Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Masalah

Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi

terbaik di dunia. Hal ini menjadikan negara ini sebagai salah satu tujuan investasi

terbaik, baik untuk investor dalam ataupun luar negeri. Perkembangan investasi di

Indonesia selama beberapa tahun terakhir memiliki tren positif. Indonesia berhasil

meminimalisasi dampak negatif krisis tahun 2008, kemudian menunjukkan

perkembangan investasi signifikan sejak tahun 2011

((http://economy.okezone.com/).

Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM) melaporkan realisasi

investasi Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN) dan Penanaman Modal

Asing ( PMA) pada kuartal I 2017 mencapai Rp 165,8 triliun. Angka itu tumbuh

13,2 persen dibandingkan Rp 146,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu

(http://ekonomi.kompas.com/).Perkembangan dalam dunia bisnis sekarang ini

telah menuntut setiap perusahaan untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif

dalam bidang usahanya. Pemanfaatan sumber daya perusahaan yang efisien dan

efektif dalam menjalankan kegiatan operasional dapat membantu perusahaan

untuk memenangkan kompetisi persaingan dalam pasar. Salah satu alat

pertanggung jawaban yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan

adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber

informasi bagi pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Sebuah

perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak-pihak yang

1
2

berkepentingan seperti pemegang saham, investor dan pemerintah. Laporan

keuangan berfungsi untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan (arus kas) suatu entitas yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi

(Kartikahadi, 2012). Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana

informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak-pihak di luar perusahaan,

untuk mengambil keputusan investasi yang tepat untuk itu, laporan keuangan

harus mampu menggambarkan posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan

pada saat tertentu secara wajar (Setiawan, 2009).

Setiap tahun atau pada satu periode akuntansi, semua entitas bisnis yang

bersifat profit oriented pasti mengumumkan hasil kinerja keuangan mereka yang

dicantumkan dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu laporan keuangan

tersebut adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi merupakan sebuah laporan

berisi informasi laba (income) di dalam sebuah perusahaan pada saat tertentu.

Pihak manajerial termotivasi untuk meningkatkan laba perusahaannya agar

terlihat menarik oleh para investor. Angka laba yang semakin tinggi dari tahun ke

tahun dapat diasumsikan bahwa perusahaan mampu mengelola sumber dayanya

secara maksimal untuk memperoleh keuntungan. Informasi laba dapat dijadikan

panduan dalam melakukan investasi yang membantu investor ataupun pihak lain

dalam menilai earnings power (kemampuan menghasilkan laba) perusahaan di

masa yang akan datang (Astari dan Suryanawa, 2017).

Laba sebenarnya adalah sebuah fakta sesuai dengan realita yang terjadi,

maka ketika laba tidak kelihatan bagus perusahaan seringkali mengakali labanya
3

dengan cara yang tidak benar agar terlihat tetap bagus. Salah satunya adalah

dengan mempraktikan manajemen laba (Hazri dan Laela, 2011).

Oleh sebab itu, informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan,

seringkali menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk

memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau

investor(Ebtama dan Farida, 2014). Pentingnya informasi laba juga dijelaskan

dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 yang

menyatakan bahwa laba selain digunakan untuk menilai kinerja manajemen juga

dapat membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk

menaksir risiko dalam suatu investasi atau kredit.

Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan

profitabilitas operasional perusahaan. Telah diungkapkan bahwa laba tahun

berjalan memiliki kualitas yang baik jika laba tersebut menjadi indikator yang

baik untuk laba masa mendatang, atau berhubungan secara kuat dengan arus kas

operasi di masa mendatang (future operating cash flow). Kualitas laba merupakan

aspek penting untuk menilai kesehatan laporan keuangan perusahaan. Laba yang

berkualitas adalah laba yang dilaporkan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya

terjadi.

Mengingat betapa pentingnya informasi laba yang terkandung dalam laporan

keuangan perusahaan, menyebabkan para manajer berusaha dengan segala cara

untuk menyusun laporan keuangan sesempurna mungkin di mata pihak internal

maupun pihak eksternal perusahaan. Informasi laba yang mengandung gangguan

persepsi menyebabkan informasi laba tersebut menjadi menyesatkan para


4

pemangku kepentingan dan tidak berkualitas. Oleh karena itu, kualitas laba

merupakan ukuran kebenaran informasi laba dalam laporan keuangan. Investor

yang rasional akan mempertimbangkan kualitas informasi laba untuk menilai

kinerja perusahaan sekaligus mengurangi tingkat resiko investasi(Oktarya,Syafitri

dan Wijaya,2014). Hal inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya asimetri

informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan principal yang dikenal

sebagai konflik agensi(Tuwentina dan Wirama,2014).

Konflik keagenan menyebabkan terjadinya sifat manajemen yang melaporkan

laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya. Apabila hal

ini terjadi, maka akibatnya adalah rendahnya kualitas laba yang dihasilkan.

Rendahnya kualitas laba dapat mengakibatkan para penggunanya membuat

kesalahan dalam pengambilan keputusan. Laba yang tidak menunjukkan informasi

kinerja manajemen yang sebenarnya akan membuat pihak pengguna laporan

menjadi tersesat (Dira dan Astika,2014).

Adanya tindakan manajemen yang melaporkan laba yang tidak

menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya mengakibatkan laba yang

dihasilkan menjadi diragukan kualitasnya. Fenomena ini dapat merugikan banyak

pihak pengguna laporan keuangan dimana masing-masing pihak mempunyai

kepentingan tersendiri atas informasi dari laporan keuangan tersebut. Skandal

pelaporan keuangan sudah banyak terjadi, di luar negeri terdapat kasus skandal

pelaporan akuntansi dengan melakukan manajemen laba, antara lain Enron,

Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Untuk di

Indonesia sendiri, Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk
5

dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari

terdeteksi adanya manipulasi. Sementara menurut beberapa media masa, lebih

banyak lagi perusahaan perusahaan non publik melakukan pelanggaran yang

melibatkan persoalan laporan keuangan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laba menurut Wati dan

Purnama (2017) yang memengaruhi kualitas laba, yakni: risiko sistematik atau

beta, ukuran perusahaan, persistensi laba, struktur modal, kualitas auditor,

likuiditas, kualitas akrual dan good corporate governance. Dan beberapa faktor

lain yang dimana kualitas laba yang diproksikan oleh earnings response

coefficients akan dijelaskan oleh beberapa faktor diantaranya investment

opportunity set, likuiditas dan leverage.

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan

perusahaan. Perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang lebih besar

dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan berhubungan

dengan kualitas laba sebab semakin besar ukuran suatu perusahaan maka

kelangsungan usaha perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam

meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tak perlu melakukan praktik

manipulasi laba.. Berdasarkan size hypothesis dapat diasumsikan bahwa

perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost

dalam kerangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin

besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam

pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan


6

tersebut semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan

semakin kecil pengelolaan laba yang dilakukan (Nahar dan Erawati, 2017).

Untuk menentukan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi

log natural dari total asset. Total asset digunakan untuk memperhalus asset

karena nilai dari asset tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan

lainnya (Deviyanti dan Sudana, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Wuryani (2017) menyatakan

bahwa Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, karena besar

kecilnya ukuran perusahaan tidak mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang

dihasilkan. Penelitian tersebut sejalan dengan Penelitian Wati dan Putra (2017)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak

signifikan pada kualitas laba. Namun penelitian tersebut bertolak belakang dengan

Penelitian Jaya dan Wirama (2017) yang menyatakan ukuran perusahaan ukuran

perusahaan berpengaruh pada kualitas laba.

Penelitian Wati dan Putra (2017) serta Nardiansyah dan Muharam (2015)

menyatakan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kualitas

laba, namun penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Tuwentina (2014)

yang menyatakan CGPI tidak berpengaruh pada kualitas laba. Good Corporate

Governance merupakan faktor yang krusial dari seluruh gambaran dalam sebuah

organisasi baik swasta, publik atau nirlaba sebagai indikasi tata kelola perusahaan

yang baik yang secara langsung dapat memberikan nilai ekonomi pada orang

terkait. Istilah good corporate governance lebih ditujukan untuk sistem

pengendalian dan pengaturan perusahaan sebagai suatu praktik pengelolaan


7

perusahaan dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan

stakeholders. Dengan penerapan good corporate governance, maka diharapkan

pengelolaan sumber daya perusahaan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan

produktif dengan diterapkannya lima prinsip

Lemahnya praktek good corporate governance di Indonesia mengarah

pada defisiensi pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan.

Hal tersebut dapat terjadi karena GCG adalah suatu gabungan antara

hukum, peraturan dan praktek-praktek sektor privat yang cocok, yang

memungkinkan perusahaan untuk menarik modal dan sumberdaya manusia,

beroperasi secara efisien, sehingga dapat menjaga kelangsungan operasional

dengan menghasilkan nilai ekonomis jangka panjang untuk pemegang sahamnya

dan masyarakat secara keseluruhan (Hazri dan Laela, 2011).

Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus

memandang good corporate governance tidak hanya sebagai aksesoris belaka,

tetapi juga sebagai peningkatan kinerja dan nilai perusahaanSalah satu solusi yang

dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan adanya manajemen laba atau

manipulasi data adalah dengan melaksanakan penerapan system tata kelola

perusahaan (corporate governance). Penerapan konsep good corporate

governance secara konsisten diindikasikan dapat meningkatkan kualitas laporan

keuangan dan menjadi penghambat aktivitas manajemen laba. Good corporate

governance berkaitan dengan memotivasi perilaku manajerial dengan benar untuk

meningkatkan bisnis, dengan secara langsung mengendalikan perilaku manajer


8

(Setiawan, 2009). Perusahaan juga memiliki kewajiban melakukan pengungkapan

kinerja keuangan secara transparan.

Di Indonesia, konsep Good Corporate Governance (GCG) ini mulai

banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi

melanda kawasan ini. Dampak dari krisis tersebut menunjukkan banyak

perusahaan yang tidak mampu bertahan, salah satu penyebabnya adalah karena

pertumbuhan yang dicapai tidak dibangun diatas landasan yang kokoh sesuai

prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Di Indonesia berdiri sebuah institusi

independen yang secara berkala telah melakukan penilaian terhadap sistem tata

kelola perusahaan-perusahaan dalam negeri. Nama organisasi tersebut ialah IICG

(Indonesian Institute of Corporate Governance). Institusi ini setiap tahunnya

mengeluarkan sebuah penilaian yang dinamakan CGPI (Corporate Governance

Perception Index), yang mana penilaiannya tersebut dilakukan dengan sangat teliti

dan berstandar tinggi sehingga perusahaan yang mendapat predikat terpercaya

adalah memang perusahaan yang telah menerapkan GCG dengan baik, CGPI

mengapresiasi perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance.

dengan peringkat “Sangat terpercaya”, “Terpercaya”, dan “Cukup Terpercaya”

(Utami dan Wirajaya, 2016).

Menurut Wirajaya (2011) bahwa dengan adanya pemeringkatan CGPI ini,

tentu dapat menjelaskan bahwa perusahaan yang berperingkat tertinggi akan

dinilai lebih baik karena dianggap memiliki tata kelola perusahaan (Corporate

Governance) yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan berperingkat

dibawahnya. CGPI merupakan salah satu informasi yang masuk di pasar modal.
9

Informasi mengenai CGPI diharapkan dapat memberikan dampak positif terutama

yang menyangkut kepercayaan investor atas dana yang diinvestasikan. Pengaruh

pengumuman CGPI dimungkinkan akan memberikan reaksi positif investor serta

mampu mengubah harapan investor tentang perusahaan yang bersangkutan.

Bistrova dan Lace (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki

tata kelola yang baik akan meminimalisasi adanya manipulasi laporan keuangan.

Sehingga Dengan tahap penilaian CGPI dan prinsip-prinsip GCG maka

perusahaan yang memiliki corporate governance yang bagus akan dapat

menyajikan informasi secara akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga informasi

laba yang disampaikan perusahaan akan dipercaya oleh investor.

Penelitian Jaya dan Wirama (2017) serta Warianto dan Rusiti (2014)

menjelaskan bahwa investment opportunity set berpengaruh terhadap Kualitas

laba. Namun hal ini bertentangan dengan Penelitian Simamora, Tanjung dan Jelita

(2014) dijelaskan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap

Kualitas laba. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan kesempatan

perusahaan untuk tumbuh. IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan

klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan. IOS merupakan nilai sekarang

pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa mendatang. IOS juga dapat

digunakan untuk mengetahui nilai aset dan nilai perusahaan dimasa depan. Ketika

perusahaan memiliki IOS yang tinggi maka nilai perusahaan akan meningkat

karena lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi dengan harapan

memperoleh return yang lebih besar di masa yang akan datang, menyebabkan

adanya kemungkinan manajemen perusahaan melakukan manajemen laba karena


10

untuk mempertahankan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan merupakan

kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan, sementara IOS

merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present

value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan

ukuran perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu

menghasilkan net present value positif.

Penelitian terhadap kualitas Laba ini masih penting untuk dilakukan

karena dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan

informasi bagi investor untuk berinvestasi maupun bagi pihak perusahaan untuk

memperkuat Kualitas Laba agar dapat mendeteksi,meminimalisir hingga

menghilangkan parktik manipulasi laba yang terjadi, karena dengan itulah

nantinya para investor dalam negeri maupun asing akan tertarik menanamkan

modal untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik.

Penelitian ini merujuk kepada penelitian Wati dan Putra (2017) yang

menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dan masuk peringkat Corporate Governance Perception Index (CGPI)

periode 2010-2014.

Alasan pertama peneliti melakukan penelitian ini karena adanya

inkonsistensi hasil yang berbeda pada penelitian terdahulu. Penelitian ini memiliki

beberapa perbedaan dengan penelitian Wati dan Putra (2017). Perbedaan pertama

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya penambahan variabel independen.

Pada penelitian sebelumnya variabel independen yang digunakan adalah Ukuran

perusahaan, leverage, dan good corporate governance. Sedangkan penelitian ini


11

yang akan dilakukan menambah variabel baru yaitu Investment Opportunity Set

(IOS). Alasan menambahkan variabel ini karena sesuai saran penelitian terdahulu

untuk menambahkan variabel lain yang dapat mempengaruhi Kualitas Laba.

Perbedaan yang kedua yaitu terletak pada tempat dan tahun pengambilan

sampel. Pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk peringkat Corporate

Governance Perception Index (CGPI) periode 2010-2014. Sedangkan penelitian

yang akan dilakukan menggunakan sampel perusahaan yang telah dirating oleh

Corporate Governance Perception Index (CGPI) dengan katergori Terpercaya

dan Cukup terpercaya tahun 2013-2017.

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan dan fenomena yang

terjadi penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas laba dengan judul “Pengaruh Ukuran

Perusahaan,Corporate Governance, dan Investment Opportunity Set (IOS)

terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Telah

dirating oleh Corporate Governance Perception Index dengan kategori

Terpercaya dan Cukup terpercaya Periode 2013-2017)”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dituliskan

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Ukuran Perusahaan,Corporate Governance, dan Investment

Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas laba?


12

2. Apakah Ukuran Perusahaan,Corporate Governance, dan Investment

Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara parsial terhadap Kualitas laba?

3. Berapa besar pengaruh Ukuran Perusahaan, Corporate Governance, dan

Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak pada latar belakang permasalahan di atas maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Ukuran Perusahaan,Corporate

Governance, dan Investment Opportunity Set (IOS) secara simultan terhadap

Kualitas laba.

2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Ukuran Perusahaan,Corporate

Governance, dan Investment Opportunity Set (IOS) secara parsial terhadap

Kualitas laba.

3. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh Ukuran

Perusahaan,Corporate Governance, dan Investment Opportunity Set (IOS)

terhadap Kualitaslaba.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberi pemahaman tentang tata kelola perusahaan

yang baik dengan adanya tata kelola yang baik maka perusahaan dapat

mengurangi biaya agensi dan dapat meminimalisir konflik agensi di

perusahaan
13

sehingga perusahaan dapat berpotensi meningkatkan kualitas labanya.

2. Bagi Investor

Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan investasi pada perusahaan pertambangan.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai Ukuran

Perusahaan,Corporate Governance, dan Investment Opportunity Set (IOS)

serta keterkaitannya dengan Kualitas laba dan dapat menjadi referensi

tambahan pada penelitian selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan ilmiah yang akan memberikan

wawasan serta pengetahuan secara logis dan sistematis.

Anda mungkin juga menyukai