kebiasaan dan budaya sehingga peserta didik agar pembelajaran yang diselenggarakan dapat
berperilaku menyimpang di sekolah. berjalan dengan baik dan sistematis.
Kondisi lain yang ditemui bahwa beberapa
Pendidikan Kejuruan
orang tua yang datang ke sekolah untuk
membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan Menurut Rojewski (2009, p.32) bahwa
(SPP) tidak mengetahui informasi kondisi anak konsep pendidikan kejuruan sejak awal adalah
di sekolah, seperti informasi kelas dan jenjang menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk
yang ditempuh. Kondisi ini megindikasikan kelas pekerja dengan keahlian secara spesifik.
bahwa komunikasi anak dan orang tua Hal senada juga disampaikan Sanders (Pavlova,
kurang terjalin dengan baik. Selain itu, pada 2009, p.5) “implicit conceptualisations of
beberapa anak yang memiliki motivasi rendah vocational education are related to skill in using
diketahui bawah anak tersebut sangat kurang tools and machines”, artinya bahwa konsep
mendapatkan perhatian dari orang tua. pendidikan kejuruan selalu berhubungan
dengan ketrampilan dalam menggunakan alat
Prestasi belajar yang diraih peserta didik
dan mesin.
dapat menunjukkan kualitas pembelajaran
pada lembaga pendidikan. Menurut Catts, Falk, Adhikary (Sudira, 2012, p.13) berpendapat
& Wallace (2011, p.208) bahwa kesuksesan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan
lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan yang dirancang untuk mengembangkan
pembelajaran dapat dilihat dari: (1) penguasaan ketrampilan, kemampuan/kecakapan, pema-
kompetensi, (2) pencapaian prestasi akademik, haman, sikap, kebiasaan-kebiasaan kerja,
(3) pencapaian prestasi kerja praktik, dan (4) dan apresiasi yang diperlukan pekerja dalam
kemampuan menyelesaikan pekerjaan yang memasuki pekerjaan dan membuat kemajuan-
diberikan. Oleh karena itu, peran aktif lembaga kemajuan dalam pekerjaan penuh makna dan
pendidikan untuk mengelola dan memfasilitasi produktif. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sudira
kegiatan pembelajaran menjadi keharusan (2012, p.13) bahwa pendidikan kejuruan
untuk menunjukkan kualitas kegiatan merupakan pendidikan menengah yang
pembelajaran yang diselenggarakan. mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
Kontrol terhadap lingkungan sekolah dan
lingkungan belajar membantu penguasaan Dari berbagai pendapat di atas dapat
kompetensi dan pencapaian prestasi siswa. disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan adalah
Iklim yang terbentuk di lingkungan sekolah, pendidikan yang dirancang untuk membekali,
menentukan motivasi siswa untuk berprestasi. melatih, mengembangkan pemahaman teori,
Menurut Marzano & Marzano (2003, p.6-8) ketrampilan praktik, dan sikap kerja lulusan
interaksi antara guru dan siswa menjadi kunci yang baik. Dengan bekal tersebut, lulusan
pencapaian prestasi belajar siswa. Namun tidak pendidikan kejuruan mampu mengoperasikan
sedikit guru yang hanya memberikan catatan alat sesuai bidang keahlian dan memiliki etos
dan tugas di kelas bahkan tidak masuk tanpa kerja yang baik sehingga mampu bekerja dan
keterangan. Kondisi pembelajaran tersebut bertahan hidup.
berdampak pada motivasi siswa untuk belajar
dan berprestasi menjadi menurun. Kompetensi Mengajar Guru
Kemampuan guru memilih metode Klusmann (2013, p.294) menjelaskan
mengajar menjadi salah satu kunci kesuksesan bahwa “competence is defined as the
pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Briggs personal capacity to successfully cope with
& Sommefeldt (2002, p.92-93) berpendapat specific demands”. Kompetensi merupakan
bahwa untuk menyelenggarakan kegiatan kemampuan yang ditunjukkan seseorang
pembelajaran yang berkualitas, guru harus untuk mampu menyelesaikan pekerjaan
memiliki mempu melakukan planning, sesuai profesi yang ditekuni. Kompetensi
assessment, evaluation, dan monitoring. Tugas erat kaitannya dengan unjuk kerja. Menurut
guru membuat perencanaan pembelajaran, Campbell (Koopmans, 2011, p.858) bahwa
penilaian, evaluasi dan pengawasan diperlukan “task performance can be defined as the
proficience (ie, competency) with which one akademik yang diperoleh melalui pendidikan
performs central job tasks”, artinya bahwa tinggi program sarjana atau diploma empat.
ukuran kompetensi dapat ditunjukkan dari
kemampuan seseorang menyelesaikan tugas Pola Asuh Orang Tua
pekerjaan sehari-hari. Lollis &Kuczynksi (Grolnick, Friendly,
Mengajar merupakan bagian dari &Bellas, 2009, p.294) mendefinisikan
proses penyampaian informasi pada kegiatan mengasuh sebagai sebuah proses yang
pembelajaran. Kember (Norton, 2009, terjadi dua arah di mana anak adalah active
p.6) menjelaskan“conceptions of teaching participants dalam lingkungan pengasuhan.
are commonly found to fall into two main Proses pembelajaran pertama pada anak terjadi
categories: teaching as information di dalam keluarga. Interaksi antara orang tua
transmission and teaching as supporting dan anak dalam keluarga akan membentuk
students’ learning”. Bahwa konsep mengajar pola komunikasi yang baik. Komunikasi yang
baik dengan orang tua dapat membentuk pola
terdiri dari dua kategori utama yaitu mengajar
komunikasi yang baik pula dengan orang lain.
sebagai transfer ilmu dan mengajar sebagai
pendukung bagi peserta didik dalam belajar. Dampak pola komunikasi dalam mengasuh
Menurut Smith (1998, p.68) “In teaching antara orang tua dengan anak juga disampaikan
we build on the learner’s prior knowledge Bornstein (2008, p.266) “parenting is defined in
and models of understanding irrespective terms of its propensity to move children toward
of whether these are formally ‘correct’ or those goals that the culture deems important”.
‘incorrect’”. Mengajar adalah membangun Mengasuh selalu memiliki kecenderungan
pengetahuan dan pemahaman kepada peserta untuk mendorong dan mengajak anak agar
didik secara formal untuk dapat menentukan memiliki kebiasaan dan budaya yang baik.
benar dan salah. Mengasuh merupakan sebuah kegiatan yang
sangat kompleks mengacu pada perilaku oleh
Mengajar bukan hanya sekedar proses kedua orang tua dalam membentuk karakter
menyajikan materi, tetapi juga membutuhkan anak (Darling, 1999, p.1).
ketrampilan guru yang sistematis dan kreatif
Krause & Dailey (2009, p.1) berpendapat
untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik.
bahwa “this parenting style involves a
Griffin et.al (Nasrudin & Khuan, 2007, p.338)
combination of affection and attentive
berpendapat “…performance was evaluated in
responsiveness to children’s needs, along with
terms of the proficiency with which an individual
clear, firm expectations for developmentally
carried out the tasks that were prescribed in his appropriate, socially responsible behavior”,
or her role descriptions”. Kinerja merupakan pola asuh orang tua adalah kombinasi dari
hasil evaluasi kemampuan individu dalam kasih sayang dan perhatian secara responsif
menyelesaikan tugas utama sesuai dengan sesuai kebutuhan perkembangan anak.
profesi sehari-hari. Tugas utama guru adalah Seorang pengasuh harus mampu menemukan
mengajar, sehingga kompetensi guru dapat keseimbangan terhadap pemenuhan kebutuhan
dilihat salah satunya dari kemampuan guru sesuai dengan usia perkembangan anak
dalam mengajar. (Vazquez, 2004, p.144).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Briggs & Temuan dasar dari penelitian yang
Sommefeldt bahwa untuk menyelenggarakan dilakukan oleh Diana Baumrind (Ramaekers
kegiatan pembelajaran yang berkualitas, guru & Suisca, 2012, p.76) mengidentifikasi tiga
harus memenuhi empat kriteria yaitu: planning, bentuk pola asuh orang yaitu: authoritarian,
assessment, evaluation, dan monitoring. authoritative, dan permissive (indulgent).
Kemampuan guru dalam merencanakan, Diana Baumrind menambahkan pola yang
menilai, mengevaluasi dan memonitor setiap keempat yaitu neglectful or uninvolved.
kegiatan pembelajaran akan menjadi kunci Dijelaskan bahwa pola asuh neglectful bukan
keberhasilan dalam mengelola pembelajaran. merupakan gaya atau bentuk pola asuh orang
Selain itu, guru juga harus sehat secara jasmani tua melainkan merupakan sebuah sikap
dan rohani serta memenuhi syarat kualifikasi pembiaran dari orang tua.
Maccoby &Martin (Rothrauff, Cooney, & tujuan utama. Eccless, WIgfield & Schiefele
An, 2009, p.138) membagi bentuk pola asuh (Wigfield & Eccles, 2002, p.1) menjelaskan
orang tua menjadi empat yaitu: authoritative, “achievement motivation theorists attempt
authoritarian, indulgent, dan uninvolment. to explain people’s choice of achievement
Berdasarkan empat model pola asuh orang tasks, persistence on those tasks, vigor
tua tersebut, Gracia & Gracia (2009, p.102) in carrying them out, and quality of task
mengelompokkan menjadi dua dimensi engagement”, motivasi berprestasi merupakan
hubungan sosial orang tua yaitu responsiveness pilihan seseorang untuk memiliki kompetensi
dan demandingness. Pola asuh responsiveness tertentu secara persisten, bersemangat, dan
mengacu pada pengasuhan yang hangat menunjukkan kualitas penyelesaian tugas
dan memberikan dukungan dimana orang dengan baik. Menurut Hill (1980, p.42)
tua menawarkan apa yang diinginkan dan motivasi berprestasi merupakan dorongan yang
dituntut oleh anak. Sedangkan demandingness muncul pada diri seseorang untuk mendekati
mengacu pada kontrol tingkah laku anak, orang kesuksesan. Menurut Atkinson (1980, p.9)
tua membesarkan anak dengan memberikan “achievement motivation is the way in which
tuntutan, pengawasan, disiplin yang harus it is changing our ideas about how motivation
ditaati. influences behavior”, di mana setiap individu
yang memiliki motivasi berprestasi maka
Motivasi Berprestasi Peserta Didik
individu tersebut akan mampu menentukan
Setiap individu membutuhkan motivasi arah melangkah.
dan tujuan dalam berkarya dan berperilaku
Clifford (1980, p.105) menjelaskan
dalam kehidupan sehiari-hari. Menurut Brophy
bahwa motivasi berprestasi terkait dengan
(2004, p.3-4) “motivation is a theoretical
reaksi seseorang terhadap kegagalan dan
construct used to explain the initiation,
keberhasilan yaitu motivasi untuk berhasil
direction, intensity, persistence, and quality of
dan menghindari kegagalan. Kecenderungan
behavior, especially goal-directed behavior”.
terhadap keberhasilan dan kegagalan mencapai
Motivasi berkaitan dengan inisiasi, arah,
prestasi juga mendorong peserta didik untuk
intensitas, ketekunan, dan perilaku seseorang
giat dalam belajar. Dweck (Hewit, 2008,
dalam mencapai tujuan. Motivasi akan
p.32) mengidentifikasi motivasi belajar
membentuk pola tingkah laku dan menentukan
yaitu: performance orientated learning yang
arah melangkah setiap individu dalam
berperilaku. berorientasi pada hasil yang memuaskan dalam
menyelesaikan tugas dan mastery orientated
Kebutuhan akan berbagai hal dalam learning yang berorientasi pada penguasaan
hidup manusia menjadi sebuah motivasi untuk materi pembelajaran.
melakukan perbuatan. Di mana perbuatan
yang diambil merupakan usaha manusia untuk Motivasi berprestasi dapat dikatakan meru-
bertahan hidup dan mendapatkan apresiasi pakan sebuah dorongan untuk terus berusaha
tertinggi dalam hidup. Moslow (1970, p.xii) meningkatkan atau tetap mempertahankan
menjelaskan bahwa kecenderungan manusia prestasi yang telah diraih. Setiap individu
adalah untuk growth, self-actualization, the akan terus berusaha untuk mencapai standar
striving toward health, the quest for identity atau kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan
and autonomy, dan the yearning for excellence. meskipun belum dapat dipastikan bahwa
Kecenderungan manusia adalah untuk menjadi usaha yang dilakukan akan berhasil atau
pribadi yang unggul dan hal itu mendorong gagal. Namun setiap individu akan berusaha
manusia untuk berprestasi. sebaik mungkin untuk mencapai prestasi yang
diinginkan. Rintangan dalam mencapai prestasi
Menurut Nicholls (Wigfield & Eccles,
menjadi tantangan bagi setiap individu untuk
2002, p.1) “achievement motivation refers to
berusaha mencapai cita-cita yang diinginkan.
motivation in situations in which individuals
competence is at issue”, bahwa motivasi Salah satu indikator dalam motivasi
berprestasi muncul pada diri seseorang di berprestasi yaitu munculnya dorongan untuk
mana penguasaan kompetensi merupakan memaksimalkan peluang keberhasilan dan
untuk dapat bertahan hidup. Pengembangan result from an interaction between cognitive,
kompetensi peserta didik sangat diperlukan affective, and conative aspects”. ketika
ketersediaan alat dan bahan yang mendekati prestasi belajar dapat terukur dengan akurat
kondisi nyata di industri. maka benar-benar akan dapat menggambarkan
Dijelaskan oleh Erthman (2009, p.7- pencapaian kompetensi, tidak hanya pada
8) “there are many rules, regulations, and kemampuan intelektual/kognitif saja, tetapi
procedures imbedded in the school board juga pada kemampuan berperilaku dalam
policies that deal directly with the process sosial kemasyarakatan dan aspek konatif yaitu
of school facility planning”, artinya bahwa perilaku yang berhubungan dengan motivasi/
banyak regulasi yang harus dipenuhi untuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dalam
menyediakan sarana dan prasarana dalam pada kehidupan sosial kemasyarakatan.
setiap sekolah untuk dapat menyelenggarakan
setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan
METODE PENELITIAN
tuntutan kurikulum yang ada.
Jenis Penelitian
Prestasi Belajar Teori Kejuruan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Prestasi belajar menunjukkan tingkat
kualitatif dengan jenis penelitian expost facto.
penguasaan kompetensi peserta didik dari
berbagai rangkaian aktivitas pembelajaran
Waktu dan Tempat Penelitian
yang telah dilakukan. Menurut Pavlova (2009,
p.142) “the outcomes of learning will be mainly Jumlah SMK di Kabupaten Sleman terdata
formulated through patterns of activities and 58 SMK, 8 SMK Negeri dan 50 SMK Swasta
the fulfilment of tasks by students as the real dengan berbagai kompetensi keahlian. Dari 58
indicators of student achievement”, bahwa SMK, 9 SMK mengelola Kompetensi Keahlian
prestasi belajar merupakan representasi dari Teknik Komputer dan Jaringan. Penentuan
kegiatan pembelajaran yang dapat ditinjau dari lokasi SMK sebagai objek penelitian dipilih
berbagai pola aktivitas dan tugas-tugas yang dengan pertimbangan rasio SMK swasta dan
telah diselesaikan oleh peserta didik. Definisi negeri, dan representatif keterwakilan sekolah
lain tentang prestasi dapat ditemukan dalam berdasarkan letak geografis. Penentuan
Dictionary of Education (Cizek, 1997, p.4) objek penelitian menggunakan teknik cluster
mendefinisikan prestasi: (1) accomplishment sampling. Berdasarkan teknis sampling
or proficiency of performance in a given skill tersebut ditentukan empat lokasi penelitian
or body of knowledge, (2) progress in school. yaitu: SMK Negeri 2 Depok mewakili Sleman
Prestasi menggambarkan hasil pencapaian Tengah, SMK Muhammadiyah 1 Moyudan
kinerja atau ketrampilan yang dimiliki yang mewakili Sleman Barat, SMK Nasional Berbah
merupakan hasil dari proses pembelajaran di mewakili Sleman Timur, SMK Bina Harapan
sekolah. Ngaglik mewakili Sleman Utara, dan tidak ada
Prestasi belajar merupakan gambaran sekolah yang mewakili lokasi Sleman Selatan
pencapaian kompetensi peserta didik selama karena tidak ada sekolah SMK yang berlokasi
proses pembelajaran. Menurut Fyans (1980, di daerah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan
p.51) “achievement is what student have in mulai tanggal 8 Agustus 2014 sampai dengan
fact achieved”, bahwa prestasi menunjukkan 23 Januari 2015.
apa yang telah dicapai oleh peserta didik.
Ditambahkan oleh Marzano & Brown Target/Subjek Penelitian
(2009, p.157) bahwa komponen kunci dalam Subjek penelitian adalah semua siswa
pencapaian prestasi belajar adalah memastikan kelas XII Teknik Komputer dan Jaringan di
semua peserta didik secara intelektual, empat SMK yang dapat dilihat pada Tabel 1.
emosional dan sosial terukur dari apa yang Diketahui bahwa populasi penelitian
telah dipelajari. ini berjumlah 205 peserta didik Kelas XII
Pandangan senada disampaikan Liu & Yu Kompetensi Keahlian Teknik Komputer
(2011, p.108) “learning achievements actually dan Jaringan Tahun Pelajaran 2014-2015.
Berdasarkan tabel Krejcie & Morgan (Isaac & peserta didik. Kompetensi mengajar guru
Michael, 1982, p.193) diperoleh sampel 134 yang dimaksud adalah kompetensi guru dalam
peserta didik. Penentuan sampel penelitian mengajar, mengelola kelas, dan berinteraksi
pada masing-masing sekolah menggunakan dengan peserta didik.
teknik proportionate random sampling di mana
semua subjek penelitian mempunyai peluang Pola Asuh Orang Tua
untuk terambil menjadi anggota sampel Keterlibatan orang tua dalam suasana
penelitian secara acak dan proporsioanal. emosional membangun interaksi antara
orang tua dan anak. Orang tua yang mampu
Prosedur berinteraksi, mengerti, dan memenuhi
Dalam penelitian ini terdapat lima kebutuhan anak secara bijak dapat membentuk
variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu: mental kepribadian anak dengan baik. Pola
Kompetensi Mengajar Guru (X1), Pola Asuh asuh orang tua digolongkan dalam empat
Orang Tua (X2), Motivasi Berprestasi Peserta yaitu: otoriter, otoritatif/demokratis, permisif,
Didik (X3), Kelengkapan Sarana dan Prasarana dan pembiaran. Variabel pola asuh orang tua
Praktik (X4), dan Prestasi Belajar Teori menjelaskan seberapa demokratis orang tua
Kejuruan (Y) yang dapat digambarkan pada dalam mengasuh anak.
Gambar 1 berikut ini:
Motivasi Berprestasi Peserta Didik
Motivasi merupakan daya dorong
pada setiap individu untuk berperilaku.
Salah satu motivasi yang ada pada diri
setiap individu adalah motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi merupakan keinginan
atau daya dorong dari setiap individu untuk
menghindari kegagalan, mencapai kesuksesan,
dan mempertahankan kesuksesan yang telah
diraih. Usaha yang dilakukan untuk mencapai
kesuksesan dapat dilakukan dengan giat
belajar, berusaha menguasai semua materi
Gambar 1. Pengaruh X1X2X3X4 terhadap Y pelajaran, dan menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan dengan baik.
Untuk memperoleh gambaran yang
tepat diperlukan batasan operasional pada Kelengkapan Sarana dan Prasarana Praktik
masingmasing variabel sebagai berikut: Kelengkapan sarana dan prasarana
merupakan salah satu syarat terseleng-
Kompetensi Mengajar Guru garakannya pembelajaran di SMK. Sarana
Kompetensi mengajar guru merupakan dan prasarana praktik merupakan peralatan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku dan perlengkapan yang bersifat dinamis dan
yang diaplikasikan untuk menjalankan tugas mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran
mendidik, mengajar, membimbing, meng- yang diselenggarakan. Sarana pembelajaran
arahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi dipergunakan oleh guru dalam menggambarkan
kapan sarana dan prasarana praktik, dan Pola Asuh Orang Tua
prestasi belajar teori kejuruan. Sedangkan Butir pernyataan instrumen pola asuh
analisis regresi digunakan untuk mengetahui orang tua terdiri dari 23 butir dan 1 butir
bagaimana pengaruh persepsi peserta didik dinyatakan tidak valid yaitu nomor 19. Hasil
terhadap kompetensi mengajar guru, pola asuh Analisis deskriptif diperoleh rentang skor 62
orang tua, motivasi berprestasi peserta didik, s.d. 94; Mean (M) sebesar 76,99; Median (Me)
dan kelengkapan sarana dan prasarana praktik sebesar 76,00; Modus (Mo) sebesar 74,00;
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama Simpangan Baku (SB) sebesar 6,911; Mean
terhadap prestasi belajar teori kejuruan peserta ideal (Mi) sebesar 78,00; dan Simpangan Baku
didik. ideal (SBi) sebesar 5,33. Berdasarkan deskripsi
Sebelum dilakukan analisis regresi, data tersebut dapat diketahui gambaran
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat persepsi peserta didik terhadap pola asuh orang
analisis yaitu: (1) uji normalitas dengan uji tua seperti pada Gambar 3 berikut:
One Sample Kolmogorov-Smirnov; (2) uji
linearitas dengan melakukan Test for Linearity;
(3) uji multikolinieritas dengan melihat nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF);
dan (4) uji homosedatisitas dengan uji Glejser.
39 butir dan semua dinyatakan valid. Hasil Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data
Analisis deskriptif diperoleh rentang skor
Variabel Asymp. Sig Ket.
172 s.d. 193; Mean (M) sebesar 181,09;
X1 0,105 Normal
Median (Me) sebesar 181,00; Modus (Mo)
sebesar 181,00; Simpangan Baku (SB) sebesar X2 0,202 Normal
4,680; Mean ideal (Mi) sebesar 182,50; dan X3 0,506 Normal
Simpangan Baku ideal (SBi) sebesar 3,50. X4 0,103 Normal
Berdasarkan deskripsi data tersebut dapat Y 0,191 Normal
diketahui gambaran persepsi peserta didik Kriteria pengambilan keputusan adalah
terhadap kelengkapan sarana dan prasarana jika nilai signifikansi Asymp. Sig (2-tailed)
praktik seperti pada Gambar 5 berikut: menunjukkan nilai lebih dari 0,05 maka
data dapat dikatakan berdistribusi normal,
sebaliknya jika nilai signifikansi Asymp.
Sig (2-tailed) kurang dari 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal.
peserta didik tentang kompetensi mengajar secara praktik maupun teori terkait dengan
guru terhadap prestasi belajar teori kejuruan. perkembangan ilmu pengetahuan baru pada
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai β bidang keahlian yang ditekuni.
= 0,202; thitung = 2,950; dan signifikansi = 0,004. Orang tua perlu lebih memperhatikan
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kondisi setiap anak, baik dari segi kebutuhan
pengaruh yang positif dan signifikan persepsi pemenuhan alat pembelajaran, kebebasan
siswa tentang pola asuh orang tua terhadap dalam berkreasi, perhatian, dan kasih sayang
prestasi belajar teori kejuruan. orang tua terhadap anak, sehingga anak
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai tidak mencari perhatian dan kebutuhan yang
β = 0,284; thitung = 3,911; dan signifikansi diinginkan di luar rumah karena rawan terjadi
= 0,000.. Maka dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan. Orang tua perlu dalam kondisi
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan tertentu bersikap demokratis terhadap anak
motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi untuk memberikan ruang pengembangan bakat
belajar teori kejuruan. dan minat untuk berkreasi dan bereksperimen
pada bidang yang ditekuni.
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai
β = 0,184; thitung = 2,557; dan signifikansi Perlu perhatian dan peran aktif dari
= 0,012.. Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekitar siswa, mulai dari
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
persepsi siswa tentang kelengkapan sarana dan lingkungan pergaulan dalam upaya
dan prasarana praktik terhadap prestasi belajar peningkatan kompetensi praktik dan teori
teori kejuruan. dalam mempelajari materi pada bidang studi
keahlian yang ditekuni. Lingkungan sekitar
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai
seperti keluarga dan sekolah sedikit banyak
R = 0,720; Adjusted R Square = 0,503; nilai
dapat memberikan kontribusi terhadap motivasi
Fhitung = 34,437; dan signifikansi = 0,000. Maka
peserta didik untuk belajar dan berprestasi.
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan persepsi siswa Perlu dilakukan penelitian yang lebih
tentang kompetensi mengajar guru, pola asuh mendalam lagi terhadap beberap faktor
orang tua, motivasi berprestasi peserta didik, baik secara internal maupun eksternal yang
dan kelengkapan sarana dan prasarana praktik berpotensi dapat mempengaruhi kualitas
secara bersama-sama terhadap prestasi belajar prestasi belajar siswa. Lokasi dan jumlah
teori kejuruan dan sumbangan sebesar 50,3%; sampel juga perlu diperluas dan diperbanyak
sedangkan 49.7% sisanya dijelaskan oleh untuk mendapatkan kesimpulan dan gambaran
variabel lain yang tidak diteliti. secara makro terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar
Saran teori kejuruan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Daftar Pustaka
memberikan kontribusi pada mahasiswa lain
yang ingin melakukan penelitian serupa, Atkinson, J. W. (1980). Motivational effects in
sekolah, Dinas Pendidikan, dan instansi terkait socalled tests of ability and educational
lain. Adapun saran yang dapat disampaikan echievement. Dalam Fyans, L. J.,
dari hasil penelitian ini adalah: Jr. (Ed.), Achievement Motivation,
Dinas Pendidikan dan sekolah perlu Recent Trends in Theory and Research
menambah kegiatan pengembangan (pp. 9-21). New York: Springer
kompetensi guru dalam mengajar terutama Science+Business Media.
pemanfaatan teknologi informasi dan
Bornstein, M. H. (2008). Positive parenting
komunikasi, sehingga dapat membantu
and positive chracteristics and values
mempermudah menyampaikan materi ajar.
in children. Dalam M. Kerr., H. Stattin.,
Selain itu, perlu secara rutin mengadakan
R. C. M. E. Engels (Ed.), What Can
kegiatan workshop dan pelatihan terhadap guru
Parents Do? New Insights into the
untuk dapat meningkatkan skill kompetensi
Role of Parents in Adolescent Problem Fyans, L. J., Jr. (1980). Achievement motivation:
Behavior (pp. 259-284). England: John Recent trends in theory and research.
Wiley & Sons, Ltd. New York: Springer Science+Businnes
Media.
Briggs, A. R. J., & Sommefeldt, D. (2002).
Managing effective learning and teaching. Riduwan (2011). Belajar mudah penelitian
London: Paul Chapman Publishing. untuk guru-karyawan dan peneliti
pemula. Bandung: Alfabeta.
Catts, R., Falk, I., & Wallace R. (2011).
Vocational learning: Innovative theory Grolnick, W. S., Friendly, R. W., & Bellas,
and practice. New York: Springer V. M. (2009). Parenting and children’s
Science+Business Media. motivation at school. Dalam K. R.
Wentzel & A. Wigfield (Ed.), Handbook
Isaac, S. & Michael, W. B (1982). Handbook of Motivation at School (pp. 279-300):
in research and evaluation: A collection New York: Routledge Falmer.
of principles, methods, and strategies
useful in the planning, design, and Allen, M. J., & Yen, W. M. (1979). Introduction
evaluation of studies in education and to measurement theory. California:
the behavioral sciences (2nd ed). San Wadsworth, Inc.
Diego: EDITS Publishers.
Hewitt, D. (2008). Understanding effective
Cizek, G. J. (1997). Learning, achievement, and learning: strategies for the classroom.
assessment: constructs at a crossroads. Berkshire: Open University Press.
Dalam G. D. Phye (Ed.). Handbook
of Classroom Assessment: Learning Hill, K. T. (1980). Motivation, evaluation, and
Achievement and Adjustment (pp. 2-32). educational testing policy. Dalam Fyans,
United State: Academic Press. L. J., Jr. (Ed.). Achievement Motivation,
Recent Trends in Theory and Research
Crocker, L., & Algina, J. (2006). Introduction (pp. 34-95). New York: Springer
to classical and modern test theory. Science+Business Media.
United States: Cengage Learning.
Klusmann, U. (2013). Occupational Self-
Brophy, J. (2004). Motivating student to learn Regulation. Dalam Kunter, et. al (Ed.),
(2nd ed). New Jersey: Lawrence Erlbaum Cognitive Activation in the Mathematics
Associates, Publishers. Classroom and Professional Competence
of Teachers: Result from the COACTIV
Clifford, M. M. (1980). Effects of failure: Project (pp. 291-310).. New York:
alternative explanations and possible Springer Science+Business Media.
implications. Dalam Fyans, L. J.,
Jr. (Ed.). Achievement Motivation, Koopmans, L. et.al. (2011). Conceptual
Recent Trends in Theory and Research frameworks of individual work
(pp. 9-21). New York: Springer performance, a systematic review.
Science+Business Media. [Versi electronik]. American College
of Occupational and Environmental
Darling, N. (Maret 1999). Parenting style and Medicine, 53, 856-866.
its correlates. Artikel EDO-PS-99-3.
Diambil pada tanggal 27 Juli 2014, dari Krause, P. H., & Dailey, T. M. (2009).
http://ecap.crc.illinois.edu/eecearchive/ Handbook of parenting: Styles, stresses
digests/1999/darlin99.pdf and strategies. New York: Nova Science
Publishers, Inc.
Erthman, G. I. (2009). Planning education
facilities: What educators need to know Liu, M,-T., & Yu, P,-T. (2011). Aberrant
(3ed). United Kingdom: Rowman & learning achievement detection based
Littlefield Education. on person-fit statistics in personalized
Sudira, P. (2012). Filosofi & Teori Pendidikan Wigfield, A. & Eccles, J. S. (2002).
Vokasi dan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Development of achievement motivation.
Press. United States: Academic Press.