Anda di halaman 1dari 5

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2010). World
Health Organization (WHO) (1999) menjelaskan bahwa efek dari DM termasuk kerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, sedangkan menurut American
Diabetes Association (2011) diabetes sering kali tidak terdiagnosis karena banyak gejala yang
tampak tidak berbahaya, seperti banyak minum, nafsu makan meningkat, frekuensi berkemih
yang berlebihan, kelelahan serta kesemutan.( Putri dkk,2013)
Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi DM di Indonesia berdasarkan jawaban
pernah didiagnosis dokter sebesar 1,5%. DM berdasarkan diagnosis dengan gejala sebesar
2,1%. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Sulawesi
Utara memiliki prevalensi DM yang terdiagnosa oleh petugas kesehatan sebesar 2,4% dan
yang terdiagnosa dengan gejala sebesar 3,6 %, sejalan dengan itu data dari Dinas Kesehatan
Sulawesi Utara tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes, baik berdasarkan
diagnosis maupun diagnosis dan gejala, secara merata di tingkat Provinsi Sulawesi Utara
didapatkan angka lebih tinggi dari pada angka nasional. Penyakit ini tersebar di seluruh
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara. (Rondonuwu Dkk, 2016)
Penderita diabetes dapat hidup normal dengan mengendalikan risiko terjadinya
komplikasi akibat Diabetes Mellitus. Tujuan utama pengelolaan DM adalah mengatur kadar
glukosa dalam batas normal guna mengurangi gejala dan mencegah komplikasi DM. Arifin
(2011) mengatakan bahwa hal yang mendasar dalam pengelolaan DM, terutama DM tipe 2
adalah perubahan pola hidup, meliputi pola makan yang baik dan olahraga teratur.
Kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-hari, mengendalikan serta
mengurangi dampak penyakit yang dideritanya dikenal dengan self-management.
Menurut Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia tahun
2011, perilaku sehat yang merepresentasikan self-management pada pasien DM antara lain
mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat DM dan
obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula
darah serta melakukan perawatan kaki secara berkala (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2011).
Self-management perlu dipahami sebagai sebuah proses yang tidak hanya berkembang
dari waktu ke waktu, tetetapi juga berkembang dalam kaitannya dengan jenis pengalaman
penyakit seseorang dan masalah spesifik tentang kesehatan mereka (Lin, 2008). Self-
management memungkinkan pasien untuk mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah, meningkatkan keyakinan diri (self-efficacy) dan mendukung aplikasi
pengetahuan dalam kehidupan nyata (Toobert, Hampson, & Glasgow 2005). Adanya
keterampilan memecahkan masalah pada penyakit DM, memungkinkan pasien untuk
membuat suatu keputusan tentang pengelolaan yang terbaik untuk dirinya. Pengelolaan diri
tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pengelolaan penyakit DM. (Putri Dkk,
2013)
Salah satu bentuk usaha dalam pengendalian Diabetes Mellitus adalah olahraga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudyarto Dkk (2014) menunjukkan hasil uji
Odds Ratio yang dilakukan dapat dintepretasikan bahwa kebiasaan olahraga yang kurang
memiliki lima kali terjadi diabetes daripada yang cukup olahraga Penelitian yang telah
dilakukan secara prospektif juga memperlihatkan olahraga dengan berkurangnya risiko
terhadap diabetes melitus tipe II, penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa semakin lama
aktivitas fisik atau olahraga, maka mempunyai efek menguntungkan pada lemak tubuh,
tekanan darah, dan distribusi lemak tubuh, yaitu pada aspek ganda sindroma metabolik kronik
sehingga mencegah beberapa penyakit salah satunya diabetes melitus tipe II, dengan
demikian olahraga memiliki efek protektif yang dapat dicapai dengan bertambahnya aktivitas
fisik (Bryer, 2012).

Olahraga atau aktivitas fisik berguna sebagai pengendali kadar gula darah dan
penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus. Manfaat besar dari berolahraga pada
diabetes mellitus antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut
berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan
tekanan darah (Ilyas, 2011, dalam Rondonuwu dkk, 2016)
Pengaruh olahraga atau aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa
dari aliran darah). Saat berolahraga,otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot
jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini
akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian
glukosa darah (Aditama, 2011, dalam Rondonuwu dkk, 2016).
Menurut data dari Puskesmas Wolaang, penderita DM di 8 desa di kecamatan
Langowan Timur dari bulan Agustus Oktober 2015 ada 160 penderita, di dominasi oleh
wanita usia di atas 55 tahun. Hasil survey awal pada penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Wolaang pada 8 penderita DM yang telah diwawancarai, 6 diantaranya
mengalami perubahan kadar gula darah yang menjadi stabil ketika melakukan olahraga yang
disarankan petugas kesehatan seperti senam dan jogging.(Rondonuwu dkk, 2016).
Beberapa bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa latihan fisik dapat membantu
mencegah dan memperlambat onset penyakit DM tipe 2 dan mengkontrol kadar gula darah.
Penelitian tambahan di Finlandia (Finnish Diabetes Prevention Study) menunjukkan
bahwa kelompok intervensi dengan latihan fisik minimal 30 menit setiap hari dengan
intensitas sedang terjadi penurunan 39% terhadap resiko terjadinya diabetes. Penelitian di
Amerika Serikat (The US Diabetes Prevention study) yang melibatkan 3.234 subjek
penelitian dengan intoleransi glukosa menunjukkan bahwa pada akhir penelitian kelompok
dengan intervensi latihan fisik untuk menurunkan berat badan dan latihan fisik dengan
intensitas sedang 58% dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan intervensi obat
metformin. (Kurniawan dkk, 2016).
Jenis latihan jasmani untuk penderita DM bermacam-macam seperti aerobik, yoga,
dan thai chi, berdasarkan penelitian dari ke tiga jenis latihan yang di anjurkan aerobik
memiliki rata-rata penurunan glukosa darah paling tinggi. Latihan jasmani aerobik membuat
insulin bekerja lebih keras dan cepat dan mengurangi lemak tubuh. Olahraga aerobik
termasuk bersepeda, menari, jogging, lompat tali, berjalan lewat tangga, berenang, dan
berjalan (Sarwono, 2012).
Kelebihan latihan aerobik salah satunya gerakannya mudah dan ada beberapa jenis
dari aerobik merupakan aktivitas sehari-hari. Selain menurunkan glukosa darah aerobik
dapat menurunkan tingkat stres, mengurangi resiko gagal jantung, dan mengurangi resiko
stroke. Kekurangan dari aerobik jika penggunaannya tidak terkendali akan menyebabkan
peningkatan nonepinefrin sebesar 800 kali sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah. (Kurniasari Dkk, 2015)
Menurut Kurniawan dan Wahyuningsih,2016, Rekomendasi Latihan Aerobik pada
DM TIPE 2 menggunakan prinsip FITT(Frequency Intensity Time Type).
1. Frekuensi
Latihan aerobik dilakukan sedikitnya 3 hari dalam seminggu dengan jarak antar latihan tidak
lebih dari 2 hari yang berturut-turut karena efek latihan yang bersifat sementara dalam
memperbaiki kerja insulin. Rekomendasi sekarang bagi orang dewasa pada umumnya adalah
5 sesi latihan intensitas sedang dalam seminggu.
2. Intenstitas
Latihan aerobik yang dilakukan sedikitnya intensitas sedang, yaitu sekitar 64-76% denyut
jantung maksimal (HR Maximal). Bagi sebagian besar DM tipe 2, latihan fisik seperti jalan
cepat bersepeda dan renang, termasuk dalam latihan dengan intensitas sedang.
3. Durasi
Individu dengan DMT2 harus melakukan latihan aerobik minimal 150 menit per Minggu
dengan intensitas berat atau sedang. Aktivitas aerobik dapat dilakukan dalam sesi pendek
dengan durasi sedikitnya 10 menit per sesi dan sesi ini dapat dilakukan sepanjang Minggu.
4. Tipe
Segala bentuk latihan aerobik (termasuk jalan cepat) yang menggunakan kelompok-
kelompok otot besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung yang terus menerus akan
bermanfaat dan dianjurkan agar melakukan berbagai jenis aktivitas fisik.
Jadi, individu dengan DMT2 harus melakukan latihan aerobik sedikitnya 150 menit per
Minggu dengan intensitas sedang hingga berat selama minimal 3x seminggu dengan jarak
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.

Untuk memaksimalkan manajemen diabetes melitus, penderita tetap harus menjaga


atau mengontrol berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini dilakukan
dengan menurunkan berat badan sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan olahraga,
sambil makan bergizi secukupnya yang sehat. Dengan demikian olahraga merupakan langkah
penting bagi pendertia diabetes melitus untuk meningkatkan kualitas hidupnya agar semakin
membaik dan mencegah timbulnya komplikasi baru atau memperparah keadaan komplikasi
diabetes dengan melakukan olahraga secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, Laily. Faridah Aini. Zumrotul Choiriyyah. 2015. Pengaruh Latihan Aerobik
Intensitas Sedang Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Desa Langensari Kabupaten Semarang

Kurniawan, A Andi. Nining Sri Wahyuningsih. 2016. Rekomendasi Latihan Fisik Untuk
Diabetes Melitus Type 2. Fakultas Kedokteran Universitas krister Duta Wacana.

Putri, Dwi Siwi Ratriani. Kurniawan Yudianto. Titis Kurniawan. 2013. Perilaku Self-
Management Pasien Diabetes Melitus (Dm)

Rondonuwu, Regita Gebrila. Sefti Rompas. Yolanda Bataha. 2016. Hubungan Antara
Perilaku Olahraga Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Sudaryanto, Agus. Noor Alis Setiyadi. Diah Ayu Frankilawati. 2014. Hubungan Antara Pola
Makan, Genetik Dan Kebiasaan Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari.

Anda mungkin juga menyukai