Anda di halaman 1dari 37

KAMAR OPERASI/KAMAR BEDAH

1. Definisi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci
hama (steril). Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan
sehubungan dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat,
(HIPKABI : 2010)

2. Pembagian Daerah Ruang Bedah


a. Daerah Publik/ Area bebas terbatas (unrestricted area)
yaitu daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar
operasi.
Misalnya: kamar tunggu, depan komplek kamar operasi.
b. Daerah Semi Publik/. Area semi ketat (semi restricted area)
yaitu daerah yang bisa dimasuki  oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.
Biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS, dan sudah ada
pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus
kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri
atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c. Daerah Aseptik/ Area ketat/terbatas (restricted area).
yaitu daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan.
Umumnya daerah yang harus dijaga kesucihamaannya. Area ini petugas wajib
mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur
aseptic.
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap yaitu:
topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur asepti
Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
 Daerah Aseptik 0 : Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya
pembedahan.
 Daerah Aseptik 1 : Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril,
tempat instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan
alat. ( area 1 meter dari aseptic 0 )
 Daerah aseptik 2 : Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah
sekitar ahli anesthesia dan daerah operasi.

3. Persyaratan kamar bedah


Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
a. Letak
Letak kamar operasi berada ditengah - tengah rumah sakit berdekatan dengan unit
gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiology.
a. Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk lengkung
dan warna tidak mencolok. Sedangkan Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan
yang rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
b. Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tergantung dari besar kecilnya rumah sakit.
Tetapi biasa ditetapkan minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2), dan untuk kamar operasi
khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2).
d. Sistem ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara
dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC, dan Pertukaran dan
sirkulasi udara harus berbeda. Daerah tropis suhu udara antara 19º -22º C. sedangkan
daerah dingin antara 20º-24º C. kelembaban antara 55%
e. Sistem penerangan
Lampu Operasi menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas,
cahaya terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
c. Lampu Penerangan menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.
f. Peralatan
Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat
tersebut agar mudah dibaca. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan
elektroda untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
g. Sistem instalasi gas medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin tidak
bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara untuk mencegah
penimbunan gas anestesi.
h. Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien dan petugas harus berbeda. Setiap pintu menggunakan
door closer (bila memungkinkan). Dan setiap pintu diberi kaca pengintai untuk
melihat kegiatan kamar tanpa membuka pintu.
i. Pembagian area
Batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat, dan ada ruangan
persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat kamar
operasi.
j. Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan
yang tersedia,sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah
sakit berbeda, tergantung daribesar atau tipe rumah sakit tersebut.Makin besar rumah
sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar.
Jumlahkamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu:
1) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama
fasilitas penunjang.
3) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu.
5) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan
peralatan.
k. Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar bedah sangat vital, komunikasi tiap ruangan
menggunakan telepon parallel.

4. Ketenagaan
Dalam setiap melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari;
1) Dokter pembedah (Operator)
2) Dokter Anesthesi
3) Perawat kamar bedah; sirkuler, instument (scrub), RNFA (register nurse first
Assistance)
4) Perawat Anesthesi

5. Alur Pasien, Petugas Dan Peralatan


1) Alur Pasien
a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda.
b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.
2) Alur Petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
3) Alur Peralatan
Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.
6. Tata Ruang Kamar Operasi
Ruang kamar operasi/kamar bedah harus didesain sedemikian rupa sesuai standar demi
terselenggaranya pelayanan yang bermutu.
 Tata kerja kamar bedah
a. Faktor penentu
1) Berdasarkan visi dan misi kamar bedah
2) Organisasi, manajemen kamar bedah
3) Desain dan struktutr kamar bedah
4) Peralatan yang memadai
b. Prisip disinfeksi dan dekontaminasi (Universal Precaution)
1) Perlindungan diri sendiri
2) Perlindungan terhadap pasen
3) Perlindungan terhadap lingkungan
c. Hal-hal yang harus diperhatikan
1) Teknik aseptik yang benar
2) Peraturan asepsis
3) Kontruksi dan desain kamar bedah
4) Pentingnya hygien dan kesehatan personil
5) Aturan tata kerja umum sewaktu pembedahan
6) Tata cara cuci tangan
7) Mempertahankan keadaan asepsis bedah
d. Lingkungan kerja dikamar bedah harus menujang keselamatan dan kesehatan
kerja dikamar bedah karena;
1) Kamar bedah merupakan lingkungan paling berbahaya/potensial hazards
2) Penggunaan instrumen tajam sering terjadi luka tusuk, goresan dll
3) Resiko terjadinya infeksi cukup tinggi
4) Ruang kerja terbatas
5) Keterbatasan jangkauan penglihatan
6) Paparan dari darah dan gas sering terjadi
7) Tuntutan bekerja cepat
8) Static postur/ergonomi
9) Kecemasan, lelah, frustasi, stress
e. Strategi keselamatan;
1) Siapkan PPD (perlengkapan perlindungan diri) ekstra; cuci tangan, sarung
tangan, masker , baju kerja, pelindung mata dll.
2) Wadah benda tajam disiapkan
3) Perencanaan penanganan benda-benda tajam
4) Pastikan seluruh anggota mengetahui perencanaan tersebut
5) Modifikasi perencanaan saat dibutuhkan
6) Fokuskan cara penggunaan benda-benda tajam
7) Ingatkan anggota tim operasi akan potensi bahaya
8) Melarang orang masuk dalam ruang operasi
9) Hindari percakapan yang tidak perlu
10) Simpan tabung darah seluruh pasen sebelum operasi dalam lab, untuk
diperiksa kemungkinan pemaparan HIV
11) Tanda persetujuan untuk tes HIV, bila terjadi dipemaparan harus dilakukan
sebelum operasi.

7. Konsep Persiapan Operasi


Pelaksanaan atau tata cara kerja perawat instrument merupakan tindakan yang
dilakukan perawat instrument pada waktu sebelum, selama, dan sesaat sesudah
dilingkungan operasi. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan adalah menyiapkan
ruangan, pasien, personil, maupun alat instrument dan bahan kebutuhan operasi lain nya.
1) Persiapan ruangan sebelum dan selama operasi
Sesaat sebelum operasi, perawat kamar operasi melakukan pengecekan terhadap
kebersihan lingkungan, meja mayo, kelayakan alat, dll.
2) Persiapan pasien
Sesaat setelah pasien datang diruang Persiapan, kemudian dipindahkan ke brancard
dan mengganti baju khusus ruang OK hingga akhir operasi berlangsung.
3) Persiapan personil tim bedah
Personil yang dimaksud adalah operator, asisten, perawat instrument, dan yang
terlibat langsung dalam aseptic 0.
4) Instrument    
Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk tindakan pembadahan. Instrument
terbagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Instrument dasar (basic instrument)
Instrument dasar digunakan untuk pembedahan yang sifatnya sederhana dan tidak
memerlukan instrument tambahan.
 Pinset anatomis ( Tissue forceps )                        : 2 buah
 Pinset chirurgis ( Dissecting forceps )                   : 2 buah
 Gunting metzembaum ( Metzemboum scissor )    : 1 buah
 Gunting jaringan ( Surgical scissor )                     : 1 buah
 Gunting lurus ( Surgical scissor straiht )                : 1 buah
 Desinfeksi klem ( washing and dressing forcep )  : 1 buah
 Doek klem ( towel klem )                                      : 4 buah
 Mosquito klem ( (Baby mosquito klem pean )      : 2 buah
 Klem pean bengkok ( Forcep pean curve )           : 3 buah
 Klem kocher bengkok ( Forcep kocher curve )     : 10 buah
 Alise klem ( Allies clamp )                                    : 2 buah
 Haak tajam gigi 4 ( wound hook sharp )               : 2 buah
 Langenbeck ( Rectractor US army )                      : 2 buah
 Nald volder ( Needle holder )                                : 2 buah
 Handle mess                                                          : 1 buah
b) Instrument tambahan
Instrument tambahan yang dimaksud adalah alat-alat yang dipergunakan untuk
tindakan pembedahan yang sifatnya kompleks dalam macam pembedahan maupun
jenis pembedahan.
c) Linen Set
 Duk besar                         :  3
 Duk sedang                      :  4
 Duk kecil                          :  4
 Duk kombinasi                 :  1
 Duk lubang                       :  1
 Scort/baju Operasi            :  4
 Sarung meja Mayo           :  1
 Perlak                               :  2
 Handuk kecil                    :  4
d) Bahan Habis Pakai
 Mess
 Jarum
 Benang jahit
 Handscoun
 Underpad
 Sufratul
 Sponsngostan
 Urin bag
 Kateter
 Spuit
 Betadine 10 %
 NS 0,9 %
 Jelly
 Kassa
 Hepavirk

8. Pembagian Zona-Zona Kamar Operasi


Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi oleh micro-organisme dari rumah sakit (area
kotor) sampai pada kompleks ruang operasi, dan dapat meminimalkan risiko infeksi pada
paska bedah.

a. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :


1) mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien
mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah
2) petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian
3) kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan
4) jalur yang salah dari aliran barang “bersih” dan “kotor”

Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan tidak langsung
(melalui kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen) dapat menyebabkan
kontaminasi. Oleh karena itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang terakhir. Adanya
sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada setiap zona
berbeda-beda

Keterangan :
Zona 0 = Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zone/aseptic zone)
Zona 1 = Area di sekeliling area pembedahan di atas meja bedah ( ultra clean zone)
Zona 2 = Area lain dalam kamar bedah ( super clean zone)
Zona 3 = Clean zone, identik dengan daerah tepan cuci tangan steril ( semirestricted area)
Zona 4 = General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted area)

Zona 0, 1, 2 merupakan daerah terbatas (restricted area).

ZONA 0
Disebut juga Area Nuklei Steril. Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah
(;laminair air flow) dimana bedah dilakukan (meja operasi). Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 1.000 sampai dengan 10.000
Zona 1
Pada zona 1 tingkat resiko sangat tinggi (steril dengan pre filter, medium filter, hepa
filter). Zona ini adalah satu meter dari zona 0 dengan tekanan udara positif.
Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 10.000.

ZONA 2
Pada zona 2 tingkat resiko tinggi (semi steril dengan medium filter). Zona ini meliputi
kompleks ruang operasi.

ZONA 3
Pada zona 3 tingkat resiko sedang (semi steril). Zona ini terdiri dari koridor menuju
zona 2 dan ruangangan untuk mencuci tangan steril.

ZONA 4
Pada zona 4 tingkat resiko rendah (normal). Zona ini terdiri dari recovery room, ruang
persiapan pasien, ruang ganti baju, ruang istirahat dokter, perawat, penata anestesi.
9. Teknik Asepti Kamar Bedah
a. Pengertian Aseptik & Antiseptik
1) Asepsis
adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan
asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindak bedah.
2) Antisepsis
adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman
patogen. Tindakan ini bertujuaan mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh
kuman patogen. Obat-obat anti¬septik, misalnya lisol atau kreolin, adalah zat kimia
yang dapat membunuh kuman penyakit.
b. Sumber Infeksi Pembedahan
Kuman-kuman penyebab sepsis adalah bakteri, dan bakteri yang paling
banyak dijumpai dalam pembedahan adalah berbagai jenis stafilokokus. Yang paling
terkenal ialah S.aureus, yang hidup komensal dikulit, dan dapat bertahan hidup lama
di lingkungan kering. Selain itu juga ada bakteri yang berasal dari usus, salah satu
adalah E.coli yang hidup di usus besar dan mudah keluar, tinggal komensal di daerah
perineum.

1) Udara
Udara merupakan sumber kuman, karena debu yang halus di udara mengandung
sejumlah mikroba yang dapat menempel pada alat bedah, permukaan kulit,
maupun alat lain di ruang pembedahan.
Umumnya bakteri tumbuh subur pada suhu yang sama dengan suhu tubuh
manusia. Bakteri akan berbiak cepat pada suhu antara 20° sampai 37° C, suasana
lembab
2) Alat dan pembedah
Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui
perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan misalnya serangga, manusia,
atau benda yang terkontaminasi seperti alat atau instrumen bedah.
3) Kulit penderita
Ada dua macam mikroorganisme yang tinggal pada kulit manusia:
 Flora komensal misalnya Staphylococcus epidermis yang pada keadaan
normal terdapat di kulit dan tidak patogen sampai kulit terluka.
 Flora transien : yang dipindahkan ke kulit penderita melalui sumber
pencemaran, misalnya S.aureus yang bersifat patogen dan dapat
menyebabkan infeksi yang mengancam hidup bila masuk lewat luka
operasi.
4) Visera
Usus, terutama usus besar, merupakan sumber bakteria yang dapat muncul ke luka
operasi melalui hubungan langsung yaitu melalui lubang anus atau melalui
pembedahan pada usus. Bakteria yang berada di usus dalam keadaan fisiologik
umumnya adalah bakteria komensal, tetapi dapat menjadi patogen melalui luka
pembedahan.
5) Darah
Darah penderita infeksi atau sepsis mengandung virus atau bakteria patogen
sehingga penyakit mudah ditularkan bila alat bedah yang digunakan pada
penderita demikian digunakan untuk penderita lain tanpa disucihamakan terlebih
dahulu.

c. Pengendalian Infeksi
1) Lingkungan pembedahan
Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan daerah aseptik.
2) Personil kamar bedah
Upaya mempertahankan keadaan asepsis dalam kamar bedah sewaktu
pembedahan, setiap orang yang bekerja dalam kamar bedah harus tunduk pada
peraturan dan teknik asepsis yang berlaku.
3) Pakaian dasar dan gaun bedah
Setiap orang yang masuk ke kamar bedah harus menggunakan pakaian penutup
permukaan kulit yang dapat berhubungan dengan daerah pembedahan.
Pakaian ini termasuk sarung tangan, masker, dan tutup kepala. Pakaian dalam
harus menutup cukup rapat. Pakaian dasar tidak boleh dipakai di luar ruang
bedah.

Pakaian bedah dibagi dalam dua macam yaitu :


 Pakaian dasar : yang dipakai oleh setiap orang yang masuk kamar bedah
- Pakaian dasar harus dipakai oleh setiap orang yang masuk ke kamar
bedah
- Pakaian dasar harus memenuhi syarat bersih, ringan, berbahan tipis
dan tembus udara.
- Pakaian dasar tidak perlu steril, tetapi dicuci dan di¬setrika setiap
akan dipakai.
- Pakaian dasar harus menutupi tungkai bawah, berlengan pendek,
dan seragam untuk setiap unit bedah.
- Tutup kepala dengan prinsip bersih harus menutupi semua bagian
rambut atau sarung kaki harus bersih dan jangan dipakai di luar unit
bedah tersebut dan tidak dipakai berkali-kali
- masker menutupi kumis, cambang, jenggot, lubang hidung, dan
mulut dan tidak dipakai berkali-kali Alas
 Gaun bedah : yang dipakai oleh pembedah serta para assistennya
sewaktu pembedahan.
Gaun bedah harus memenuhi syarat steril, disediakan di atas meja
instrumen, menutupi tubuh secara melingkar, berlengan panjang,
menutup leher, panjangnya sampai di bawah lutut, dan terbuat dari
bahan yang tipis tetapi kuat.
4) Cuci tangan
Mencuci tangan dilakukan dengan air mengalir dan dianjurkan teknik
Fuerbringer
Handuk harus dilepaskan jatuh segera setelah menyentuh siku.
a) Teknik tanpa singgung
Dalam teknik asepsis digunakan teknik tanpa singgung yang bertujuan
mengusahakan agar benda steril yang akan dipakai sewaktu pembedahan
tidak langsung bersinggungan dengan kulit tangan pemakai.
Teknik tanpa singgung ini harus diterapkan dalam tindakan mengeringkan
tangan dan lengan, memasang gaun bedah, mengambil dan memakai sarung
tangan, memasangkan gaun bedah untuk orang lain, memasang dan
melepas sarung tangan, membuka bungkusan kain dan instrumen,
menyerahkan set instrumen, melakukan desinfeksi kulit penderita.

Prinsip cuci tangan


 Cara memegang sikat dan sabun,
 Sikat tangan secara sistematik; satu per satu jari dicuci,
 Sikat kuku
 Tutup kran dengan siku; tangan dikeringkan dengan kain handuk
steril, yang dijatuhkan segera setelah menyentuh siku
 Tangan harus selalu lebih tinggi daripada siku.

Teknik tanpa singgung untuk mengeringkan tangan dan lengan :


 Mengambil handuk,
 Keringkan tangan,
 Keringkan pergelangan tangan,
 Lengan bawah,
 Siku,
 Handuk langsung dijatuhkan, sebab dikontaminasi oleh siku.
5) Memakai Jas Operasi Steril & Sarung Tangan
Teknik tanpa singgung untuk memakai gaun bedah untuk diri sendiri
 Ambil pun dengan menyingkirkan bungkusnya,
 Memegang gaun di sebelah dalamnya dan usahakan jarak dengan gaun;
badan tidak menyentuh tepi gaun
 Masukan kedua lengan,
 Mengibaskan baju dibantu orang lain yang tidak usah aseptik tangannya,
untuk mengikatkan pita pun di belakang.

Teknik tanpa singgung untuk memakai sarung tangan (setelah memakai gaun
bedah) :
 Tangan kiri masih di dalam lengan gaun menjumput ujung sarung tangan
yang terlipat keluar,
 Dibantu tangan kanan yang juga masih dalam lengan gaun, sarung
tangan kiri dipakai,
 Dengan tangan kiri yang telah bersarung, sarung tangan kanan dipakai.

6) Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi dan
penyakit menular adalah :
a) Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan yang
harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
b) Petugas yang menolong pasien harus :
 Memakai sarung tangan
 Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas pasien
(seperti jarum suntik dsb.)
c) Memahamai cara penularan penyakit tersebut.
d) Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptic.
e) Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/tertentu dan selama
menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain dalam waktu
bersamaan.
f) Pasang pengumuman didepan kamar operasi yang sedang dipakai yang
menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.
g) Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus rapat
dengan kantong plastic tebal yang cukup besar agar bau tidak menyebar
dan menimbulkan infeksi silang.
h) Ruang tindakan secara periodic dan teratur dilakukan uji mikrobiologi
terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang ada

10. Pembersihan Kamar Operasi


Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta alat-alat
standar yang ada dikamar operasi, dilakukan teratur sesuai jadwal,
a. Tujuan
untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta mempertahankan
sterilitas.

b. Cara pembersihan kamar operasi


Ada 3 macam :
1) Cara Pembersihan Harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan kamar
operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Semua permukaaan peralatan yang terdapat didalam kamar operasi harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga menggunakan
air sabun.
b) Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.
c) Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian
pasang plastic yang baru.
d) Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara lain :
 Slang suction dibilas.
 Cairan yang ada dalam botol suction dibuang bak penampung tidak boleh
dibuang di ember agar sampah yang ada tidak tercampur dengan cairan
yang berasal dari pasien.
 Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah dibersihkan
direndam dalam cairan desinfektan.
e) Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
f) Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan desinfektan.
Air pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan tidak boleh untuk
kamar operasi yang lain.
g) Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan.
h) Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang
berlaku.
i) Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada waktu membersihkan,
lampu harus dalam keadaan dingin.
j) Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari.

2) Pembersihan Mingguan
a) Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.
b) Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan diletakkan
di koridor/didepan kamar bedah.
c) Peralatan kamar bedah harus dibersihkan /dicuci dengan memakai cairan
desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis, seperti
bagian dari meja operasi, dibawah matras.
d) Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.
e) Lantai disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan lantai
disikat. Setelah bersih dikeringkan.
f) Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.

3) Pembersihan Sewaktu.
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrument dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.
b) Instruemen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/tidak boleh campur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c) Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.

11. Sterilisasi kamar operasi :


a. Pemakaian sinar ultra violet, yang dinyalakan selama 24 jam.
b. Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat (foging).
Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan dengan pemakaian ultra violet,
yaitu kurang lebih 1 jam untuk menyemprotkan cairan, dan 1 jam kemudian baru
dapat dipakai.

12. Penanganan Limbah


Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung jenis limbah
dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair :
1) Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2) Limbah pada/anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/tempat tertutup yang
selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku, atau
diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
3) Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang tertutup
serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan rumah
sakit.
4) Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor serta
diberi label warna merah”untuk dimusnahkan”

13. Job Description Kamar Operasi


a. Perawat administratif
b. Perawat pembedahan : perawat scrub dan perawat sirkulair
c. Perawat anestesi
a. Peran Perawat Administratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang pelaksanaan
pembedahan., terdiri dari perencanaan dan pengaturan staf, kolaborasi penjadwalan
pasien bedah, perencanaan manajemen material, dan manajemen kinerja.
Peran perawat administratif :
1) Perencanaan dan Pengaturan Staf Pengaturan dan penjadwalan staf
 Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
 Mengidentifikasi jumlah staf yang diperlukan
 Mengidentifikasi tipe pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut
 Mengembangkan pola pengaturan untuk penjadwalan staf.
2) Identifikasi Jenis Pekerjaan Dikamar operasi staf pekerjaan dibagi menjadi
staf perawatan langsung dan staf perawatan tak langsung.
Staf perawatan langsung terdiri dari perawat scrub, perawat sirkulasi (unloop),
perawat anestesi, dan perawat asisten operasi.
Staf perawatan tidak langsung tidak memberikan asuhan langsung kepada
pasien. Semua personel tambahan yang diperlukan untuk mendukung ruang
operasi, seperti sekretaris, teknisi instrumen, personel pelayanan lingkungan,
personel transport, personel keuangan, dan perawat administratif
dipertimbangkan juga sebagai pemberi perawatan tidak langsung.
3) Penjadwalan staf Kebijakan penjadwalan menjadi kerangka kerja untuk
mengembangkan jadwal kerja staf yang dilakukan secara adil dan konsisten,
dalam kaitannya dengan pedoman penjadwalan yang jelas.
4) Penjadwalan Pasien Bedah Dilakukan oleh perawat administratif
berkolaborasi dengan dokter bedah pada setiap kamar bedah yang tersedia.
5) Manajemen Material dan Inventaris
Peralatan non medis seperti kereta lemari, tempat pemnyimpanan kereta,
tempet penyimpanan barang-barang khusus dikamar operasi, dan cabinet
masing-masing kamar operasi.
Persediaan peralatan medis dan bedah, barang steril dan non steril, obat-
obatan, baki untuk instrumen, atau barang lain yang digunakan dikamar
operasi.
6) Pengaturan kinerja Pengaturan kinerja dengan cara yang sistematis agar staf
dapat mencapai tujuan penyelesaian tugas secara optimal.

b. Peran Perawat Instrumen /Perawat scrub


1) Perawat instrumen menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai
dengan jenis operasi.
2) Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan
instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali
3) Perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik
bedah yang sedang dikerjakan.
4) Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk
mengantisipasi segala kejadian
5) Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi. Mengatur
alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini perawat instrumen
harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan dan telah
digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya, dan mengetahui
penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.
6) Perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril selama
pembedahan.
7) Dalam menangani instrumen, Perawat instrumen harus mengawasi semua
aturan keamanan yang terkait. Benda-benda tajam, terutama skapel, harus
diletakkan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan.
8) Perawat instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan
pemakaian.
9) Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada
tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang
terjadi selama pembedahan.
10) Menghitung kasa, jarum, dan instrumen.
Perhitungan dilakukan sebelum pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah
menutup luka operasi.

c. Peran Perawat Sirkulasi


Secara umum, peran dan tangggung jawab perawat sirkulasi adalah sebagai
berikut :
1) Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan
memeriksa formulir persetujuan.
2) Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang
akan dilaksanakan.
3) Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan.
4) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,
mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat
lain yang mungkin diperlukan.
5) Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril
6) Tetap ditempet selema prosedur pembedahan untuk mengawasi atau
membantu setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area
steril
7) Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil,
membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh perawat
instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons, instrumen dan
jarum.
8) Membuka bungkusan sehingga perawat instrumen dapat mengambil suplai
steril.
9) Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang terjadi
selama pembedahan.
10) Bersama dengan perawat instrumen menghitung jarum, kasa, dan kompres
yang digunakan selama pembedahan.
11) Apabila tidak terdapat perawat anestesi, maka perawat sirkulasi membantu
ahli anestesi dalam melakukan induksi anestesi.
12) Mengatur pengiriman specimen biopsy ke labolatorium
13) Menyediakan suplai alat instrumen dan alat tambahan.
14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada akhir
prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan
mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.

d. Peran Perawat Anestesi


Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi.
Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara lain :
1) Menerima pasien dan memastikan bahwa semua pemeriksaan telah
dilaksanakan sesuai peraturan institusi
2) Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan prainduksi
3) Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi
4) Pengaturan alat-alat pembiusan yang telah digunakan.
5) Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya)
sebelum memulai proses operasi.
6) Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat anestesi,
spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum bertugas sebagai
tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi.
7) Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim
bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.
8) Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat status
tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah, status
sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.
9) Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan
suatu prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)
10) Memberi informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi perubahan
status tanda-tand vital pasien atau penyulit yang mungkin mengganggu
perkembangan kondisi pasien.
11) Menerima dan mengirim pasien baru untuk masuk ke kamar prainduksi dan
menerima pasien di ruang pemulihan .

14. LAY OUT KAMAR OPERASI


Rumah sakit memberikan pelayanan anestesiologi dan reanimasi dengan
memberikan anestesia dan analgesia bagi pasien pembedahan dan tindakan medik lain
yang menimbulkan rasa takut, rasa cemas dan rasa nyeri, melakukan resusitasi jantung,
paru dan otak, melakukan tindakan penunjang hidup pasien gawat karena trauma atau
penyakit medik lain, melakukan penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan, asam
basa, gas darah dan metabolisme, serta melakukan penatalaksanaan nyeri kronis.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang nyaman untuk melakukan anestesi,
yaitu minimum 20º C dan maksimal 26º C.
a. Fasilitas untuk induksi anestesi dirancang dan dilengkapi untuk dapat memberikan
pelayanan yang aman.
1) Ruangan dilengkapi dengan oksigen medik, penghisap lendir, penerangan
yang sesuai,dan perlengkapan standar resusitasi
2) Adanya peralatan elektrik dan instalasi listrik yang memenuhi syarat
3) Tenaga listrik darurat dan penghisap lendir yang digunakan secara mekanik
dapatdiperoleh sewaktu-waktu terjadi kegagalan listrik.

b. Sarana fisik minimal yang diperlukan untuk mendukung pelayanan anestesiologi


dan reaminasi:
1) Kamar persiapan anestesia
2) Fasilitas di kamar bedah
3) Kamar pulih sadar
4) Ruang perawatan/ terapi intensif (ICU)
5) Kantor administrasi
6) Kamar obat dan alat

KOMPETENSI PERAWAT KAMAR BEDAH

1. Memakai topi, memakai masker dan melepas masker operasi


2. Cuci tangan bedah
3. Memakai dan melepas jas operasi
4. Memakai sarung tangan secara tertutup dan cara melepas sarung tangan bedah
5. Draping
6. Mengelola Instrumen Bedah

TOPI BEDAH

Prinsip dalam Pemakaian Topi Bedah

1. Topi dipasang bersamaan pada waktu mengganti pakaian dengan baju khusus
2. Topi harus menutupi seluruh rambut kepala
3. Topi diikatkan cukup kuat

MASKER BEDAH
Masker dipakai untuk melindungi pemakai dari transmisi mikroorganisme yang dapat
ditularkan melalui udara dan droplet, atau pada saat kemungkinan terkena cipratan tubuh.

Prinsip Penting dalam Pemakaian Masker

1. Pasang masker sebelum memakai gaun dan sarung tangan, juga sebelum melakukan
cuci tangan bedah
2. Masker hanya dipakai sekali saja untuk jangka waktu (misalnya tiap menangani satu
pasien / operasi).
3. Masker tidak boleh digantungkan pada leher dan kemudian dipakai kembali
4. Masker dibuang dalam tempat pembuangan yang disediakan

Teknik Memakai Masker

1. Cuci tangan dan ambil masker dari kontainer, tekuk bagian logam yang akan
mengenai hidung sesuai dengan bentuk hidung dan mencegah pengembunan kaca
mata
2. Hindarkan memegang-megang masker sebelum dipasang di wajah
3. Pasang masker sehingga menutupi wajah dan hidung
4. Ikatkan tali pada bagian atas dibelakang kepala, dan pastikan bahwa tali lewat diatas
telinga
5. Ikat tali bawah di belakang kepala sejajar dengan bagian atas leher / dagu
6. Begitu masker lembab harus segera diganti
7. Jangan membuka masker dari hidung dan mulut dan membiatkannya bergelantungan
di leher

Teknik Melepas Masker

1. Ingat selalu membuka sarung tangan lebih dahulu (jika memakai) dan cuci tangan,
untuk mencegah kontaminasi dari tangan ke muka
2. Lepaskan tali bawah dahulu, baru kemudian yang atas. 
3. Tangan harus dalam keadaan sebersih mungkin bila menyentuh leher.
4. Lepas masker, gulung talinya mengelilingi masker dan buang ke tempat yang telah
disediakan
5. Cuci tangan

CUCI TANGAN BEDAH

Pengertian Cuci tangan 
Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat halus dan sabun
antiseptik dibawah air mengalir untuk mengangkat debu, kotoran, minyak atau lotion maupun
microorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang akan melakukan
prosedur pembedahan.

Cuci Tangan Bedah Melalui 2 Proses


1. Proses Mekanik : Menggosok tangan dengan menggunakan sikat halus, untuk
mengangkat kotoran dan  microorganisme.
2. Proses Kimiawi : Proses melepaskan kotoran dan microorganisme dengan
menggunakan antiseptik yang memiliki kemampuan residual

Tujuan Cuci Tangan Bedah

1. Menghilangkan kotoran, minyak, lotion, microorganisme dari tangan dan lengan


selama pembedahan atau selama  mungkin.
2. Menurunkan jumlah microorganisme dengan menggunakan antiseptik yang
memberikan efek residual selama mungkin
3. Mempertahankan kondisi aseptik pada tangan selama proses operasi.

Ketrampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah

 Kompetensi Utama : 

Melaksanakan teknik septic aseptic kamar operasi

 Kompetensi Pendukung : 

Melaksanakan tindakan cuci tangan steril sebelum melakukan tindakan operasi

 Judul Unit : 

Cuci Tangan Bedah 


Identifikasi Kebutuhan

1. Adanya rencana operasi


2. Persiapan peralatan dikamar operasi sesuai dengan jenis operasi yang
direncanakan ( instrumen, jas steril dan sarung tangan sesuai ukuran )

Persiapan Alat

1. Tempat cuci tangan yg cukup   dalam dan lebar utk mencegah percikan air
keluar dari area cuci tangan.
2. Air mengalir yang memenuhi syarat, yg dapat dikendalikan dengan siku atau
kaki.
3. Sikat halus dan spon yang menggunakan antiseptik Clorhecxydine Gluchonat
4%
4. Pembersih kuku
5. Antiseptik Clorhecxydine Gluchonat 4%
6. Tempat sampah untuk membuang sikat / spon bekas pakai

Persiapan Personel

1. Rambut telah tertutup atau APD lengkap ( topi, masker, kaca mata, apron,
sepatu khusus yang tertutup )
2. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku.
3. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm di atas
siku.
4. Tidak ada luka di kulit atau kelainan pada kulit yg sedang dalam proses infeksi
5. Memilih larutan antiseptik yang  tepat

Pelaksanaan Cuci Tangan Bedah

1. Buka sikat, spon, dan pembersih kuku dari tempatnya


2. Buka kran air dengan tangan / siku / menggunakan lutut atau kaki.
3. Basahi tangan dan lengan sampai dengan 5 cm di atas siku di bawah air
mengalir
4. Membersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku di bawah air
mengalir.
5. Ambil sikat, spon yang mengandung Clorhecxydine Gluchonat 4%,
6. Peras spon dan sikat sampai keluar busa Clorhecxydine Gluchonat 4%,
7. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kanan dari
ujung jari sampai 5 cm di atas siku dengan Clorhecxydine Gluchonat 4 %
menggunakan telapak tangan kiri secara memutar.
8. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kiri dari ujung
jari sampai 5 cmdi atas siku dengan Clorhecxydine Gluchonat 4%
menggunakan telapak tangan kanan secara memutar .
9. Sikat kuku jari tangan kanan dan kiri secara bergantian pada masing-masing
tangan selama 1 (satu) menit lalu sikat dibuang, spon tetap dipertahankan.
10. Bilas tangan dengan air mengalir dari ujung jari ke lengan sampai 5 cm di atas
siku hingga bersih, bila di ulang tetap dari ujung jari ke lengan tidak boleh
bolak balik.
11. Peras spon dan lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan dengan menggunakan
Clorhecxydine Gluchonat4%
12. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kanan, mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik (25x), punggung tangan 15 detik (25x)
kemudian seluruh jari secara berurutan selama 30 detik, setiap jari digosok
seolah mempunyai 4 sisi + digosok memutar pada setiap jari.
13. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri, mulailah menggosok telapak
tangan selama 15 detik (25x), punggung tangan 15 detik (25x), kemudian
seluruh jari secara berurutan selama 30 detik, setiap jari digosok seolah
mempunyai 4 sisi + digosok memutar pada setiap jari.
14. Buang spon, kemudian bilas tangan di bawah air mengalir dari ujung jari
hingga 5 cm di atas siku sampai bersih.
15. Ambil Clorhecxydine Gluchonat 4 % dan lumuri kembali sampai pergelangan
tangan, gosok tangan selama 1 menit untuk kedua tangan dengan tehnik cuci
tangan prosedural, kemudian bilas dibawah air mengalir sampai bersih
16. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mengcegah
kontaminasi.
17. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari siku
18. Matikan kran dengan siku atau atau kaki jika tidak menggunakan keran
otomatis
19. Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi.
20. Gunakan punggung anda untuk membuka kamar bedah, jika tidak tersedia
pintu otomatis.
Evaluasi

1. Tangan terjaga dari kontaminasi


2. Perawat melakukan tindakan dengan prinsip aseptic
3. Memastikan bahwa larutan antiseptik untuk cuci tangan persiapan operasi
kontak dengan tubuh dalam waktu yang direkomendasikan

Teknik Cuci Tangan Prosedural


Dilakukan selama 1 menit
Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahi tangan dengan air
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk (3-5 cc)

Tahap 1 :
Gosok telapak tangan kanan dengan tangan kiri.
Tahap 2 :
Gosok telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya.
Tahap 3 :
Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari - jari disilang.
Tahap 4 :
Punggung jari - jari tangan berhadapan dengan telapak tangan jari - jari saling terkunci
Tahap 5 :
Gosok secara memutar ibu jari dengan tangan kiri dan sebaliknya
Tahap 6 :
Dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak  tangan, dengan menggunakan
gerakan memutar
Tahap 7 :
Bilas tangan seluruhnya dgn air, keringkan tangan dengan tissue dan gunakan tissue bekas
untuk menutup kran air

MEMAKAI JAS OPERASI dan


SARUNG TANGAN TERTUTUP

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Manset jas operasi harus cukup panjang, hingga dapat menutup jari-jari tangan (5-8
cm)
2. Manset tangan dgn elastisitas cukup baik (bisa disterilkan dengan autoclave)
3. Selama prosedur dilaksanakan, maka jari-jari tangan tidak boleh keluar dari manset
jas operasi (tetap dalam manset)

Ketrampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah

 Kompetensi Utama :

Ketrampilan dasar perawat kamar bedah

 Kompetensi Pendukung :
Melaksanakan tindakan pemkaian jas tanpa bantuan  dan sarung tangan tertutup

 Judul Unit :

Memakai Jas Operasi dan Sarung Tangan Tertutup


Aspek Yang Dinilai : 
Identifikasi Kebutuhan

1. Adanya rencana tindakan operasi

Persiapan Alat

1. Jas steril yang ditempatkan di meja yang sudah ditutup dengan kain alas steril.
2. Sarung tangan steril dalam tempatnya tersedia berbagai ukuran
3. Sarung tangan steril yang bisa menutup tangan sampai pergelangan tangan
sesuai dengan ukuran

Persiapan Personel

1. Perawat instrument sudah melakukan cuci tangan bedah


2. Perawat sudah menggunakan jas steril

Pelaksanaan Memakai Jas Operasi

1. Perawat sirkuler membuka set jas steril


2. Waktu memasuki kamar operasi 2 (dua) tangan selalu lebih tinggi daripada
siku menuju ke meja jas operasi
3. Angkat handuk yang terlipat dari kemasanya tanpa menyentuh sarung tangan /
pembungkus kertas yang steril.
4. Menjauhlah dari kemasan, sehingga tidak terkontaminasi oleh sentuhan baju /
pakaian yang tidak steril lalu keringkan kedua telapak tangan dan punggung
tangan bergantian pada tiap sisi handuk lipatan segiempat pada tangan kanan
dan kiri secara bergantian.
5. Dengan hati-hati handuk yang terlipat segiempat ambil pada ujung handuk ( 1
dan 3 atau 2 dan 4 ) sehingga membentuk segitiga, lalu keringkan keatas
lengan sampai siku, jangan kembali ke daerah yang sudah dikeringkan.
6. Setelah lengan pertama kering, balikan handuk dan gunakan bagian sisanya
untuk mengeringkan lengan tangan yang lain.
7. Jatuhkan handuk melalui sisi luar lengan tangan kedalam keranjang
linen/pakaian kotor.
8. Angkat jas yg terlipat dari kemasan steril tanpa menyentuh bungkus sarung
tangan atau pembungkus yang steril
9. Pegang tepi lipatan jas yang ada, buka jas didepan anda tetapi hanya
menyentuh bagian dalam jas
10. Pastikan bahwa anda berada dalam ruangan yang cukup luas untuk membuka
jas tanpa menyentuh peralatan.
11. Temukan lubang lengan jas dan masukan  kedua lengan tangan kedalamnya,
tangan jangan melewati / jari-jari tangan tidak boleh keluar dari manset jas
operasi ketika melakukan teknik sarung tangan tertutup.
12. Perawat sirkuler yg ada dlm ruang operasi akan memegang bagian jas keatas,
kemudian mengikat tali leher dan tali pinggang dibelakang. Hanya boleh
menyentuh bagian dlm jas yg terkontaminasi.
13. Lakukan teknik memakai sarung tangan tertutup
14. Membuka bungkus sarung tangan yang akan digunakan sesuai ukuran.
15. Gunakan tangan kiri dan tangan kanan tetap dalam manset lengan jas, telapak
sarung tangan diletakan terbalik dengan telapak tangan kanan, ibu jari ketemu
ibu jari sambil memegang ujung atas sarung tangan kanan diatas pergelangan.
16. Punggung manset dipegang dengan tangan kiri dan balikan lengan jas dengan
tangan kanan.
17. Manset dari ujung sarung tangan kanan sekarang diatas manset elastic dari
lengan jas dengan tangan masih berada didalam lengan jas.
18. Ujung atas sarung tangan dan lengan jas dibawahnya  dipegang dengan tangan
kiri, dengan menarik lengan jas keatas, sarung tangan tertarik keatas ke dalam
sarung tangan
19. Manset sarung tangan kiri sekarang diatas manset lengan jas kiri dengan
tangan masih di dalam lengan jas.
20. Dengan menggunakan tangan, ambil sarung tangan kiri dan letakan dengan
posisi telapak tangan sarung tangan kiri berlawanan dengan telapak tangan kiri
ibu jari ketemu ibu jari.
21. Pegang belakang manset  sarung tangan kiri diatas telapak tangan dengan
tangan kanan dan balikan lengan jas dengan tangan kiri.
22. Pegang ujung atas sarung tangan dan lengan jas dibawahnya dengan tangan
kanan dan tarik lengan jas keatas sehingga menarik sarung tangan keatas
dalam tangan.
23. Merapikan sarung tangan supaya nyaman pada tangan dan jari-jari.
24. Setelah memakai sarung tangan berikan pelindung yang membungkus tali
pengikat (bekas bungkus handscund) kepada perawat sirkulasi.
25. Perawat sirkulasi memegang kertas pelindung, kemudian memberikan kepada
perawat scrub, dengan memegang tali yang tidak dibungkus pelindung dan
ikat tali dipinggang depan.

Evaluasi

1. Sterilitas jas tetap terjaga


2. Memakai sarung tangan dengan teknik tertutup
3. Perawat melakukan tindakan dengan prinsip steril

Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas  dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi.

Langkah-langkah memakai sarung tangan


(Cara Tertutup) :

 Tahap 1 : Letakkan sarung tangan kanan ke telapak tangan kanan dengan posisi
terbalik (jempol ketemu jempol)
 Tahap 2 : Tangan kanan memegang lipatan sarung tangan bagian bawah, sementara
tangan kiri memegang lipatan sarung tangan bagian atas
 Tahap 3 : Pasang sarung tangan dengan cara menarik lipatan dengan cara terbalik.
 Tahap 4 : Tarik lengan bagian tangan kanan ke atas secara perlahan-lahan, maka jari-
jari tangan akan masuk ke dalam sarung tangan
 Tahap 5 : Lakukan prosedur penggunaan sarung tangan kiri dengan teknik yang sama

Langkah-langkah melepas jas operasi :

1. Dengan tetap memakai sarung tangan, kendorkan manset dan goyangkan kebawah
sampai pergelangan tangan. Tahan jas dibagian bahu kanan (buka ikatan/tali)
2. Tarik lengan jas dari tubuh dengan memfleksikan siku.
3. Pegang bahu lengan sebelah dan tarik lengan dengan posisi terbalik.

Melepas Sarung Tangan :

1. Tehnik sarung tangan ke sarung tangan


2. Tehnik kulit ke kulit

DRAPING

Pengertian Draping
Suatu prosedur dalam menutup dan melingkupi pasien dengan barrier steril untuk
membentuk, memberi batas tegas daerah steril pada sekitar area incisi setelah permukaan
kulit dilakukan aseptik area operasi dengan antiseptik dan memelihara area operasi yang steril
selama proses pembedahan.

Karakteristik Bahan Draping

1. Resisten terhadap abrasi


2. Sebagai Barier (anti mikroorganisme)
3. Biocompatibility (Free toxic)
4. Drapebility
5. Dapat mencegah listrik statik
6. Nonflamable (tdk menginduksi kebakaran)
7. Bebas serat
8. Tensile strenght (kuat thd tahanan)

Bahan Untuk Drapping :

 Bahan Pakai Ulang (Reusable)

1. Penggunaannya terutama untuk penggunaan drapping atau jas operasi yg


digunakan berkali-kali, bahannya impermeable terhadap cairan (dlm kondisi
tertentu)
2. Proses pencucian,setrika dan sterilisasi menyebabkan seratnya mengkisut
3. Siklus diatas menyebabkan kecenderungan mengubah struktur material
4. Beberapa pabrikan melaporkan kerusakan struktur material setelah 75-100 kali
siklus. 

Linen
1. Memerlukan pencucian
2. Memerlukan pelipatan yang benar
3. Memerlukan proses sterilisasi
4. Adanya lipatan/jahitan yang menjadi tempat kuman
5. Tidak kedap air ==> sumber kontaminasi

 Bahan Sekali Pakai (Disposible)

1. Mencegah penetrasi bakteri dan lelehan cairan 


2. Lembut,bebas serat, ringan, padat, tahan kelembaban, non iritasi dan bebas
listrik statik
3. Menurunkan kontaminasi mikroorganisme berbahaya / infeksius dari ekskresi
dan cairan tubuh dalam proses laundry dimana pada bahan pakai ulang
mempunyai resiko yg besar.
4. Penyimpanan, transportasi, dan pembuangan limbah biasanya menjadi
masalah
5. Penggunaan insenerator cukup baik tetapi harus di olah dengan baik agar tidak
mencemarkan lingkungan.

Non Woven (Kertas)

1. Baik sebagai proteksi terhadap kontaminasi


2. Tidak lembab
3. Mahal
4. Saat ini semakin disenangi untuk dipakai
5. Kedap air
6. Dispossible

 Plastic Inscisional Drapes

1. Terbuat dari bahan polyvinyl


2. Tersedia dalam kemasan steril dalam berbagai ukuran
3. Insisi dapat dilakukan langsung diatas permukaan yg melekat
4. Memudahkan draping pada area tubuh yg ireguler (leher, sekitar telinga,
ekstermitas dan sendi)

Prinsip drapping yang harus diperhatikan :

1. Lindungi tangan dengan cara menempatkan tangan dibagian dalam ujung draping
2. Lepaskan lipatan draping dengan hati-hati tanpa mengibaskan draping tersebut,
hindari menyentuh kulit pasien
3. Tidak boleh menarik draping yang telah jatuh atau terlalu rendah pada saat menutup
pasien, draping tidak boleh dipindah-pindah
4. Apabila draping terbuat dari Linen, gunakan lapisan untuk mencegah kontaminasi
karena air (basah). Gunakan perlak / sterildrape untuk menutup area operasi.
5. Scrub Nurse paham akan prosedur tindakan. Tim bedah steril menghadap area operasi
6. Jangan melakukan draping area non steril dari arah yang berseberangan.
7. Bila akan melakukan draping pada arah berlawanan, sebaiknya scrub nurse berputar
ke arah tersebut.
8. Jika ragu-ragu terhadap sterilisasi tenun maka alat tenun  tersebut harus dinyatakan
sudah terkontaminasi

Ketrampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah

 Kompetensi Utama :

Melaksanakan teknik septic aseptic kamar bedah

 Kompetensi Pendukung :

Melaksanakan tindakan draping sebelum melakukan tindakan operasi

 Judul Unit :

Teknik Draping 
Identifikasi Kebutuhan

1. Adanya rencana operasi sesuai dengan jenis operasi


2. Persiapan peralatan dikamar operasi sesuai dengan jenis operasi

Persiapan Alat

1. Persiapan peralatan di kamar operasi sesuai kebutuhan dengan jenis


operasi
2. Set draping steril sesuai dengan jenis operasi

Persiapan Pasien

1. Pasien sudah dilakukan tindakan pembiusan


2. Pasien sudah dilakukan aseptik antiseptik area operasi

Persiapan Personel

1. Perawat instrumen sudah menggunakan jas dan sarung tangan steril

Pelaksanaan Draping

1. Pastikan set draping dibuka oleh perawat sirkuler dengan teknik steril
2. Menutup batas bagian bawah insisi dengan cara : Perawat instrumen
membawa lipatan doek ke meja operasi dengan berdiri jauh dari meja
operasi (± 30 cm), satu tangan dari perawat instrumen memberikan
ujung lipatan  doek ke asisten bersama-sama membentangkan doek
diatas pasien sehingga menutupi bagian bawah daerah kulit yg telah
dilakukan antiseptik. Menutup bagian bawah area insisi dengan doek
panjang steril.
3. Menutup batas bagian atas insisi dengan membentangkan ujung atas
duk laparatomi diatas anesthesia screen (tabir anesthesia). Perhatikan
bahwa tangan yang menyentuh daerah yang tidak steril terlindung
dalam lipatan kain dan doek dirapikan dengan tangan lain.
4. Menutup batas bagian lateral insisi kanan dan kiri dengan doek yang
lebih kecil lalu pakailah doek klem (towel klem) pada bagian / sudut-
sudut untuk membatasi daerah yang akan dioperasi.

Evaluasi

1. Sterilitas draping terjaga


2. Lipatan doek tidak terbuka sebelum doek dipasang.
3. Doek tidak menyentuh lantai, lampu operasi atau permukaan
kontaminasi lainnya.
4. Doek tidak dipindahkan atau diatur ulang setelah terpasang.
5. Perawat melakukan tindakan dengan teknik steril.

Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi

INSTRUMENTASI

Ketrampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah

 Kompetensi Utama :

Melaksanakan teknik instrumentasi di kamar bedah

 Kompetensi Pendukung :

Melaksanakan teknik instrumentasi sebelum, selama dan sesudah tindakan operasi

 Judul Unit :

Teknik Instrumentasi
Identifikasi Kebutuhan

1. Adanya rencana operasi sesuai dengan jenis operasi


2. Persiapan peralatan dikamar operasi sesuai dengan jenis operasi

Persiapan Alat

1. Persiapan peralatan di kamar operasi sesuai kebutuhan dengan jenis operasi


2. Set instrumen steril sesuai dengan jenis operasi
3. Persiapan benang sesuai dengan jenis operasi dan ukuran yang dibutuhkan.

Persiapan Pasien

1. Pasien sudah dilakukan tindakan pembiusan


2. Pasien sudah dilakukan draping

Persiapan Personel

1. Perawat instrumen sudah menggunakan jas dan sarung tangan steril

Pelaksanaan Instrumentasi

1. Pastikan instrumen dibuka oleh perawat sirkuler dengan teknik steril.


2. Memasang meja mayo atau memasang  sarung meja mayo dengan teknik steril
3. Menutup meja mayo dengan teknik menutup dengan doek  mulai yang dekat
dengan badan
4. Menghitung instrumen yang akan dipergunakan sesuai jenis operasi dengan
disaksikan oleh perawat sirkuler.
5. Menghitung kassa yang akan dipergunakan sesuai jenis operasi disaksikan
oleh perawat sirkuler.
6. Menyusun instrumen dimeja mayo menurut urutan penggunaan dan sesuai
jenis operasi.
7. Memasang scapel pada scapel handle dengan teknik yang safety dengan
menggunakan nedle holder.
8. Meletakan intrumen tajam (scapel) dengan dialasi tray.
9. Mendekatkan meja mayo dengan area operasi.
10. Memberikan instrumen bedah sesuai dengan isyarat tangan operator.
11. Memberikan instrumen dengan teknik yang benar
12. Instrumentator selalu memperhatikan dan mengikuti setiap tahap urutan teknik
yang dilakukan operator.
13. Perawat instrumen selalu siap dengan instrumen yang akan dibutuhkan oleh
operator.
14. Membersihkan instrumen setelah dipakai dari darah dan menempatkan
kembali instrumen sesuai urutan pemakaian.
15. Membuka scapel dari handle dengan teknik yang safety dengan menggunakan
nedle holder.

Evaluasi

1. Sterilitas instrumen terjaga


2. Instrumen tersusun rapi dimeja mayo sesuai dengan urutan pemakaian
3. Perawat menyiapkan instrumen dengan teknik steril.

Dokumentasi
Tindakan dicatat dengan jelas dan ringkas sesuai prinsip dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA
1. ________Anonymous free medical journal, ebook, pdf, askep,medical book . 2 Mar
2014. Akses 12 - 08 - 2018
2. Bagun Pasaribu. Kamar Opersai. antibodo.blogspot.com/ kamar-operasi.html. 10 Des
2016
3. Dirjen Yanmed 2008, Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit, Depkes
RI
4. Direktorat Bina Upaya Kesehatan. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit
Kamar Operasi. Kemenkes RI.
5. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
6. Reyzapare . Konsep Kamar Operasi .blogspot.com/konsep-kamar-operasi.html. 2 Mar
2014 . Akses 10 Juni 2018

PENGENALAN INSTRUMEN DASAR BEDAH MINOR

Based On Minor Surgery written by Robert Kneebon dan Julia Schofield.  

Dokter umum merupakan profesi kedokteran yang melingkupi skala yang cukup luas
dan meliputi semua sistem dalam tubuh manusia, sehingga hanya menyentuh area superfisial
dalam proses pengobatan. Meskipun demikian, peran dari dokter umum itu sendiri cukup
penting oleh karena menduduki posisi primer dalam pelayanan kesehatan di masyarakat,
itulah sebabnya seorang dokter umum harus memiliki pengetahuan serta skill tindakan yang
memadai sesuai dengan kompetensinya secara keseluruhan. Salah satu skill yang paling
penting dikuasai dalam praktek keseharian adalah bedah minor. Hal ini dikarenakan jumlah
kasus yang memerlukan tindakan ini cukup tinggi di masyarakat. Pengalaman penulis
mendapatkan bahwa dari 10 pasien yang datang berobat terdapat 3 kasus yang memerlukan
prosedur tindakan ini. Umumnya komplikasi dari kasus ini tidak begitu banyak, namun jika
tidak ditangani secara tepat dapat berakhir ke kematian khususnya untuk kasus dengan
perdarahan yang cukup besar atau kasus disinfeksi yang tidak sempurna.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh British Medical Association (BMA),
menyebutkan bahwa  di Inggris, prosedur tindakan bedah minor telah sering dilakukan oleh
dokter umum dan cukup populer di kalangan pasien serta memiliki biaya yang cukup tinggi.
Berdasarkan Health Authority (1990), dokter umum telah memiliki kewenangan untuk
melakukan bedah minor dan mendapatkan pembayaran dari tindakan ini. Bahkan pada tahun
2004, dokter umum di Inggris dapat meningkatkan dan memperluas kompetensi tindakan
bedah minornya dengan cara membayar komisi kepada Pengatur Penambahan Pelayananan
(Directed Enhance Service-DES). Di Indonesia, cakupan pelayanan bedah minor yang dapat
dilakukan oleh seorang dokter umum cukup beragam, mulai dari tindakan hecting luka
terbuka, insisi, eksisi, ekstraksi, kauterisasi dan lain sebagainya. Umumnya tindakan ini
dilakukan dengan anastesi lokal dengan tehnik anastesi yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
Pelaksanaan prosedur bedah minor mengharuskan seorang dokter umum mengetahui
beberapa pengetahuan dasar mengenai tindakan ini. Pengetahuan dasar tersebut berupa
instrumen bedah minor, bahan serta tehnik disinfeksi dan tehnik menjahit jaringan. Artikel ini
hanya berbatas pada pengenalan instrumen bedah minor dasar yang merupakan pengetahuan
pertama yang harus dimiliki oleh seorang dokter dalam melakukan tindakan ini. Untuk
pengetahuan lainnya akan dijelaskan dalam artikel yang berbeda.
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen
dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen
dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen
dengan fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta
instrumen dengan fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle). 

   Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah Minor

Kesemua intrumen tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:

A.  Instrumen Dengan Fungsi Memotong

1.    Pisau Scalpel + Pegangan


Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini
bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu, alat ini
juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit. Setiap pisau
scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian pemotong
dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya pegangan scalpel.
Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder dan hubungkan lubang
pada area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan:
pegang ujung pisau dengan needle-holder dan lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang
di tempat sampah. Pegangan scalpel yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang
dapat digunakan bersama pisau scalpel dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang
sering digunakan adalah yang berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses
dan hematoma perianal. Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal
pada waktu pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya
diabaikan sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan
pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan pengontrolan
yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.
 
2.    Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur.
Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak
jari lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat
tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua
lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu
memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan
jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting
berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting perban
dan gunting iris.
a.       Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk
bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. Gunting
dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan
gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara
mengusuri garis batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan
jangan melewati batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b.      Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan
berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini
juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan
dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam
pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong
struktur lainnya.
c.       Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting
ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam
memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting ini
lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung tumpulnya
didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk
dan memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk
memotong perban saat perban telah ditempatkan di atas luka. (wikipedia)

d.      Gunting Iris

Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah
minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup
kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online) 

B.  Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam


3.    Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu
jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat jari-jari
tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan
menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan
mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset
Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan
membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
 
4.    Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat
merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan
genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk
membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
 
5.    Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan
pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula
yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk memegang
jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain
melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan
relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan. Banyak orang yang
memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan
menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan.
Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya.
Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang
jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat
menggunakan alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki
resiko merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan
yang kuat dalam menggenggam jaringan. 
 
C.  Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan
6.    Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan pembuluh
darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan
yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder memiliki bentuk yang
sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2), dimana klem arteri, struktur jepitannya
berupa galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya sampai handle
agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni
bentuk lurus dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok
digunakan pada bedah minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya
memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat
akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem
dilakukan dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan
handlenya sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena hal
ini akan menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat
memposisikan jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled yang
memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung
bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah. Jangan
menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak mendukung
dalam memegang needle.
 
D.  Instrumen Dengan Fungsi Menjahit
7.    Needle Holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan. Secara
keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan ujung
jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah
perbedaan pada struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder berbentuk
criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari
jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan
menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan jaringan
secara serius.
Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet yang telah
dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung
berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan
tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu, pemegangan needle pada area dekat
dengan engsel needle holder akan menyebabkan needle menekuk. Kemudian, belokkan
needle sedikit ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan disesuaikan dengan arah
alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa lebih nyaman. Kegagalan dalam
membelokkan needle ini juga akan menyebabkan needle menekuk.
Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat menjahit
dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan
telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara konstan, jangan
mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat merusak ritme menjahit. Pertimbangkan
pergunakan ibu jari pada lubang handled yang menetap, namun manipulasi lubang lainnya
dengan jari manis dan kelingking.
 

Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle Holder
 
8.    Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan
sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black
silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-
absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan luka
yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak benang sintetis
alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas
merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang
ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus
dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit
diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan dilakukan atau
mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat
meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove dibandingkan dengan Ethilon
(monofilamen polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis
benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi. Terdapat
dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki kekuatan selama 7-
10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari. Namun, kedua jenis
benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut dan
memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan subkutikuler
yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan dalam pada
penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-
sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm.
Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan benang
disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar
nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter paling halus
yang tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang
paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit
yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya
secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama
yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini dijamin
dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka paket, simpan
ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas perak yang
dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas
tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut dari
lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen prolene
atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga dapat digunakan
untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik
(3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan jahitan dalam
hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler jaringan halus atau
jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus pada muka dan pada anak-
anak.
 
9.    Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan
(trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat
menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya
beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi
benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran.
Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang
dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor.
Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan untuk memudahkan
penggunaannya dengan needle holder.

DAFTAR PUSTAKA

 Ayem E, Bewes PC, Bion JF et al. Primary Anesthesia. Oxford: Oxford University Press,
1986.
 Dobson M.B, Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1994
 Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyaatuti, editor. Farmakologi dan terapi.
Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Iniversitas Indonesia, 1995.
 International Federation of Nurse Anesthetists (2013) Anesthesia
 John J. Nagelhout, Karen L. Plaus. 2010. Nurse Anesthesia. Ed 5th . St. Louis, Missouri
 _______________Perawatan Anestesi terpantau. kamuskesehatan.com. Diakses 02 juni
2018.
 Latif, S. A, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua. Jakarta. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
 Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editor. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
 Permenkes No 519 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit
 Permenkes No 18 Tahun 2016 tentang ijin dan penyelenggaran praktek penata anestesi
 Permenkes No 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai