Anda di halaman 1dari 7

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK

ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰


DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA
DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15°

I Kadek Ervan Hadi Wiryanta1, Triyogi Yuwono2


Program Pascasarjana, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
email: 1vanzcoholic@yahoo.com, 2triyogi@me.its.ac.id

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan elbow 75 dengan
R/D tertentu terhadap karakteristik dari aliran dua fase (air-udara) yang mengalir di dalam pipa,
yaitu perubahan pressure drop. Penelitian secara eksperimental dilakukan dengan menggunakan
pipa transparan (acryllic) dengan diameter dalam 36 mm dari pipa vertikal menuju pipa miring
melewati elbow 75° dengan R/D=0,7. Panjang total pipa adalah 3000 mm. Fluida kerja yang
digunakan adalah air dan udara dengan variasi kecepatan superficial cairan (USL) antara 0,3 m/s -
1,1 m/s (ReSL= 13497 – 49488) dan variasi volumetric gas quality (β) antara 0,03 – 0,25. Pressure
drop aliran diukur menggunakan Manometer type U pada pipa vertikal, inlet elbow, outlet elbow
dan pipa miring 15. Untuk numerik, dilakukan dengan menggunakan MATLAB 7 untuk
membandingkan pressure drop aliran secara teoritis dengan hasil eksperimental. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pressure drop pada pipa uji vertikal akan mengalami penurunan dengan
bertambahnya superficial gas Reynolds number (ReSG) untuk setiap superficial liquid Reynolds
number (ReSL) yang sama, baik secara eksperimental maupun secara teoritis. Pada elbow 75° dan
juga pipa miring, pressure drop juga akan mengalami penurunan tetapi tidak sebesar pada pipa
vertikal.

Kata kunci: aliran dua fase, elbow 75⁰, pressure drop

Pendahuluan

Aliran dua fase merupakan salah satu bagian dari aliran multi fase, dimana fenomena aliran
dua fase ini banyak dijumpai pada dunia-dunia industri, seperti pada reactor nuklir, heat exchanger,
dan juga sistem perpipaan dari industri pertambangan migas, geothermal, dan lain sebagainya. Pada
sistem transportasi perpipaan penggunaan elbow sangat luas dikarenakan faktor geografis di
lapangan. Meskipun penggunaan elbow tersebut akan menyebabkan terjadinya separasi, centrifugal
acceleration, secondary flow dan kavitasi.
Pada aliran dua fase, karakteristik alirannya jauh lebih kompleks dibandingkan pada aliran
mono fase, dimana selain dipengaruhi oleh Reynolds numbers, pada aliran dua fase pressure drop
juga dipengaruhi oleh interaksi dari fase-fase yang mengalir di dalamnya. Dimana akibat dari
interaksi antar fase tersebut akan menyebabkan terjadinya pola aliran yang bermacam-macam. Pola
aliran yang berubah-ubah ini akan menyebabkan perubahan pada pressure drop.
Banyak penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh pola aliran dan
pressure drop yang terjadi pada aliran dua fase, baik pada pipa vertikal maupun horizontal. Secara
umum parameter-parameter yang diperhatikan antara lain debit fluida cair dan gas, pola aliran,
tegangan geser antar fase dan juga konfigurasi pipa. Somchai Wongwises (2006) meneliti tentang
flow pattern, pressure drop dan void fraction pada saluran horizontal dan miring upward aliran dua
fase gas-cairan pada sebuah saluran anular kecil. Slug/bubly flow pattern hanya ditemukan pada
sudut kemiringan θ = 30⁰ dan 60⁰, sedangkan slug flow pattern hanya ditemukan pada saluran
horizontal. Benard (2006) meneliti aliran dua fase melewati belokan 900 pada pipa vertikal menuju
pipa horisontal dengan diameter dalam pipa yang digunakan adalah 0,026 m. Pressure drop pada
posisi vertical inlet tangent menunjukkan beberapa perbedaan yang signifikan pada pipa vertikal.
Karena adanya elbow yang menyebabkan aliran inlet terhambat sehingga menaikkan tekanan dan
jumlah fase liquid pada vertical inlet riser dan perbedaan struktur dari flow regime dibandingkan
dengan pipa vertikal lurus tanpa adanya gangguan belokan. Yudi Sukmono (2009) melakukan
penelitian tentang karakteristik aliran dua fase yang melewati elbow 90⁰ dari arah vertikal menuju
horisontal. Rasio R/D = 0,6 dan diameter dalam pipa = 36 mm. Hasil penelitian menunjukkan
pressure drop pada pipa vertikal semakin turun pada peningkatan volumetric gas quality (β) untuk
kecepatan superficial cairan (USL) konstan. Pada elbow, pressure drop cenderung naik pada
peningkatan volumetric gas quality (β) untuk kecepatan superficial cairan (USL) konstan, tetapi akan
turun pada kecepatan superficial gas (USG) rendah. Untuk pipa horizontal, pressure drop cenderung
naik pada volumetric gas quality (β) tinggi dengan kecepatan superficial cairan (USL) konstan.
Berbeda dengan penelitian Priyo Heru Adiwibowo (2009) dengan variasi eksperimen yang sama
tetapi pada konfigurasi pipa dengan sudut kemiringan 45⁰, pada elbow dan pipa miring
menunjukkan terjadinya penurunan pressure drop dengan bertambahnya volumetric gas quality (β)
untuk setiap bilangan Reynolds superficial cairan (ReSL) konstan.

Metode Penelitian
Untuk melakukan penelitian secara eksperimental digunakan test section dari bahan
transparan (acryllic) baik untuk pipa vertikal, pipa miring dan juga elbow 75°. Tinggi pipa vertikal 2
m dan panjang pipa miring adalah 1 m. Fluida yang digunakan adalah campuran air dan udara
dengan variasi kecepatan superficial cairan (USL) = 0,3 m/s – 1,1 m/s dan variasi volumetric gas
quality (β) = 0,03 – 0,25. Udara dimasukkan ke dalam campuran melalui annular air injector pada
bagian dasar test section. Pengukuran kecepatan cairan dilakukan dengan menggunakan doppler
meter, dan debit udara diatur menggunakan rotameter tipe pelampung. Pengukuran penurunan
tekanan dilakukan dengan memasang pressure taps pada pipa uji vertikal, elbow 75⁰ dan sepanjang
pipa miring yang terhubung dengan Manometer type U. Skema penelitian seperti pada gambar 1
berikut.

Keterangan :
1. Tangki air
2. Pompa
3. Katup bypass
4. Accumulator
5. Doppler flow meter
6. Annular air injector
7. Pressure gauge
8. Termometer digital
9. Rotameter
10. Dryer
11. Tangki udara
12. Kompresor
13. Kamera digital
14. Photo editing
15. Gas-liquid separator

Gambar 1. Diagram Eksperiment Setup


Hasil dan Pembahasan

Perhitungan pressure drop secara eksperimental dilakukan pada tiga bagian, yaitu pada pipa
vertikal, pada elbow 75° dan di sepanjang pipa miring. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
persamaan:

pverical [Z12  h1  h2 ]  


1
g 2
p elbow [Z 2 3  h2  h3 ]   3
g
pmiring [Z34  (h3  h4 )]   g

Dimana: pvertical = Pressure drop pada bidang pipa vertical N/m2


pelbow = Pressure drop across the elbow bend N/m2
pmiring = Pressure drop pada bidang pipa miring N/m2
Z12 = Elevation antara pressure taps 1  2 m
Z23 = Elevation antara pressure taps 2  3 m
Z34 = Elevation antara pressure taps 3  4 m
h1, h2, h3, h4 = Hasil ketinggian level air pada monometer m
g = Percepatan gravitasi m s-2
 = Kerapatan liquid kg/m3

Dengan variasi kecepatan superficial cairan (USL) dari 0,3 m/s – 1,1 m/s dan volumetric gas quality
(β) antara 0,03 – 0,25 maka didapat pressure drop pada pipa vertikal seperti pada gambar 2 berikut:

21,5
21 13497
20,5 22494
31492
20 Resl = 40489
∆Pvertikal(kPa)

19,5 49487
19
18,5
18
17,5
17
16,5
16
15,5
15

00,050,10,150,20,25
β

Gambar 2. Grafik pressure drop pada pipa vertikal untuk setiap ReSL terhadap
volumetric gas quality (β). (β=0 adalah single phase – hanya air)
Dengan peningkatan Resl akan meningkatkan pressure drop pada aliran satu fase karena
pengaruh elevasi akan menjadi faktor dominan. Tetapi dengan adanya pengaruh densitas fase gas
pada fase cairan sehingga densitas campuran (mixture) berkurang dibanding densitas satu fase
(cairan saja) yang terjadi pada aliran dua fase sehingga terlihat dengan semakin tinggi bilangan
Reynolds superficial gas (Resg) ataupun semakin tinggi volumetric gas quality (β) maka akan
semakin rendah pula pressure drop. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa semakin besar nilai Re sl
menyebabkan semakin besar pula nilai pressure drop.
Karakteristik pressure drop pada elbow 75º mempunyai karakteristik sama dengan pressure
drop pada pipa vertikal dimana akan terjadi penurunan pressure drop dengan meningkatnya
bilangan Reynolds superficial gas (Resg) tetapi penurunannya tidak sebesar pada pipa vertikal. Hal
ini dikarenakan pada elbow dari posisi vertikal menuju posisi miring dipengaruhi oleh tiga
komponen yaitu akibat elevasi (gravitasi sebagai komponen utama), gesekan (friction) dan separasi
aliran. Dari ketiga komponen tersebut faktor elevasi sangat dominan, tetapi karena elevasi pada
elbow 75° tidak sejauh pada pipa vertikal, sehingga pressure drop pada elbow 75º tidak sebesar
pressure drop pada pipa vertikal, seperti ditunjukkan pada gambar 3 berikut:

1,1
1
0,9
0,8
0,7
∆Pelbow (kPa)

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2 13497
22494
0,1
0 31492
Resl = 40489
49487

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25


β

Gambar 3. Grafik pressure drop pada elbow 75⁰ untuk setiap ReSL terhadap
volumetric gas quality (β) (β=0 adalah single phase – hanya air)
Untuk pipa miring 15°, kecenderungan yang sama juga terlihat. Dimana pressure drop yang
terjadi akan mengalami penurunan dengan meningkatnya volumetric gas quality (β) untuk setiap
Resl yang konstan. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 4 berikut.

3,2
3
2,8
2,6
∆Pmiring(kPa)

2,4
2,2
2
1,8
1,6
13497
1,4 22494
1,2 31492
1 Resl = 40489
49487

00,050,1 0,15 0,2 0,25


β

Gambar 4. Grafik pressure drop pada pipa miring 15⁰ untuk setiap ReSL
terhadap volumetric gas quality (β) (β=0 adalah single phase – hanya air)

Dari grafik juga dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya ReSL maka pressure drop yang terjadi
juga akan meningkat.
Dari pengamatan visualisai pola aliran yang terjadi pada pipa miring setelah elbow, maka
dilakukan juga perhitungan pressure drop secara analitik dengan menggunakan program Matlab-
GUI (Graphic User Interface). Hasil perbandingan antara pressure drop secara eksperimental dan
juga secara analitik ditunjukkan pada gambar 5 berikut.

a. 21,00
20,50
20,00
∆Pvertikal(kPa) Resl = 31492
19,50
19,00
18,50
18,00
17,50
17,00
16,50
16,00 Data Eksperimen
15,50 Data Teoritis
15,00
0200 400 600
Resg
b.
1,60
1,40
1,20 Resl = 31492
∆Pelbow(kPa)

1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Eksperimen 75°
Numerik 75°
Eksperimen 30°
Numerik 30°

0100 200 Re sg
300 400 500 600

c. 9,00
8,00
7,00 Resl = 31492
∆Pmiring(kPa)

6,00
5,00
4,00
3,00 Eksperimen 75°
Numerik 75°
2,00
Eksperimen 30°
1,00 Numerik 30°

0100 400 500 600


200 Re 300
sg

Gambar 5. Grafik perbandingan pressure drop secara eksperimental dan secara


teoritis pada Resl = 31492. (a. Pada pipa vertikal; b. Pada elbow 75; c. Pada pipa miring)

Dari grafik diatas terlihat bahwa pressure drop secara eksperimental nilainya akan lebih
besar daripada pressure drop secara teoritis, baik pada pipa vertikal, pada elbow 75°, dan pipa
miring. Hal ini dikarenakan untuk perhitungan pressure drop secara teoritis tidak memperhitungkan
faktor-faktor aktual di lapangan. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa pada elbow 75° dan pipa
miring outlet dari elbow 75°, besarnya pressure drop akan jauh lebih kecil dibandingkan pressure
drop yang terjadi pada elbow 30° dan pipa miring outlet dari elbow tersebut. Hal ini dapat
dijelaskan karena pada elbow dan juga pipa miring, pressure drop dominan akan dipengaruhi oleh
faktor elevasi, dimana jarak elevasi pada elbow 75° dan juga pipa miring outlet dari elbow 75°
lebih kecil daripada elevasi pada elbow 30° dan pipa miring outlet dari elbow 30°. Sehingga nilai
pressure drop pada elbow 75° dan juga pada pipa miring akan lebih kecil.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kecepatan superficial cairan (USL) dan


volumetric gas quality (β).
2. Pressure drop yang terjadi akan cenderung menurun dengan bertambahnya volumetric gas
quality (β) pada ReSL yang konstan baik pada pipa vertikal, elbow 75⁰, dan pipa miring.
3. Pressure drop yang terjadi akan cenderung meningkat dengan naiknya bilangan Reynolds
superficial (ReSL).
4. Besarnya pressure drop pada elbow dan pipa miring dominan dipengaruhi oleh faktor
elevasi, dimana elevasi pada elbow maupun pipa miring tidak sejauh elevasi pada pipa
vertikal, sehingga besarnya pressure drop pada elbow dan pipa miring jauh lebih kecil
daripada pipa vertikal.
5. Besarnya pressure drop secara eksperimental cenderung akan lebih besar daripada pressure
drop secara teoritis. Karena untuk perhitungan pressure drop secara teoritis tidak
memperhitungkan faktor-faktor aktual di lapangan.
6. Nilai pressure drop pada elbow 75° dan juga pipa miring outlet dari elbow 75° lebih kecil
dibandingkan nilai pressure drop pada elbow 30° dan juga pipa miring outlet dari elbow 30°.
Karena jarak elevasi pada elbow 75° dan juga pipa miring outlet dari elbow 75° lebih kecil
daripada elevasi pada elbow 30° dan pipa miring outlet dari elbow 30°.

Daftar Pustaka

[1] Benard. E, 2007, “Gas–Liquid Two Phase Flow through a Vertical 90 Elbow Bend”,
Experimental Thermal and Fluid Science 31 hal. 761–769
[2] Priyo Heru Adiwibowo, 2009, “Studi Eksperimental dan Numerik Gas – Cairan Aliran
Dua Fase Melewati Elbow 45⁰ dari Arah Vertikal ke Posisi Miring 45⁰”, Thesis, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
[3] Somchai Wongwishes, 2006 “Flow Pattern, Pressure Drop and Void Fraction of Two-
phase Gas – Liquid Flow in an Inclined Narrow Annular Channel”, Experimental
Thermal and Fluid Science 30, hal.345 – 354
[4] Taylor & Francis, 2006, “Multiphase Flow Handbook”
[5] Tekna, 2005, “Handbook of Multiphase Flow Metering”, www.tekna.no
[6] Triyogi. Y, 1995 , “Pengukuran Global Void Fraction dengan Menggunakan Metode
Pressure Gradient”, Volume 6 No.2 Jurnal IPTEK Teknik Mesin , ITS, Surabaya
[7] Yudi Sukmono, 2009 “Studi Eksperimental dan Numerik Tentang Karakteristik
Aliran Dua Fase (Air – Udara) Melewati Elbow 90⁰ dari Arah Vertikal Menuju
Horizontal”, Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai