1. Definisi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci
hama (steril). Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan
sehubungan dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat,
(HIPKABI : 2010)
4. Ketenagaan
Dalam setiap melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari;
1) Dokter pembedah (Operator)
2) Dokter Anesthesi
3) Perawat kamar bedah; sirkuler, instument (scrub), RNFA (register nurse first
Assistance)
4) Perawat Anesthesi
Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan tidak langsung
(melalui kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen) dapat menyebabkan
kontaminasi. Oleh karena itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang terakhir. Adanya
sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada setiap zona
berbeda-beda
Keterangan :
Zona 0 = Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zone/aseptic zone)
Zona 1 = Area di sekeliling area pembedahan di atas meja bedah ( ultra clean zone)
Zona 2 = Area lain dalam kamar bedah ( super clean zone)
Zona 3 = Clean zone, identik dengan daerah tepan cuci tangan steril ( semirestricted area)
Zona 4 = General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted area)
ZONA 0
Disebut juga Area Nuklei Steril. Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah
(;laminair air flow) dimana bedah dilakukan (meja operasi). Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 1.000 sampai dengan 10.000
Zona 1
Pada zona 1 tingkat resiko sangat tinggi (steril dengan pre filter, medium filter, hepa
filter). Zona ini adalah satu meter dari zona 0 dengan tekanan udara positif.
Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 10.000.
ZONA 2
Pada zona 2 tingkat resiko tinggi (semi steril dengan medium filter). Zona ini meliputi
kompleks ruang operasi.
ZONA 3
Pada zona 3 tingkat resiko sedang (semi steril). Zona ini terdiri dari koridor menuju
zona 2 dan ruangangan untuk mencuci tangan steril.
ZONA 4
Pada zona 4 tingkat resiko rendah (normal). Zona ini terdiri dari recovery room, ruang
persiapan pasien, ruang ganti baju, ruang istirahat dokter, perawat, penata anestesi.
9. Teknik Asepti Kamar Bedah
a. Pengertian Aseptik & Antiseptik
1) Asepsis
adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan
asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindak bedah.
2) Antisepsis
adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman
patogen. Tindakan ini bertujuaan mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh
kuman patogen. Obat-obat anti¬septik, misalnya lisol atau kreolin, adalah zat kimia
yang dapat membunuh kuman penyakit.
b. Sumber Infeksi Pembedahan
Kuman-kuman penyebab sepsis adalah bakteri, dan bakteri yang paling
banyak dijumpai dalam pembedahan adalah berbagai jenis stafilokokus. Yang paling
terkenal ialah S.aureus, yang hidup komensal dikulit, dan dapat bertahan hidup lama
di lingkungan kering. Selain itu juga ada bakteri yang berasal dari usus, salah satu
adalah E.coli yang hidup di usus besar dan mudah keluar, tinggal komensal di daerah
perineum.
1) Udara
Udara merupakan sumber kuman, karena debu yang halus di udara mengandung
sejumlah mikroba yang dapat menempel pada alat bedah, permukaan kulit,
maupun alat lain di ruang pembedahan.
Umumnya bakteri tumbuh subur pada suhu yang sama dengan suhu tubuh
manusia. Bakteri akan berbiak cepat pada suhu antara 20° sampai 37° C, suasana
lembab
2) Alat dan pembedah
Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui
perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan misalnya serangga, manusia,
atau benda yang terkontaminasi seperti alat atau instrumen bedah.
3) Kulit penderita
Ada dua macam mikroorganisme yang tinggal pada kulit manusia:
Flora komensal misalnya Staphylococcus epidermis yang pada keadaan
normal terdapat di kulit dan tidak patogen sampai kulit terluka.
Flora transien : yang dipindahkan ke kulit penderita melalui sumber
pencemaran, misalnya S.aureus yang bersifat patogen dan dapat
menyebabkan infeksi yang mengancam hidup bila masuk lewat luka
operasi.
4) Visera
Usus, terutama usus besar, merupakan sumber bakteria yang dapat muncul ke luka
operasi melalui hubungan langsung yaitu melalui lubang anus atau melalui
pembedahan pada usus. Bakteria yang berada di usus dalam keadaan fisiologik
umumnya adalah bakteria komensal, tetapi dapat menjadi patogen melalui luka
pembedahan.
5) Darah
Darah penderita infeksi atau sepsis mengandung virus atau bakteria patogen
sehingga penyakit mudah ditularkan bila alat bedah yang digunakan pada
penderita demikian digunakan untuk penderita lain tanpa disucihamakan terlebih
dahulu.
c. Pengendalian Infeksi
1) Lingkungan pembedahan
Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan daerah aseptik.
2) Personil kamar bedah
Upaya mempertahankan keadaan asepsis dalam kamar bedah sewaktu
pembedahan, setiap orang yang bekerja dalam kamar bedah harus tunduk pada
peraturan dan teknik asepsis yang berlaku.
3) Pakaian dasar dan gaun bedah
Setiap orang yang masuk ke kamar bedah harus menggunakan pakaian penutup
permukaan kulit yang dapat berhubungan dengan daerah pembedahan.
Pakaian ini termasuk sarung tangan, masker, dan tutup kepala. Pakaian dalam
harus menutup cukup rapat. Pakaian dasar tidak boleh dipakai di luar ruang
bedah.
Teknik tanpa singgung untuk memakai sarung tangan (setelah memakai gaun
bedah) :
Tangan kiri masih di dalam lengan gaun menjumput ujung sarung tangan
yang terlipat keluar,
Dibantu tangan kanan yang juga masih dalam lengan gaun, sarung
tangan kiri dipakai,
Dengan tangan kiri yang telah bersarung, sarung tangan kanan dipakai.
6) Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi dan
penyakit menular adalah :
a) Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan yang
harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
b) Petugas yang menolong pasien harus :
Memakai sarung tangan
Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas pasien
(seperti jarum suntik dsb.)
c) Memahamai cara penularan penyakit tersebut.
d) Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptic.
e) Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/tertentu dan selama
menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain dalam waktu
bersamaan.
f) Pasang pengumuman didepan kamar operasi yang sedang dipakai yang
menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.
g) Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus rapat
dengan kantong plastic tebal yang cukup besar agar bau tidak menyebar
dan menimbulkan infeksi silang.
h) Ruang tindakan secara periodic dan teratur dilakukan uji mikrobiologi
terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang ada
2) Pembersihan Mingguan
a) Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.
b) Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan diletakkan
di koridor/didepan kamar bedah.
c) Peralatan kamar bedah harus dibersihkan /dicuci dengan memakai cairan
desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis, seperti
bagian dari meja operasi, dibawah matras.
d) Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.
e) Lantai disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan lantai
disikat. Setelah bersih dikeringkan.
f) Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.
3) Pembersihan Sewaktu.
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrument dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.
b) Instruemen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/tidak boleh campur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c) Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.
TOPI BEDAH
1. Topi dipasang bersamaan pada waktu mengganti pakaian dengan baju khusus
2. Topi harus menutupi seluruh rambut kepala
3. Topi diikatkan cukup kuat
MASKER BEDAH
Masker dipakai untuk melindungi pemakai dari transmisi mikroorganisme yang dapat
ditularkan melalui udara dan droplet, atau pada saat kemungkinan terkena cipratan tubuh.
1. Pasang masker sebelum memakai gaun dan sarung tangan, juga sebelum melakukan
cuci tangan bedah
2. Masker hanya dipakai sekali saja untuk jangka waktu (misalnya tiap menangani satu
pasien / operasi).
3. Masker tidak boleh digantungkan pada leher dan kemudian dipakai kembali
4. Masker dibuang dalam tempat pembuangan yang disediakan
1. Cuci tangan dan ambil masker dari kontainer, tekuk bagian logam yang akan
mengenai hidung sesuai dengan bentuk hidung dan mencegah pengembunan kaca
mata
2. Hindarkan memegang-megang masker sebelum dipasang di wajah
3. Pasang masker sehingga menutupi wajah dan hidung
4. Ikatkan tali pada bagian atas dibelakang kepala, dan pastikan bahwa tali lewat diatas
telinga
5. Ikat tali bawah di belakang kepala sejajar dengan bagian atas leher / dagu
6. Begitu masker lembab harus segera diganti
7. Jangan membuka masker dari hidung dan mulut dan membiatkannya bergelantungan
di leher
1. Ingat selalu membuka sarung tangan lebih dahulu (jika memakai) dan cuci tangan,
untuk mencegah kontaminasi dari tangan ke muka
2. Lepaskan tali bawah dahulu, baru kemudian yang atas.
3. Tangan harus dalam keadaan sebersih mungkin bila menyentuh leher.
4. Lepas masker, gulung talinya mengelilingi masker dan buang ke tempat yang telah
disediakan
5. Cuci tangan
Pengertian Cuci tangan
Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat halus dan sabun
antiseptik dibawah air mengalir untuk mengangkat debu, kotoran, minyak atau lotion maupun
microorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang akan melakukan
prosedur pembedahan.
Kompetensi Utama :
Kompetensi Pendukung :
Judul Unit :
Persiapan Alat
1. Tempat cuci tangan yg cukup dalam dan lebar utk mencegah percikan air
keluar dari area cuci tangan.
2. Air mengalir yang memenuhi syarat, yg dapat dikendalikan dengan siku atau
kaki.
3. Sikat halus dan spon yang menggunakan antiseptik Clorhecxydine Gluchonat
4%
4. Pembersih kuku
5. Antiseptik Clorhecxydine Gluchonat 4%
6. Tempat sampah untuk membuang sikat / spon bekas pakai
Persiapan Personel
1. Rambut telah tertutup atau APD lengkap ( topi, masker, kaca mata, apron,
sepatu khusus yang tertutup )
2. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku.
3. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm di atas
siku.
4. Tidak ada luka di kulit atau kelainan pada kulit yg sedang dalam proses infeksi
5. Memilih larutan antiseptik yang tepat
Tahap 1 :
Gosok telapak tangan kanan dengan tangan kiri.
Tahap 2 :
Gosok telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya.
Tahap 3 :
Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari - jari disilang.
Tahap 4 :
Punggung jari - jari tangan berhadapan dengan telapak tangan jari - jari saling terkunci
Tahap 5 :
Gosok secara memutar ibu jari dengan tangan kiri dan sebaliknya
Tahap 6 :
Dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak tangan, dengan menggunakan
gerakan memutar
Tahap 7 :
Bilas tangan seluruhnya dgn air, keringkan tangan dengan tissue dan gunakan tissue bekas
untuk menutup kran air
1. Manset jas operasi harus cukup panjang, hingga dapat menutup jari-jari tangan (5-8
cm)
2. Manset tangan dgn elastisitas cukup baik (bisa disterilkan dengan autoclave)
3. Selama prosedur dilaksanakan, maka jari-jari tangan tidak boleh keluar dari manset
jas operasi (tetap dalam manset)
Kompetensi Utama :
Kompetensi Pendukung :
Melaksanakan tindakan pemkaian jas tanpa bantuan dan sarung tangan tertutup
Judul Unit :
Persiapan Alat
1. Jas steril yang ditempatkan di meja yang sudah ditutup dengan kain alas steril.
2. Sarung tangan steril dalam tempatnya tersedia berbagai ukuran
3. Sarung tangan steril yang bisa menutup tangan sampai pergelangan tangan
sesuai dengan ukuran
Persiapan Personel
Evaluasi
Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi.
Tahap 1 : Letakkan sarung tangan kanan ke telapak tangan kanan dengan posisi
terbalik (jempol ketemu jempol)
Tahap 2 : Tangan kanan memegang lipatan sarung tangan bagian bawah, sementara
tangan kiri memegang lipatan sarung tangan bagian atas
Tahap 3 : Pasang sarung tangan dengan cara menarik lipatan dengan cara terbalik.
Tahap 4 : Tarik lengan bagian tangan kanan ke atas secara perlahan-lahan, maka jari-
jari tangan akan masuk ke dalam sarung tangan
Tahap 5 : Lakukan prosedur penggunaan sarung tangan kiri dengan teknik yang sama
1. Dengan tetap memakai sarung tangan, kendorkan manset dan goyangkan kebawah
sampai pergelangan tangan. Tahan jas dibagian bahu kanan (buka ikatan/tali)
2. Tarik lengan jas dari tubuh dengan memfleksikan siku.
3. Pegang bahu lengan sebelah dan tarik lengan dengan posisi terbalik.
DRAPING
Pengertian Draping
Suatu prosedur dalam menutup dan melingkupi pasien dengan barrier steril untuk
membentuk, memberi batas tegas daerah steril pada sekitar area incisi setelah permukaan
kulit dilakukan aseptik area operasi dengan antiseptik dan memelihara area operasi yang steril
selama proses pembedahan.
Linen
1. Memerlukan pencucian
2. Memerlukan pelipatan yang benar
3. Memerlukan proses sterilisasi
4. Adanya lipatan/jahitan yang menjadi tempat kuman
5. Tidak kedap air ==> sumber kontaminasi
1. Lindungi tangan dengan cara menempatkan tangan dibagian dalam ujung draping
2. Lepaskan lipatan draping dengan hati-hati tanpa mengibaskan draping tersebut,
hindari menyentuh kulit pasien
3. Tidak boleh menarik draping yang telah jatuh atau terlalu rendah pada saat menutup
pasien, draping tidak boleh dipindah-pindah
4. Apabila draping terbuat dari Linen, gunakan lapisan untuk mencegah kontaminasi
karena air (basah). Gunakan perlak / sterildrape untuk menutup area operasi.
5. Scrub Nurse paham akan prosedur tindakan. Tim bedah steril menghadap area operasi
6. Jangan melakukan draping area non steril dari arah yang berseberangan.
7. Bila akan melakukan draping pada arah berlawanan, sebaiknya scrub nurse berputar
ke arah tersebut.
8. Jika ragu-ragu terhadap sterilisasi tenun maka alat tenun tersebut harus dinyatakan
sudah terkontaminasi
Kompetensi Utama :
Kompetensi Pendukung :
Judul Unit :
Teknik Draping
Identifikasi Kebutuhan
Persiapan Alat
Persiapan Pasien
Persiapan Personel
Pelaksanaan Draping
1. Pastikan set draping dibuka oleh perawat sirkuler dengan teknik steril
2. Menutup batas bagian bawah insisi dengan cara : Perawat instrumen
membawa lipatan doek ke meja operasi dengan berdiri jauh dari meja
operasi (± 30 cm), satu tangan dari perawat instrumen memberikan
ujung lipatan doek ke asisten bersama-sama membentangkan doek
diatas pasien sehingga menutupi bagian bawah daerah kulit yg telah
dilakukan antiseptik. Menutup bagian bawah area insisi dengan doek
panjang steril.
3. Menutup batas bagian atas insisi dengan membentangkan ujung atas
duk laparatomi diatas anesthesia screen (tabir anesthesia). Perhatikan
bahwa tangan yang menyentuh daerah yang tidak steril terlindung
dalam lipatan kain dan doek dirapikan dengan tangan lain.
4. Menutup batas bagian lateral insisi kanan dan kiri dengan doek yang
lebih kecil lalu pakailah doek klem (towel klem) pada bagian / sudut-
sudut untuk membatasi daerah yang akan dioperasi.
Evaluasi
Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi
INSTRUMENTASI
Kompetensi Utama :
Kompetensi Pendukung :
Judul Unit :
Teknik Instrumentasi
Identifikasi Kebutuhan
Persiapan Alat
Persiapan Pasien
Persiapan Personel
Pelaksanaan Instrumentasi
Evaluasi
Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
1. ________Anonymous free medical journal, ebook, pdf, askep,medical book . 2 Mar
2014. Akses 12 - 08 - 2018
2. Bagun Pasaribu. Kamar Opersai. antibodo.blogspot.com/ kamar-operasi.html. 10 Des
2016
3. Dirjen Yanmed 2008, Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit, Depkes
RI
4. Direktorat Bina Upaya Kesehatan. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit
Kamar Operasi. Kemenkes RI.
5. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
6. Reyzapare . Konsep Kamar Operasi .blogspot.com/konsep-kamar-operasi.html. 2 Mar
2014 . Akses 10 Juni 2018
Dokter umum merupakan profesi kedokteran yang melingkupi skala yang cukup luas
dan meliputi semua sistem dalam tubuh manusia, sehingga hanya menyentuh area superfisial
dalam proses pengobatan. Meskipun demikian, peran dari dokter umum itu sendiri cukup
penting oleh karena menduduki posisi primer dalam pelayanan kesehatan di masyarakat,
itulah sebabnya seorang dokter umum harus memiliki pengetahuan serta skill tindakan yang
memadai sesuai dengan kompetensinya secara keseluruhan. Salah satu skill yang paling
penting dikuasai dalam praktek keseharian adalah bedah minor. Hal ini dikarenakan jumlah
kasus yang memerlukan tindakan ini cukup tinggi di masyarakat. Pengalaman penulis
mendapatkan bahwa dari 10 pasien yang datang berobat terdapat 3 kasus yang memerlukan
prosedur tindakan ini. Umumnya komplikasi dari kasus ini tidak begitu banyak, namun jika
tidak ditangani secara tepat dapat berakhir ke kematian khususnya untuk kasus dengan
perdarahan yang cukup besar atau kasus disinfeksi yang tidak sempurna.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh British Medical Association (BMA),
menyebutkan bahwa di Inggris, prosedur tindakan bedah minor telah sering dilakukan oleh
dokter umum dan cukup populer di kalangan pasien serta memiliki biaya yang cukup tinggi.
Berdasarkan Health Authority (1990), dokter umum telah memiliki kewenangan untuk
melakukan bedah minor dan mendapatkan pembayaran dari tindakan ini. Bahkan pada tahun
2004, dokter umum di Inggris dapat meningkatkan dan memperluas kompetensi tindakan
bedah minornya dengan cara membayar komisi kepada Pengatur Penambahan Pelayananan
(Directed Enhance Service-DES). Di Indonesia, cakupan pelayanan bedah minor yang dapat
dilakukan oleh seorang dokter umum cukup beragam, mulai dari tindakan hecting luka
terbuka, insisi, eksisi, ekstraksi, kauterisasi dan lain sebagainya. Umumnya tindakan ini
dilakukan dengan anastesi lokal dengan tehnik anastesi yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
Pelaksanaan prosedur bedah minor mengharuskan seorang dokter umum mengetahui
beberapa pengetahuan dasar mengenai tindakan ini. Pengetahuan dasar tersebut berupa
instrumen bedah minor, bahan serta tehnik disinfeksi dan tehnik menjahit jaringan. Artikel ini
hanya berbatas pada pengenalan instrumen bedah minor dasar yang merupakan pengetahuan
pertama yang harus dimiliki oleh seorang dokter dalam melakukan tindakan ini. Untuk
pengetahuan lainnya akan dijelaskan dalam artikel yang berbeda.
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen
dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen
dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen
dengan fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta
instrumen dengan fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).
d. Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah
minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup
kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online)
Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle Holder
8. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan
sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black
silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-
absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan luka
yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak benang sintetis
alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas
merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang
ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus
dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit
diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan dilakukan atau
mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat
meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove dibandingkan dengan Ethilon
(monofilamen polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis
benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi. Terdapat
dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki kekuatan selama 7-
10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari. Namun, kedua jenis
benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut dan
memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan subkutikuler
yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan dalam pada
penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-
sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm.
Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan benang
disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar
nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter paling halus
yang tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang
paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit
yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya
secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama
yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini dijamin
dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka paket, simpan
ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas perak yang
dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas
tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut dari
lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen prolene
atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga dapat digunakan
untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik
(3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan jahitan dalam
hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler jaringan halus atau
jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus pada muka dan pada anak-
anak.
9. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan
(trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat
menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya
beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi
benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran.
Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang
dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor.
Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan untuk memudahkan
penggunaannya dengan needle holder.
DAFTAR PUSTAKA
Ayem E, Bewes PC, Bion JF et al. Primary Anesthesia. Oxford: Oxford University Press,
1986.
Dobson M.B, Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1994
Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyaatuti, editor. Farmakologi dan terapi.
Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Iniversitas Indonesia, 1995.
International Federation of Nurse Anesthetists (2013) Anesthesia
John J. Nagelhout, Karen L. Plaus. 2010. Nurse Anesthesia. Ed 5th . St. Louis, Missouri
_______________Perawatan Anestesi terpantau. kamuskesehatan.com. Diakses 02 juni
2018.
Latif, S. A, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua. Jakarta. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editor. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
Permenkes No 519 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit
Permenkes No 18 Tahun 2016 tentang ijin dan penyelenggaran praktek penata anestesi
Permenkes No 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan