Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT PRIMATEXCO INDONESIA

SAMBONG – BATANG

JAWA TENGAH

Disusun sebagai salah satu tugas siswa

SMK NEGERI 3 PEKALONGAN

OLEH

NAMA : ERIK SURYA PRATAMA

NIS : 6354

PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI PEMBUATAN KAIN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PEKALONGAN

BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL

Jl. Perintis kemerdekaan No. 30 Telp. (0285) 421 586

TAHUN 2013
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Berangkat dengan penuh keyakinan

2. Berjalan dengan penuh keikhlasan

3. Istiqomah dalam menghadapi cobaan

4. “ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH”

5. Menggapai hidup dalam kesederhanaan

PERSEMBAHAN

Laporan Praktif Kerja Industri ini, penyusun persembahan untuk:

1. Ibunda tercinta

2. Teman-teman kelas XII PK 2

3. Bapak dan Ibu Guru SMK Negeri 3 Pekalongan

ii
LAPORAN HASILPRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT. PRIMATEXCO INDONESIA SAMBONG – BATANG

TELAH DIEVALUASI

MENGETAHUI / MENYETUJUI

PEMBIMBING 1. PEMBIMBING 2

KUSMANTORO S.Pd EKO KURNIAWAN ST


NIP. 19531201 198111 1 001 NIP. -
.

MENGETAHUI / MENYETUJUI
KEPALA SEKOLAH

TUSRIYATI S.Pd
NIP. 19601207 198603 2 006

iii
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI PT. PRIMATEXCO INDONESIA SAMBONG - BATANG
TELAH DIEVALUASI
MENGETAHUI / MENYETUJUI

PEMBIMBING PRAKTIK 1.
MANAGER UNIT WEAVING

FAIDURRAHMAN

PEMBIMBING PRAKTIK 2.
SDM dan KASB UNIT WEAVING AIR JET LOOM.

SUHARTO WIRYO DM

PEMBIMBING PRAKTIK 3.
KABAG UNIT WEAVING SHUTTLE LOOM

ISTADI

PEMBIMBING PRAKTIK 4.
KABAG UNIT WEAVING AIR JET LOOM

PARICHIN WANAAR

iv
PEMBIMBING PRAKTIK 5.
KABAG UNIT WEAVING PREPARATION.

SUDISMAN

PEMBIMBING PRAKTIK 6.
KABAG UNIT WEAVING INSPECTION

SHOLICHIN AMAT IRFAN

MENGETAHUI / MENYETUJUI
DIREKSI PT. PRIMATEXCO

HRM. EDY SANTOSA,MM. MBA

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikanRahmat, Taufik serta HidayahNya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Industri dengan lancar tanpa suatu
hambatan apapun.
Laporan Praktik Kerja Industri ini disusun berdasarkan praktik kerja industri
yang dilaksanakan penyusun selama kurang lebih 3 bulan yang dilaksanakan mulai
tanggal 1 April 2013 sampai dengan tanggal 30 juni 2013 dan laporan Praktik Kerja
Industri ini sebagai bukti bahwa penyusun telah menyelesaikan Praktik Kerja Industri
di PT. PRIMATEXCO INDONESIA.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan Praktik Kerja Industri ini, dan tak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak HRM. Edy Santoso,MM.MBA, Direktur Umum PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
2. Bapak Faidurahman, YMT Manager Kepala Unit weaving PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
3. Bapak Nana Hadiana, Asisten Kepala Unit Weaving PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
4. Bapak Suharto Wiryo,DM,SDM Unit Weaving PT PRIMATEXCO
INDONESIA
5. Bapak Nurdin A. Chanafi, SDM Unit Weaving PT PRIMATEXCO
INDONESIA
6. Bapak Mirza, Kepala Bagian Weaving Loom AJL PT PRIMATEXCO
INDONESIA
7. Bapak Sulaiman Djayin, Kepala Regu Weaving Loom AJL PT
PRIMATEXCO INDONESIA
8. Bapak Istadi, Kepala Bagian Weaving Loom Shutle PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
9. Bapak Suwendo, Kepala Regu Weaving Loom Shuttle GH8 PT
PRIMATEXCO INDONESIA.
10. Bapak Evri Asandi, Kepala Regu Weaving Loom Shuttle GH9 PT
PRIMATEXCO INDONESIA

vi
11. Bapak Sudisman, Kepala Bagian weaving Prepation PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
12. Bapak Rosyid Ridho, kabag maintenance Weaving Preparation PT
PRIMATEXCO INDONESIA
13. Bapak Sutriyan Tjarmaun, Kepala regu Weaving Preparation PT
PRIMATEXCO INDONESIA
14. Bapak Solichin Ahmad irfan, Kepala Bagian Weaving inspecting PT
PRIMATEXCO INDONESIA
15. Bapak Badrudin, Assistan Kepala Bagian weaving Inspecting PT
PRIMATEXCO INDONESIA
16. Ibu Tusriyati,S.Pd, Kepala SMK Negeri 3 Pekalongan
17. Bapak Kusmantoro, S.T. Pembimbing pembuatan Laporan Praktik Kerja
Industri.
18. Bapak Eko kurniawan, S.T, Pembimbing pembuatan Laporan Praktik Kerja
Industri.
19. Bapak dan Ibu Guru SMK Negeri 3 Pekalongan
20. Ayah dan Ibu Tercintai.
21. Teman-teman kelas XII PK 2
22. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan laporan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan laporan Praktik Kerja
Industri ini belum mencapai tingkat kesempurnaan, oleh karena itu, penyusun dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhirnya penyusun berdoa dan berharap Laporan Praktik Kerja Industri ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Batang, 16 September 2013

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Motto dan Persembahan................................................................................. ii

Halaman Pengesahan...................................................................................... iii

Kata Pengantar............................................................................................... vi

Daftar isi......................................................................................................... viii

Daftar Gambar................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 2

C. Metode ............................................................................................... 2

BAB II MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN PERSIAPAN

PEMBUATAN KAIN TENUN ...................................................... 3

A. Lay Out Persiapan Pembuatan kain ................................................... 3

B. Maksud dan Tujuan ........................................................................... 5

C. Proses Penghanian (Warping)............................................................ 6

D. Proses Penganjian (Sizing) ................................................................ 8

E. Proses Pencucukan (Reaching) ......................................................... 11

F. Proses Pemaletan (Prin Winder) ........................................................ 13

BAB III MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN PEMBUATAN KAIN .... 15

A. Lay Out Mesin-Mesin Pembuatan Kain ............................................15

B. Maksud dan Tujuan ........................................................................... 18

C. Mengoperasikan Mesin Pembuatan Kain eropong (Shuttle) ............. 18

D. Mengoperasikan Mesin Pembuatan Kain Air Jet (Air Jet Loom)...... 22

BAB IV MERAWAT MESIN-MESIN PEMBUATAN KAIN .................... 26

A. Merawat Mesin Pembuatan Kain Teropong (Shuttle) ....................... 26

viii
B. Merawat Mesin Pembuatan Kain Air Jet (Air Jet Loom) ................. 30

BAB V MEMERIKSA KAIN GREY ........................................................... 32

A. Lay Out Ruang pemeriksaan Kain..................................................... 32

B. Skema Proses Pemeriksaan Kain ...................................................... 33

C. Memeriksa Kain (Inspecting) ............................................................ 34

D. Melipat Kain (Polding) ...................................................................... 36

E. Memotong Pinggiran kain ( Potong simpul) ..................................... 37

F. Mengepack Kain (packing) ...............................................................38

G. Mengemas Kain (Bale press) ............................................................ 38

BAB VI PENUTUP........................................................................................ 41

A. Kesimpulan ........................................................................................ 41

B. Saran .................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 42

LAMPIRAN .................................................................................................. 43

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1 Lay Out Persiapan Pembuatan Kain

Gambar II. 2 Jalan benang pada mesin hani

Gambar II. 3 Jalan benang pada mesin kanji

Gambar II. 4 Jalan benang pada mesin cucuk

Gambar II. 5 Jalan benang pada mesin Palet

Gambar III. 1 Lay Out Mesin- mesin Pembuatan Kain

Gambar III. 2 Jalan benang pada mesin Pembuatan Kain Teropong

Gambar III. 3 Jalan benang pada mesin pembuatan kain Air Jet Loom

Gambar IV. 1 Penyetelan Pembukaan Mulut Lusi

Gambar IV. 2 Penyetelan waktu pukulan

Gambar IV. 3 Penyetelan kekuatan pukulan

Gambar IV.4 Inserting Motion

Gambar V.1 Lay Out Proses Pemeriksaan kain

Gambar V.2 Skema proses pemeriksaan kain

Gambar V.3 Jalan benang pada mesin Inspecting

Gambar V.4 Jalan benang pada mesin Folding

Gambar V.5 Proses kain pada Bale Press

x
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik Kerja Industri merupakan salah satu program pelatihan pada pendidikan

sistem ganda yang harus dilaksanakan siswa-siswi sekolah menengah kejuruan,

disamping program pelatihan yang dilaksanakan pada Institusi SMK itu sendiri. Hal

ini mengacu pada keputusan Mendikbud No. 80 / V / 1993 bab Iv butir C.1 yang

mengatakan bahwa SMK dapat memiliki pola penyelenggaraan pengajaran sebagai

berikut:

1. Menggunakan unit sekolah yang beroperasi secara profesional sebagai bahan

penelitian kejuruan.

2. Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di

sekolah dan sebagian dunia usaha atau dunia industri.

3. Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian sepenuhnya di masyarakat

dunia usaha atau dunia industri.

Untuk itu, sekolah mengadakan kerjasama dengan dunia industri anatara lain

dengan PT PRIMATEXCO INDONESIA sebagai instansi pasangan yang telah

berjalan bertahun-tahun sampai saat ini. Banyak lulusan SMK Negeri 3

Pekalongantelah melaksanakan Praktik Kerja Industri di PT PRIMATEXCO dan

berhasil menyerap IPTEK di bidang pertenunan dengan hasil yang cukup berarti

karena Perusahaan tersebut sampai saat ini masih berproduksi dengan lancar

walaupun kondisi pertekstilan di Indonesia mengalami keterpurukan. Selain itu, hasil

produksi kualitasnya selalu dipertahankan dan target produksi selalu dicapai secara

optimal dan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan ekonomis perusahaan. Produk

utama PT. PRIMATEXCO INDONESIA adalah Kam Grey yang siap dipasarkan di

dalam dan ke luar negeri.

1
2

Berdasarkan surat tugas Kepala SMK Negeri 3 Pekalongan, Praktik Kerja

Industri dilaksanakan di PT. PRIMATEXCO INDONESIA mulai dari tanggal 1 April

2013 sampai dengan 30 Juni 2013. Sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Industri,

Pelaksanaannya diupayakan untuk mencapai hasil yang maksimal.

B. Tujuan

Tujuan Praktik Kerja Industri adalah:

1. Menyerap IPTEK yang dilaksanakan di Industri khususnya tentang teknologi

pembuatan kain dan ruang lingkupnya.

2. Mengucapkan peningkatan kemampuan profesional sebagai teknisi menengah

bidang pembuatan kain sesuai dengan standar profesi yang berlaku di industri.

3. Menyerap budaya kerja positif yang berlaku di industri.

C. Metode

1. Pengamatan / Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung kegiatan proses produksi pembuatan

kain

2. Pelatihan

Menyerap pengetahuan yang didapat disekolah ditambahkan dengan

pengetahuan dari industri serta terjun dalam proses produksi.

3. Wawancara

Menanyakan tugas kepada siswa magang baik secara individu maupun

kelompok oleh pihak industri sehingga memiliki pengetahuan yang luas

tentang produksi serta melatih tanggung jawab.


BAB II

MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN

PERSIAPAN PEMBUATAN KAIN TENUN

Persiapan pembuatan kain adalah proses yang dilakukan untuk mempersiapkan

dan memperhittungkan segala kebutuhan sebelum proses pertenunan dilaksanakan,

serta menghasilkan produk baik berupa benang lusi maupun benang pakan dalam

bentuk gulungan yang sesuai dengan kebutuhan serta mempunyai kualitas yang tinggi

sehingga dapat memperlancar proses selanjutnya.

a. Lay Out Persiapan Pembuatan Kain

Tata letak Ruang mesin persiapan pembuatan kain di PT PRIMATEXCO

INDONESIA adalah tata letak mesin berdasarkan produk karena mesin disusun

berdasarkan urutan proses yang dikehendaki proses produksi, mesin-mesin yang

ada dalam ruang persiapan pembuatan kain adalah mesin hani, mesin kanji dan

pemasok bahan kanji, mesin kelos, mesin palet, pencucukan dilain ruang dengan

tujuan untuk mempercepat dan memperlancar penyediaan benang lusi yang sudah

dicucuk dan benang pakan dalam cop untuk kain tenun. Adapun tata letak ruang

(Lay Out) persiapan pembuatan kain dapat dilihat pada gambar dibawah ini

3
4

Gambar II.1
5

Keterangan gambar:

a. Ruang penyimpanan benang

b. Tempat stok beam

c. Tempat stok beam hani

d. Tempat stok Mesin hani

e. Gudang benang

f. Musholla

g. WC / Toilet pria

h. Ruang Maintenance

i. Ruang penyimpanan suku cadang

j. Mesin pencampur bahan kanji

k. Ruang penyimapanan bahan kanji

l.1. Mesin kanji 1

l.2. Mesin kanji 2

l.3. Mesin kanji 3

l.4. Mesin kanji 4

m. panel pengontrol mesin kanji

n. ruang produksi

b. Maksud dan Tujuan

Maksud dari persiapan pembuatan kain adalah mempersiapkan segala

kebutuhan sebelum proses pembuatan kain dilaksanakan, serta menghasilkan

produk baik berupa benang lusi maupun benang pakan dalam bentuk gulungan

yang sesuai dengan kebutuhan serta mempunyai kualitas yang tinggi.

Tujuan dari proses persiapan pembuatan kain adalah;

1. Untuk memperbaiki kualitas benang, sehingga dalam proses selanjutnya tidak

banyak mengalami gangguan kesukaran.


6

2. Membuat gulungan yang sesuai dengan proses persyaratan selanjutnya, baik

dalam bentuk maupun volume.

3. Meningkatkan efisiensi produksi

c. Proses Penghanian (Warping)

Proses penghanian(warping) adalah proses menggulung benang dalam

bentuk gulungan canes menjadi bentuk gulungan beam hani dalam bentuk

gulungan sejajar sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya, dimana benang ini

akan digunakan sebagai benang lusi dalam proses pembuatan kain

Mesin hani yang digunakan oleh PT PRIMATEXCO INDONESIA adalah

mesin hani lebar berjumlah 5 unit.

1. Spesifikasi mesin

a. Mesin hani nomor 1, 2, 3

1. Merk : Bata smago Kikai

2. Tipe : VW -800

3. Buatan : Jepang

4. Tahun pembuatan : 1972

5. Kecepatan penggulungan : max 800 yard / menit

6. Kapasitas rak (Creel) : 576

7. Sistem penggulungan : pasif

b. Mesin hani nomor 4

1. Merk : Tsudakoma

2. Tipe : Tw-1000s

3. Buatan : Jepang

4. Tahun pembuatan : Januari 2001

5. Kecepatan penggulungan : max 100 yard / menit

6. Kapasitas rak (creel) : 576

7. Sistem penggulungan : Aktif


7

c. Mesin hani nomor 5

1. Merk : bata smagyo kikai

2. Tipe : VDW – VT

3. Buatan : Jepang

4. Tahun pembuatan : 1990

5. Kecepatan pembuatan : max 1000 yard / menit

6. Kapasitas rak : 576

7. Sistem penggulungan : Aktif

2. Cara kerja

Benang dalam cones / cheese yang ditempatkan pada crell ditarik

ujungnya lalu dilewatkan pada peralatan pengatur tegangan dan otomatis

benang putus, kemudian benang dilewatkan pada pengaman benang dan

dimasukan pada sisir ekspansi, setelah itu benang dikuatkan pada rol

pengantar yang sekaligus berfungsi mengatur tegangan benang selanjutnya

digulung pada beam hani sebagai benang lusi berikut adalah skema jalannya

benang pada proses penghanian.

Gambar II.2
8

Keterangan gambar II. 2

1. Cones

2. Peraba benang putus

3. Rak cones

4. Rol pengantar

5. Rol penekan

6. Rol depan

7. Sisir depan

8. Rol pengantar

9. Gulungan benang

10. Beam hani

11. Silinder pemutar bum

d. Proses penganjian (sizing)

Proses penganjian adalah proses penganjian benang lusi dari beberapa beam

warper menggunakan pengolahan resep kanji.

Tujuan proses penganjian adalah:

1. Untuk memperkuat benang

2. Meningkatkan kualitas benang

3. Untuk memperlicin benang

Didalam proses penganjian, terdapat proses pencampuran dan pemasakan

bahan kanji (mixing and cooking) yang dilakukan untuk mengolah resep kanji

1. Spesifikasi mesin

a. Mesin nomor 1

1. Merk : Baba smagyo Kikai

2. Tipe : C 12 HD 45

3. Buatan : Jepang

4. Kecepatan penggulungan : 40-50 yard / menit


9

5. Kapasitas creel : 16 bm

6. Jumlah size box : 2 buah

7. Jumlah silinder pengering : 12 buah

b. Mesin nomor 2

1. Merk : Baba smagyo Kikai

2. Tipe : C 12 HD 45

3. Buatan : Jepang

4. Kecepatan penggulungan : 40-50 yard / menit

5. Kapasitas creel : 20 bm

6. Jumlah size box : 2 buah

7. Jumlah silinder pengering : 12 buah

c. Mesin nomor 3 dan 4

1. Merk : Tsudakoma

2. Tipe : HS 2011

3. Buatan : Jepang

4. Kecepatan penggulungan : 50-60 yard / menit

5. Kapasitas creel : 24 bm

6. Jumlah size box : 2 buah

7. Jumlah silinder pengering : 12 buah

8. Tahun pembuatan : 1999 dan 2001

2. Cara kerja

Proses penganjian dilakukan dengan cara melewatkan benang-benang

lusi pada mesin kanji yang dilengkapi dengan bak kanji serta peralatan

penganjian yang lain

Berikut ini jalan benang pada mesin kanji


10

Gambar II.3 Jalan benang pada mesin kanji


11

Keterangan gambar II.3

a. Beam creel

b. Warper’s beam

c. Rol pengantar tegangan (tension detection roll)

d. Rol pengantar (guide roll)

e. Rol perendam (immersion roll)

f. Rol penganji 1 (first sizing roll)

g. Rol pemeras 1 (first sguare roll)

h. Contact roll

i. Rol pengaji II (second sizing roll)

j. Rol pemisah basah (wet dividing rooll)

k. Rol pemeras II (second square rooll)

l. Bak kanji (size box)

m. Pipa pengatur kanji (size pipe)

n. Pre cylinder

o. Main cylinder

p. Dancer roll

q. Woxing roll

r. Dividing roll

s. Sisir zig zag (zig zag comb)

t. Rol penekan I (first pushing roll)

u. Rol penggulung (take up roll)

v. Rol penekan 9second pushing roll)

w. Size bum

e. Proses pencucukan (Reaching)

Proses pencucukan (Reaching) adalah proses memasukkan benang lusi

kedalam lubang droper dan gun, kemudian memasukkannya kedalam lubang sisir.
12

Tujuan proses pencucukan (Reaching) adalah agar helai demi helai benang

lusi dalam dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membentuk lusi yang

sesuai dengan rencana anyaman dan jumlah benangnya.

1. Spesifikasi mesin

a. Merk : Todo

b. Tipe : RC (Reaching carriage)

c. Buatan : Jepang

2. Jalan benang pada mesin cucuk

Proses jalannya benan pada mesin cucuk dapat dilihat pada gambar II.4

gambar II.4

Keterangan gambar II.4

1. Tempat kertas rencana pencucukan

2. Baut pengatur kedudukan gun dan dropper

3. Handle cream

4. Klem atas

5. Mesin penyuap benang

6. Rel mesin penyuap


13

7. Dropper

8. Gun

9. Sisir tenun

10. Roda pengtur kedudukan klem

11. Klem bawah

12. Ulir

13. Kabel

14. Saklar

15. Transformer

16. Benang lusi

17. Beam tenun

18. Dudukan beam tenun

F. Proses Pemaletan (pirn winder)

Proses pemaletan adalah proses menggulung benang dari bentuk gulungan

cones menjadi bentuk gulungan palet yang disebut bobbin palet atau cop yang

nantinnya akan digunakan sebagai benang pakan pada proses pembuatan kain.

Tujuan proses pemaletan adalah mempersiapkan benang pakan yang akan

ditenun pada mesin tenun shuttle agar proses pembuatan kain dapat berjalan

dengan lancar.

1. Spesifikasi mesin

a. Merk : scharer

b. Tipe : LGBA FTV

c. Buatan : Switchzerland

d. Jumlah spindle : 20
14

2. Jalan benang pada mesin palet

Jalan benang pada mesin palet dapat dilihat pada gambar II.5

Gambar II.5 jalan benang pada mesin palet

Keterangan gambar II.5

1. Cones benang

2. Benang pakan

3. Pengatur benang

4. Pengatur tegangan benang

5. Otomatis benang putus

6. Transveser guide

7. Helder trame

8. Bobbin palet
BAB III

MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN

PEMBUATAN KAIN

Proses pembuatan kain adalah proses penyilangan benang pakan dan benang

lusi sehingga membentuk anyaman-anyaman sesuai dengan rencana tenu yang

dibutuhkan

Didalam proses pembuatan kain terdapat gerakan mesin yaitu :

1. Gerakan pokok

Yang termasuk gerakan pokok antara lain:

a. Pembukaan mulut lusi (shedding motion)

b. Peluncuran benang pakan (picking motion )

c. Pengetekan (beating motion)

d. Penggulungan benang lusi (let off motion)

e. Penggulungan kain (take up motion)

2. Gerakan tambahan

Yang termasuk gerakan tambahan antara lain:

a. Penjaga lusi putus (warp stop motion)

b. Penjaga pakan putus (weft stop motion)

c. Pergantian benang pakan atau cop (change motion)

A. Lay out mesin-mesin pembuatan kain

Sistem lay out atau penataan mesin sedikit banyak ikut mempengaruhi

produksi hal ini terjadi karena didalalamnya terdapat beberapa hal yang sangat

menunjang proses produksi, diantaranya:

1. Penyinaran

2. Kebersihan

15
16

3. Kondisi udara

4. Susunan antar bagian

Berikut ini Lay Out mesin pembuatan kain

Gambar III.1 : lay out mesin pembuatan kain

Keterangan gambar III.1

1. Ruang kompresor

2. Ruang listrik

3. Ruang monitor

4. Ruang wanita

5. AC I

6. AC II

7. AC III
17

8. Ruang listrik

9. Ruang sparepart shuttle

10. Ruang sparepart AJL

11. Ruang maintenance

12. AJL

13. AJL

14. AJL

15. AJL

16. AJL

17. AJL

18. GH 8

19. GH 9

20. Gudang

21. Stok benang pakan AJL

22. Ruang pemaletan (prin winder)

23. Ruang pencucukan (reaching)

24. Beam reaching

25. Beam stocker

26. Parkir kereta kain

27. Penampungan debu

28. WC / Toilet

29. Tempat benang leno

30. Penampungan debu


18

B. Maksud dan Tujuan

Proses pembuatan kain shuttle (Teropong) adalah proses pembuatan kain

dengan menggunakan mesin tenun shuttle (teropong) yang peluncuran benang

pakannya menggunakan teropong.

Proses pembuatan kain AJL (Air Jet Loom) adalah proses pembuatan kain

dengan menggunakan mesin tenun Air Jet Loom atau tembusan angin yang

peluncuran benang pakannya disebut inserting motion

Tujuan proses pembuatan kain shuttle (teropong) adalah untuk memproduk

sikain grey yang berkualitas yang kemudian hasil produksinya akan djual didalam

negeri atau lokal.

Tujuan proses pembuatan kain AJL (Air Jet Loom) adalah untuk

memproduksi kain grey dalam jumlah banyak dengan waktu yang seminim

mungkin yang kemudian hasil produksinya akan diekspor keluar negeri dengan

kualitas internasional.

C. Mengoperasikan mesin pembuatan kain teropong (shuttle)

Mesin pembuatan kain teropong (shuttle) terdapat dua tipe yaitu tipe GH 9

sebanyak 104 unit dan mesin tipe GH 8 sebanyak 200 unit semua mesin

beroperasi dengan baik.

1. Spesipfikasi mesin

a. Mesin shuttle GH8

1. Merk : Toyoda

2. Tipe : GH 8

3. Buatan : Jepang

4. RPM proses utama : 157-160 RPM

5. Pembukaan mulut lusi : eksentrik injakan dalam dengan rol kerek

6. Peluncuran pakan : sistem pukulan bawah


19

7. Pengetekan : sistem sisir lepas

8. Penguluran lusi : sistem penguluran aktif

9. Penggulungan kain : sistem pengguungan aktif

10. Penjaga lusi putus : sistem peraba dropper

11. Penjaga pakan putus : sistem garpu pakan

12. Penjaga teropong : sistem sisir lepas

13. Pergantian cop : sistem feeler photo eksentrik

b. Mesin shuttle GH 9

1. Merk : Toyoda

2. Tipe : GH 9

3. Buatan : Jepang

4. RPM proses utama : 180 RPM

5. Pembukaan mulut lusi : sistem eksentrik injakan dalam

6. Peluncuran pakan : sistem pukulan datar

7. Pengetekan : sistem sisir lepas

8. Penguluran lusi : sistem penguluran aktif

9. Penggulungan kain : sistem pengguungan aktif

10. Penjaga lusi putus : sistem peraba dropper

11. Penjaga pakan putus : sistem garpu pakan

12. Penjaga teropong : sistem sisir lepas

13. Pergantian cop : sistem feeler photo elektrik

2. Urutan jalannya benang mesin pembuatan kain teropong (shuttle)

Benang diulur dari beam tenun kemudian diletakkan kegandar loyang

agar tegagan benang stabil saat mulut lusi tertutup. Setelah itu benang

dilewatkan ke dropper, kemudian benang dilewatkan kesilangan benang,

setelah dari silangan benang kemudian dilewatkan pada heald frame dan sisir,
20

kemudian mulut lusi terbuka maksimal, teropong akan meluncur, sisir akan

bergerak maju untuk mendapatkan benang pakan menjadi kain.

3. Maintenance mesin tenun shuttle

Maintenance pada mesi tenun di PT RRIMATEXCO INDONESIA

menjadi beberapa bagian antara lain :

a. Maintenance teknis

b. Maintenance teknis merupakan maintenance yang bertanggung jawab

penuh terhadap kelancaran peralatan yang terdaat pada mesin tenun shuttle.

Maintenance yang bersifat teknis sebagai berikut:

1. Maintenance mobile hozen

Manteance mobil hozen merupakan maintenance yang dalam

pelaksanaan tugasnya harus bergerak cepat dalam melakukan perbaikan

dan biasanya melakukan perbaikan yang bersifat parah.

2. Maintenance lokasi

Maintenance ini bertanggung jawab terhdap lokasinya masing-masing

baik dalam hal perawatan, pencegahan, maupun penyetelan mesin.

3. Maintenance change motion

Maintenance change motion merupakan maintenance yang bertanggung

jawab terhadap kelancaran pergantian pakan / cop

4. Maintenance elektrik

Maintenance elektrik merupakan maintenance yang bertanggungjawab

dalam masalah kelistrikan dan peralatan mesin.

5. Maintenance shuttle

Maintenance shuttle adalah maintenance yang bertanggung jawab

terhadap keluncuran proses peluncuran teropong.

4. Jalannya benang pada mesin pembuatan kain teropong


21

Gambar III.2 jalan benang pada teropong

Keterangan gambar III.2 :

1. Beam tenun

2. Gandar layang

3. Dropper

4. Kamran

5. Rol kerek

6. Gun

7. Sisir tenun

8. Kaki rade

9. Teropong

10. Dasar luncur

11. Balok dada

12. Rol penggulung kain

13. Hip roller

14. Cloth roller crol tempat gulungan kain

15. Eksentrik

16. Rol inajakan

17. Poros kaki lade


22

D. Mengoperasikan mesin tenun Air Jet Loom

Mesin tenun Air Jet Loom merupakan mesin tenun yang peluncuran

pakannya menggunakan perantara angin serta mempunyai kecepatan yang tinggi.

Tujuan dari proses pembuatan kain dengan mesin AJL adalah untuk

meningkatkan kualitas kain atau mutu kain agar produksinya berkualitas ekspor.

1. Spesifikasi Mesin

Spesifikasi mesin AJL di PT PRIMATEXCO INDONESIA ada beberapa

macam jenis diantaranya : Mesin merk Tsudakoma Type Zza 205 berjumlah

234 unit Tsudakama Zax berjumlah 54 unit, Toyota JAT GIO berjumlah 40

unit, Tsudakoma Zax 9100 berjumlah 22 unit.

Spesifikasi mesin Air Jet Loom:

a. Seksi 1 sampai dengan 4

1) Merk : Tsudakoma

2) Tipe : Za 205

3) Tipe : 700

4) Tipe dobby : Yamada

5) Buatan : Jepang

b. Seksi 5

1) Merk : Tsudakoma

2) Tipe : ZA X

3) Tipe : 700

4) Tipe dobby : Yamada

5) Buatan : Jepang

c. Seksi 6

1) Merk : Toyota

2) Tipe : JAT 610

3) Tipe : 700
23

4) Tipe dobby : Staubli

5) Buatan : Jepang

d. Seksi 7

1) Merk : Tsudakoma

2) Tipe : ZAX 9100

3) Tipe : 700

4) Tipe dobby : Staubli

5) Bauatan : Jepang

2. Pembagian kerja

Dalam weaving loom AJL di PT PRIMATEXCO INDONESIA terdapat 2

pembagian kerja yaitu:

a. Bagian operasional

b. Bagian maintenance yang terdiri dari:

1) Kirikae

2) Quality control tecknik

3) Mobile hozen

4) Elektrik hozen

5) Oil man

6) Quality control non teknik

7) Pembersihan mesin

8) Monitor room dan waste

c. Bagian operasional Weaving loom AJL

1) Pengertian

Operasional Air Jet Loom adalah bagian kerja dari weaving loom AJL

yang bertugas memproduksi kain dan juga bertugas meningkatkan mutu

serta produktivitas.
24

2) Maksud dan Tujuan

Untuk memproduksi kain grey yang sesuai order dari unit pemasaran

3) Jalan benang pada mesin AJL

Gambar III.3 Jalan benang pada mesin AJL

Keterangan gambar:

1. Beam tenun

2. Benang lusi

3. Pengantar benang

4. Gandar layang

5. Dropper

6. Leno

7. Heald frame

8. Sisir tenun

9. Landasan kain / benang penahan kain

10. Rol penarik

11. Friction roll

12. Rol pembeban

13. Cloth roll


25

d. Urutan proses jalan benang pada mesin tenun AJL

Benang dari beam dilewatkan ke pengantar benang dan gandar layang,

setelah benang dilewatkan, kemudian dilewatkan ke dropper, setelah itu

dilewatkan ke heald frame yang berfungsi untuk memperkuat pinggiran

kain. Setelah dari heald frame benang kemudian dilewatkan kelubang serta

pengetekan benang pakan agar benang lusi dan benang pakan teranyam,

setelah itu benang dilewatkan ke rol penarik agar kain dapat ditarik

kedalam dan terdorong cloth roll.

a. Standar operasional meny alakan mesin AJL

1) Tombol-tombol penting dalam menjalankan mesin AJL

a) Tombol Run, berfungsi untuk menjalankan mesin

b) Tombol inching , berfungsi untuk menjalankan mesin berputar

maju dengan kecepatan lambat

c) Tombol Reserve, berfungsi untuk menjalankan mesin berputar

mundur dengan kecepatan lambat

d) Tombol Blow, berfungsi untuk menyemprotkan angin pada

Nozzle utama

e) Tombol Cutter, berfungsi untuk memotong benang pada AFR


BAB IV

MERAWAT MESIN-MESIN

PEMBUATAN KAIN

Perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin pembuatan kain yang meliputi mesin

tenun shuttle (Teropong) dan mesin tenun AJL memang perlu dilakukan. Untuk

menangani kerusakan-kerusakan pada mesin secara keseluruhan agar mesin

pembuatan kain berfungsi secara optimal selama proses produksi pembuatan kain

berlangsung.

A. Merawat Mesin pembuatan kain Teropong (Shuttle)

Perawatan mesin pembuatan kain khususnya mesin pembuatan kain teropong

biasanya dilakukan oleh maintenance, yang masing-masing tugasnya sudah

ditentukan. Tujuannya adalah agar bisa memperbaiki kerusakan dan menangani

perawatan kebersihan mesin.

1. Pelumasan (Oil man)

Maksud dan tujuan pelumasan adalah melumasi bagian tertentu dari mesin

agar memperlancar mesin dalam memproduksi kain dan memperkecil

terjadinya kerusakan.

a. Manfaat pelumasan

1) Mengurangi efek gesekan pada bagian yang berputar dan bergerak

2) Meredam suara dan mengurangi gesekan

3) Menjaga temperatur mesin agar tidak panas

b. Jenis pelumas yang digunakan

1) Grease, yaitu pelumas yang berbentuk pasta yang ditempatkan

dipompa oil

2) Oil, yaitu minyak pelumas yang berbentuk cair yang ditempatkan di oil

can

26
27

c. Penggunaan pelumas

1) Waktu pelumas : setiap hari, setiap masuk kerja mulai jam 8

pagi samapai jam 10 pagi

2) Jenis pelumas : oil yang ditempatkan di oil can

3) Tempat pelumasan : Mesin shuttle GH 9

4) Bagian pelumasan : Picking bowl, picking nose

2. Penyetelan mesin teropong (shuttle)

a. Penyetelan pembukaan mulut lusi (shedding motion)

1) Waktu pembukaan muut lusi (shedding motion)

Posisi teropong berada di HS (Handle Shuttle) dengan keadaan

Crank top Cenre (poros engkol titik mati atas)

a) Injakan 1 dan 2 rata sehingga kamran 1 dan 2 sejajar, jarak

antara sisir dengan balok dada 190 cm.

b) Injakan 3 dan 4 rata sehingga kamran 3 dan 4 sejajar, jarak

antara sisir dengan balok dada 210 cm.

2) Penyetelan mulut lusi

a) Posisi teroong berada di handle shuttle dengan keadaan poros

engkol pada titik mati belakang.

b) Mulut lusi bagian bawah dengan dasar luncur berjarak 1-2 mm.

Gambar peralatan penyetelan pembukaan mulut lusi dapat dilihat paa

gambar dibawah ini gambar IV.1


28

Gambar IV.1 penyetelan pembukaan mulut lusi

Keterangan gambar:

1. Kamran

2. Injakan

3. Sisir

4. Lade

5. Balok dada

6. Posisi engkol

b. Penyetelan peralatan peluncuran teropong (picking motion)

1) Penytelan waktu pukulan

a) Jarak sisir dengan balok dada 210 cm

b) Posisi picking bowl berada dilereng picking nose dengan jarak

+ 1-2 mm
29

Gambar IV.2 penyetelan waktu pukulan

Keterangan gambar

1. Picking bowl

2. Picking plate

3. Picking nose

4. Balok dada

5. Sisir

6. Slide Lever (Batang pemukul samping)

2) Penyetelan kekuatan pukulan (picking stroke)

a) Posisi picking bowl berada dipuncak picking nose

b) Menyetel slide lever sehingga shuttle box bagian belakang

berjarak 255 mm untuk HS (Handle Shuttle) dan 250 mm

untuk CS (Change Shuttle) dengan picking stick (kayu

pukulan)

c) Jarak picking stick dengan bumper saat picking strok adalah 10

mm
30

Gambar IV.3 penyetelan kekuatan pukulan

Keterangan gambar:

1. Picking bowl

2. Picking nose

3. Slide lever

4. Picking plate

5. Picking stick

6. Picker

B. Merawat Mesin Tenun Hembusan Angin (Air Jet Loom)

1. Inserting motion

Keseluruhan rangkaian peralatan inserting motion berfungsi untuk

menyiapkan pakan ke mulut lusi.

a. Cara kerja

Ketika main nozzle menyemburkan angin ke dalam mulut lusi maka

pakan masuk tetapi kekuatan kurang sehingga dibantu alat berupa sub-sub

nozzle agar benang pakan sampai pada lebar kain, penjaga pakan ada pada

bagian kanan red yaitu senser 1 dan 2, jika benang pakan samapai sensor 1
31

maka mesin tetap jalan, tapi jika sampai sensor. 2. maka mesin akan

berhenti

Gambar IV.4. inserting motion

Keterangan gambar

a. Main Nozzle

b. Pipa Udara

c. Tabung Sub Nozzle

d. Sub Nozzle

e. Reed

f. Nozzle Peluncur

g. Gulungan pakan

h. Drum

i. Sensor
BAB V

MEMERIKSA KAIN

GREY

Pemeriksaan kain (inspecting) adalah kegiatan memeriksa kain grey hasil dari

pembuatan kain (Weaving Loom) untuk ditentukan kualitas daripada kain tersebut

dalam panjang dan jenis kain tertentu sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Proses-proses yang dilakukan dipemeriksaan kain antara lain memeriksa kain

(inspecting), melipat kain (folding), memotong pinggiran kain (potong simpul),

packing, dan mengemas kain (bale press).

A. Lay out Ruang Pemeriksaan Kain

Tata letak ruang pemeriksaan kain berdasarkan produk karena mesin disusun

berdasarkan urutan yang dikehendaki, mesin-mesin yang ada dipemeriksaan kain

adalah mesin Bale Press, mesin Folding, dan mesin Inspecting. Mesin Bale Press

terletak diawal ruang dengan tujuan untuk mempercepat dan memperlancar

pengiriman atau pengikutan kain.

Gambar V.1 Lay Out Ruang Pemeriksaan kain

32
33

Keterangan gambar

1. Mesin bale press 1 9. Meja Final Inspecting

2. Mesin bale press 2 10. Ruang wanita

3. Ruang Material Packing 11. Musholla Wanita

4. Ruang Recorder 12. Toilet Wanita

5. Ruang Maintenance 13. Mesin Inspecting

6. Ruang Aspek Corey 14. Mesin Folding

7. Musholla Pria 15. Parkir Kereta Cloth

8. Toilet Pria 16. Meja potong simpul

B. Skema Proses Pemeriksaan Kain

Kain hasil pembuatan kain belum bisa langsung dibawa ke finishing atau

langsung dijual karena kainnya terdapat cacat, sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan kain.

Skema proses pemeriksaan kain


34

Gambar V.2. skema proses pemeriksaan kain

C. Memeriksa Kain (Inspecting)

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Inspecting adalah untuk memeriksa kain sesuai dengan

standar penilaian yang berlaku.

Tujuan adalah untuk mengetahui mutu atau kelas kain menurut standar

kualitas.

2. Spesifikasi mesin

a. Merk : kominani Iron Work Co. Ltd

b. Type : CK – 101 RI

c. Buatan : Osaka, Jepang

d. RPM : 60

3. Cara kerja

a. Melewatkan kain dari gulungan yang terdapat pada kereta ke rol-rol

pengahanian.

b. Memasukkan kain ke rol counter, lalu ke meja Inspecting guna

pemeriksaan cacat kain dan menentukan kualitas dari kain tersebut.

c. Setelah itu, melewatkan kain pada rol atas dan pengantar kain yang

berayun guna melipat kain pada kereta U.


35

4. Jalannya kain pada mesin Inspecting

Gambar V.3 jalan kain pada mesin Inspecting

Keterangan gambar

a. Kereta kain

b. Gulungan kain

c. Kain

d. Rol Pengantar

e. Rol Pengantar

f. Rol Pengantar

g. Yarn Counter

h. Rol Pengantar

i. Tempat Operator

j. Meja Inspecting

k. Penerang

l. Rol Pembeban

m. Rol penarik

n. Swing Place

o. Kereta U
36

D. Melipat Kain (Folding)

Melipat kain adalah melipat kain dimesin folding setelah proses Inspecting

selesai, kain hasil lipatan tersebut keudian di Packing menurut jenis kain, untuk

jenis kain AJL, setelah hasil packing kain tersebut kemudian dipotong simpul.

1. Spesifikasi Mesin

a. Merk : Kominami irom Work

b. Type : HAF -3A

c. Buatan : Osaka, Jepang

d. RPM : 120 Yard / menit

2. Cara kerja

Kain yang ada pada kereta U dilewatkan pada rol-rol pengantar yaitu

rol depan dan rol belakang yang berfungsi sebagai pengantar kain untuk

dilewatkan paa rubber wrinkle of out. Kemudian kain dilewatkan pada

penjaga rol depan dan dilewatkan diantara celah swing guide derakan dan

pada swing guie adalah maju mundur, sehingga apabila mesin dalam

keadaan jalan, swing guide akan bergerak maju mundur, sehingga terjadilah

pelipatan kain yang hasil lipatan tersebut secara berkala dijepit oleh penjepit

kain.
37

3. Jalan Kain pada mesin folding

Gambar V.4 jalan kain pada mesin folding

Keterangan gambar:

a. Kereta U

b. Rol penjaga belakang

c. Rol penjaga depan

d. Ruber wrinkle got handle

e. Rubber wrinkle of out

f. Handle pemutar

g. Cloth sliding frame

h. Penjaga rol depan

i. Swing guide

j. Press barokel / penjepit kain

k. Meja

E. Memotong pinggiran kain (Potong Simpul)

Kain grey hasil proses pembuatan kain (khususnya AJL) kadang pinggir kain

terdapat benang pakan yang terlalu panjang / tidak rata, yang disebabkan oleh

cutter yang terdapat pada ring temple kurang berfungsi dengan baik.
38

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari potong simpul adalah memotong sisa benang yang terdapat

dipinggir kain. Tujuannya adalah agar pinggir kain terlihat bersih dan rapi.

2. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan untuk potong simpul adalah

a. Gunting

b. Sikat

F. Mengepak Kain (Packing)

1. Maksud dan Tujuan

Mengepak kain adalah melipat kain dari hasil Folding sesuai dengan jenis

kain (konstruksi kain), sekaligus memberikan tanda jenis kain dan menentukan

kelas kain dengan menggunakan stempel dan mark pen setiap bagian kain.

Tujuannya adalah agar kain lebih mudah dipacking sesuai dengan jenis

dan kelas masing-masing , kemudian kain diletakkan pada paket sesuai dengan

konstruksi dan kelas.

G. Mengemas kain (Bale Press)

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari mengemas kain adalah membungkus kain sesuai dengan

konstruksi dan kelas masing-masing dengan menggunakan mesin bale press.

Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pengikutan dan

pengiriman kekonsumen.

2. Cara kerja

a. Mengambil kain yang akan dipack

b. Meletakkan karung, kardus, dan plastik secara berurutan diatas meja bawah

c. Meletakkan kain diatasnya, isinya sesuai dengan banyaknya piece:

1. Utuk 1 piece kain yang panjangnya 120 yard berisi 10 piece

2. Untuk 1 piece kain yang panjangnya 240 yard berisi 5 piece


39

d. Meletakkan plastik, kardus, dan karung diatas kain

e. Menekan tombol UP untuk menaikkan meja dibawah, guna mengepres kain

tersebut. Tekanan maksimal yang digunakan dalam pengepresan adalah

200 Kg⁰F

f. Setelah jarum skala menunjukkan 200 Kg⁰ F . tekan tombol STOP

g. Mengikat kain tersebut dengan plat dan dikrep

h. Menurunkan meja depan menarik batang penurun

i. Mengambil gulungan tersebut dan menjahit karung disebelah pinggir kanan

dan kiri

j. Menulis pada karung sesuai dengan urutan sebagai berikut:

1. Jenis kain

2. Kelas

3. Mesin (Air Jet Loom atau Shuttle)

4. Banyaknya Piece

5. Shift

6. Tanggal melakukan pengepresan

3. Proses kain pada mesin Bale Press

Gambar V.5 proses kain pada mesin Bale Press


40

Keterangan gambar:

1. Meja atas

2. Meja bawah

3. Pompa Hidrolik

4. Kain

5. Handle turun

6. Skala Tekanan

7. Tombol STOP

8. Tombol ON
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan praktik kerja industri di PT PRIMATEXCO

INDONESIA selama + 3 bulan, penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. PT. PRMATEXCO INDONESIA merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang tekstil dengan mengoperasikan mesinAJL dan mesin Shuttle

yang berjumlah +700 mesin.

2. Produk utama PT. PRIMATEXCO INDONESIA adalah kain Grey.

3. Dengan melaksanakan praktik kerja industri siswa dapat meningkatkan

kemampuan professional sebagai teknisi menengah bidang pembuatan kain.

4. PT. RIMATEXCO INDONESIA dalam melakukan perawatan mesin sudah

sangat baik karena dilakukan setiap hari.

B. Saran

1. Sebaiknya dari pihak sekolah membekali calon peserta praktik kerja industri

dengan ketrampilan yang lebih, dengan menyediakan sarana dan prasarana

pembelajaran yang lebih baik dan memadai.

2. PT. PRIMATEXCO INDONESIA sebaiknya lebih memperhatikan masalah

kebersihan terutama kebersihan mesin, karena mesin beroperasi 24 jan perhari

sehingga mesin mudah kotor.

3. Sebaiknya para maintenance menggunakan teori yang sudah ditentukan.

4. Untuk menghindari kecelakaan kerja sebaiknya Operator dalam melaksanakan

pekerjaan menggunakan peralatan keselamatan kerja.

41

Anda mungkin juga menyukai