Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat sekarang keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan
dirinya sebagai suatu profesi yang mandiri dan bekerja secara berkolaborasi
dengan team kesehatan lainnya. Sebagai profesi yang mandiri perawat dituntut
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilannya, sehingga
dapat diakui oleh klien dan profesi lain.
Perubahan paradigma sehat, kemajuan ilmu dan teknologi serta
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan, merupakan tantangan perawat dalam mengembangankan dirinya
untuk lebih akontabel. Perawat akontabel adalah perawat yang memiliki dasar
kompetensi kognitif, teknikal, interpersonal dan etik legal.
Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat membantu
mengarahkan praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik.
Namun saat ini masih kurang usaha penerapan teori keperawatan tersebut.
Akibatnya praktik keperawatan saat ini hanya lebih mengarah pada praktik yang
berdasarkan order dari medis atau praktik yang berdasarkan rutinitas semata.
Berbagai teori telah banyak dihasilkan oleh pakar keperawatan dan telah
banyak dipublikasikan dalam bentuk buku-buku. Usaha yang perlu dilakukan
perawat dalam berbagai posisi saat ini adalah mempelajari lebih mendalam dan
memahami teori yang menurut mereka lebih mudah atau dapat diterapkan dalam
praktik keperawatan. Untuk membantu memberikan gambaran dalam usaha
pengembangan teori ke dalam praktik keperawatan, pada makalah ini akan
memaparkan salah satu teori Phylosofical Nursing, yaitu teori dari Jean Watson
tentang “Philosophy and Science of Caring” dan penerapan teori tersebut dalam
kasus di rumah sakit.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Memberikan gambaran tentang teori Philosophy and Science of Caring dari
Jean Watson.
2. Memberikan contoh penerapan teori Philosophy and Science of Caring dari
Jean Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit

2
BAB II
TINJAUAN TEORI JEAN WATSON

A. Sejarah Perkembangan Teori


Theory of Human Caring Margaret Jean Harman Watson atau yang lebih
dikenal dengan Jean Watson dikembangkan antara tahun 1975 sampai tahun 1979.
Beliau merupakan salah seorang professor ternama dari Universitas Colorado.
Jean juga merupakan pendiri Centre of Human Caring dan teorinya telah
mengalami beberapa perubahan antara 1985 sampai 1988.
Jean Watson dilahirkan di Southern West Virginia dan tumbuh selama 1940
dan 1950 di kota kecil, Welch, West Virginia di Applachian Mountains. Setelah
menamatkan pendidikan menengah atas di West Virginia, Watson melanjutkan
pendidikan ke Lewiss – Galle School of Nursing di Roanoke, Virginia.
Selanjutnya Watson melanjutkan pendidikan B.S. di Universitas Colorado dan
mengambil S2 di bidang keperawatan psikiatrik mental di tempat yang sama.
Selanjutnya Watson menamatkan pendidikan S3 di bidang Psikologi pendidikan di
universitas yang sama. Watson telah melakukan praktik keperawatan pribadi,
konsultan klinik, peneliti, anggota fakultas dan administrator pendidikan. Watson
juga sebagai penulis berbagai artikel dan buku. Riset yang dilakukannya berada
dalam area Human caring and loss.

B. Teori The Philosophy and Science of Caring


Watson merefleksikan teori caring . Tulisan-tulisannya diarahkan dalam
mendidik siswa keperawatan dan memberi mereka dasar ontologi dan
epistomologi untuk praktis mereka dan juga member petunjuk dalam penelitian.
Dasar teori Watson dipublikasikan awalnya pada tahun 1979 dengan judul
Nursing : The Philosophy and Science of Caring. Pada publikasinya yang kedua,
tahun 1985 yang dirilis ulang tahun 1988, Watson menerangkan tentang Nursing:
Human Science and Human Care. Pertentangan dalam keperawatan antara teori
dan praktik sudah lama dikenal. Untuk mengurangi dikotomi ini. Watson

3
mengusulkan Philosophy and Science of Caring. Watson mengarahkan caring
sebagai inti dalam praktik keperawatan.
Menurut Watson, caring adalah moral ideal yang lebih dari perilaku yang
berorientasi tugas dan meliputi aspek – aspek diluar tindakan caring yang aktual
sebagai hubungan transpersonal antara perawat dan klien. Tujuan caring adalah
untuk melestarikan kemuliaan manusia dan kemanusiaan dalam sistem pelayanan
kesehatan. Watson percaya keperawatan professional dikembangkan melalui
kombinasi kajian ilmu dan kemanusiaan yang dan memuncak pada proses human
care antara perawat dan klien yang yang mengutamakan waktu dan ruang serta
memiliki dimensi spiritual. Berdasarkan pandangan Watson, tujuan keperawatan
adalah untuk memfasilitasi tujuan individu yaitu derajat yang lebih tinggi dari
harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiwa yang menciptakan pengetahuan pribadi,
arahan sendiri, penyembuhan sendiri dan proses perawatan diri ketika keragaman
meningkat.
Watson menekankan pada kualitas interpersonal dan transpersonal yang
kongruen, empati dan kehangatan yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan
penulis psikologi transpersonal lain. Rogers percaya bahwa dengan memahami
klien akan dapat menerima dirinya dan menuju hasil yang positif. Therapist dapat
membantu melalui mengklarifikasi dan menyatakan perasaan tentang apa yang
menurut klien kurang jelas. Untuk mencapai tujuan ini, therapist harus dapat
memahami maksud, perasaan dan sikap klien. Perhatian yang hangat dapat
memfasilitasi pemahaman. Konsep lain dari teori Rogers adalah bahwa hubungan
terapeutik antara klien dan perawat lebih penting dalam mencapai tujuan daripada
menyatukan metode tradisional.
Watson percaya latar belakang seni liberal yang kuat juga penting untuk
proses asuhan yang holistik bagi klien. Watson percaya kajian tentang
kemanusiaan dapat mengembangkan pikiran dan meningkatkan kemampuan
berpikir dan pertumbuhan personal (Tomey&Alligood, 2006). Watson
membandingkan status keperawatan saat itu dengan mitos Danaides, yang mengisi
panci yang rusak dengan air hanya untuk melihat aliran air di tempat yang rusak.
Sampai keperawatan menghubungkan teori dan praktik melalui kombinasi kajian

4
ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dia percaya kerusakan yang sama dapat
diterangkan dalam dasar ilmiah dari ilmu keperawatan. Sebelas faktor kuratif dari
Yalom menstimulasi Watson untuk berpikir tentang psikodinamik dan komponen
manusia yang dapat diterapkan dalam keperawatan dan caring, dan hasilnya
sepuluh karatif faktor. Hasil kerja Watson dinamakan uraian, model konseptual,
kerangka kerja dan teori. Pada bab ini penggunaan istilah teori dan kerangka kerja
dapat saling menggantikan.
Watson mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam sepuluh
faktor karatif. Masing – masing memilki komponen dinamika fenomena dinamik
yang relatif terhadap individu dalam hubungan yang didorong oleh keperawatan.
Tiga faktor interdependen pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring.
Sepuluh faktor karatif itu adalah :
1. Pembentukan nilai – nilai sistem humanistik – altruistik.
Nilai – nilai humanistik – altruistik dipelajari sejak awal dalam hidup tapi
dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat dijelaskan sebagai
kepuasan melalui pemberian dan perluasan rasa diri. Sistem nilai ini
dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar, dan terpapar dengan kemanusiaan.
Watson menduga bahwa caring didasarkan pada nilai humanistik dan perilaku
altruistik yang dapat dikembangkan melalui latihan melihat pandangan diri
seseorang, keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan pengalaman
tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat sendiri,
yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang lain.
2. Menumbuhkan harapan dan kepercayaan
Faktor ini bersama nilai humanistik – altruistik memfasilitasi peningkatan
asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif dalam populasi klien.
Ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam pengembangan hubungan
perawat – klien yang efektif dan dalam peningkatan kesejahteraan dengan
membantu klien mengadopsi perilaku mencari kesehatan.
3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengakuan terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri melalui
penerimaan diri untuk klien dan perawat. Jika perawat mengakui sensitifitas

5
dan perasaannya, mereka menjadi lebih sejati, autentik dan sensitif terhadap
orang lain.
4. Pengembangan hubungan saling percaya dan tolong-menolong
Perkembangan hubungan percaya - membantu antara perawat dan klien
penting untuk caring transpersonal. Hubungan saling percaya dapat
meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ini
melibatkan kongruen, empati, kehangatan yang tidak posesif, dan komunikasi
efektif. Kongruen melibatkan kenyataan, jujur, sejati dan autentik. Empati
adalah kemampuan menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan
perasaan orang lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya.
Kehangatan yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang
sedang, rileks, mimik terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan
komunikasi. Komunikasi efektif adalah komponen kognitif, afektif, dan
respon perilaku.
5. Meneriman ekspresi perasaan positif dan negative
Berbagi perasaan adalah pengalaman mengambil risiko untuk klien dan
perawat. Perawat harus mempersiapkan diri untuk perasaan positif dan
negatif. Perawat harus mengakui bahwa pemahaman intelektual dan
emosional terhadap situasi berbeda – beda.
6. Menggunakan proses penyelesaian masalah
Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian masalah secara
ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus kesan tradisional bahwa
perawat sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama untuk proses
riset yang sistematik dan terorganisir. Tanpa menggunakan metode
penyelesaian masalah secara sistematik, praktik yang efektif adalah
kecelakaan jika baik dan bahaya jika buruk. Metode penyelesaian masalah
yang ilmiah hanya satu-satunya cara yang mengijinkan untuk mengontrol dan
memprediksi serta melakukan koreksi diri sendiri.
7. Peningkatan belajar – mengajar interpersonal
Faktor ini adalah konsep penting untuk keperawatan yang memisahkan caring
dan curing. Hal ini mengijinkan klien diinformasikan dan memindahkan

6
tanggung jawab untuk kesejahteraan seseorang dan kesehatan klien. Perawat
memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar – mengajar yang didesain
untuk membantu klien memberi perawatan diri sendiri, menentukan
kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan personal
mereka.
8. Menetapkan dukungan, perlindungan, dan atau koreksi mental, fisik,
sosiokultural, dan lingkungan spiritual
Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan eksternal pada
kesehatan penyakit individual. Konsep relevan dengan lingkungan internal
meliputi kesehatan mental dan spiritual, dan keyakinan sosiokultural individu.
Tambahan individual variabel epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi,
keamanan, dan kebersihan serta lingkungan yang estetik.
9. Membantu kebutuhan dasar manusia
Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan
intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus memuaskan kebutuhan yang lebih
rendah sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
10. Mendukung untuk kekuatan eksistensial – fenomenologikal
Fenomenologi menjelaskan data dari situasi segera yang membantu orang
memahami fenomena dalam pertanyaan. Psikologi eksistensial adalah ilmu
eksistensi manusia yang menggunakan analisis fenomenologikal. Watson
mempertimbangkan faktor ini sulit untuk dipahami. Hal ini meliputi
pengalaman berpikir menjemukan menuju pemahaman yang lebih baik
tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

C. Asumsi Utama Teori Caring


Watson percaya perawat memiliki tanggung jawab di luar sepuluh faktor
karatif dan memfasilitasi perkembangan klien dalam area promosi kesehatan
melalui tindakan preventif. Tujuan ini dicapai dengan mengajarkan klien
perubahan personal untuk meningkatkan kesehatan, memberi dukungan
situasional, mengajarkan metode penyelesaian masalah, dan mengenal

7
kemampuan koping dan adaptasi terhadap kehilangan. Menurut Watson, Asumsi
utama ilmu caring dalam keperawatan adalah :
1. Caring hanya dapat didemonstrasikan secara efektif dan dipraktikkan secara
interpersonal.
2. Caring berisi faktor karatif yang hasil dari kepuasan kebutuhan manusia yang
pasti.
3. Caring yang efektif meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu atau
keluarga.
4. Caring berespon terhadap menerima seseorang tidak hanya dia sekarang tapi
juga untuk menjadi apa dia.
5. Lingkungan caring menawarkan pertumbuhan potensial ketika membiarkan
orang memilih tindakan terbaik untuk dirinya pada waktu yang diberikan.
6. Caring lebih “heatlhtogenic” daripada curing. Praktik caring
mengintegrasikan pengetahuan biofisik dengan pengetahuan perilaku manusia
untuk membuat atau meningkatkan kesehatan dan memberi bantuan kepada
siapa saja yang sakit. Ilmu caring pelengkap ilmu curing.
7. Praktik caring adalah pusat dalam keperawatan.

Gaut mengidentifikasi tiga kondisi yang penting untuk caring yaitu :


1. Kesadaran dan pengetahuan tentang kebutuhan seseorang untuk perawatan.
2. Perhatian untuk bertindak dan tindakan berdasarkan pengetahuan.
3. Perubahan yang positif sebagai hasil dari caring, diputuskan hanya
berdasarkan kesejahteraan orang lain.

Watson menambahkan hasil kerja Gaut dengan dua kondisi tambahan yaitu
dasar komitmen nilai – nilai dan moral untuk merawat, dan keinginan untuk
merawat (Tomey&Alligood, 2006).
Dalam bukunya yang kedua Watson menuliskan bahwa pendidikan
keperawatan dan sistem pemberian pelayanan kesehatan harus berdasarkan nilai –
nilai kemanusiaan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Untuk
mendefinisikan lebih jauh tentang tanggung jawab sosial dan etik keperawatan

8
dan menerangkan konsep human care, Watson mengajukan sebelas asumsi yang
berhubungan dengan nilai – nilai human care, yaitu :
1. Peduli dan cinta berisi energi fisik utama dan universal.
2. Peduli dan cinta, sering tidak terlihat, adalah sudut pandang kemanusiaan
kita, makanan yang memenuhi kebutuhan kemanusiaan kita.
3. Kemampuan meneruskan ideal caring dan ideologi dalam praktik akan
mempengaruhi perkembangan masyarakat dan menentukan kontribusi
keperawatan terhadap masyarakat.
4. Caring terhadap diri kita sendiri adalah syarat untuk caring terhadap orang
lain.
5. Secara historis, keperawatan memiliki human care dan sikap caring
memandang manusia dalam hal sehat – sakit.
6. Caring adalah pusat penyatuan fokus pada praktik keperawatan – inti
dalam keperawatan.
7. Caring pada tingkat manusia makin menurun dalam sistem pelayanan
kesehatan.
8. Dasar caring dalam keperawatan ditinggikan oleh perkembangan
tekonologi dan paksaan institusional.
9. Isu penting dalam keperawatan saat ini dan masa depan adalah pelestarian
dan pencapaian human care.
10. Hanya melalui hubungan interpersonal human care dapat
didemonstrasikan dan dipraktikkan.
11. Kontribusi keperawatan secara sosial, moral, dan keilmuan terhadap
kemanusiaan dan masyarakat ada dalam komitmen untuk ideal human care
dalam teori, praktik dan riset.
Dengan menggunakan sepuluh faktor karatif perawat dapat memberikan
perawatan untuk berbagai klien. Masing-masing faktor karatif menggambarkan
proses caring bagaimana klien mencapai atau mempertahankan kesehatan atau
kematian dengan tenang. Di sisi lain, Watson menjelaskan curing sebagai istilah
medis untuk mengatasi penyakit. Dalam teorinya, Watson menjelaskan dasar
premis ilmu keperawatan, yaitu :

9
1. Caring (dan keperawatan) berada dalam setiap masyarakat.
Setiap masyarakat memiliki orang yang peduli terhadap orang lain. Sikap
caring dipindahkan melalui budaya profesi sebagai jalan yang unik dari
koping lingkungannya. Kesempatan bagi perawat untuk mendapatkan
pendidikan tinggi dan mengikat dalam tingkat analisis masalah yang lebih
tinggi dan perhatian dengan pendidikannya dan praktik dilakukan
keperawatan dengan mengkombinasikan orintasi kemanusiaan dengan ilmu
yang relevan.
2. Sering terjadi pemisahan antara teori dan praktik atau antara aspek ilmiah dan
artistik dalam caring, terpisah karena pemisahan antara nilai keilmuan dan
nilai kemanusiaan.

Dalam memperluas hasil kerja sebelumnya, Watson menambahkan


komponen untuk konteks teori ilmu perkembangan manusia, yaitu :
1. Filosofi kebebasan manusia, pilihan dan tanggung jawab.
2. Biologi dan psikologi holisme (orang yang tidak dapat dikurangi
hubungannya dengan yang lain atau alam).
3. Epistomologi yang mengijinkan tidak hanya untuk empiris tapi juga untuk
kemajuan estetik, nilai etik, intuisi dan penemuan proses.
4. Ontologi ruang dan waktu.
5. Konteks kejadian antar manusia, proses, dan hubungan.
6. Pandangan dunia keilmuan yang terbuka.

Watson melanjutkan kerjanya dengan lebih fokus pada proses human care,
aspek transpersonal dalam caring. Dasar premis yang disampaikan Watson adalah
refleksi dari aspek interpersonal-transpersonal–spiritual dalam kerjanya. Semua
aspek ini menunjukkan integrasi nilai dan keyakinannya tentang hidup manusia
dan memberi dasar untuk pengembangan lebih lanjut dari teorinya. Aspek-aspek
ini yaitu (Tomey&Alligood, 2006) :

10
1. Pikiran manusia dan emosinya adalah jendela jiwa.
2. Tubuh manusia dibatasi waktu dan ruang, tapi pikiran dan jiwa tidak dibatasi
secara fisik.
3. Akses ke tubuh, pikiran, dan jiwa manusia mungkin selama manusia dilihat
dan dirawat secara menyeluruh.
4. Semangat, daya tilik diri, atau jiwa dari orang ada di dalam dan untuk dirinya.
5. Orang saling memerlukan dalam caring, jalan untuk mencintai.
6. Totalitas pengalaman pada berbagai kejadian menyusun lapang fenomena.
Kerangka kerja ditampilkan dalam bentuk logis yang berisi ide yang luas
dan menuju berbagai situasi dalam rentang sehat-sakit. Watosn mendefinikan
caring berbeda dengan curing yang memisahkan keperawatan dengan kedokteran.
Konsep ini membantu mengelompokkan batang tubuh ilmu keperawatan sebagai
ilmu yang terpisah. Perkembangan teori tahun 1979 mengarah pada menjelaskan
manusia dari perawat dan manusia dari klien. Penekanan lain pada eksistensial-
fenomenologikal dan faktor spiritual.

D. Penerapan Teori Watson dalam Praktek, Pendidikan dan Penelitian


Dalam praktik keperawatan, institusi yang mencari pendekatan yang holistik
dalam asuhan keperawatan mengitegrasikan berbagai aspek komitmen teori
Watson terhadap caring. Contohnya jurnal keperawatan yang berhubungan
dengan pemberian asuhan keperawatan berisi peningkatan jumlah artikel yang
merujuk pada Watson dan penggabungan pentingnya caring sebagai domain
penting dalam keperawatan (Tomey&Alligood, 2006). Teori divalidasi dalam
berbagai setting dan populasi. Setting klinik meliputi unit perawatan kritis, NICU,
dan unit perawatan lansia dan anak-anak. Populasi meliputi wanita yang tidak
menikah, wanita yang bayi di ICU, dan wanita yang berisiko secara sosial, klien
pasca MCI, klien onkologi, orang dengan AIDS, dan lansia. Hubungan caring
dengan administrasi keperawatan juga terus dikaji. Tingkat perawatan individu,
lama dirawat, dan peningkatan kompleksitas teknologi diidentifikasi sebagai hal
yang mungkin mempengaruhi dalam implementasi teori caring.

11
Dalam hal pendidikan, Watson aktif dalam menyusun kurikulum di
universitas Colorado. Kerangka kerjanya diajarkan dalam berbagai kurikulum
keperawatan. Kritik yang timbul antara lain penggunaan istilah yang tidak
didefinisikan, ketidaklengkapan perawatan terhadap subjek dalam menjelaskan
sepuluh faktor karatif, dan hambatan perhatian terhadap aspek patofisiologi dalam
keperawatan (Tomey&Alligood, 2006). Watson menjelaskan semua aspek ini
dalam pengantar buku keduanya, dimana Watson menjelaskan perhatiannya untuk
menjelaskan inti dari keperawatan – semua aspek yang berhubungan dengan
hubungan perawat-klien yang menghasilkan hasil terapetik – lebih dari
keteraturan dalam keperawatan - prosedur, tugas dan teknik yang digunakan
berbagai setting praktik. Dengan fokus ini, praktik keperawatan tidak dibatasi
pada berbagai kekhususan dalam keperawatan. Watson berharap hasil kerjanya
akan membantu perawat mengembangkan dasar-dasar nilai moral dan filosofis
yang bermakna. Kajian kerangka kerja Watson mengarahkan pembaca melalui
pengalaman berpikir dalam menekankan ketrampilan komunikasi, penggunaan
pertumbuhan diri sendiri, perhatian pada perawat dan klien, dan proses human
caring dalam kesehatan dan penyembuhan manusia.
Sedangkan dalam hal penelitian, Watson berusaha meneliti kerangka kerja
dan sampai pada data empiris yang mudah untuk teknik penelitian. Abstrak
kerangka kerja ini sulit untuk dipelajari secara kongkrit. Watson percaya sering
terjadi jarak antara kualitas esensial dengan subjek yang dipelajari dalam
keperawatan dan metode riset yang digunakan. Watson berharap riset keperawatan
akan dapat menyatu dan menggali estetik, metafisik, empiris, dan metodologi
kontekstual. Riset dan praktik harus fokus pada hasil subjektif dan objektif klien
dan dalam menentukan apakah caring adalah inti dari keperawatan.
Pengembangan perilaku dan prediktor perubahan penting pengembangan lebih
jauh dari kerja ini.

12
E. Teori Watson dan Paradigma Keperawatan
Berikut ini pandangan Watson terhadap empat konsep sentral dalam
paradigma keperawatan. pandangan ini mempengaruhi Watson dalam
mengembangkan teorinya. Adapun pandangan Watson tersebut adalah :
1. Manusia
Manusia hidup mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosio, dan spiritual yang
dapat diukur, membutuhkan perhatian, membutuhkan bantuan dan
membutuhkan asuhan.
2. Kesehatan
Kesehatan dipandang dalam pendekatan yang holistic, bisa ke arah fungsi
mental, fisik, spiritual, maupun social sesuai dengan kapasitasnya.
Meskipun WHO telah menyatakan bahwa sehat adalah keadaan positif fisik,
mental, sosial, Watson percaya bahwa faktor lain perlu dilibatkan. Watson
menambahkan tiga elemen yaitu (George, 1995):
a. Level yang tinggi dari seluruh fisik, mental, dan fungsi sosial.
b. Tingkat pertahahan adaptif umum dari fungsi harian.
c. Tidak adanya penyakit (atau adanya usaha yang mengarah supaya tidak
ada).
3. Lingkungan/Masyarakat
Lingkungan harus kondusif untuk penyembuhan secara holistic (mental, fisik,
social, dan spiritual) sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat dunia saat ini adalah
lingkungan sosial.
4. Keperawatan
Menurut Watson, keperawatan adalah suatu ikatan dan kontak antara dua
individu dalam ruang lingkup keperawatan. Menyediakan asuhan yang
professional dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan yang holistic dan
mencegah sakit.
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan sama seperti perawatan
penyakit. Watson lebih jauh menjelaskan keperawatan sebagai ilmu manusia
tentang orang dan pengalaman sehat-sakit yang dimediasi oleh professional,

13
ilmiah, estetik dan transaksi perawatan manusia yang etis. Keperawatan
dalam konteks ini didasarkan pada kemanusiaan sama seperti ilmu alam.

F. Teori Watson dan Proses Keperawatan


Watson mengatakan proses keperawatan sama dengan langkah-langkah
proses penelitian ilmiah. Rasonalnya semua proses itu identik dengan usaha untuk
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Juga untuk
menemukan menemukan solusi terbaik. Watson mengerjakan dua proses yang
dipadukan sebagai berikut (yang digaris miring menujukkan proses riset
digabungkan dengan proses keperawatan) :
1. Pengkajian
a. Pengkajian meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah:
penggunaan pengetahuan yang dapat diterapkan dari literatur.
b. Meliputi pengetahuan konseptual untuk formulasi dan konseptualisasi
kerangka kerja untuk melihat dan mengkaji masalah.
c. Juga meliputi formulasi hipotesis tentang hubungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah.
d. Pengkajian juga meliputi mendefinisikan variabel yang akan diuji dalam
pemecahan masalah.
2. Perencanaan
a. Rencana membantu menentukan bagaimana variabel akan diuji atau diukur.
b. Meliputi pendekatan konseptual atau desain untuk pemecahan masalah yang
merujuk pada asuhan keperawatan.
c. Juga meliputi menentukan data apa yang akan dikumpulkan dan siapa dan
bagaimana data dikumpulkan.
3. Intervensi
a. Intervensi adalah tindakan langsung dan implementasi dari rencana.
b. Meliputi kumpulan data.
4. Evaluasi
a. Evaluasi adalah metode dan proses untuk menganalisa data dan sama
seperti pengujian efek intervensi berdasarkan data.

14
b. Meliputi interpretasi hasil, derajat hasil positif yang terjadi, dan apakah
hasil dapat digeneralisasikan di luar situasi tersebut.
Diluar hal diatas, menurut Watson, evaluasi mungkin juga membuat hipotesis
tambahan atau kemungkinan yang mengarah pada generasi teori keperawatan
berdasarkan masalah yang dipelajari dan solusi-solusinya.

15
BAB III
SKENARIO ROLE PLAY PERAWAT DAN KLIEN
APLIKASI FILOSOFIKAL TEORI JEAN WATSON
PADA PENDERITA GANGREN DM DENGAN RENCANA AMPUTASI

Narator : Eldawati
Klien 1 : Amila
Klien 2 : Nita Syamsiah
Suami Klien : Muhamad Adam
Anak 1 : Dwi Kartika Rukmi
Anak 2 : Martiningsih
Perawat UGD : Rochmayanti
Dokter UGD : Puji Astuti
Ners : Fitrian Rayasari
Perawat vokasi : Wayunah
Dokter Bedah : Muhammad Ardi

SITUASI 1 (Di Ruang UGD)


Narator :
Seorang artis sinetron Ny. Amila datang ke UGD RS P. Diantar oleh 2
orang anak ( Dwi & Martiningsih ) dan suaminya dengan keluhan badan terasa
lemas, muka pucat dan terdapat luka ganggren pada ekstremitas bawah sebelah
kanan, kondisi luka kehitaman, mengeluarkan darah serta berbau.. Luka pada kaki
mulai timbul sejak 1 minggu yang lalu, tetapi luka tidak sembuh – sembuh.
Selama ini luka dirawat dengan diberi betadin dan dibalut oleh suami atau anak
Ny. Mila sendiri. Ny. Mila mempunyai riwayat DM sejak 2 tahun yang lalu, tidak
pernah control/cek gula darahnya dan hanya mengkonsumsi jamu – jamuan. Dua
hari yang laluNy. Mila merasa badan semakin lemas dan lukanya tambah sakit,
sehingga klien tidak bias tidur, Awalnya klien tidak mau dibawa ke rumah sakit,

16
tetapi karena sudah tidak tahan terhadap nyeri di lukanya akhirnya klien mau di
bawa ke RS. Dan keluarga membawa Ny. Mila ke RS. Satria

DIALOG
Suami Klien : “ Sus, tolong istri saya sus ............”
Klien ( Ny. Mila ): merintih , hehe…..eh…..eh….., sakit, sakit, aduh, aduh
Perawat UGD : ( Sambil menyiapkan alat – alat untuk memasang infuse , tanpa
melihat kearah pak Adam )
“Ia pak, sebentar ya saya ngurus pasien yang lain dulu”,
keluarganya daftar dulu aja pak, pasiennya tiduran deh tuh di
tempat tidur yang pojok kosong
Narator :
Perawat setelah memasang infuse ke pasien lain, kemudian mendatangi ny. Amila
dan keluarganya
Dwi :” Ini sus, tolong mami saya, mami tadi kesakitan, trus kayak gak
sadar gitu suster
Nita :” Mami, mami, yang sabar
Perawat UGD : (Perawat UGD langsung memeriksa pasien), Bu ..., Bu....
(perawat memanggil pasien untuk memeriksa kesadaran)
Klien : Eh..., ya suster, saya lemes, kaki saya suster, sakiiiiiiiit,
Perawat : Iya bu ini juga lagi diliat, (sambil ngegerutu perawat ngomong,
pingsan apaan bisa ngomong begini)
Perawat : mana yang sakit bu….., (sambil melihat lukanya, perawat
mendengus mengibaskan tangannya karena tercium bau tidak
enak), “ gimana gak sakit bu, lukanya busuk begini “
Narator :
Setelah memeriksa perawat melaporkan kondisi Ny. Amila ke dokter yang
bertugas di UGD
Perawat UGD : “ Dok, pasien Ny. A : TD 110/60 mmHg, N 68 x/mnt, S 36.7 C,
R 18 x/mnt. lab darah Hb 10 gr% Leukosit 20.000 GDS 300
gr/dl serta foto pedis Hasil : Luka ganggren dengan grade IV.

17
Dokter UGD : “ Coba saya periksa, waduh ibu, ini lukanya sudah berapa lama ?,
DMnya udah lama Pak, gak pernah control gula darahnya ya Pak
Suami klien : “Belum lama kok dok lukanya,baru 1 minggu yang lalu, hanya
gara-gara lecet kena sandal baru.” Kalau DMnya gak pernah
kambuh, kan minum jamu godok terus dok
Dokter UGD : Itu namanya gak pernah kontrol
“Kalau begitu, kami konsulkan ke dokter ahli bedah”, sekarang ibu
dirawat dulu di ruang perawatan bedah ya bu, nanti ibu diantar oleh
petugas
Perawat UGD : Pak, cari kamar dulu ya, ibunya tunggu aja di sini

Narator :
Setelah mendapatkan kamar, klien di antar ke ruang perawatan

SITUASI II (Di ruang Perawatan)


Narator :
Di ruang perawatan kelas 1 yang berisi 2 bed, tempat Ny. Amila dirawat. Terjadi
percakapan antara Ny. Amila dan perawat vokasi.
Perawat Vokasi : Ibu, nanti ibu dirawat oleh dokter bedah ya bu, sebentar
dokternya saya hubungi.
Kemudian dokter bedah datang dan Klien diperiksa oleh dokter spesialis Bedah
Dokter Bedah : Coba bu saya lihat dulu lukanya “Wah wah wah Lukanya sudah
sangat parah ni bu, kok bisa sampai gini sih , kemungkinan
sembuh sih ada tapi kemungkinan terburuknya bisa diamputasi
bagian jarinya karena sudah busuk.kalau tidak diamputasi nanti
menyebar.
Anak 1 : “ diamputasi, dipotong ya dok, kok diamputasi?”
Klien 1 : APA DOK....( tiba – tiba pasien bangun dari tidurnya ),“Aduh,
jangan dok, saya gak mau, pokoknya gak mau”
Anak 2 : “Kasihan dok mami saya, mami saya kan artis, ntar gak bisa
tampil lagi di TV

18
Suami : “masih ada cara lain tidak dok ?”
Dokter Bedah: “ Agar lukanya tidak menyebar, ya memang harus
diamputasi Pak ”
(Sementara klien berpegangan tangan dengan anaknya dan terlihat air mata
menggenang di kelopak matanya)
Klien : Pi.... pulang aja ya pi, aku gak mau di amputasi, aduh, gimana
pi....,pulang aja ya pi

Setelah diperiksa dokter datang perawat yang belum tahu pembicaraan klien
dengan dokter, perawat tersebut melakukan perawatan luka. Selesai tindakan
klien dan keluarga bertanya :

Perawat vokasi : Ibu, sekarang lukanya saya tutup dulu ya bu, agar lukanya tidak
kotor sambil menunggu tindakan lain untuk mengatasi luka

Klien 1 : “Sus, bagaimana kaki saya , emang satu – satunya cara harus
diamputasi ya....
Perawat vokasi: “Kalau lihat lukanya sih memang agak berat, tetapi ada kok yang
lebih berat dari ini sembuh “
Suami Klien : “Masa sih, benar tuh sus, kok kata dokter suruh dipotong !”
Perawat vokasi : ya begitu pak, tapi kondisi tiap pasien kan beda – beda, ada yang
cepet sembuh, ada yang lama, apalagi pasien yang gak patuh
Klien 1 : Papi..., papi...., pulang aja pi, susternya nakut – nakutin aku
semua,
Perawat Vokasi: maaf ibu saya gak nakut – nakutin, memang seperti itu, maaf ya
bu saya harus kembali ke kantor perawatan sudah mau overran.
Suami klien : Suster saya menjadi tidak tenang di rawat di sini, saya kesini
ingin mendapat pelayanan yang baik, tapi apa yang saya & istri
saya dapatkan ( dengan nada tinggi )

19
Kejadian tersebut didengar oleh perawat Ners sebagai penanggung jawab
ruangan , dan perawat Ners menghampiri kamar klien tersebut.

Ners :”Selamat siang bu, pak, Ada yang bisa saya bantu pak, bu?”,
sepertinya ada yang tidak menyenangkan yang bapak & ibu
rasakan,
Suami :” Begini suster, kami bingung, mau diapakan istri saya? Dokter
bilang kakinya harus diamputasi, sedangkan suster tadi bilang
katanya ada pasien yang lebih parah dari istri saya bias sembuh,
tapi ditanya lagi tambah gak jelas.gimana sih ini ( bikin bingung
aja )”
Klien : Suster, saya pulang aja deh, saya udah sakit, susternya dari tadi
judes- judes, tambah sakit saya, coba suster...., siapasih yang mau
diamputasi, suster mau, gimana coba kalau suster jadi saya,
pekerjaan saya ini perlu tubuh yang sempurna, gimana karier sana
nanti
Sementara ners mendengarkan keluhan klien & suaminya , sambil sekali – kali
mengangguk, dan mengusap – usap bahu klien.
Ners : Ibu, saya lihat lukanya dulu ya bu ( kemudian Ners melihat luka
yang ada di kaki klien ), sambil melihat kaki klien Nes Berkata : “
ibu, tadi dokter mengatakan harus diamputasi kaki ibu “
Klien : Ya suster, apa harus begitu
Ners : Sambi memegang bahu klien, Ners mencoba menguatkan klien “
saya bias merasakan apa yang ibu rasakan, memang berat untuk
semua orang jika harus kehilangan anggota tubuhnya, sekecil
apapun itu. Mungkin saya lihat dulu lukanya ya bu…..( Ners
melihat luka klien )
Kalau dilihat lukanya, memang ada pasien yang lebih parah dari ini
dan bisa sembuh, tentunya dengan perawatan luka yang baik dan
peran pasien tersebut.Nanti kami konsultasikan dengan dokter
bedah yang merawat ibu, kami akan diskusikan untuk perawatan

20
luka ibu, kebetulan di ruangan ini kami punya tim perawatan luka
yang kompeten dan sudah banyak pasien yang dirawat dengan luka
gangrene sembuh tanpa harus di amputasi. Tetapi ada juga bu
pasien yang akhirnya harus tetap di amputasi , tentunya dengan
pertimbangan ini akan menyelamatkan diri pasien itu sendiri
Klien : Jadi ….., gak harus di amputasi kan sus…..
Ners : Insya allah bu, nanti kita diskusikan dengan dokter bedah ibu yah
Suami klien : Tadi kata suster harus ada peran serta dari pasien, maksudnya
bagaimana suster
Ners : Iya pa,Bu, luka ibu akan kami rawat dengan cara mengganti luka
ibu sehari 2 x, selain mengganti balutan luka ibu juga akan
diberikan obat untuk mengatasi infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka, bukan hanya dari
obat dan perawatan yang baik, tetapi perlu peran dari ibu &
keluaraga untuk tetap menjaga kebersihan luka dan lingkungan,
patuh terhadap program diit yang telah ditetapkan dan ibu juga
harus mengikuti terapi yang sesuai program dokter dan perawt
disini.
Klien : Gitu ya suster....., bisa sembuh ya sus....
Ners : Begini, bu, agar ibu optimis, kebetulan ada pasien yang
kondisinya seperti ibu, sore ini sudah mau pulang, sebentar bu,
mungkin pasien tersebut bias berbagi pengalaman dengan ibu, dan
beliau ada di kamar sebelah

Ners memanggil pasien yang telah sembuh tersebut, dan datang ke Klien 1
dengan pasien tersebut (2)
Ners :Ibu, ini pasien yang saya ceritakan,coba ibu berbagi dengan
ibu ......, tentang pengalaman ibu
Klien 2 : Iye nih bu, liat nih kaki saye dah sembuh kan, kagak usah kawatir
disini mah dirawat dengan baek tiap ari luka aye di rawat, mana
liat luka ibu, itu mah kagak seberape ni liat luka aye, bekasnya,

21
ampe atas kan , Alhamdulillah gak jadi diamputasi, ni aye mau
pulang, mudah – mudahan ibu cepet sembuh ye....
Eh ...., kayaknya aye pernah liat muka ibu deh di Tipi, ibu artis
kan...., udah tenang bu, pasti sembuh deh
Ners : Nah gimana bu setelah mendengar pengalaman dari ibu......
Klien 1 : Saya lebih tenang suster, saya gak mau di amputasi, saya mau
seperti ibu ...., bu saya minta nomer telponnya ya biar saya bias
nanya – nanya sama ibu
Klien2 : iye .... iye
Ners : Alhamdulillah ibu sudah mulai tenang, kami akan berusaha
merawat luka Ibu, saya minta Ibu bantu dengan berdo’a, semoga
usaha kita ini dimudahkan oleh Allah SWT. Wah ternyata sekarang
sudah waktunya serah terima dengan perawat yang dinas sore, saya
kembali ke ruang perawatan dulu ya bu, nanti kalau ada yang ibu
dan bapak ingin tanyakan ibu bisa hubungi kami di ruang
perawatan
Klien :” terima kasih suster atas penjelasannya, saya merasa lega karena masih
ada harapan untuk sembuh tanpa diamputasi. Coba….. semua perawat
sebaik suster ya, pasti semua pasiennya cepet sembuh, adem rasanya
denger penjelasan suster

Ners tersenyum dan kembali ke ruang perawatan dan k lien istirahat

22
BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS BERDASARKAN TEORI JEAN WATSON

Berdasarkan skenario di atas, yaitu tentang kasus DM yang terjadi pada Ny.D
(40 th, berdasarkan teori Watson dapat diuraikan beberapa hal, tentang karatif
factor, yang tergambar dalam peran yang dibawakan oleh perawat, diantaranya :
1. Pembentukan nilai – nilai sistem humanistik – altruistik.
Dalam hal ini, perawat UGD belum menerapkan nilai – nilai humanistic dan
altruistic, diantaranya tergambar dari sikap perawat dalam menerima klien,
dengan sikap yang kurang bersahabat dan tidak merefleksikan diri, seandainya
dia yang menjadi klien.
Sedangkan untuk NERS, sudah menerapkan konsep altruistic diantaranya
pada saat dia harusnya sudah pulang karena sudah menyelesaikan, tapi NERS
tersebut masih meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan kepada klien
tentang perawatan luka, sehingga klien menjadi lebih tenang dan memiliki
pengharapan, terhadap kesembuhan kakinya.
2. Menumbuhkan harapan dan kepercayaan
Pada saat klien dan keluarga sedang kebingungan, harus memilih diamputasi
atau tidak, maka perawat memberikan suatu pengharapan dengan cara
menceritakan pengalaman dia dalam merawat luka, yang kondisinya hamper
sama dengan klien, tetapi dapat disembuhkan.
3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain
Pada saat mendengar adanya suara yang gaduh di ruang perawatan,walaupun
sudah saatnya pulang, tapi karena adanya rasa sensitifitas yang tinggi dari
seorang perawat ,maka NERS menghampiri klien dan keluarga, kemudian
menanyakan apa yang sedang terjadi dan dikeluhkan oleh klien
4. Pengembangan hubungan saling percaya dan tolong-menolong
Setelah mendengarkan penjelasan NERS yang begitu baik, maka klien percaya
bahwa apa yang disampaikan oleh perawat, merupakan pilihan yang terbaik
untuk dirinya, sehingga klien mau mengikuti saran perawat dan bekerja sama
dalam proses perawatan luka.
5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negative

23
NERS meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang dikeluhkan klien dan
keluarga, dengan penuh kehangatan, ekspresi wajah yang rileks, dengan sikap
terbuka, sentuhan kasih sayang dan volume bicara yang sedang, meskipun
tidak mengenakkan ataupun saat itu sudah waktunya NERS pulang.
6. Menggunakan proses penyelesaian masalah
Dalam menyelesaikan masalah klien, diantaranya klien tidak mau diamputasi,
maka perawat mencoba untuk berkolaborasi dengan dokter, dengan
menjalankan fungsi advokasi, yaitu mengusulkan alternative lain kepada
dokter sebelum diamputasi, sebaiknya pada klien diberikan kesempatan
untuk diberikan perawatan luka, dengan harapan adanya proses perbaikan
luka.selain itu, diberi kesempatan untuk mendengarkan pengalaman dari klien
lain (sharing) dan perawat memberikan informasi pada klien, tentang adanya
praktik mandiri perawat, untuk perawatan luka modern
7. Peningkatan belajar – mengajar interpersonal
Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar – mengajar yang
didesain untuk membantu klien memberi perawatan luka yang baik dan benar.
NERS juga menjelaskan dan menginformasikan adanya perawatan mandiri
dari perawatan terhadap perawatan luka
8. Menetapkan dukungan, perlindungan, dan atau koreksi mental, fisik,
sosiokultural, dan lingkungan spiritual
Dalam hal ini perawat melibatkan suami dan anak klien untuk diikut serta
dalam memutuskan untuk tidak dilakukannya amputasi, perawat juga
menumbuhkan harapan dan kepercayaan diri pasien serta perawat
mengingatkan agar klien dan keluarga berdoa demi kesembuhan.
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar
Perawat membantu memenubi kebutuhan dasar seperti memberikan rasa
nyaman dengan mengurangi stress yang dirasakan klien seperti memberikan
alternative penyelesaian masalah dan melakukan perawatan luka untuk
mencegah infeksi
10. Memberi kesempatan kepada klien untuk mempelajari fenomena yang terjadi
Perawat memberikan kesempatan, pada klien untuk melihat realita, yang saat
ini sedang dia alami,dalam hal ini perawat, bersikap tidak memaksakan
kehendak,dalam menetapkan tindakan medis yang harus dipilih oleh klien,
tetapi memberi kesempatan seluas- luasnya, pada klien untuk mempelajari dan

24
memilih, setelah diberikan gambaran atau pengalaman dari klien lain, yang
memiliki masalah yang sama.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para

pakar keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap

25
metode ilmiah yang sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melalui

suatu proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh

dunia sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh

perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori

yang telah ada dalam praktik keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan

professional hanya praktik yang didasarkan pada nilai-nilai perawat professional

yang salah satunya tercermin dalam teori keperawatan. Untuk itu salah satu cara

meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan keperawatan adalah dengan

menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori keperawatan, bukan

praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik keperawatan

yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence based

practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan

di luar negeri.

Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia

untuk mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan

menciptkan teori yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu “Philosophy

and Science of Caring”. Dalam scenario role play yang kelompok buat sudah

berusaha memasukan 10 carative factor dari Jean Watson dalam interaksi antara

perawat dan pasien serta lingkungan yang mendukung. Sekarang semua kembali

kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai berpikir untuk

menerapkan teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan dari

berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang

professional dan berkualitas dapat diwujudkan.

26
B. Saran
Dari tinjaun teori, contoh kasus dan pembehasan di atas, maka dami
menyarankan sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk

meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada

sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.

2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi,

institusi pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan

yang berdasarkan teori dapat diwujudkan.

3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing

institusi pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran

tentang cara dan bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau

evidence based practice dapat diwujudkan.

4. Perlu adanya intergrasi nilai-nilai yang terkandung pada teori Watson dalam

implementasi keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afaf Ibrahim (1997), Theoretical Nursing : Development & Progress,3rd


ed, Lippincott, Philadelphia New York
2. Barbara Stevens Barhum, (1998),Nursing Theory Analysis, Application,
Evaluation 5th ed, Lippincott, Philadelphia New York

27
3. George, Julia B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional
Nursing Practice. (4th ed). Connecticut : Appleton & Lange.
4. Kozier.B, Erb.G, Blais.K. (1997). Professional Nursing Practice Concepts
and Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.
5. Leddy Susan.K.L. (1998). Conceptual Bases ofProfessional Nursing. ( 4th
ed). Philadelphia : Lippincot – Raven Publisher.
6. Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (2006). Nursing Theorists
and Their Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.
7. http://www.innovativecaremodels.com/ didownload tanggal 9 Oktober
2009 jam 09.50 WIB
8. http://www.humancaring.org/conted/pragmatic20%View.pdf didownload
tanggal 19 Oktober 2009 jam 15.00 WIB
9. http://nursingtheorist.blogspot.com/2008/07/jean-watson-theory-of-
human-caring.html didownload tanggal 9 September 2009 pukulo 16.01
WIB

28

Anda mungkin juga menyukai