Anda di halaman 1dari 18

UNUVERSITAS NEGERI SEMARANG

Aljabar Linear Elementer


MATRIKS
Rima Ayu Cahyani
MATRIKS

A. Definisi
Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi atau persegi panjang yang disusun
dalam baris dan kolom.
Contoh :
1 2 3
Matriks A= −1 0 1
2 4 −5[ ]
B. Bentuk Umum Matriks
a11 a12 a13 ⋯ a1 n

[ a21
Am × n= a31

am 1

a 22
a 32

am 2

a23
a33

am3
⋯ a2 n
⋯ a3 n
⋱ ⋮
⋯ a mn
]
Keterangan :
[ a11 a 12 a13 ⋯ a 1n ] disebut elemen baris pertama.
[ a11 a 21 a31 ⋯ a m 1 ] disebut elemen kolom pertama.
a ij artinya elemen baris ke-i kolom ke- j.

 Matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom disebut dengan matriks berordo
m× n.
 Matriks yang memiliki ordo yang sama disebut matriks persegi (m ×m) .

1 2 3
P= 4 5 6
[ ]
7 8 9
(1 , 5 ,9) disebut dengan elemen diagonal utama.

C. Kesamaan Dua Matriks


Dua matriks disebut sama jika ordonya sama dan elemen yang seletak sama.

A= 1 2
[ ]
−1
B= 1
−1 [
0
2
0 ] } A=B

C= [11 20] A ≠C
Dua matriks A dan B dapat dijumlahkan jika ordonya sama.
D. Penjumlahan Dua Matriks
Jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama, maka jumlah A+ B
adalah matriks C yang ordonya sama dengan matriks A maupun B, sedangkan elemen
yang seletak dijumlahkan.

Contoh :
1 2
A= [−1 ]
0
1 2
B= [−1 ]
0

A+ B= 1 2 + 1 2
−1 0 −1 0 [ ][ ]
¿[ 2 4]
−2 0

C= [ 14 −1 0
5 6 ]
A+C tidak dapat dijumlahkan karena elemennya berbeda.

E. Perkalian Matriks dengan Skalar


Jika A adalah suatu matriks dan c adalah suatu skalar, maka hasil kali cA adalah
matriks yang diperoleh dengan mengalikan setiap elemen matriks A dengan skalar c.

Contoh :
0 5 7

[
A= −8 4 5

c=2
1 0 2 ]
0 5 7
cA=2 −8 4 5
1 0 2 [ ]
0 10 14

[
¿ −16 8 10
2 0 4 ]
F. Perkalian Dua Matriks
Jika A adalah matriks berukuran m× n , dan B adalah matriks berukuran n × p
didefinisikan sebagai matriks C yang berordo m× p dengan :

n
C ij=∑ aij . b kj
k=1

Contoh :
A= 0 2
[ ]
1 0

B=[ 1 −2 4 ]
3 2 5
1 −2
C= 3 2
4 5 [ ]
Penyelesaian :
0 2 1 −2 4
AB= [ ][
1 0 3 2 5 ]
( 0 ×1 )+(2 ×3) ( 0 × (−2 ) ) +(2 ×2) ( 0 × 4 )+(2 ×5)
¿
[ ( 1 ×1 ) +( 0 ×3) ( 1 × (−2 ) ) +(0 ×2) ( 1 × 4 ) +(0 ×5) ]
¿ 6 4 10
[
1 −2 4 ]
AC = tidak bisa dikalikan karena jumlah kolom matriks ke-1 tidak sama dengan jumlah
baris matriks ke-2.

G. Transpose Matriks
Jika A adalah matriks berordo m× n maka transpose A dinyatakan oleh At
didefinisikan dengan matriks n × m yang kolom pertamanya adalah baris pertama dari A,
kolom keduanya adalah baris kedua dari A, dan seterusnya.

Contoh :
A= 1 2 3
4 5 6[ ]
1 4
t
A=2 5
3 6 [ ]
H. Sifat-sifat Matriks
Misalkan ordo matriks berikut memenuhi syarat agar operasi-operasi berikut
terpenuhi, maka berlaku :
1) A+ B=B+ A (Hukum Komutatif Penjumlahan)
2) A+(B+ C)=(A + B)+C (Hukum Asosiatif Penjumlahan)
3) k ( A +B)=kA +kB , dengan k skalar; k ∈ R .
4) (k + l) A=kA+lA , dengan k dan l skalar; k , l ∈ R.
5) (kl) A=k (lA ) , dengan k dan l skalar; k , l ∈ R.
6) k ( AB)=(kA) B , dengan k skalar; k ∈ R.
7) A(BC )=( AB)C (Hukum Asosiatif Perkalian)
8) A(B+C)=AB+ AC (Hukum Distributif)
9) ( A+ B)C= AC+ AC (Hukum Distributif)

I. Sifat-sifat Transpose
t
1) ( At ) =A
2) ( A+ B )t =A t + Bt
3) (kA )t=kA t
4) ( AB)t =Bt At

J. Macam-macam Matriks
1) Matriks 0
Matriks yang semua elemennya 0.
A= 0 0
[ ]
0 0
0 0 0

[ ]
B= 0 0 0
0 0 0

2) Matriks Identitas
Matriks persegi yang semua elemen diagonal utamanya adalah 1, sedangkan elemen
lainnya 0. Matriks identitas dinotasikan dengan I.
1 0
I= [ ]
0 1
1 0 0

[ ]
I= 0 1 0
0 0 1

3) Matriks Diagonal
Matriks persegi yang semua elemen di luar diagonal utama bernilai 0, sedangkan
elemen-elemen diagonal utamanya tidak semua bernilai 0.
C= 1 0
[ ]
0 2
1 0 0

[ ]
D= 0 2 0
0 0 5
1 0 0

[ ]
E= 0 5 0
0 0 0

4) Matriks Segitiga Atas


Matriks persegi yang semua elemen di bawah diagonal utama bernilai 0.
1 3 5

[
A= 0 9 −2
0 0 1 ]
5) Matriks Segitiga Bawah
Matriks persegi yang semua elemen di atas diagonal utama bernilai 0.
1 0 0

[
B= −1 2 0
2 4 3 ]
6) Matriks Simetri
Matriks persegi yang berlaku A=A t .
1 2
A= [ ]
2 1
1 2
t
A= [ ]
2 1

1 2 5

[ ]
B= 2 4 3
5 3 6
1 2 5

[ ]
Bt = 2 4 3
5 3 6

7) Matriks Eselon
Matriks yang memenuhi sifat-sifat berikut :
a) Jika ada baris 0, maka letaknya di bawah,
b) Jika suatu baris tak 0, maka elemen tak nol pertama adalah 1 (1 ini disebut 1
utama / 1 pembuka / leading entry),
c) 1 utama pada baris yang lebih awal terletak pada kolom yang lebih awal pula.

Contoh :
1 2 3

[ ]
A= 0 1 5
0 0 1
1 2 3 4

[ ]
B= 0
0
0
1
0
0
5
1
0
6
7
0

8) Matriks Eselon Tereduksi


Matriks eselon yang pada setiap kolom yang memuat 1 utama, maka elemen lainnya
0.

Contoh :
1 0 0

[ ]
A= 0 1 0
0 0 1
1 0 0 0

[ ]
B= 0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
OPERASI BARIS ELEMETER (OBE)

Misal pada suatu matriks dilakukan operasi-operasi sebagai berikut :


1) Saling menukar dua baris (missal menukar baris ke-i dengan baris ke- j)
2) Mengalikan suatu baris dengan bilangan real tak nol (misal baris ke-i dengan baris ke-
j) k ≠ 0.
3) Menambah suatu baris dengan kelipatan baris lainnya (misalnya baris ke-i ditambah k
kali baris ke- j) setiap operasi di atas disebut operasi baris elementer (OBE) dan
berturut-turut dinyatakan dengan :
- Rij
- Ri (k )
- Rij(k)

Contoh :
1 2 0 R 0 1 3 R 0 1 3 R 0 1 3 R 0 9 −1

[R 12(1 ) 1
13

][
1 2 0 ] [
2 ( −1 )

1 2 0 ] [
32 ( −1 )
−1 2 −2 ~ −1 2 −2 ~ 1 −2 2 ~ 1 −2 2 ~ 1 −2 2
0 1 3 0 4 −2 ] [
13 ( 2)

0 4 −2 ]
7 1
~
[
R23(−1) 1 −6 4
~ 0 4 −2 ]
Jika matriks B diperoleh dari matriks A dengan satu kali atau beberapa kali OBE,
maka dikatakan A ekuivalen baris B ditulis A B.
Jika matriks B diperoleh dari matriks A melalui satu kali OBE maka dari B dapat
diperoleh kembali matriks A melalui OBE yang sejenis.

Misalkan :
1) Jika A Rij B maka B R ij A
BR 1 A
2) Jika A Ri (k ) B maka i( )
k

3) Jika A Rij(k) B maka B R ij(−k) A

Jika A , B , C 3 matriks berordo sama maka :


1) Jika A B maka B A (sifat simetri).
2) Jika A B dan B C maka A C (sifat transitif).

Contoh :
1. Ubahlah matriks berikut menjadi matriks eselon.
3 −1 2

[
A= 8 7 6
2 1 2 ]
Penyelesaian :
1 −2 0
3 −1 2 R

[
A= 8 7 6
2 1 2 ] [
13 ( −1 )
1 −2 0 R21 (− 8 ) 1 −2 0 R 1
~
] [
~ 8 7 6 R 31 ( 1) 0 23 6 ~23 0 1 23

1 −2 0
2 1 2 ~ 0 5 2 ]
2( )

[ ]
0 5
6

[ ]
1 −2 0
R32 (−5 )
~
6 R 23

0 0 16 ~ 0 0
23
[ ]
0 1 23 3 ( 16 ) 0 1
6
23
1

2. Ubahlah matriks berikut menjadi matriks eselon tereduksi!


4 5 6
A= 7
[ 8
−1 −2 −1
9
]
Penyelesaian :
4 5 6 R 1 −1 3 R21 (−7 ) 1 −1 3 R 1 1 −1 3

[7
−1 −2 −1
8
] [
9 13 −3
~
( )
7 8 9 ~
] [ ] [ ]
R31 ( 1) 0 15 12 2( 3 ) 0 5 4
−1 −2 −1 ~ 0 −3 2 ~ 0 −3 2
1 −1 3 1 −1 3 R 1 1 −1 3 R 12 (1 ) 1 0 19
R21 (4 )
[ ] [ R32 (3 )
0 0 50 ] [ ] [ ]
3( )
~ 0 1 16 ~ 0 1 16 ~50 0 1 16 R23 ( −16) 0 1 0
0 −3 2 0 0 1
~
~ 0 0 1

R13(−19) 1 0 0
~ 0 1 0 [ ]
0 0 1

A. Matriks Elementer
Matriks elementer yaitu matriks yang dikenai satu kali OBE.

Contoh :
1 0 0

[ ]
I3 = 0 1 0
0 0 1
1 0 0

[ ]
E23 = 0 0 1
0 1 0

Jika E adalah suatu matriks elementer berordo m× m, dan A suatu matriks berordo
m× n, maka EA hasilnya akan sama dengan matriks yang diperoleh dari A dengan
melakukan OBE yang sesuai.
Contoh:
1 −1 R 1 −1

[ ][ ]
A= 2 5 ~23 3 7
3 7 2 5
1 0 0 1 −1 1 −1

[ ][ ] [ ]
EA= 0 0 1 2 5 = 3 7
0 1 0 3 7 2 5

1 −1 R 1 −1

[ ] [ ]
A= 0 5
2 −4
31(−2)
~ 0 5
0 −2
1 0 0 R 1 0 0

[ ] [ ]
I = 0 1 0 31(−2)
0 0 1
~ 0 1 0
−2 0 1
1 0 0

[ ]
E= 0 1 0
−2 0 1
1 0 0 1 −1 1 −1

[ ][ ] [ ]
EA= 0 1 0 0 5 = 0 5
−2 0 1 2 −4 0 −2

B. Invers Matriks dengan Elementer


Matriks persegi A disebut invers B jika AB=BA=I . A disebut invers B dan B
disebut invers A. Invers A ditulis A−1. Invers matriks elementer merupakan matriks
elementernya juga.
 ( I ij ) =I ij
−1

−1
 ( I i ( j) ) =I i ( j)
−1
 ( I ij(k) ) =I ij (k )

−1
( E23 ) =E23

Jika matriks dikalikan hasilnya I, maka invers matriks tersebut adalah matriks itu
juga.
1 0 0 1 0 0 1 0 0

[ ][ ] [ ]
E23 × E23= 0 0 1 0 0 1 = 0
0 1 0 0 1 0 0
1 0
0 1

Contoh :
1 0 0

[
1. I 3(−2) = 0 1 0
0 0 −2 ]
1 0 0
I
3(
−1
[
2 )
= 0 1 0
0 0 −1 /2 ]
1 0 0 1 0 0 1 0 0
I 3(−2) × I
3(
−1
2 )[= 0 1 0 0 1 0
][
0 0 −2 0 0 −1 /2
= 0 1 0
0 0 1 ][ ]
1 0 0
2. A= 0 1 2
0 0 1 [ ]
1 0 0

[ ]
B= 0 1 −2
0 0 1
1 0 0 1 0 0 1 0 0

[ ][
AB= 0 1 2 0 1 −2 = 0 1 0
0 0 1 0 0 1 0 0 1 ][ ]
PERHATIKAN!
Kita ubah matriks A= [ 23 34 ] menjadi matriks eselon tereduksi.
2 3 R12(−1) −1 −1 R 1 1 R 1 1 R
[ ]
3 4 ~ [ 3 4 ] ~ [ 3 4 ] ~ [ 0 1] ~ [ 10 01 ]
1(−1) 21(−3) 12(−1)

( E 12(−1) . E21 (−3 ) . E1 (−1) . E12(−1) ) A=I

{( E12 (−1 ) . E21(−3) . E 1(−1) . E 12(−1) )( E12 (−1 ) . E21(−3) . E1(−1) . E12(−1) ) } A=( E 12(−1) . E 21(−3) . E1 (−1) . E12 (−1 ) )−1 . I
IA=( E 12 (−1) . E 21(−3) . E1 (−1) . E12 (−1 ) )−1

A-1 = E12(-1) . E21(-3) . E1(-1) . E12(-1) . I

Contoh :

Diket A = [ 23 34]
Carilah A-1 = ?
Penyelesaian :
2 3 1 0 R12 (−1 ) −1 −1 1 −1 R1 (−1 ) 1 1 −1 1 R21 (−3 ) 1 1 −1 1
[ | ] [ |
3 40 1 ~ 3 4 0 1 ~ 3 4 0 1 ~ 0 1 3 −2 ] [ | ] [ | ]
R12(−1) 1 0 −4 3
[ | ]
~ 0 1 3 −2

A-1 = [−43 −23 ]


INGAT!!!

Diket A = [ ac bd ]
1 d −b
ad−bc [−c a ]
A-1 = ad ≠ bc

Cek!
1
A-1 =
8−9 [ 23 34]
=- [ 34]
2
3
−4 3
=[
3 −2 ]
DETERMINAN

PERMUTASI
Definisi
Susunan bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n} menurut suatu aturan tanpa menghilangkan
atau mengulangi bilangan-bilangan tersebut. Banyak permutasi dari n elemen ditulis Pn = n!.
Contoh :
P3 = 3! = 3 . 2 . 1 = 6
P5 = 5! = 5 . 4 . 3 . 2 . 1 = 120
Untuk n = 3, misalnya diketahui bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3} maka permutasi yang
mungkin adalah :
{1, 2, 3}
{1, 3, 2}
{2, 3, 1}
{2, 1, 3}
{3, 1, 2}
{3, 2, 1}
Suatu invers terjadi jika dalam pemutasi terdapat bilangan yang lebih besar mendahului
bilangan yang lebih kecil.
Contoh :
- Invers dari {2, 3, 1} adalah 2 yaitu 2 mendahului 1 dan 3 mendahului 1.
- Invers dari {1, 2, 3, 4, 5} adalah 0 karena tidak ada bilangan yang lebih besar
mendahului bilangan yang lebih kecil.

Permutasi Genap
Permutasi genap ialah permutasi yang banyak inversnya genap.

Permutasi Ganjil
Permutasi ganjil ialah permutasi yang banyak invers ganjilnya.

Permutasi Banyak Invers Jenis Permutasi


{1, 2, 3} 0 Genap
{1, 3, 2} 1 Ganjil
{2, 3, 1} 2 Genap
{2, 1, 3} 1 Ganjil
{3, 1, 2} 2 Genap
{3, 2, 1} 3 Ganjil

PERKALIAN ELEMENTER
Perkalian elemeter dari Am×n ialah hasil kali n elementer dari A yang tidak sebaris dan
sekolom.
Contoh :
a11 a 12 a13

[
A = a21 a 22 a23
a31 a 32 a33 ]
Perkalian elementer dari A adalah :
a 11 a12 a13 a 11 a12 a13
a 21 a22 a23 a 21 a22 a23
a 31 a32 a33 a 31 a32 a33
Permutasi Hasil Kali Elementer
Hasil Kali Elementer Jenis Permutasi
Terasosiasi Bertanda
a 11 a 22 a33 {1, 2, 3} Genap +
a 12 a23 a31 {2, 3, 1} Genap +
a 13 a21 a32 {3, 1, 2} Genap +
a 13 a22 a31 {3, 2, 1} Ganjil -
a 11 a 23 a32 {1, 3, 2} Ganjil -
a 12 a21 a33 {2, 1, 3} Ganjil -
Determinan matriks A dinotasikan dengan det(A) atau | A| didefinisikan sebagai jumlah hasil
kali elementer bertanda.
| A|=a 11 a 22 a33+ a12 a 23 a31+ a13 a 21 a32−a 13 a22 a 31−a11 a23 a 32−a12 a21 a33
Khusus untuk matriks berukuran 3×3 dapat menggunakan aturan sorus untuk mencari
determinan.
a11 a12 a 13 ⋮ a11 a 12

|
| A| = a 21 a22 a 23 ⋮ a21 a 22
a31 a32 a 33 ⋮ a31 a 32

MENCARI DETERMINAN DENGAN EKSPANSI KOFAKTOR


Determinan yang terjadi jika baris i dan kolom j dihilangkan maka disebut minor unsur a ij,
ditukis Mij.
Contoh :
1 0 2

[
A = −2 −1 3
3 4 5 ]
M 11 = |−14 35| = -5 – 12 = -17
−2 3
=|
3 5|
M 12 = -10 – 9 = -19

=|
4|
−2 −1
M 13 = -8 + 3 = -5
3
0 2
=|
4 5|
M 21 = 0 – 8 = -8

1 2
=|
3 5|
M 22 = 5 – 6 = -1

1 0
=|
3 4|
M 23 =4–0=4
M 31 = |−10 23| = 0 + 2 = 2
1 2
=|
−2 3|
M 32 =3+4=7

1 0
=|
−2 −1|
M 33 = -1 – 0 = -1

Kofaktor elemen a ij ditulis K ij = (-1)i+j . M ij


Contoh :
3 2 1
Diketahui A = −1 0 1
2 −1 1
K 11 = (-1)1+1 . M 11
[ ]
= (-1)2 |−10 11|
= 1 . (0 + 1) = 1
K 23 = (-1)2+3 . M 23
3 2
= (-1)5 |
2 −1 |
= (-1) . (-3 – 4)
= (-1) . (-7) = 7
Perhatikan bahwa kofaktor dan minor a ij hanya berbeda dengan tanda, yaitu K ij =± M ij. Cara
cepat untuk menentukan tandanya adalah sebagai berikut :
¿
Jika i + j genap maka tandanya positif.
Jika i + j ganjil maka tandanya negatif.
Deteminan matriks A yang berukuran n×n dapat dihitung dengan mengalikan elemen-elemen
dalam suatu baris atau kolom dengan kofaktor-kofaktornya dan menambahkan hasil-hasil kali
yang dihasilkan yakni untuk setiap 1 ≤ j ≤ n, maka :
 Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j.
| A|=a 1 j . K 1 j + a2 j . K 2 j+ a3 j . K 3 j +…+ anj . K nj
 Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i.
| A|=a i1 . K i1 + ai 2 . K i 2+ ai 3 . K i 3 +…+a ¿ . K ¿
Contoh :
1. Carilah determinan matriks berikut dengan ekspansi kofaktor!
1 0 2
| A|= 3 2 2
−1 1 0
Penyelesaian :
[ ]
 Ekspansi kofakor sepanjang kolom ke-3
| A|=a 13 . K 13+ a23 . K 23+ a33 . K 33
= 2 . (-1)1+3 . M 13 + 2 . (-1)2+3 . M 23 + 0 . (-1)3+3 . M 33
=2 |−13 21| + 2 . (-1) |−11 01| + 0
= 2 (3 + 2) – 2 (1 – 0)
=2.5–2
= 10 – 2
=8

 Ekspansi kofator sepanjang baris ke-2


| A|=a 21 . K 21+a 22 . K 22+ a23 . K 23
= 3 . (-1)3 . M 21 + 2 . (-1)4 . M 22 + 2 . (-1)5 . M 23

= -3 |01 20| + 2 |−11 20| – 2 |−11 01|


= -3(-2) + 2(2) – 2 (1 – 0)
=6+4–2
=8

2. Carilah deteminan matriks berikut menggunakan ekspansi kofaktor!


1 0 0

[
a) | A|= 0 2 −1
1 3 2 ]
2 −5 7 0
b) |B|=
−1
[
4 7
0 2
2 6 −1
3 1
1 −3
]
Penyelesaian :
a) Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-1
| A|=a 11 . K 11 + a12 . K 12+ a13 . K 13
= 1(-1)2 . M 11 + 0 . (-1)3 . M 12 + 0 . (-1)4 . M 13

= |23 −12 | + 0 + 0
=7

Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-1


| A|=a 11 . K 11 + a21 . K 21+ a31 . K 31
= 1(-1)2 . M 11 + 0 . (-1)3 . M 21 + 0 . (-1)4 . M 31

= |23 −12 | + 0 + 0
=7

b) Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-4


|B|=a41 . K 41 + a42 . K 42 +a 43 . K 43+ a44 . K 44
= 0(-1)5 . M 41 + 2(-1)6 . M 42 + 1(-1)7 . M 43 – 3(-1)8 . M 44
2 7 0 2 −5 0 2 −5 7
| 4 3 1 | | | |
= 0 + 2 −1 6 −1 – 1 −1 2 −1 – 3 −1 2 6
4 7 1 4 7 3 |
= 0 + 2(-3) – 1(33) – 3(-312)
= -6 – 33 + 936
= 897

INVERS MATRIKS DENGAN MATRIKS ADJOINT


Matriks kofaktor dari A ialah matriks yang berbentuk
K 11 K 12 K 13 … K 1 n
K
K(A) = 21

K 22

[K 23 … K 2 n
⋮ ¿… ¿ K
Kn1 Kn2 Kn3 nn ]
Transpose dari matriks kofaktor A disebut dengan matriks adjoint A, ditulis adjoint A.
K 11 K 21 … K n 1

Contoh :
K
Adj(A) = 12
⋮ ⋮
K1n K2n [
K 22 … K n 2
¿K
¿ nn
¿
]
Carilah matriks adj(A) dari matriks berikut :
2 1 1

[
A = 0 1 −1
−1 0 1
Penyelesaian :
]
1 −1
K 11 =
0 1 | =1 |
|−10 11|=1
K 12=−

1 −1
K =|
0 1|
13 =1

0 1
K =−|
−1 0|
21 =−1

2 1
K =|
−1 1|
22 =3

2 1
K =−|
−1 0|
23 =−1

1 1
K =|
1 −1|
31 =−2

2 1
K =|
0 −1|
32 =2

2 1
K =|
0 1|
33 =2
1 1 1

[
K(A) = −1 3 −1
−2 2 2 ]
1 −1 −2

[
Adj(A) = 1 3
1 −1 2 ] 2

Invers matriks dihitung dengan matriks adjoint adalah sebagai berikut :


1
A−1= ad j(A)
| A|
Contoh :
2 1 1

[ ]
Carilah invers matriks dari A = 0 1 −1 dengan menggunakan matriks adjoint.

Penyelesaian :
−1 0 1

| A|=a 31 . K 31+a 32 . K 32+a 33 . K 33


= -1(-2) + 0 . 2 + 1 . 2
=2+2
=4

1 −1 −1

Jadi A-1 =
1
4
1 −1 2

[
1 3 2=
1 −1 2
4
1
4
1
4
] [ ]
4
3
4
−1
4
2
1
2
1
2

Anda mungkin juga menyukai