PENDAHULUAN
1.1. Umum
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah .
1
2
elevasi daerah tersebut agar bangunan yang akan dibuat memiliki permukaan tanah
yang sesuai.
Sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengetahui bentuk permukaan tanah
pada suatu daerah tertentu. Pekerjaan ukur mengukur tanah secara teknis
merupakan salah satu usaha untuk mengetahui bagaimana bentuk permukaan tanah
pada suatu daerah tertentu yang berkenaan dengan membuat proyek-proyek teknis
pengairan, jalan raya, agraris, transmigrasi dan bidang-bidang lainnya.
Mahasiswa teknik pengairan yang merupakan salah satu praktisi ilmu ukur
tanah dan pemetaan berkewajiban untuk melakukan praktek ilmu tersebut, agar
penerapan teori di perkuliahan dapat teraplikasikan dalam praktikum ilmu ukur tanah
dan pemetaan ini. Sehingga mahasiswa Teknik Pengairan mampu menerapkan ilmu
secara teori dan pratek di lapangan , demi menunjang kemampuan perencanaan
sebuah konstruksi bangunan air.
Praktikum yang bertujuan merencanakan saluran drainase ini, diperlukan
ketelitian dalam pengukuran ilmu tanah dan pemetaan, sehingga hasil yang diperoleh
tidak mengalami kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktik langsung untuk
lebih memahami cara-cara dalam pengukuran tanah dan pemetaan.
BAB II
TEORI DASAR
2. Alat ukur penyipat datar dengan Nivo Reversi dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu
sebagai sumbu putar, dapat pula diputar pada suatu sumbu yang arahnya searah
dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakn sumbu “mekanis” teropong.
Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
3. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis,
tetapi Nivo tidak diletakkan pada teropong melainkan di bawah lepas dari
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
4. Alat ukur penyipat datar yang dapat dingkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar dan diletakkan di bagian bawah dengan landasan berbentuk
persegi, sedangkan Nivo ditempatkan pada teropong.
Untuk selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai sipat datar, namun
sebelumnya perlu kita kenal istilah-istilah berikut :
Sipat datar : merupakan suatu cara untuk mengukur beda antara dua titik.
Bidang Persamaan Tinggi : suatu bidang lengkung dimana tiap-tiap titik selalu
tegak lurus terhadap bidang vertikal. Bidang persamaan ini mendekati bentuk
lengkung bumi. Untuk daerah yang kecil, bidang persamaan tinggi ini dianggap
sebagai bidang datar.
Datum : suatu bidang persamaan tinggi yang dipakai sebagai suatu pedoman
referensi untuk menentukan ketinggian suatu titik. Biasanya untuk datum diambil
permukaan laut rata-rata (Mean Sea Level).
Mean Sea Level : tinggi rata-rata dari permukaan air laut pasang dan air laut
surut berdasarkan pengamatan tiap-tiap jam dalam waktu yang lama.
Elevasi : jarak vertikal suatu titik dihitung terhadap datum.
Bench Mark (BM) : suatu titik tetap yang telah diketahui duganya terhadap
datum. Titik ini dapat berupa patok, dll. Duga dari BM ini dapat berupa duga
yang sebenarnya (terhadap muka air laut) maupun duga anggapan (duga lokal).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur penyipat datar adalah :
a. Syarat utama
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Syarat kedua
Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu ke satu.
c. Syarat ketiga
Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu ke satu.
7
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat
ini harus dipenuhi terlebih dahulu. Dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diatur terlebih dahulu supaya tiga syarat tersebut dapat dipenuhi.
2.1.1 Pengukuran Penyipat Datar ( Waterpassing )
Pengukuran dengan sipat datar ini merupakan pengukuran yang umum
dipakai dibandingkan dengan cara lain. Pengukuran ini juga memberikan hasil
yang paling teliti.
Bagian-bagian alat sipat datar :
1. Lensa dan teropong.
2. Alat Visir.
3. Niveau (Nivo).
4. Konstruksi sumbu, penggerak halus dan klem (pengunci).
5. Alat-alat pembaca kunci.
6. Statif (kaki tiga).
a. Cara Mengatur Alat
Jenis benang silang :
a
1. V = benang vertikal
2. a = benang atas t
3. b = benang bawah
4. t = benang tengah b
Garis arah nivo tegak lurus sumbu I, cara mengatur dengan ketiga sekrup
penyetel. Penyimpangan dapat dihilangkan dengan sekrup koreksi nivo. Benang
silang horizontal tegak lurus sumbu I, diperiksa dengan mengarah ke suatu titik pada
tembok dan ujung kiri benang silang dibuat berimpit dengan titik ini. Jika benang
silang ini tegak lurus sumbu I, maka alat ukur ini akan selalu berimpit dengan titik
tersebut, jika teropong diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
Garis nivo sejajar dengan garis visir. Untuk memeriksa syarat ini, diadakan
penyelidikan terhadap beda tinggi antara dua titik.
b. Membaca Benang Diafragma
Cara membaca benang difragma adalah sebagai berikut:
1. Baca benang atas yang menunjuk angka pada bak ukur.
2. Baca benang tengah dan juga benang bawah pada angka di bawah
bak ukur.
8
h AB h A hB
Untuk suatu jarak yang cukup jauh, terdapat penyimpangan sebesar W. Maka
didapat rumus sebagai berikut :
9
suatu titik dengan cara cepat, yaitu dengan tinggi garis bidik. Tinggi garis bidik
dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Alat di titik sudah diketahui elevasinya.
Tgb El. A h A
Tgb
hA
A
Gambar 2.5. Alat diluar titik yang tertentu
Tgb El. A h A
Bak ukur
Tgb hA
A
TX Tgb hX
Bak ukur
Tgb hX
X
11
Maka :
El. 2 = Tgb El.2 h2
El. 3 = Tgb El.3 h3
El. 4 = Tgb El.4 h4
Perhitungan Luas
Untuk merencanakan bangunan - bangunan, ada kalanya ingin diketahui keadaan
tinggi rendahnya permukaan tanah. Oleh sebab itu dilakukan pengukuran sipat
datar luas dengan mengukur sebanyak mungkin titik detail. Kerapatan dan letak
titik detail diatur sesuai dengan kebutuhannya. Apabila makin rapat titik detail
pengukurannya maka akan mendaptkan gambaran permukaan tanah yang lebih
baik. Bentuk permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang
menghubungkan titik - titik yang mempunyai ketinggian sama. Garis ini
dinamakan kontur.
Pada jenis pengukuran sipat datar ini yang paling diperlukan adalah
penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan dengan
mengambil ketinggian dari titik - titik detail di daerah tersebut dan dinyatakan
sebagai wakil daripada ketinggiannya, sehingga dengan melakukan interpolasi
diantara ketinggian yang ada, maka dapat ditarik garis - garis konturnya diatas
peta daerah pengukuran tersebut.
Cara pengukurannya adalah dengan cara tinggi garis bidik. Agar pekerjaan
pengukuran berjalan lancar maka pilihlah tempat alat ukur sedemikian rupa,
hingga dari tempat ini dapat dibidik sebanyak mungkin titik - titik di sekitarnya.
2.1.3 Langkah-Langkah Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar ada 3 macam, yaitu :
12
E
D
C
B
A
Gambar 2.8. Panjang satu trayek
Panjang satu trayek yaitu pengukuran dari satu titik tetap ke titik lainnya.
Untuk menghitung beda tinggi A dan E dihitung beda tinggi masing-
masing slag kemudian dijumlahkan.
2. Sipat Datar Profil
Profil = irisan = penampang dari suatu lapangan. Profil dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu :
1. Menentukan sumbu dan ketinggian dari rencana pekerjaan yang
hendak dibangun.
2. Menentukan pemindahan tanah. Untuk tanah atau lapangan yang
agak mendatar dengan profil memanjang. Bila tanahnya bergelombang
diperlukan profil melintang.
3. Untuk menentukan lebar jalur tanah yang hendak dibeli.
3. Sipat Datar Luas / Lapangan
Bertujuan untuk menentukan beda tinggi dari titik-titik di lapangan sehingga
13
2. Metode profil.
Cara kerjanya hampir sama dengan metode jarring-jaring garis, hanya
disini diukur profil-profil sejajar pada tiap diadakan sipat datar profil,
sehingga didapat gambaran yang sebenarnya dari lapangan.
3. Metode koordinat kutub.
Umumnya cara ini tidak baik menggunakan alat sipat datar, tetapi alat
theodolit. Titik di lapangan diukur sudut miring dan sudut horizontalnya,
serta jarak optisnya dari setiap kedudukan alat dapat mencakup sejumlah
titik di lapangan. Titik ini kemudian digambar kedudukannya dari
koordinat kutub, dan didapat pula gambar garis-garis tingginya (garis
kontur).
X4 X2 X1 X3
X1 X 2 X X3 X X4 X X4
A (Y2 Y1 ) 2 (Y3 Y2 ) 1 (Y4 Y1 ) 3 (Y3 Y4 )
2 2 2 2
1
A ( X 1Y2 X 1Y1 X 2Y2 X 2Y1 X 2Y3 X 2Y2 X 3Y3 X 3Y2 X 1Y4
2
X 1Y1 X 4Y4 X 4Y1 X 3Y3 X 3Y4 X 4Y3 X 4Y4 )
1
A X 1Y2 X 2Y3 X 3Y4 X 4Y1 Y1 X 2 Y2 X 3 ... Y4 X 1
2
1
Sehingga A
2
YM 1 ( X M 1 X M 1 )
Sumbu diambil pada dasar saluran atau muka jalan. Pada penampang yang
terdiri dari galian dan timbunan, perhitungan harus dilakukan sendiri-sendiri.
Sumbu vertikal dari perpotongan dasar jalan dan lereng, dan digunakan untuk
menghitung luas penampang yang digali, dan bagian yang ditimbun. Jika galian,
hasil hitungannya negatif, dan jika timbunan hasil hitungannya positif.
Setelah luas penampang didapat, maka selanjutnya adalah menghitung volume
antara dua penampang melintang. Bentuk-bentuk tubuh yang dibatasi dua
penampang adalah prismoidia, yaitu bentuk yang dibatasi oleh dua bidang datar
sejajar. Prismoida dapat berupa prisma, baji, atau limas.
Untuk menghitung volume prismoida, rumus standar untuk pemindahan tanah
dan memberikan hasil yang cukup akurat adalah :
Dimana : Va = volume antara titik satu dan dua.
L( A1 A2 ) A1 = luas penampang saluran di titik 1
Va
2 A2 = luas penampang saluran di titik 2
L = jarak antar titik 1 dan 2
Untuk lebih teliti dapat ditambahkan angka koreksi yang besarnya :
L(d1 d 2 )( X 1 X 2 )
Kv
12
h1 h2 hg h10
h
4
maka volume (V) :
A( h1 h2 h g h10 )
h
4
Keterangan :
h1 = kedalaman yang mewakili satu pias
h2 = kedalaman yang mewakili satu dua pias
h3 = kedalaman yang mewakili satu tiga pias
17
Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau
pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas
air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis arring. Perbedaan tinggi antara titi-titik
akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu
vertikan. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua
18
titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak
sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat
diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama
diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu : garis bidik harus
sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung
berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus
di tengah setiap kali akan membaca skala rambu.
Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat
sipat datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat
berdiri alat.
Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan.
Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian
(permukaan air laut rata-rata)
Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya
disebut rambu belakang.
Pengukruan ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambu di
sebut rambu muka.
Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang arrin muka
dilakukan pada rambu yang ditegakan di station tersebut.
Mendirikan waterpass di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering
dijumpai dilapangan. Penempatan waterpass di antara dua titik target ini tidak perlu
segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting jarak diantara waterpass dan titik-titik
tersebut diusahakan sama atau arrin sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya
jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis) dengan alat
waterpas, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya pita ukur, EDM dan
lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alatwaterpas ini digunakan untuk
membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut
ataupun untukmengecek bacaan benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan
bahwa bt = ½ (ba + bb) Satu kedudukan waterpas di antara dua titik target yang
19
ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran dalam satu hari terdiri dari beberapa
slag yang dikenal dengan istilah seksi, sedangkan trayek adalah panjang pengukuran dari
beberapa seksi, yang merupakan panjang dari satupekerjaan projek.
Spesifikasi teknik pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :
Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik
terhadap bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai arring sipat datar
pemetaan.
Alat ukur yang dipakai adalah waterpass
Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi
Tiap seksi dibagi menjadi slag yang ge
nap
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand, ring.
Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm
Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan bawah)
LANGKAH KERJA
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar
kaki sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga
yang sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada l
6. Lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan
alat betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki
tiga
7. Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
8. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup
ketiga sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak
9. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo
tabungnya agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo
tabung
10. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik
pengukuran
11. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup
pemokus difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas
12. Tentukan dua titik A dan B
13. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag
14. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan
dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah
muka (m) dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar
mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997). Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang
akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs
tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan
alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan
efisien (Farrington 1997)
Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah
kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di
Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen
yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut
pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah
dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan
yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah lingkaran.
Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran dan
setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan untuk
menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-
mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh
Jonathan Sisson pada 1725. Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat
dalam instrumen 1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey
theodolite besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat
akurat dari desain sendiri.
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya
teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam
pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Di dalam pekerjaan –
pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam
bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
22
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu.
Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang
berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua
tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini
ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua
23
dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka
digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas
tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades
senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai
diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.
Syarat-Syarat Theodolit
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolit sehingga siap dipergunakan
untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1.Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertikal.
2.Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
3.Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu
24
Macam-Macam Theodolit
Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat
lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran mendatar bersifat
tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa,
sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD)
dalam angka desimal.
Pengoperasian Theodolit
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolit di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolit
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertikal dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
10.Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
11.Posisikan theodolit dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser
kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titik ikat (BM), dilihat dari
centering optis.
12.Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13.Periksa kembali ketepatan nilai indeks pada sistem skala lingkaran dengan melakukan
pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha indeks
tersebut.
26
2.4. Poligon
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan dicari koordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan
Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal
yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik - titik
pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah
yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang
sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti
dengan keadaan daerah/lapangan.
Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan, Koordinat
Awal : Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik - titik
tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila
dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga
koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik - titik lainya.
Koordinat Akhir : Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri
hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem
koordinat yang sama dengan koordinat awal. Azimuth Awal : Azimuth awal ini
mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari system koordinat yang
dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai
berikut :
Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
Hasil pengamatan astronomis (matahari).
Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari
titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon
tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
penentuan titik tunggal (satu titik) dan metode penentuan banyak titik. Metode
yang termasuk penentuan koordinat titik tunggal antara lain :
metode polar
metode perpotongan ke muka
metode perpotongan ke belakang
Sedangkan yang termasuk penentuan koordinat titik banyak antara lain :
metode polygon
metode triangulasi
metode trilaterasi
poligon tertutup
28
poligon terbuka
poligon bercabang
dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan
sesuai skala peta. Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah
informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan
variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis
kontur (contour-line).
BAB III
PERALATAN YANG DIPAKAI
belum tepat di atas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat berada di
atas patok.
2. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam
posisi mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur instrumen
dan nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat dapat digunakan.
3. Theodolit Digital
Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan
bagian atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu
tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu
yang dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah
36
sumbu tegak atau sumbu pertama (S 1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang
berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian
bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius
(N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak
lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S 2), pada S2
diletakkan plat berbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan skala
lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran
mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar
bila teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut
mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong
diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.
Cara penggunaan theodolit digital :
1. Cara setting optis
a. Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk
centering optis.
b. Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan dikunci
atau di kencangkan lagi.
c. Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
d. Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
e. Mengatur nivo tabung yang lain.
f. Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.
diatasnya dipasang kepala statif dengan perantara baut dan mur sayap. Alat ini
disebut juga dengan Tripot.
Pada konstruksi baru tiga kaki tersebut digabungkan pada kepala statif dengan
engsel yang berbentuk silinder. Engsel ini dapat menggerakkan kaki dengan arah
yang tegak lurus pada kepala statif.
2. Bak Ukur
Berfungsi sebagai penunjuk angka yang akan terlihat pada penyipat datar
bila bak ukur tersebut diletakkan pada suatu titik yang telah ditentukan.
3. Patok
39
4. Payung
5. Roll Meter
40
Unting unting atau sering juga disebut dengan pendulum, adalah salah satu
alat tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda
atau bidang. Alat ini cukup sederhana dimana terbuat dari bahan besi dengan
permukaan berwarna besi putih, kuningan dan juga besi biasa, bentuknya biasanya
berbentuk prisma dengan ujung lainnya dibuatkan penempatan benang kait.
Namun dapat juga dijumpai dalam berbagai bentuk lainnya daimana salah satu
ujungnya tetap dibuat runcing. Beberapa pemakaian yang sering dijumpai dalam
pekerjaan bangunaan adalah untuk pengukuran ketegakan bekisting, pembuatan
benang horizontal pemasangan dinding bata, penarikan titik pusat suatu jarak dan
beberapa jenis pekerjaan lainnya.
41