol/L berarti dosis insulin kurang
dan perlu ditambah . Bila kadar glukosa darah >250mg/dL dan keton
darah <1 mmol/L, tidak perlu ditambahan insulin dan periksa kembali
glukosa darah setelah 2 jam.
3. Pemberian minum yang cukup
Berikan minum sebanyak mungkin kepada pasien. Bila glukosa tetap
tinggi, maka pada pasien masih akan terjadi diuresis osmotik yang
menyebabkan kehilangan cairan.
4. Pasien harus istirahat
Anjurkan pasien agar beristirahat di rumah bila merasa tidak enak
badan.
5. Pemberian obat yang tidak mengandung gula
Penting untuk tidak memberikan obat-obatan yang mengandung gula.
6. Peralatan untuk mengantisipasi ‘sick-day management’ di rumah
Setiap keluarga sebaiknya dapat menyiapkan peralatan yang
diperlukan.
7. Penyuluhan
Glukosa darah pasien dapat meningkat selama sakit karena
glukoneogenesis. Muntah merupakan gejalah serius yang perlu
penangan segera.
8. Pemberian nutrisi
Bila pasien merasa mual dan tidak mau makan, maka dianjurkan untuk
tetap minum cairan berkalori.
Ada lima kategori obat hipoglikemik oral, yaitu:
a. Sulfonilurea
1.) Secara primer menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta
selama waktu kerja farmakologis obat (4 sampai 24).
2.) Sulfonilurea sering berhasil jika digunakan secara tunggal.
3.) Efek samping meliputi penambahan berat badan
4.) Dikontraindikasikan pada defisiensi insulin (diabetes tipe 1),
kehamilan dan menyusui.
b. Biguanida (metformin)
1.) Menurunkan glukosa darah dengan menurunkan absorpsi
glukosa usus, meningkatkan sensitivitas insulin dan ambilan
glukosa perifer hepar.
2.) Tidak menyebabkan hipoglikemia.
3.) Keuntungan lain meliputi penurunan kadar kolesterol total,
trigliserida, dan LDL.
4.) Karena terkadang berefek samping kehilangan selera makan
dan penurunan berat badan, obat ini lebih disukai penanganan
pasien obese.
5.) Efek samping meliputi gastrointestinal minor yang dapat
dikontrol dengan menurunkan dosis. Konsekuensi serius yang
jarang terjadi adalah asidosis laktat, ini biasanya muncul bila
ada kontraindikasi seperti insufisiensi ginjal yang tidak
ketahuan.
6.) Dikontraindikasikan pada gangguan ginjal, kehamilan, dan
ketergantungan insulin, dan harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien hepar, jantung, atau paru.
c. Derivat asam benzoat (meglitinida, repaglinida)
1.) Secara struktur berbeda dari sulfonilurea, tetapi serupa dalam
mekanisme stimulasi sekresi insuli.
2.) Dirancang untuk meningkatkan sekresi insulin saat makan dan
harus diminum saat makan.
d. Inhibitor alfa-glukosidase (acarbose, voglibose, miglitol)
1) Mempunyai aksi memengaruhi enzim di dalam usus yang
memecah gula kompleks. Memperlambat kecepatan pencernaan
polisakarida, mengakibatkan keterbatasan absorpsi glukosa dari
karbohidrat yang dikonsumsi. Tampaknya memperbaiki kadar
glukosa darah setelah makan dan menurunkan hemoglobin
terglikosilasi.
2) Tidak menyebabkan hipoglikemia
3) Efek samping berupa serupa degan intoleransi laktosa karena
efek gula yang tidak tercerna oleh bakteria kolon (diare, nyeri
abdomen, flatus dan distensi abdomen).
e. Tiazolidinedion (rosiglitazon, pioglitazon)
1) Meningkatkan sensitivitaas hepar dan menurunkan resistensi
insulin.
2) Efek sampingnya minimal dan meliputi retensi cairan dan kadang
peningkatan enzim fungsi hepar secara reversibel.
H.hCg
perub.fisiologis:
pemb.uterus
peningkatan
resistensi insulin
Kekurangan
Volume Cairan
darah menjadi
kental
peningkatan kadar
gula darah
ginjal merespon
untuk sekresi
DMG
poliuri
pemberian insulin
resiko infeksi
ansietas
2.2. Konsep keperawata
2.2.1 Pengkajian (Doengoes, 2001)
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
a. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
b. tonus otot menurun.
c.Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas
d. Letargi / disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Tanda :
a. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
b. pada ekstremitas dan tachicardia.
c. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun /
tidak ada.
d. Disritmia, krekel : DVJ
Gejala :
e. Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi :
f. mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
g. kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
h. penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau
i. mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas
j. kejang
c. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajahmeringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
d. Keamanan
Gejala :
a. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
b. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia/
paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadarkalium
mmenurun dengan cukup tajam).
c. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
d. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun :
e. hiperaktif (diare).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m
osm/l.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan
janin.
2. risiko infeksi berhubungan dengan kekebaln tubuh menurun
3. risiko tinggi cidera berhubungan dengan hiperglikemia dan
hipogliikemia
2.2.3 Intervensi
2.3.