i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
ini kami membahas konsep dari Evidence Based Practiced sampai
penerapannya dalam proses keperawatan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep Evidence Based Practiced (EBP) ??
b. Apa tujuan dan manfaat dari Evidenced Based Practiced
(EBP)??
c. Bagaimana persyaratan dan penerapan Evidence Based
Practiced (EBP)??
d. Bagaimana model implementasi dari Evidence Based Practiced
(EBP)??
e. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan Evidence
Based Practiced (EBP)??
f. Bagaimana penerapan Evidence based Practiced (EBP) dalam
proses keperawatan??
g. Bagaimana hambatan dalammmenggunakan Evidence Based
Practiced (EBP)??
h. Bagaimana usaha dalam meningkatkan Evidence BAsed
Practiced (EBP)??
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dari Evidence Based Practiced
(EBP).
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat Evidence Based
Practiced (EBP).
c. Untuk mengetahui persyaratan, penerapan dan model
implementasi dari Evidence Based Practiced (EBP).
d. Untuk menegtahui langkah-langkah dalam menerapkan
Evidence Based Practiced (EBP).
3
e. Untuk mengetahui penerapan Evidence Based Practiced (EBP)
dalam proses keperawatan.
f. Untuk mengetahui hambatan dalam menggunakan Evidence
Based Practiced (EBP).
g. Untuk mengetahui usaha dalam meningkatkan Evidence Based
Practiced (EBP).
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan
klinis.
6
4. Sumber - sumber
Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah
sumber-sumber terhadap perawatan kesehatan. Hampir seluruh
keputusan dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi
terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi
mempunyai potensi yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak
dapat segera dilaksanakan karena keterbatasan biaya.
B. Tujuan Dan Manfaat Evidance Based Practiced (EBP)
Tujuan EBP :
1. Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi
berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan
secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang
terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian
pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas
dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok,
200l / 2002).
2. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi
alat, berdasarkan bukti-bukti terbaik, untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan artinya dalam
memilih suatu pendekatan pengobatan kita hendaknya secara
empiris melihat kajian penelitian yang menunjukkan keefektifan
suatu pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu.
Manfaat EBP :
7
4. Mengeliminasi budaya layanan kesehatan dimana praktik yang tidak
berbasis bukti.
B. Studi kasus
8
F. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau
metaanalisa yaitu pengkajian berbagai penelitian yang ada
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
D. Model Implmentasi Evidence Based Practice
1. Model Settler
a. Fase 1 : Persiapan.
b. Fase 2 : Validasi.
c. Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan.
d. Fase 4 : Translasi dan aplikasi.
e. Fase 5 : Evaluasi
2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote
Quality Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler,
PhD, RN, FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu atau
masalah. Pemicu / masalah ini sebagai focus masalah. Jika
masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi tim segera
dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat
dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk
diliatkan dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah mensistesis
EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdadat cukup
bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan. kemudian
dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones dan
Bartlett, 2004 : Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).
3. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based
Practice Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
9
1. Tahap 1 : mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
2. Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
3. Tahap 3 : kritikal analisis evidence
4. Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
5. Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perubahan
6. Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
10
e. Batas waktu / Time (T) : berapa waktu yang diperlukan ?
Langkah 3 : Cari bukti terbaik
Mencari bukti untuk menginformasikan praktek klinis adalah
sangat efisien ketika pertanyaan diminta dalam format PICOT jika
perawat dalam skenario respon cepat itu hanya mengetik ‘’ apa
dampak dari memiliki time respon cepat? ke dalam kolom pencarian
dari data base hasilnya akan menjadi ratusan abstrak sebagian
besar dari mereka tidak relevan. Menggunakan format PICOT
membantu untuk mengidentifikasi kata kunci atau frase yang ketika
masuk berturut - turut dan kemudian digabungkan, memperlancar
lokasi artikel yang relevan dalam data base penelitian besar.
Langkah 4: Kritis menilai bukti
Setelah artikel yang dipilih untuk direview mereka harus cepat
dinilai untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan
berlaku untuk pertanyaan klinis. Studi - studi ini adalah studi kiper.
Salah satu alasan perawat khawatir bahwa mereka tidak punya
waktu untuk menerapkan EBP adalah banyak telah diajarkan proses
mengkritisi melelahkan, termasuk penggunaan berbagai pertanyaan
yang dirancang untuk mengungkapkan setiap elemen dari sebuah
penelitian. Contoh pertanyaannya :
a. Apakah hasil penelitian valid ?
b. Apakah hasilnya dapat dikonfirmasi ?
c. Akankah hasil dapat membantu saya merawat pasien saya ?
Langkah 5 : Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis
dan preferensi pasien dan nilai – nilai.
Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan
perubahan dalam praktek. Keahlian klinis berdasarkan penilaian
pasien, data laboratorium, dan data dari program manajemen hasil,
serta referensi dan nilai - nilai pasien adalah komponen penting dari
EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk menimbang
11
masing - masing elemen pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh
variabel kelembagaan dan klinis. Jika kualitas evidence bagus dan
intervensi sangat memberikan manfaat, akan tetapi jika hasil diskusi
dengan pasien menghasilkan suatu alasan yang membuat pasien
menolak treatment, maka intervensi tersebut tidak bisa
diaplikasikan.
Langkah 6 : Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan
berdasarkan bukti setelah menerapkan EBP.
Penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap perubahan
hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif
diperbaiki. Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat
dikendalikan tidak berarti ia akan bekerja dengan cara yang sama
dalam pengaturan klinis. Pemantauan efek perubahan EBP pada
kualitas perawatan kesehatan dan hasil dapat membantu dokter
melihat kekurangan dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih
tepat pasien mana yang paling mungkin untuk mendapatkan
keuntungan. Ketika hasil beda dari yang dilaporkan dalam literatur
penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan hal yang
akan dilakukan..
Langkah 7 : Menyebarluaskan hasil EBP
Perawat dapat mencapai hasil yang sesuai bagi pasien
mereka melalui EBP, tetapi mereka sering gagal untuk berbagi
pengalaman dengan rekan - rekan dan organisasi perawatan
kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini menjelaskan perlu
duplikasi usaha, dan melakukan pendekatan klinis yang tidak
berdasarkan bukti – bukti. Di antara cara untuk menyebarkan
inisiatif sukses adalah putaran EBP di institusi, presentasi di
konferensi lokal, regional, dan nasional, dan laporan dalam jurnal
peer review, news letter profesional, publikasi untuk khalayak
umum.
12
F. Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan cara berpikir perawat
tentang bagaimana mengorganisir perawatan terhadap individu,
keluarga dan komunitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dalam proses ini, antara lain membantu meningkatkan kolaborasi
dengan tim kesehatan, menurunkan biaya perawatan, membantu
orang lain untuk mengerti apa yang dilakukan oleh perawat,
diperlukan untuk standar praktek profesional, meningkatkan
partisipasi klien dalam perawatan, meningkatkan otonomi pasien,
meningkatkan perawatan yang spesifik untuk masing-masing
individu, meningkatkan efisiensi, menjaga keberlangsungan dan
koordinasi perawatan, dan meningkatkan kepuasan kerja
(Wilkinson, 2007).
Dalam proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas
pengambilan keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada setiap fase
proses keperawatan tersebut, hasil-hasil penelitian dapat
membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan
tindakan yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang
kuat.
a. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk
mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat
diperoleh melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga,
perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat
melalui rekam medis, dan observasi. Masing-masing sumber
tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara
keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa
hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan
informasi, tipe informasi ap ayang perlu diperoleh, bagaimana
13
menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan bagaimana
meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil penelitian juga
dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau
bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan
tertentu.
b. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal
yang terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat
dan frekuensi terjadinya masing-masing batasan karaktersitik yang
terkait dengan suatu diagnosis keperawatan.
c. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara
lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan
tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu,
tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
d. Tahap intervensi / implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan
intervensi keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada
hasil-hasil penelitian.
e. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah
intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil
dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat
digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan
ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.
14
G. Hambatan Untuk Menggunakan EBP
15
Menurut Polit & Hungler (1999) membagi usaha yang dapat
dilakukan tersebut berdasarkan latar belakang perawatnya:
Oleh perawat peneliti:
a) Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi
b) Melakukan penelitian yang hasilnya relevan dengan kondisi
di tempat pemberian asuhan keperawatan
c) Mengulang penelitian
d) Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi
e) Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif
f) Melakukan komunikasi dengan jelas
g) Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis
Oleh Perawat pendidik :
a) Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum
pengajaran
b) Mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian
c) Memberikan masukan pada peneliti
Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan :
a) Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya
b) Menghadiri konferensi/seminar/workshop
c) Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur
efektif digunakan
d) Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-
hasil penelitian
e) Terlibat dalam klub-klub penelitian
f) Berkolaborasi dengan perawat peneliti
g) Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian
dan penggunaan hasil-hasil penelitian
Oleh perawat pengelola :
a) Membangun iklim keingintahuan intelektual
16
b) Memberikan dukungan secara emosional atau moral
c) Memberikan dukungan keuangan atau sumber-sumber
yang dibutuhkan dalam penggunaan hasil penelitian
d) Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan
hasil-hasil penelitian
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA