Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA LALU LINTAS

Dosen pembimbing :

Ir.EFENDY TAMBUNAN,lic.rer.reg.

Disusun oleh :

EZRA MELYANTI (1753050016)


ERIK HENDY IRFAN HALAWA (1753050014)
DAVID LUMBAN GAOL (1753050019)
YOSEA MANAGAM SIANTURI (1753050017)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA T.A 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu kendaraan
bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan raya merupakan
sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Dari segi
manapun jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu
Negara. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai
pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang
memenuhi persyaratan kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menyangkut lalu lintas dan
angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.

Seringkalinya kita melihat permasalahan lalulintas yang ada disekitar kita mungkin
jalan banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadi macet atau
tidak adanya alat lalulintas yang memadai. Permasalahan yang sering terjadi di sekitar kita
mungkin salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman memakai
atau melalui jalan tersebut.

Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut diperlukan suatu


sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada
kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut.
Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-
lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada
pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya terjadi
kemacetan lalu-lintas.
BAB II

ISI

2.1 Information Communication Technology Traffic Engineering

Pertumbuhan prasarana jalan yang tidak seimbang dibanding dengan laju


pertumbuhan jumlah kendaraan, adalah hal yang melatarbelakangi munculnya pengaturan
terhadap penggunaan kendaaraan di jalan.
Pengaturan lalu lintas tidak mungkin lagi di lakukan secara manual maka dari itu
sangat penting adanya dukungan teknologi lalu lintas atau yang disebut ICT (information
communication technology).
Pada bab ini, teknologi yang akan dibahas yang digunakan pada lalu lintas adalah
CCTV (Closed-Circuit Television)

Salah satu alat penunjang keamanan yang sering digunakan untuk memontoring suatu
kegiatan adalah kamera pengawas atau yang lebih dikenal dengan sebutan Closed-Circuit
Television (CCTV). CCTV merupakan kamera video yang sering digunakan untuk
pengawasan area yang memerlukan penjagaan seperti jalan raya, perkebunan, dan bangunan
gedung yang bisa berupa perumahan, kantor, pabrik, bank, toko, sekolah, dan lain-lain.

Teknologi CCTV telah membuat evolusi jalan keamanan di sektor publik dan private. CCTV
juga diperbolehkan oleh lingkungan hukum untuk menyelesaikan kriminalitas di area, dimana
camera CCTV dipasang. Sekarang ini, camera CCTV mudah diidentifikasi oleh setiap orang.
Banyak camera CCTV yang dipasang di langit-langit rumah, dinding atau atap bangunan.
Camera CCTV memiliki lensa di bagian depan, dan untuk CCTV model baru berwarna hitam
dan berbentuk kecil, juga dapat melakukan maneuver putaran 360 derajat. 

Sesuai dengan arti CCTV, untuk bisnis CCTV dapat bertindak sebagai pencegah dari pencuri
eksternal namun juga dapat membantu mengidentifikasi penjahat dalam sebuah organisasi.
Untuk manajer dan pemilik usaha CCTV dapat memberikan informasi bermanfaat tentang
cara efektif karyawan Anda bekerja. Hal ini dapat membantu melindungi staf Anda tidak
salah dituduh misalnya jika nasabah klaim mereka telah kehilangan produk, dan juga dapat
melindungi perusahaan dari tuduhan yang palsu.

Masa depan teknologi camera CCTV sepertinya akan semakin menarik, Dimulai dari
computer yang mulai menggunakan camera CCTV control, yang akan mendeteksi pergerakan
dan mengikuti siapa saja yang ada di depan computer. Kualitas gambar yang diambil camera
CCTV berupa image crystal bening high-definition. CCTV untuk masa depan juga dapat
digunakan untuk membaca signature dan implementasi pemandangan tengah malam (night-
vision). Ketika CCTV mendeteksi adanya gerakan, maka email akan dapat dikirimkan ke
alamat yang dituju, memperingatkan pemilik email akan keadaan bahaya.
2.2 Contoh-contoh Penerapan CCTV

A. Penerapan CCTV dalam lalu lintas

Dalam rangka untuk menciptakan kondisi lalu lintas yang aman, tertib dan
lancar,beberapa kota besar di Indonesia telah menerapkan penggunaan CCTV di jalanan dan
di tempat-tempat yang ada kaitannya dengan lalu lintas.salah satunya adalah Pemda DKI
Jakarta yang telah memasang kamera pengawas atau CCTV pada beberapa titik jalan.
Berdasarkan jenisnya, kamera yang terpasang terbagi menjadi dua yakni CCTV fix dan yang
memiliki fungsi pan, tilt serta zoom (PTZ).

"Bedanya, model fix hanya untuk pemantauan lalu lintas. Untuk model yang PTZ
dapat mendekatkan gambar objek dan merekam serta hasilnya nanti dapat digunakan sebagai
alat bukti sah di pengadilan," ucap AKBP Budiyanto, Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda
Metro Jaya (PMJ) dalam keterangan, Minggu (8/10/2017).
Ini sesuai dengan peraturan dalam undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan pasal 272. Pasal tersebut dijelaskan untuk mendukung penindakan
pelanggaran di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dapat digunakan peralatan elektronik.
Hasil penggunaan peralatan elektronik dapat digunakan sebagai alat bukti pengadilan.
Peraturan lain yang menguatkan adalah undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektroik. Dalam pasal lima disebutkan informasi elektronik serta
hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Model CCTV PTZ telah dipasang di 15 titik simpang yang ada di jalan protkol.
Persimpangan Jalan Kebon Sirih-MH Thamrin, Hotel Millenium, Sunan Giri, Harmoni,
Patung Kuda, simpang TU Gas. Selanjutnya di Kedoya Pesing-Jalan Panjang, Sunrise
Garden-Jalan Panjang, Kedoya Green Garden-Jalan Panjang, Kedoya Duri-Jalan Panjang,
dan Pos Pengumben-Jalan Panjang.
Sebagai uji coba CCTV PTZ yang dilengkapi dengan pengeras suara sudah terpasang
di simpang Kebon Sirih. CCTV ini dikendalikan di pusat pengendalian dimana saat ada
pelanggaran petugas dapat langsung melakukan peneguran dan mengarahkan bagi para
pelanggar.
Fungsi pan, tilt dan zoom dapat dimaksimalkan untuk merekam dalam bentuk foto
maupun video. Nantinya hasil rekaman tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah
di pengadilan. Untuk model CCTV fix sudah terpasang di 12o titik simpang jalan yang punya
tingkat kemacetan tinggi. Kamera ini hanya dapat berfungsi untuk pemantauan saja.

B. Penerapan CCTV pada gerbang tol

Saat ini sudah terdapat 10 kamera ETLE telah dipasang di beberapa lokasi jalan tol
Jakarta dan sekitarnya.
Mulai dari ruas Tol Jagorawi /Cibubur yang terdapat dua titik kamera di kedua arah. Dua
titik kamera di ruas Tol Jakarta – Cikampek di kedua arah, satu titik kamera di Ruas Tol Jakarta -
Tangerang (Janger), dan satu titik Kamera di Ruas Tol Tomang - Bandara (Prof. Sedyatmo).
Selain itu juga terdapat satu titik Kamera di Ruas Tol Dalam Kota (Cawang - Tomang), satu titik
Kamera di Ruas Tol JORR (Rorotan - Cikunir), satu titik Kamera di Gerbang Tol Semanggi 1,
serta satu titik Kamera di Gerbang Tol Kuningan 1.
C. Penerapan CCTV pada Area Parkir

Kamera CCTV yang ditempatkan pada tempat parkir mungkin tidak bisa
menghentikan kejahatan yang sedang berlangsung. Tetapi ia dapat menjadi alat yang
berharga untuk mencegah, menghalangi, atau merekam suatu tindak kejahatan.
Instalasi CCTV di tempat parkir juga dapat bermanfaat sebagai asuransi tambahan
untuk bisnis anda karena ia dapat memberikan bukti non-kelalaian bila terjadi peristiwa yang
tidak di inginkan.

2.3 Pemahaman Terhadap Peraturan dan Perundang – Undangan


Peraturan lalu lintas di Indonesia di atur dalam undang undang lalu lintas pertama UU
Nomor 14 Tahun 1992 yang kemudian disempurnakan pada UU Nomor 22 Tahun 2009 yang
lebih rinci terhadap setiap pelanggaran-pelanggaran yang mungkin terjadi. UU lalu lintas
dibuat untuk mengatur tingkah laku para pengguna lalu lintas, demi terwujudnya ketertiban
dan keselamatan berlalu lintas.
Di dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 di definisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan
adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang
yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan
lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman
dan efisien melalui management lalu lintas dan fasilitas pendukung. Tata cara berlalu lintas di
jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan.

a.        Komponen Terjadinya Lalu Lintas


Ada tigakomponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai
pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang
memenuhi persyaratan kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan
angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.

·         Manusia sebagai pengguna

Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam


keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi,
konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan
psykologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca,
penerangan/lampu jalan dantata ruang.

·         Kendaraan

Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan


kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu
lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.

·         Jalan

Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu
mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan
sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu-lintas.

Dasar Hukum Rekaman CCTV Bisa Jadi Bukti Tilang

Adapun Dasar Hukum Rekaman CCTV Bisa Jadi Bukti Tilang, yaitu :
Barang bukti yang didapat dari perangkat elektronik sah dijadikan sebagai dasar tilang
pelanggaran lalu lintas. Maka itu, bentuk penindakan baru mengandalkan kamera pemantau
(CCTV) yang akan diuji coba pada Oktober nanti oleh Polda Metro Jaya memungkinkan
untuk dilakukan.

Ada dua regulasi yang menjadi pondasi tilang CCTV. Pertama yaitu Undang-Undang (UU)
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada Pasal 272 isinya
mengatur:

(1) Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik.

(2) Hasil penggunaan peralatan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Kedua, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Pada Pasal 28 menetapkan;

(1) Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang didasarkan atas hasil
rekaman peralatan elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c, Petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dapat menerbitkan Surat Tilang.

(2) Surat Tilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan bukti rekaman
alat penegakan hukum elektronik.

(3) Surat Tilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pelanggar
sebagai pemberitahuan dan panggilan untuk hadir dalam sidang pengadilan.

(4) Dalam hal pelanggar tidak dapat memenuhi panggilan untuk hadir dalam sidang
pengadilan, pelanggar dapat menitipkan uang denda melalui bank yang ditunjuk oleh
Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penindakan pelanggaran berdasarkan alat bukti
rekaman elektronik diatur dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kepala Subdit Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris
Besar Budiyanto menjelaskan barang bukti berupa foto atau capture hasil rekaman CCTV
dapat menggantikan barang bukti Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (STNK) yang biasanya digunakan pada penindakan konvensional.

Selain regulasi yang sudah dijelaskan di atas, Budiyanto juga mengatakan ada regulasi lain
yang bisa memperkuat dasar hukum pemanfaatan CCTV untuk tilang, yaitu Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

"Bukti cukup dari CCTV, kan ada hasil rekaman. Di UU ITE ada bahwa informasi,
dokumentasi, dan hasil cetak elektronika dapat digunakan menjadi alat bukti pengadilan. Jadi
pakai CCTV," ucap Budi, Kamis (20/9). 
Pelanggar Belum Tentu Pemilik

Mekanisme tilang CCTV dimulai dari kamera yang menangkap pelanggaran. Hasil rekaman
digunakan sebagai barang bukti, selain itu dipakai juga untuk mengidentifikasikan pelat
nomor kendaraan.

Berdasarkan pelat nomor itu, kepolisian mengetahui identitas dan informasi lainnya tentang
pemilik kendaraan. 

Dari hasil rekaman pelanggaran, surat tilang bisa dibuat. Kemudian notifikasi dikirim ke
alamat pemilik kendaraan.
Ada masalah yang kemungkinan terjadi, misalnya pelanggar bukan pemilik. Bisa
semakin pelik bila ternyata pemilik sudah menjual mobil, namun pembelinya belum ganti
nama di Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

Budiyanto mengatakan buat mengurangi salah sasaran kepolisian memakai metode


konfirmasi kepada pemilik kendaraan yang teridentifikasi.

"Makanya ada konfirmasi, jadi bisa pakai telepon. Kami akan tanya apa iya tadi mobil
melanggar dan benar bapak atau ibu yang mengendarai," ucapnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian kita semakin menyadari bahwasanya dengan semakin bertambahnya


jumlah penduduk atau masyarakat pengguna kendaraan,juga akan menyebabkan semakin
banyaknya kendaraan yang turun ke jalan raya,dengan begitu harus selalu ada upaya dari
pemerintah untuk bisa menyeimbangi perkembangan tersebut guna menghindari terjadinya
hal-hal yang tidak di inginkan.

3.2 Saran

Untuk penerapan CCTV ini seharusnya perlu diberlakukan diseluruh jalan raya yang ada di
Indonesia baik itu kota kecil maupun kota besar.

Dengan adanya CCTV ini,diharapkan petugas jangan sampai lengah karna sudah adanya
CCTV yang membantu tugas mereka.

Untuk kita pengguna jalan,semoga semakin bijak dalam berkendara dan tetap taat terhadap
aturan-aturan lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA

https://otomotif.kompas.com/read/2017/10/09/112200515/ada-2-jenis-cctv-untuk-
pengawasan-lalu-lintas

http://ophanophian.blogspot.com/

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180920175132-384-331849/dasar-hukum-
rekaman-cctv-bisa-jadi-bukti-tilang?

https://evawahyutriliyah.blogspot.com/2015/09/makalah-rekayasa-lalu-lintas.html

https://otomotif.kompas.com/read/2019/09/24/170242215/fitur-canggih-kamera-tilang-elektronik-
di-jalan-tol

Anda mungkin juga menyukai