DI PT PRIMATEXCO INDONESIA
SAMBONG – BATANG
JAWA TENGAH
OLEH
NIS : 6354
TAHUN 2013
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
1. Ibunda tercinta
ii
LAPORAN HASILPRAKTIK KERJA INDUSTRI
TELAH DIEVALUASI
MENGETAHUI / MENYETUJUI
PEMBIMBING 1. PEMBIMBING 2
MENGETAHUI / MENYETUJUI
KEPALA SEKOLAH
TUSRIYATI S.Pd
NIP. 19601207 198603 2 006
iii
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI PT. PRIMATEXCO INDONESIA SAMBONG - BATANG
TELAH DIEVALUASI
MENGETAHUI / MENYETUJUI
PEMBIMBING PRAKTIK 1.
MANAGER UNIT WEAVING
FAIDURRAHMAN
PEMBIMBING PRAKTIK 2.
SDM dan KASB UNIT WEAVING AIR JET LOOM.
SUHARTO WIRYO DM
PEMBIMBING PRAKTIK 3.
KABAG UNIT WEAVING SHUTTLE LOOM
ISTADI
PEMBIMBING PRAKTIK 4.
KABAG UNIT WEAVING AIR JET LOOM
PARICHIN WANAAR
iv
PEMBIMBING PRAKTIK 5.
KABAG UNIT WEAVING PREPARATION.
SUDISMAN
PEMBIMBING PRAKTIK 6.
KABAG UNIT WEAVING INSPECTION
MENGETAHUI / MENYETUJUI
DIREKSI PT. PRIMATEXCO
v
KATA PENGANTAR
vi
11. Bapak Sudisman, Kepala Bagian weaving Prepation PT PRIMATEXCO
INDONESIA.
12. Bapak Rosyid Ridho, kabag maintenance Weaving Preparation PT
PRIMATEXCO INDONESIA
13. Bapak Sutriyan Tjarmaun, Kepala regu Weaving Preparation PT
PRIMATEXCO INDONESIA
14. Bapak Solichin Ahmad irfan, Kepala Bagian Weaving inspecting PT
PRIMATEXCO INDONESIA
15. Bapak Badrudin, Assistan Kepala Bagian weaving Inspecting PT
PRIMATEXCO INDONESIA
16. Ibu Tusriyati,S.Pd, Kepala SMK Negeri 3 Pekalongan
17. Bapak Kusmantoro, S.T. Pembimbing pembuatan Laporan Praktik Kerja
Industri.
18. Bapak Eko kurniawan, S.T, Pembimbing pembuatan Laporan Praktik Kerja
Industri.
19. Bapak dan Ibu Guru SMK Negeri 3 Pekalongan
20. Ayah dan Ibu Tercintai.
21. Teman-teman kelas XII PK 2
22. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan laporan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan laporan Praktik Kerja
Industri ini belum mencapai tingkat kesempurnaan, oleh karena itu, penyusun dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhirnya penyusun berdoa dan berharap Laporan Praktik Kerja Industri ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... vi
Daftar Gambar................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Metode ............................................................................................... 2
viii
B. Merawat Mesin Pembuatan Kain Air Jet (Air Jet Loom) ................. 30
BAB VI PENUTUP........................................................................................ 41
A. Kesimpulan ........................................................................................ 41
B. Saran .................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 42
LAMPIRAN .................................................................................................. 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar III. 3 Jalan benang pada mesin pembuatan kain Air Jet Loom
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Industri merupakan salah satu program pelatihan pada pendidikan
disamping program pelatihan yang dilaksanakan pada Institusi SMK itu sendiri. Hal
ini mengacu pada keputusan Mendikbud No. 80 / V / 1993 bab Iv butir C.1 yang
berikut:
penelitian kejuruan.
Untuk itu, sekolah mengadakan kerjasama dengan dunia industri anatara lain
berhasil menyerap IPTEK di bidang pertenunan dengan hasil yang cukup berarti
karena Perusahaan tersebut sampai saat ini masih berproduksi dengan lancar
produksi kualitasnya selalu dipertahankan dan target produksi selalu dicapai secara
utama PT. PRIMATEXCO INDONESIA adalah Kam Grey yang siap dipasarkan di
1
2
2013 sampai dengan 30 Juni 2013. Sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Industri,
B. Tujuan
bidang pembuatan kain sesuai dengan standar profesi yang berlaku di industri.
C. Metode
1. Pengamatan / Observasi
kain
2. Pelatihan
3. Wawancara
MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN
serta menghasilkan produk baik berupa benang lusi maupun benang pakan dalam
bentuk gulungan yang sesuai dengan kebutuhan serta mempunyai kualitas yang tinggi
INDONESIA adalah tata letak mesin berdasarkan produk karena mesin disusun
ada dalam ruang persiapan pembuatan kain adalah mesin hani, mesin kanji dan
pemasok bahan kanji, mesin kelos, mesin palet, pencucukan dilain ruang dengan
tujuan untuk mempercepat dan memperlancar penyediaan benang lusi yang sudah
dicucuk dan benang pakan dalam cop untuk kain tenun. Adapun tata letak ruang
(Lay Out) persiapan pembuatan kain dapat dilihat pada gambar dibawah ini
3
4
Gambar II.1
5
Keterangan gambar:
e. Gudang benang
f. Musholla
g. WC / Toilet pria
h. Ruang Maintenance
n. ruang produksi
produk baik berupa benang lusi maupun benang pakan dalam bentuk gulungan
bentuk gulungan canes menjadi bentuk gulungan beam hani dalam bentuk
gulungan sejajar sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya, dimana benang ini
1. Spesifikasi mesin
2. Tipe : VW -800
3. Buatan : Jepang
1. Merk : Tsudakoma
2. Tipe : Tw-1000s
3. Buatan : Jepang
2. Tipe : VDW – VT
3. Buatan : Jepang
2. Cara kerja
dimasukan pada sisir ekspansi, setelah itu benang dikuatkan pada rol
digulung pada beam hani sebagai benang lusi berikut adalah skema jalannya
Gambar II.2
8
1. Cones
3. Rak cones
4. Rol pengantar
5. Rol penekan
6. Rol depan
7. Sisir depan
8. Rol pengantar
9. Gulungan benang
Proses penganjian adalah proses penganjian benang lusi dari beberapa beam
bahan kanji (mixing and cooking) yang dilakukan untuk mengolah resep kanji
1. Spesifikasi mesin
a. Mesin nomor 1
2. Tipe : C 12 HD 45
3. Buatan : Jepang
5. Kapasitas creel : 16 bm
b. Mesin nomor 2
2. Tipe : C 12 HD 45
3. Buatan : Jepang
5. Kapasitas creel : 20 bm
1. Merk : Tsudakoma
2. Tipe : HS 2011
3. Buatan : Jepang
5. Kapasitas creel : 24 bm
2. Cara kerja
lusi pada mesin kanji yang dilengkapi dengan bak kanji serta peralatan
a. Beam creel
b. Warper’s beam
h. Contact roll
n. Pre cylinder
o. Main cylinder
p. Dancer roll
q. Woxing roll
r. Dividing roll
w. Size bum
kedalam lubang droper dan gun, kemudian memasukkannya kedalam lubang sisir.
12
Tujuan proses pencucukan (Reaching) adalah agar helai demi helai benang
lusi dalam dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membentuk lusi yang
1. Spesifikasi mesin
a. Merk : Todo
c. Buatan : Jepang
Proses jalannya benan pada mesin cucuk dapat dilihat pada gambar II.4
gambar II.4
3. Handle cream
4. Klem atas
7. Dropper
8. Gun
9. Sisir tenun
12. Ulir
13. Kabel
14. Saklar
15. Transformer
cones menjadi bentuk gulungan palet yang disebut bobbin palet atau cop yang
nantinnya akan digunakan sebagai benang pakan pada proses pembuatan kain.
ditenun pada mesin tenun shuttle agar proses pembuatan kain dapat berjalan
dengan lancar.
1. Spesifikasi mesin
a. Merk : scharer
c. Buatan : Switchzerland
d. Jumlah spindle : 20
14
Jalan benang pada mesin palet dapat dilihat pada gambar II.5
1. Cones benang
2. Benang pakan
3. Pengatur benang
6. Transveser guide
7. Helder trame
8. Bobbin palet
BAB III
MENGOPERASIKAN MESIN-MESIN
PEMBUATAN KAIN
Proses pembuatan kain adalah proses penyilangan benang pakan dan benang
dibutuhkan
1. Gerakan pokok
2. Gerakan tambahan
Sistem lay out atau penataan mesin sedikit banyak ikut mempengaruhi
produksi hal ini terjadi karena didalalamnya terdapat beberapa hal yang sangat
1. Penyinaran
2. Kebersihan
15
16
3. Kondisi udara
1. Ruang kompresor
2. Ruang listrik
3. Ruang monitor
4. Ruang wanita
5. AC I
6. AC II
7. AC III
17
8. Ruang listrik
12. AJL
13. AJL
14. AJL
15. AJL
16. AJL
17. AJL
18. GH 8
19. GH 9
20. Gudang
28. WC / Toilet
Proses pembuatan kain AJL (Air Jet Loom) adalah proses pembuatan kain
dengan menggunakan mesin tenun Air Jet Loom atau tembusan angin yang
sikain grey yang berkualitas yang kemudian hasil produksinya akan djual didalam
Tujuan proses pembuatan kain AJL (Air Jet Loom) adalah untuk
memproduksi kain grey dalam jumlah banyak dengan waktu yang seminim
mungkin yang kemudian hasil produksinya akan diekspor keluar negeri dengan
kualitas internasional.
Mesin pembuatan kain teropong (shuttle) terdapat dua tipe yaitu tipe GH 9
sebanyak 104 unit dan mesin tipe GH 8 sebanyak 200 unit semua mesin
1. Spesipfikasi mesin
1. Merk : Toyoda
2. Tipe : GH 8
3. Buatan : Jepang
b. Mesin shuttle GH 9
1. Merk : Toyoda
2. Tipe : GH 9
3. Buatan : Jepang
agar tegagan benang stabil saat mulut lusi tertutup. Setelah itu benang
setelah dari silangan benang kemudian dilewatkan pada heald frame dan sisir,
20
kemudian mulut lusi terbuka maksimal, teropong akan meluncur, sisir akan
a. Maintenance teknis
penuh terhadap kelancaran peralatan yang terdaat pada mesin tenun shuttle.
2. Maintenance lokasi
4. Maintenance elektrik
5. Maintenance shuttle
1. Beam tenun
2. Gandar layang
3. Dropper
4. Kamran
5. Rol kerek
6. Gun
7. Sisir tenun
8. Kaki rade
9. Teropong
15. Eksentrik
Mesin tenun Air Jet Loom merupakan mesin tenun yang peluncuran
Tujuan dari proses pembuatan kain dengan mesin AJL adalah untuk
meningkatkan kualitas kain atau mutu kain agar produksinya berkualitas ekspor.
1. Spesifikasi Mesin
macam jenis diantaranya : Mesin merk Tsudakoma Type Zza 205 berjumlah
234 unit Tsudakama Zax berjumlah 54 unit, Toyota JAT GIO berjumlah 40
1) Merk : Tsudakoma
2) Tipe : Za 205
3) Tipe : 700
5) Buatan : Jepang
b. Seksi 5
1) Merk : Tsudakoma
2) Tipe : ZA X
3) Tipe : 700
5) Buatan : Jepang
c. Seksi 6
1) Merk : Toyota
3) Tipe : 700
23
5) Buatan : Jepang
d. Seksi 7
1) Merk : Tsudakoma
3) Tipe : 700
5) Bauatan : Jepang
2. Pembagian kerja
a. Bagian operasional
1) Kirikae
3) Mobile hozen
4) Elektrik hozen
5) Oil man
7) Pembersihan mesin
1) Pengertian
Operasional Air Jet Loom adalah bagian kerja dari weaving loom AJL
serta produktivitas.
24
Untuk memproduksi kain grey yang sesuai order dari unit pemasaran
Keterangan gambar:
1. Beam tenun
2. Benang lusi
3. Pengantar benang
4. Gandar layang
5. Dropper
6. Leno
7. Heald frame
8. Sisir tenun
kain. Setelah dari heald frame benang kemudian dilewatkan kelubang serta
pengetekan benang pakan agar benang lusi dan benang pakan teranyam,
setelah itu benang dilewatkan ke rol penarik agar kain dapat ditarik
Nozzle utama
MERAWAT MESIN-MESIN
PEMBUATAN KAIN
tenun shuttle (Teropong) dan mesin tenun AJL memang perlu dilakukan. Untuk
pembuatan kain berfungsi secara optimal selama proses produksi pembuatan kain
berlangsung.
Maksud dan tujuan pelumasan adalah melumasi bagian tertentu dari mesin
terjadinya kerusakan.
a. Manfaat pelumasan
dipompa oil
2) Oil, yaitu minyak pelumas yang berbentuk cair yang ditempatkan di oil
can
26
27
c. Penggunaan pelumas
b) Mulut lusi bagian bawah dengan dasar luncur berjarak 1-2 mm.
Keterangan gambar:
1. Kamran
2. Injakan
3. Sisir
4. Lade
5. Balok dada
6. Posisi engkol
+ 1-2 mm
29
Keterangan gambar
1. Picking bowl
2. Picking plate
3. Picking nose
4. Balok dada
5. Sisir
pukulan)
mm
30
Keterangan gambar:
1. Picking bowl
2. Picking nose
3. Slide lever
4. Picking plate
5. Picking stick
6. Picker
1. Inserting motion
a. Cara kerja
pakan masuk tetapi kekuatan kurang sehingga dibantu alat berupa sub-sub
nozzle agar benang pakan sampai pada lebar kain, penjaga pakan ada pada
bagian kanan red yaitu senser 1 dan 2, jika benang pakan samapai sensor 1
31
maka mesin tetap jalan, tapi jika sampai sensor. 2. maka mesin akan
berhenti
Keterangan gambar
a. Main Nozzle
b. Pipa Udara
d. Sub Nozzle
e. Reed
f. Nozzle Peluncur
g. Gulungan pakan
h. Drum
i. Sensor
BAB V
MEMERIKSA KAIN
GREY
Pemeriksaan kain (inspecting) adalah kegiatan memeriksa kain grey hasil dari
pembuatan kain (Weaving Loom) untuk ditentukan kualitas daripada kain tersebut
dalam panjang dan jenis kain tertentu sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Tata letak ruang pemeriksaan kain berdasarkan produk karena mesin disusun
adalah mesin Bale Press, mesin Folding, dan mesin Inspecting. Mesin Bale Press
32
33
Keterangan gambar
Kain hasil pembuatan kain belum bisa langsung dibawa ke finishing atau
pemeriksaan kain.
Tujuan adalah untuk mengetahui mutu atau kelas kain menurut standar
kualitas.
2. Spesifikasi mesin
b. Type : CK – 101 RI
d. RPM : 60
3. Cara kerja
pengahanian.
c. Setelah itu, melewatkan kain pada rol atas dan pengantar kain yang
Keterangan gambar
a. Kereta kain
b. Gulungan kain
c. Kain
d. Rol Pengantar
e. Rol Pengantar
f. Rol Pengantar
g. Yarn Counter
h. Rol Pengantar
i. Tempat Operator
j. Meja Inspecting
k. Penerang
l. Rol Pembeban
m. Rol penarik
n. Swing Place
o. Kereta U
36
Melipat kain adalah melipat kain dimesin folding setelah proses Inspecting
selesai, kain hasil lipatan tersebut keudian di Packing menurut jenis kain, untuk
jenis kain AJL, setelah hasil packing kain tersebut kemudian dipotong simpul.
1. Spesifikasi Mesin
2. Cara kerja
Kain yang ada pada kereta U dilewatkan pada rol-rol pengantar yaitu
rol depan dan rol belakang yang berfungsi sebagai pengantar kain untuk
penjaga rol depan dan dilewatkan diantara celah swing guide derakan dan
pada swing guie adalah maju mundur, sehingga apabila mesin dalam
keadaan jalan, swing guide akan bergerak maju mundur, sehingga terjadilah
pelipatan kain yang hasil lipatan tersebut secara berkala dijepit oleh penjepit
kain.
37
Keterangan gambar:
a. Kereta U
f. Handle pemutar
i. Swing guide
k. Meja
Kain grey hasil proses pembuatan kain (khususnya AJL) kadang pinggir kain
terdapat benang pakan yang terlalu panjang / tidak rata, yang disebabkan oleh
cutter yang terdapat pada ring temple kurang berfungsi dengan baik.
38
Maksud dari potong simpul adalah memotong sisa benang yang terdapat
dipinggir kain. Tujuannya adalah agar pinggir kain terlihat bersih dan rapi.
a. Gunting
b. Sikat
Mengepak kain adalah melipat kain dari hasil Folding sesuai dengan jenis
kain (konstruksi kain), sekaligus memberikan tanda jenis kain dan menentukan
kelas kain dengan menggunakan stempel dan mark pen setiap bagian kain.
Tujuannya adalah agar kain lebih mudah dipacking sesuai dengan jenis
dan kelas masing-masing , kemudian kain diletakkan pada paket sesuai dengan
pengiriman kekonsumen.
2. Cara kerja
b. Meletakkan karung, kardus, dan plastik secara berurutan diatas meja bawah
200 Kg⁰F
dan kiri
1. Jenis kain
2. Kelas
4. Banyaknya Piece
5. Shift
Keterangan gambar:
1. Meja atas
2. Meja bawah
3. Pompa Hidrolik
4. Kain
5. Handle turun
6. Skala Tekanan
7. Tombol STOP
8. Tombol ON
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Sebaiknya dari pihak sekolah membekali calon peserta praktik kerja industri
41