Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme parasit yang hidup di
dalam tubuh atau pada permukaan tubuh organisme lain yang menjadi tempat
mendapatkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.
Parasit adalah organisme yang termasuk kelompok hewan yang membutuhkan
makhluk hidup lain sebagai sumber makanan sehingga dapat merugikan
kehidupan bahkan dapat menimbulkan kematian induk semang (hospes)
tempatnya menumpang hidup (Soedarto, 2009).
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya
terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan
masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan
Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban
yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara
penularannya.
Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH).
Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi
di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur (WHO, 2013). Di Indonesia
sendiri prevalensi kecacingan di beberapa kabupaten dan kota pada tahun 2012
menunjukkan angka diatas 20% dengan prevalensi tertinggi di salah satu
kabupaten mencapai 76,67%.
Prevalensi penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah di daerah tropik
masih cukup tinggi. Di Indonesia, nematoda usus masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat adalah Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan
Trichuris trichiura. Salah satu sumber penularannya adalah air dan lumpur yang
digunakan dalam budidaya sayuran. Tanah, sayur-sayuran, dan air merupakan
media transmisi yang penting.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan selain melalui pencegahan untuk
mengurangi tingginya angka infeksi parasit cacing di Indonesia ini adalah dengan
mempelajari spesies-spesies yang dapat menginfeksi dan juga memberikan
pengobatan yang sesuai sehingga infeksi tidak akan menuju kategori berat. Untuk
dapat melakukan hal tersebut maka diperlukan suatu penelitian atau identifikasi
parasit yang sesuai. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam
membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga
memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang
mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan
bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan
yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya,
untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah feses
atau feses, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit
maupun imunologis (Kadarsan, 2005).
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing
ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000).

2. Manfaat
a. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang didapat dalam praktikum yaitu dapat mengenal dan
mengetahui mengenai klasifikasi, spesies, ruang lingkup, dan siklus hidup
nematode, mengidentifikasi stadium – stadium pada nematode, serta
mengidentifikasi nematode yang pathogen pada manusia.
b. Manfaat Teoritis
Manfaat penulisan paper ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran dalam memperkaya konsep mengenai klasifikasi, spesies,
ruang lingkup, dan siklus hidup nematode, mengidentifikasi stadium –
stadium pada nematode, serta mengidentifikasi nematode yang pathogen pada
manusia.

Daftar Pustaka

Gandahusada, S.W Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UI : Jakarta
Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya. Sagung Seto.
Kadarsan,S. 2005. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Anda mungkin juga menyukai