Sabtu
Sabtu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan
penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin
bidan. Untuk memutuskan kembali peran bidan ditantang ketika harus
berhadaan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang
benar dan salah; apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.
Dilema etik dapat bersifat personal maupun profesional. Dilema sulit
dpecahkan apabila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua
atau lebih prisip etis. Penetapan keputusan terhadap satu piihan, dan harus
membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki
kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satu pun keputusan memenuhi
semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan
adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustasi, dan takut saat
proses pengambilan keputusan rasional.
Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik,
misalnya kamatian batang otak, penyakit terminal misalnya gagal ginjal.
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai dilema etik pada kasus pasien
dengan gagal ginjal terminal yang menuntut haknya untuk dilakukan
transplantasi ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dilema etik ?
2. Apa saja prinsip moral yang dapat menyelesaikan masalah etik ?
3. Apa saja langkah-langkah penyelesaian masalah / dilema etik ?
4. Memberikan contoh kasus tentang dilema etik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dilema etik
2. Untuk mengetahui prinsip moral yang dapat menyelesaikan masalah
etik
3. Untuk mengetahui langkah-langkah penyelesaian masalah
4. Untuk mengetahui contoh kasus dilema etik
D. Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan agar dapat memberi informasi dan
wawasan kepada pembaca dapat mengetahui dilema etik yang akan
dihadapi seseorang dan juga mengetahui cara menyelesaikan masalah etik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat. Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan untuk menghadapi diema etik. Pendekatan dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut yaitu :
1. Mendapatkan fakta – fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompom yang
dipengaruhi oleh dilema
4. Menentukan alternative yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat
meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang
meliputi :
(1) Semua orang melakukannya
(2) Jika legal maka disana terdapat keetisan dan
(3) Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya (Riyanti, 2018).
B. Prinsip Moral
1. Advokasi
Advokasi mengarah pada loyalitas dan suatu upaya pemenuhan
kebutuhan inidividu yang membutuhkan perawat atau bidan untuk
mengedukasi klien sehingga klien mengetahui haknya dan mampu
mengakses berbagai kemudahan yang ditujukan untuknya. Advokasi
yang dapat dilakukan perawat atau bidan adalah dengan
menyampaikan dan mendiskusikan keinginan klien dan keluarganya
terkait dengan proses perawatan.
2. Otonomi
Konsep otonomi mengarah pada hak setiap individu untuk memilih
dan mengambil keputusannya. Otonomi juga mengarah pada konsep
menghormati orang lain dan keputusan yang diambilnya, serta
merawat orang lain sebagai individu yang unik secara bermartabat.
Otonomi juga berarti bahwa perawat atau tenaga kesehatan lainnya
dapat mengedukasi, memberikan dukungan, namun tidak memaksa
klien untuk menyetujui suatu tindakan.
3. Beneficience/nonmalificienceal
Konsep melakukan kebaikan (beneficience) dan tidk melakukan
kekerasan (nonmalificienceal)adalah nilai moral yang terkait dlm
tindakan pemberian layanan kesehatan. Perawat atau bidan diharapkan
melakukan kebaikan kepdan kliennya. Perawat atau bidan juga harus
memperhatikan situasi yang dapat membahayakan klien.
4. Confidentiality
Pentingnya menjaga martabat manusia dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari. Penghormatan terhadap martabat manusia diwujudkan
dengan menjaga privasi klien dan menjaga kerahasiaan.
5. Fidelity
Kesetiaan (fidelity) diartikan sebagai menepati janji atau jujur kepada
orang lain; memegang teguh komitmen dan tanggung jawab. Kesetiaan
merupakan nilai penting yang harus dipegang oleh perawat atau bidan
ketika merawat klien lansia karena berhubungan dengan rasa percaya
yang telah diberikan oleh lansia.
6. Fiduciary
Diartikan sebagai kewajiban etik perawat untuk memberikan
pelayanan terbaik pada klien meupun pada institusi tempatnya bekerja.
Hal ini berati perawat atau bidan harus dapat menggunakan
sumberdaya yang ada sebijak mungkin dalam memberikan pelayanan.
7. Justice
Keadilan mengarah pada keadilan akan suatu situasi atau tindakan.
Banyak lansia yang tinggal dipanti wredha yang dikelola oleh dinas
sosial. Perawat atau bidan yang merawat lansia. Artinya setiap
individu mendapat tindakan atau perlakuan yang sama unuk kebaikn
kehidupan seseorang.
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti? karena kami
masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain
operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu suster”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan
dokternya…ya”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan
memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin
punya anak lagi.
Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki
landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan
pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D,
dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka
pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan
langkah-langkah sebagai berikut: Mengembangkan data dasar dalam hal
klarifiaksi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:
Biaya: biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.
Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi
berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan
kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang
harus dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa
memiliki keturunan.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah
senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila
tidak dilakukan tindakan operasi Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan
dengan keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat
dan sebagainnya. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas
penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang mungkin
dapat dilakukan oleh keluarga.
Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan
mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan
kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan
operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan. Menentukan siapa
yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.
Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks dan rumit, membuat
keputusan dilkukan operasi atau tida, tidak dapat diputuskan pihak tertentu saja,
tetapi harus diputuskan bersama-sama yang meliputi: Siapa yang sebaiknya
terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.
Untuk siapa saja keputusan itu dibuat Apa kriteria untuk menetapkan siapa
pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).
Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan Apa saja prinsip moral yang
ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan
Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau
tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-
faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang
rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan
oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai
advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang
tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal
terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi
dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah
ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang
diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan
pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik,
perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang
dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi
asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan
keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara
lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi
atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim
yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus
juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif
pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai
bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya.
Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak
yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan keluarganya
serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat, keputusan yang
terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang
maha kuasa sebagai manusia hanya bisa berusaha.
Contoh kasus 1
Disuatu rumah bersalin milik bidan L datang seorang pasien hamil tetapi memiliki
riwayat anemia. Dalam kehamian 16 minggu pasien datang dengan keadaan
lemah. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kadungan sangat lemah,
dikhawatirkan dapat membahayakan ibu. Mau tidak mau kandungan harus
digugurkan, kalau tidak akan membahayakn ibu. Disatu sisi aborsi dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan disatu sisi aborsi dilarang oleh agama.
Kasus 2 :
Ada seorang ibu mengalami kanker serviks stadium 4 yang sudah sangat kronis
sekali. Setiap hatinya ibu ini merasa sakit yang luar biasa. Karena
ketidaksanggupannya menahan rasa sakit yang begitu luar biasa ibu ini dengan
persetujuan anak-anaknya meminta untuk melakukan euthanasia (suntik mati),
secara legalitas di Indonesia tidak diperbolehkan hal seperti ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan