1)
Sri Rahayu, 2) Johanes Sapri, 2) Alexon
1)
SDN 07 Talang Empat, 2) Universitas Bengkulu
1)
srirahayubukit@gmail.com, 2) johanessapri@unib.ac.id, 3) alexon@unib.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa serta mengetahui efektifitas penerapan
model Problem Based Learning (PBL) . Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan kuasi
eksprimen. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 07 Talang Empat
Bngkulu Tengah sebanyak 10 siswa. Populasi penelitian kuasi eksperimen adalah siswa siswa kelas 5 SDN 05
Talang Empat dan sampelnya adalah siswa kelas VA sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol,
setiap kelas berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulan data untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas berpikir kritis dan instrumen tes untuk mengukur
kemampuan pencapaian tujuan pembelajaran, dan untuk kuasi eksperimen menggunakan instrumen tes.
Analisis data dilakukan dengan rata-rata (kelas) dan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) terdapat
peningkatan berpikir kritis siswa yang belajar dengan model Problem Based Learning (PBL) setiap siklus; 2)
Adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan model Problem Based Learning (PBL), dan menjadikan
pemebalajran lebih efektif.
Kata kunci: problem based learning, keterampilan berpikir kritis, dan prestasi siswa.
Abstract
The purpose of this study is to describe the application of Problem Based Learning (PBL) model to improve
critical thinking and learning achievement of students and to know the effectiveness of the implementation of
this model. The research methods were classroom action research and quasi experimental. The subjects of
classroom action research were 10 students of Class V Public Elementary School 07 Talang Empat Bengkulu
Tengah. The quasi-experimental population of the experiments is the 5th grader of SDN 05 Talang Empat and
the samples are the V A class students as the experimental class and V B as the control class, each class
consisted of 15 students. Data collection techniques for Classroom Action Research (CAR) were observation
sheets to observe critical thinking activities and test instruments to measure achievement of learning
objectives, and for quasi- experiments were test instruments. Data was analysed by measuring mean and t-
test. The results of this study show: 1) there is an increase in critical thinking of students who learn with
Problem Based Learning (PBL) model in every cycle; 2) there is an increase in student achievement with
Problem Based Learning (PBL) model, and it make learning more effective.
Keywords: Problem Based Learning, Critical Thinking Skill, and Student’s Achievement.
98
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
sains siswa yang merupakan ciri khas sains menciptakan pembelajaran yang
belum begitu diperhatikan. mengembangkan kemampuan peserta
Sudah sejak dulu rendahnya prestasi didik untuk menganalisa, mengevaluasi, dan
belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa mencipta dengan menggunakan bahan ajar
menjadi salah satu kekhawatiran di banyak yang tepat. Selain itu dapat juga melalui
negara. Banyak faktor yang mempengaruhi penyajian permasalahan “Higher Order
kesuksesan belajar Ilmu Pengetahuan Alam Thinking” yang termasuk pada tiga level
(IPA). Salah satu dari faktor tersebut adalah tertinggi pada taksnomi Bloom yaitu:
ketakutan pada Ilmu Pengetahuan Alam menganalisis, mengevaluasi, dan
(IPA) Selain model pembelajaran, menciptakan. Keterampilan berpikir yang
keberagaman gaya belajar dan kemampuan dimiliki oleh setiap manusia merupakan
siswa dalam menerima pembelajaran juga modal awal dalam menjalani kehidupan.
turut andil dalam penentuan model Dengan keterampilan tersebut manusia
pembelajaran yang akan digunakan oleh diharapkan bisa mensyukuri semua yang
guru. Siswa yang belajar dengan gaya belajar telah Tuhan berikan seperti alam semesta
mereka yang dominan saat mengerjakan yang diciptakan untuk mendukung
tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih kelangsungan hidup dan akal pikiran untuk
tinggi dibandingkan bila mereka belajar membantu memecahkan masalah yang
dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya terjadi. Oleh karena itu manusia dapat
belajar mereka. Kemampuan berpikir kritis menggunakan keterampilan berpikir
merupakan sebuah proses yangdisengaja tersebut untuk melakukan berbagai hal yang
dan dilakukan secara sadar untuk bermanfaat sebagai tanda syukurnya
menafsirkan sekaligus mengevaluasi sebuah terhadap Tuhan (Rani, 2016).
informasi dari pengalaman, keyakinan dan Keterampilan berpikir manusia
kemampuan, yang ada. Berpikir krits sangat tentunya harus memperoleh pelatihan dan
diperlkan didalam kehidupan nyata pengajaran, salah satunya melalui lembaga
terutama dalam memcahkan masalah. pendidikan untuk mengembangkan
Kemampuan berpikir dikelompokkan keterampilan berpikir dasar manusia.
menjadi dua yaitu keterampilan berpikir Manusia dengan keterampilan berpikir yang
dasar dan keterampilan berpikir kompleks terlatih akan menganalisis, menyimpulkan,
atau tingkat tinggi. Dalam hal ini dan memecahkan masalah yang dihadapi.
keterampilan berpikir dasar meliputi Sebagaimana pendapat Nur (2011) yang
menghubungkan sebab akibat, menyatakan bahwa “berpikir merupakan
mentransformasi, menemukan hubungan kemampuan seseorang untuk menganalisis,
dan memberikan fasilitas. Proses berpikir mengkritisi, dan merumuskan simpulan
tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, berdasarkan pertimbangan yang saksama.
membuat keputusan, berpikir kritis, dan Dalam diri setiap manusia diahirkan
berpikir kreatif (Winarno, 2014). Salah satu dengan banyak potensi-potensi yang dapat
cara melatih siswa untuk terampil berpikir dikembangkan. Untuk mengembangkan
tingkat tinggi diantaranya dengan potensi-potensi tersebut dapat diasah oleh
100
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
beberapa cabang ilmu pendidikan yang telah menggunakan masalah dunia nyata sebagai
diajarkan di lembaga-lembaga sekolah, salah suatu konteks belajar bagi peserta didik”.
satunya adalah ilmu pengetahuan alam Model pembelajaran ini cocok untuk materi
(IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pelajaran yang terkait erat dengan masalah
(IPA) sangat penting untuk dipelajari oleh nyata, meningkatkan keterampilan proses
para siswa karena dapat menumbuhkan rasa untuk memecahkan masalah, mempelajari
tanggung jawabnya sebagai manusia peran orang dewasa melalui pengalamannya
terhadap alam. Hal tersebut sesuai dengan dalam situasi yang nyata, serta melatih
pendapat Sudjana (2012), yang menyatakan siswa untuk berdiri sendiri sebagai pelajar
bahwa “IPA bagi para siswa sangat yang otonom.
bermanfaat dalam mempelajari diri sendiri, Menurut Scriven sebagaimana yang
mempelajari lingkungan, serta mempelajari dikutip oleh Fisher (2009), berpikir kritis
alam semesta secara utuh yang pada adalah interpretasi dan evaluasi yang
akhirnya dapat memanfaatkan serta terampil dan aktif terhadap observasi dan
menjaga alam semesta ini secara arif dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
bijaksana.” Berdasarkan pendapat tersebut Berpikir kritis harus ditanamkan dikalangan
diharapkan dapat memberikan pengetahuan peserta didik agar peserta didik mau
yang lebih luas mengenai kealaman, dan berpartisi aktif dalam pembelajaran
mengembangkan dan menciptakan sehingga peserta didik tidak hanya
pengetahuan baru yang berguna bagi menghafal materi, menerima penjelasan
kehidupan sehari-hari, baik itu dalam guru tetapi peserta didik berusaha, menggali
halpeningkatan kesejahteraan alam ataupun informasi sendiri, dengan menemukan
dalam memecahkan masalah-masalah yang masalah, dan memecahkan masalah yang
terkait dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mereka temukan sehingga siswa terlibat
dalam kehidupan, mengingat banyak sekali langsung berpartisi aktif, dengan sendirinya
permasalahan-permasalahan di kehidupan prestasi belajar dapat meningkat.
nyata yang dapat terpecahkan oleh Berdasarkan kriteria ini jelas bahwa
pengetahuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). berpikir kritis termasuk dalam lingkup sikap
Oleh karena itu, pembelajaran Ilmu ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan model
Pengetahuan Alam (IPA) diberikan sejak dini dan metode pembelajaran yang dapat
untuk menanamkan nilai-nilai yang memaksimalkan kemampuan berpikir kritis
terkandung didalamnya, seperti untuk siswa. Pemilihan model pembelajaran
menumbuhkan kepedulian siswa terhadap problem based learning ini sangat sesuaikan
alam. dengan materi, karakter dan kebutuhan
Problem Based Learning (PBL), siswa untuk mampu berpikir kritis dan
merupakan salah satu model pembelajaran meningkatkan prestasi belajar.
yang diperkirakan cocok untuk mencapai
METODE PENELITIAN
tujuan pengajaran IPA di atas. Menurut
Redhana (2007), Problem Based Learning Penelitian ini merupakan penelitian
(PBL), dikatakan kontekstual karena tindakan kelas (Classroom Action Research)
101
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
dan Kuasi Eksperimen (Quasi Experiment). Tabel 1. Hasil observasi aktivitas guru
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Rata-Rata
No Pengamat
Research) yang meliputi beberapa tahapan Skor
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, Pengamat
1 2,08
refleksi terbagi dalam 3 siklus. Kuasi 1
Pengamar
Eksperimen (Quasi Experiment) adalah pola 2 2,41
2
yang telah menghasilkan hasil belajar Total rata-
diujikan pada kelas eksperimen. 4,49
rata
Teknik pengumpulan data diperoleh Rata-rata 2,245
dari lembar observasi dari data tes hasil Kriteria Kurang
belajar. Lembar observasi digunakan untuk Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa
mengamati semua aktivitas guru dan pada proses pembelajaran pada siklus
aktivitas belajar siswa. Data tes hasil belajar pertama adalah 2,245 dan dikategorikan
mencakup penilaian pada aspek afektif dan kurang. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan
aspekh kognitif. aspek afektif mencakup guru pada pembelajaran IPA dengan
sikap siswa dalam pembelajaran sedangkan penerapan model Problem besed larning
aspek kognitif mencakup nilai tes akhir (PBL) pada sub pokok bahasan Alat
siklus. Pencernaan makanan pada manusia belum
Data penelitian dianalisis dengan berjalan secara optimal.
menggunakan statistic deskriptif, yaitu b. Hasil observasi berpikir kritis
statistik yang digunakan untuk menganalisis Tabel 2. Hasil Observasi berpikir kritis
data dengan menggambarkan data yang
No Pengamat Rata-Rata
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa Skor
bermaksud membuat kesimpulan yang 1 Pengamat 1,9
berlaku umum. Data tes dianalisa dengan 1
menggunakan persamaan nilai rata- rata, 2 Pengamar 2,025
dan uji-t antar siklus yang saling 2
berhubungan. Sedangkan Kuasi eksperimen Total rata- 3,925
rata
dianalisa dengan menggunakan persamaan
Rata-rata 1,96
nilai rata- rata dan uji-t dua sampel tidak Kriteria Kurang
berhubungan. Berdasarkan ketetapan Hasil pengamatan terhadap
sekolah, siswa dikatakan tuntas belajar kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus
secara individual bila mendapat nilai ≥ 76 pertama ini belum menunjukkan
sedangkan Kriteria daya serap klasikal kemampuan berpikir kritis karena
adalah 85% dari jumlah peserta tes telah kelihatannyasiswa masih belum begitu
mendapat nilai ≥ 76. konsentrasi dengan proses pembelajaran
karena biasanya guru di kelas hanya 1 (satu)
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
orang sedangkan pada saat itu ada 3 (tiga)
1. Siklus I orangguru yang berada dikelas dan 2 (dua)
a. Hasil observasi aktivitas guru orang guru sebagai observer, siswa agak
102
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
103
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
Tabel 4. Data uji-t pre-test dan post-test atau terjadi peningkatan hasil belajar siswa
Siklus I yang cukup signifikan pada siklus I.
Siklus Pre-tes Post-tes
Rata-rata 43 58 2. Siklus II
thitung 3,18
a. Hasil observasi aktivitas guru
Ttabel 2.262 Tabel 5. Hasil observasi aktivitas guru
Rata-Rata
No Pengamat
Hasil belajar siswa diperoleh menggunakan Skor
tes evaluasi belajar yang dilaksanakan 1 Pengamat 1 2,92
setelah pelaksanaan pembelajaran untuk 2 Pengamar 2 2,83
Total rata-
mengetahui pemahaman siswa terhadap 5,75
rata
materi pembelajaran dan diperoleh rata- Rata-rata 2,875
rata hasil belajar siswa pada siklus pertama Kriteria Cukup
ini adalah 30 persen dan untuk mengetahui Berdasarkan Tabel 5. terlihat bahwa pada
peningkatan yang terjadi pada pemahaman observasi proses pembelajaran padasiklus
siswa terhadap materi, maka sebelum kedua dengan nilai rata-rata adalah 2,875
proses pembelajaran telah diberikan tes dan dikategorikan dngan nilai cukup.Hal ini
yang sama dan diperoleh, nilai rata-rata menunjukan bahwa kegiatan guru pada
hasil ketuntasan adalah 43 persen terjadi pembelajaran IPA dengan penerapan model
peningkatan hasil belajar siswa mencapai Problem besed larning (PBL)pada sub pokok
15persen. Berdasarkan ttabel dengan jumlah bahasan makanan dan kesehatan belum
data = 10 (dp = N – 1 = 9) adalah 2,262. berjalan secara optimal.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat b. Hasil observasi berpikir kritis
diketahui bahwa nilai thitungsebesar 3,18, uji Tabel 6. Hasil Observasi berpikir kritis
rata-rata antara nilai pre-test dan post-test, Rata-Rata
No Pengamat
setelah ada perlakuan penerapan Model Skor
Problem Based learning (PBL) pada mata 1 Pengamat 2,55
pelajaran IPA dengan materi Alat 1
2 Pengamar 2,675
Pencernaan Makanan pada manusia lebih
2
besar dari nilai ttabel yaitu > 2.262 untuk 5 Total rata- 5,225
persen. rata
Dengan demikian, Ho ditolak karena Rata-rata 2,61
terdapat perubahan yang signifikan antara Kriteria Cukup
nilai pre-test dan post-test, setelah diberikan Hasil pengamatan terhadap kemampuan
perlakuan dengan menggunakan penerapan berpikir kritis siswa pada siklus kedua ini
Model Problem Besed learning sudah mulai menunjukkan kemampuan
(PBL).sehingga disimpulkan terdapat berpikir kritis, karena kelihatannya siswa
kenaikan yang signifikan antara nilai rata- masih belum mulai konsentrasi dengan
rata pre-test dengan nilai rata-rata post-test proses pembelajaran kdengan seorang guru
di kelas dan 2 (dua) orang guru sebagai
104
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
observer, siswa sudah biasa untuk Tabel 7 dan Gambar 2 di bawah, dapat
melakukan kegiatan, dan beberapa siswa diketahui bahwa dengan penerapan model
agak cepat menanggapi arahan dari guru Problem Besed Learning (PBL) pada siklus II
yaitu merumuskan masalah, serta sebagian diperoleh nilai rata-rata pre-test dan post-
besar siswa sudah terlihat keaktifan dan test adalah 56 dan 68,5. Hal ini
sikap kritis. Sementara sebagian kelompok menunjukkan adanya peningkatan hasil
mencoba merumuskan masalahnya saja belajar yaitu sebesar 12,5 atau 18,24 persen,
penyusunan kalimatnya yang masih belum dan peningkatan hasil tersebut menunjukan
rapi dan untuk dimengerti masih mengalami pada siklus kedua yang telah dilakukan
kesulitan, artinya masih ada sebagian siswa secara klasikal.
belum dapat merumuskan masalah dengan
efektif.
Dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan, masih ada sebagian kecil yang
belum aktif, mengumpulkan data dan Tabel 7. Rekapitulasi prestasi belajar siswa
informasi, menganalisis data, mengevaluasi siklus II
data dan menarik suatu kesimpulan.
Pre- Pos-
Kemampuan berpikir kritis siswa No Kategori
test test
berdasarkan indikator diatas, pada siklus
1 Jumlah siswa 10 10
kedua ini skor berpikir kritis siswa berada 2 Nilai tertinggi 70 80
pada skor 2,61dan ini termasuk kategori Nilai siswa
"cukup". 3 yang belum 6 4
c. Hasil prestasi belajar siswa tuntas
1) Hasil Pre-test Jumlah siswa
4 yg sudah 4 6
Untuk mengetahui peningkatan yang
tuntas
terjadi pada pemahaann siswa terhadap 5 Rata – rata 56 68,5
materi, maka sebelum proses pembelajaran Persentase
siswa diberikan Pre-test dan diperoleh hasil 6 40 % 60%
ketuntasan
rata-rata 56 dengan nilai tertinggi 70 dan
terendah dan terendah 40
2) Hasil Post-test rata-rata siklus II
Pada akhir proses pembelajaran siswa 100
diberikan tes dengan tujuan untuk 50
mengtahui tingkat keberhasilan siswa dalam 0
proses pembelajaran dngan penerapan pretest postest
model Problem Besed Learning (PBL) yang
telah dilakukan dengan nilai prestasi belajar Gambar 2. Grafik Prestasi Belajar Siswa
siswa pada siklus pertama ini adalah dengan Siklus Pertama
nilai rata-rata 68,5 dngan nilai tertinggi 80 Untuk hasil observasi kemampuan
dan nilai terendah 50 berpikir kritis siswa siklus kedua ini
105
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
menunjukkan kriteria cukup dilihat dari hasil dari nilai ttabel yaitu 4,47> 2.262 untuk 5
rata-rata nilai mencapai 2,61 dan sudah persen.
tercapai indikator nilai standar cukup yaitu Dengan demikian, Ho ditolak karena
merumuskan masalah, semua kelompok bisa terdapat perubahan yang signifikan antara
merumuskan masalah, dan sudah bisa, nilai pre-test dan post-test, setelah diberikan
mencari solusi pemecahan masalah, sudah perlakuan dengan menggunakan penerapan
bisa menyusun rumusan masalah dengan Model Problem Besed learning
kalimat yang sederhana dan efektif, (PBL).sehingga disimpulkan terdapat
bertanya dan menjawab pertanyaan siswa kenaikan yang signifikan antara nilai rata-
sudah aktif, mengumpulkan data dan rata pre-test dengan nilai rata-rata post-test
informasi, pada bagian menganalisis data atau terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dan mengevaluasi data masih ada siswa yang cukup signifikan pada siklus II.
yang melihat kerja temannya dan menarik
kesimpulan semua siswa sudah 4) Uji-t hasil Post-test siklus I dan Post-test
menunjukkan keaktifan. Sementara hasil siklus II
observasi kemampuan berpikir kritis siswa
tersebut apabila dibandingkan pada siklus Tabel 9. Data uji tpost-test siklus I dan post-
kesatu, kedua sudah cukup. test siklus II
3) Uji-t hasil Pre-test dan Post-test Siklus Siklus I Siklus II
Rerata 58 68,5
thitung 4,36
ttabel 2,262
Tabel 8. Data uji-t pre-test dan post-test
Berdasarkan Tabel 9. hasil uji t post-test
Siklus I
siklus pertama dan post-test siklus kedua
Siklus Pre-tes Post-
tes diperoleh thitung sebesar 4,36. Bila
Rata-rata 56 65,5 dikonsultasikan pada ttabel dengan dk 9 pada
thitung 4,47 taraf signifikan 0,05 atau 5 persen sebesar
Ttabel 2.262 2,262 ternyata thitung lebih besar dari ttabel
bearti hasil post-test siklus II naik secara
Berdasarkan table 8. hasil uji-t Pre- signifikan dibandingkan post-test siklus I
test dan Post-test pada siklus kedua
diperolehthitungsebesar 4,47 dan ttabelsebesar 80
2,262 dengan jumlah data = 10 (dp = N – 1 = 60
9) adalah 2,262. Berdasarkan hasil
40 pretest
perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai
20 posttest
thitung uji rata-rata antara nilai pre-test dan
0
post-test, setelah ada perlakuan penerapan siklus siklus
Model Problem Besed learning (PBL) pada 1 2
mata pelajaran IPA dengan materi makanan Gambar 3. Grafik Selisih Skor Rata-Rata Pre-
dan kesehatan pada manusia lebih besar Test Dan Post-Test Siklus I Dan II
106
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
62,5 dan 81. Hal ini menunjukkan adanya mengumpulkan data dan informasi, pada
peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 18,5 bagian menganalisis data dan mengevaluasi
atau 22,84 persen, dan peningkatan hasil data masih ada siswa yang melihat kerja
tersebut menunjukan pada siklus ketiga temannya dan menarik kesimpulan semua
yang telah dilakukan secara klasikal siswa sudah menunjukkan keaktifan.
Tabel 12. Rekapitulasi prestasi belajar siswa Sementara hasil observasi kemampuan
siklus II berpikir kritis siswa tersebut apabila
Pre- Pos- dibandingkan pada siklus I dan II sudah
No Kategori
test test baik.
1 Jumlah siswa 10 10 3) Uji-t hasil Pre-test dan Post-test
2 Nilai tertinggi 70 90
Nilai siswa
3 yang belum 4 1
tuntas Tabel 13. Data uji-t pre-test dan post-test
Jumlah siswa Siklus I
4 yg sudah 6 9 Siklus Pre-test Post-test
tuntas Rata-rata 62,5 81
5 Rata – rata 62,5 81 thitung 8,64
Persentase Ttabel 2.262
6 60 % 90%
ketuntasan Berdasarkan tabel 13. hasil uji-t Pre-test dan
Post-test pada siklus kedua
rata-rata siklus III diperolehthitungsebesar 8,64 danttabelsebesar
100
2,262 dengan jumlah data = 10 (dp = N – 1 =
9) adalah 2,262. Berdasarkan hasil
50
perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai
0 thitung uji rata-rata antara nilai pre-test dan
pretest posttest
post-test, setelah ada perlakuan penerapan
Gambar 4. Grafik Prestasi Belajar Siswa Model Problem Based learning (PBL) pada
Siklus Pertama mata pelajaran IPA dengan materi alat
perdaran darahpada manusia lebih besar
Hasil observasi menunjukkan adanya dari nilai ttabel yaitu 8,64> 2.262 untuk 5
kemampuan berpikir kritis siswa siklus persen.
kedua ini menunjukkan kriteria cukup dilihat Dengan demikian, Ho ditolak karena
dari hasil rata-rata nilai mencapai 3,36dan terdapat perubahan yang signifikan antara
sudah tercapai indikator nilai standar cukup nilai pre-test dan post-test, setelah diberikan
yaitu merumuskan masalah, semua perlakuan dengan menggunakan penerapan
kelompok bisa merumuskan masalah, dan Model Problem Based learning
sudah bisa, mencari solusi pemecahan (PBL).sehingga disimpulkan terdapat
masalah. Sudah bisa menyusun rumusan kenaikan yang signifikan antara nilai rata-
masalah dengan kalimat yang sederhana rata pre-test dengan nilai rata-rata post-test
dan efektif, bertanya dan menjawab atau terjadi peningkatan hasil belajar siswa
pertanyaan siswa sudah aktif, yang cukup signifikan pada siklus III.
108
DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN 2089-483X
4) Uji-t hasil Post-test siklus I dan Post-test belajar siswa pada kelas V SDN 07 Talang
siklus II Empat Kabupaten Bngkulu Tengah, hal ini
Tabel 14. Data uji tpost-test siklus I dan post- terlihat dari peningkatan hasil pre-test
test siklus II. danpost-test di setiap saik siklus satu, dua
Siklus Siklus I Siklus II maupun siklus ketiga. Dari hasil uji t setiap
Rerata 68,5 81 siklus menunjukan terdapat peningkatan
thitung 5,21 hasil prestasi siswa yang signifikan.
ttabel 2,262 Penerapan model Problem Based
Berdasarkan tabel 14 hasil uji t post-test learning (PBL)dapat meningkatkan prestasi
siklus kedua dan post-test siklus ketiga belajar siswa, dibandingkan dengan model
diperoleh thitung sebesar 5,21. Bila konvensional. Hal ini terlihat dari analisis
dikonsultasikan pada ttabel dengan dk 9 pada terhadap prestasi belajar siswa yaitu nilai
taraf signifikan 0,05 atau 5 persen sebesar post-test eksperimen dan post-test nilai
2,262 ternyata thitung lebih besar dari ttabel kelas kontrol bila dibandingkan tidak
bearti hasil post-test siklus ketiga naik secara menggunakan uji-t. Dari nilai pos-test antara
signifikan dibandingkan post-test siklus II. nilai kelas eksperimen dengan nilai kontrol
terdapat adanya perbedaan terhadap
100 prestasi belajar siswa dimana tingkat
50
prestasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi
pretest
dari tingkat prestasi kelas kontrol.
0 posttest
siklus siklus
2 3
110