Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI ARSITEKTUR

DOSEN : Dr. Sherly Asriany ST. MT

DISUSUN OLEH :
M. JIHAN A. MANSYUR
07241911047

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saya
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidyah, serta inayah-nya
kepada saya sehingga saya bias menyelesaikan makalah tentang teori arsitektur ini.

Makalah ini sudah sya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
sumber sehingga bias memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu saya menyampaikan
terimakasih kepada semua sumber yang telah berkuntribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar spenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik drai segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karenanya saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang teori arsitektur ini bisa memberikan
manfaat maupun insprirasi untuk pembaca.

Ternate, 24 februari 2020

Cicilia D.P Meran


DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………..1

Daftar isi………………………………………………………………………2

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………3

BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………4

2.1 Pengertian Teori…………………………………………………………..4

2.2 Teori arsitektur di Indonesia………………………………………………4

2.3 Teori arsitektur barat dan timur……………………………………………7

BAB III. PENUTUP…………………………………………………………..17

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………17

3.2 Saran………………………………………………………………………17

3.3 Daftar pustaka………………………………………………………………18


BAB I

PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian teori
2. Teori arsitektur di Indonesia
3. Teori arsitektur barat dan timur
BAB II.
PEMBAHASAN

Pengertian Teori

Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial.


Teori adalah seperangkat konsep/struktur, definisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan
hubungan sistimatis atau fenomena, dengan cara merinci hubungan sebab akibat yang terjadi.

Teori arsitektur di indonesia

1. Ir. Yuswadi saliya, M.Arch

Konsep Desain: Bentuk-bentuk Geometris yang sederhana, Topografi Tapak dan


Teori Arsitektur Modern

Manifesto dalam Mendesain

Bentuk-bentuk geometris yang sederhana, topografi tapak dan teori modern.


Konsep Architype [1] Yuswadi Saliya adalah pendekatan desain secara geometris. Selain
itu ada faktor lain dalam pendekatan desainnya, yaitu bentuk topografi tapak, riwayat
tempat tersebut yang berkaitan dengan sejarahnya, serta respon terhadap lingkungan
sekitarnya dan dalill-dalil dari teori arsitektur modern.

Langkah awal mendesain adalah dengan membaca bentuk tapaknya. Menurut pengakuan
beliau bila tidak mengetahui bentuk tapaknya, akan sukar untuk dapat mendesain, kecuali
merancang  sebuah bangunan yang desainnya mengacu kepada salah satu bentuk tipologi
bangunan dan dapat diletakkan di banyak tempat. Menurutnya setiap bentuk tapak
mempunyai anatomi yang khas, seperti dimana letak tulang punggungnya (garis sumbu
imajinernya), dimana sendi-sendinya. Setelah peta itu dapat dibaca sumbunya bagaimana,
kemudian dapat ditetapkan bagaimana hirarki, orientasi, dan sebagainya. Dari informasi
yang terdapat pada peta tersebut. Lalu dari orientasi yang ada sumbu tadi dikoreksi
kembali. Langkah selanjutnya adalah meresponnya terhadap riwayat dan kondisi
lingkungan sekitarnya, baru kemudian Beliau dengan cepat dapat menarik-narik garis
yang membentuk geometri sesuai dengan bentuk dan orientasi tapak tersebut.

Setiap tempat mempunyai orientasi yang berbeda tergantung dari kondisi topografinya.
Dalam menarik garis-garis pembentuk geometris ada dalil-dalil dan tuntutan-tuntutan,
sehingga mempunyai alasan, seperti bila membuat bentuk kurva, apa pegangannya.
Menurut beilau bahasa geometri ada aturan-aturannya ada istilah geometri thinking
(berpikir geometris). Bisa dibayangkan, seperti ada suatu pola-pola perulangan, pola-pola
yang konsisten dalam skala, dalam volumetri, dll.

Untuk pengolahan tampak bangunan, beliau menggunakan aturan-aturan dari teori


arsitektur modern seperti komposisi, keseimbangan, proporsi, perbandingan golden
section, dll. Sedikit banyaknya rumusan teknis modernis tadi beliau gunakan yang
menurutnya belum ada tandingannya apalagi dibandingkan dengan rumusan post-
modern yang dinilainya masih liar. Kemudian dalam memberikan unsur estetika dan
warna menurutnya semua orang akan setuju atau mempunyai persepsi yang sama bila
penjabarannya menggunakan teori arsitektur modern. Tanpa mengikuti itu beliau tidak
dapat menjelaskan desainnya kepada orang lain, dan dari ketentuan-ketentuan tersebut
beliau dapat menyiapkan kategorisasinya, kemudian terdapat kronologisnya yang
akhirnya dijadikan bentuk verbalnya sebagai bahan untuk menjelaskan kepada orang lain.
Menurutnya agar mendapatkan kepuasan dalam mendesain, hasil desain itu harus bisa
dibaca, kalau tidak bisa dibaca sepertinya hanya terjadi dengan kebetulan saja sehingga
tidak bermakna. 

2. M. Ridwan Kamil (1971)


Konsep Desain : Analogi dalam Sebuah karya arsitektur
Ada 4 Teori yang selalu dipakai oleh Ridwan Kamil dalam merancang :
Teori Analogi. Dalam merancang sebuah ruang diperlukan nilai-nilai, simbol yang
merupakan analogi dari bangunan tersebut. Dengan merespon terhadap konteks yang
ada, mencari sesuatu yang unik dari proyek yang ada. Dengan analogi bisa membuka
cakrawala kemungkinan-kemungkinan bentuk yang baru.
Teori Folding. Rancangan suatu ruang bisa dihasilkan dari proses melipat.
Membuat proses membentuk dengan melipat sebelum membuat denah bangunan.
Teori Green Architecture.
Teori Creating Programing, isi dari suatu ruang atau lay out dari sebuah ruang
menjadi expresi luar dari bangunan.
3. Rasmussen (1964)
Dalam Experiencing Architecture menjelaskan bahwa arsitektur bukan hanya dapat
dilihat dan diraba saja, yang didengar dan dirasa pun merupakan bagian dari
arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatu yang
berhubungan dengan bentuk dan material serta pendengaran pun dapat mempengaruhi
perasaan seseorang.

4. Achmad noe’man (1928)


Konsep desain: Islamic Architecture

Manifesto pada peracangan arsitektur yang islami


Menurut Achmad noe’man, Arsitektur yang islami adalah arsitektur yang
berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah Achmad noe’man adalah seorang arsitek
yang latar belakang pendidikan arsitektur praktik. Dalam berkarya beliau selalu
berusaha memasukan nilai-nilai islam kedalam desainnya. Hal tersebut dimaksudkan
beliau agar karya-karyanya lebih bermakna dan dapat dipertanggung jawabkan
dihadapan tuhan kelak. Achmad Noe’man, sebagai seorang Arsitek, banyak tertarik
dengan ajaran-ajaran agama islam, terutama pada kedua landasan agama itu yaitu Al-
quran dan As-sunnah. Sedangkan yang cukup berpengaruh orang yang cukup
berpengaruh pada kehidupannya adalah Muhammad SAW. Khusus pada bidang
Arsitek Achmad Noe’man mangagumi Lee Corbusier, Miss Van de Rohe, teori-teori
Beaus, karena semua itu tidak bertubrukan dangan nilai-nilai islamiyang mengajarkan
agar tidak menciptakan sesuatu yang berlebuh lebihan. Nililai islam banyak
mempengaruhi menifestasinya dalam berpraktek di dunia arsitektur. Salah satu
Manifesto Achmad Noe’man adalah “Arsitektur yang Islami Adalah Arsitektur
berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah”.

5. C. Snyder (1991)
Dalam catanese & Snyder (1991)
Teori yang Diungkapkan bahwa arsurektur dimulai sebagai tempat bernaung (shelter)
setelah itu, bengunan pertama yang dikenal adalah berupa tempat tinggal, dimana
orang-orang memerlukan tempat bernaung untuk kelangsungan hidupnya. Meskipun
demikian, tempat bernaung bukanlah satu-satunya ataupun yang paling utama
berfungsi sbagai perumahan.

Dan diungkapkan bahwa arsitektur sudah ada sbelum arsitektur pertama yang bisa
dianggap sebagai perancangan piramida berbentuk tangga di Mesir.
Teori arsitektur timur dan barat

Dasar berfikir barat senantiasa sesuai dengan tuntutan logika. Adanya gejala selalu
dianggap kumpulan dari berbagai unsure dan asrsitektur yang terjadi didunia timur sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap hidup dan pandangan masyarakat timur itu sendiri.

Pandangan dunia timur pada teori ruang


Lao Tzu menyatakan bahwa ruang yang terkandung didalam adalah lebih hakiki dari
pada materialnya. Lao tzu menekankan pada batas antar ruang internal dan ruang
external, yakni dinding pemisah. Interprestasi batas sebagai kesinambungan ruang,
menggeser tekanan ruang didalam terhadap bagian-bagian bangunan yang terjemahkan
ruang internal menjadi ruang external. Lao tzu secara halus mampu mengindikasikan
ruang pertama, ruang merupakan rangkaian secara tektonik, kedua, ruang dilingkupi
dalam bentuk sterootomik dan ketika, adanya ruang peralihan yang membentuk suatu
hubungan antara dunia didalam dan diluar.

1. Robinson (1990)
Robinson meyakini bahwa kedua pendekatan sains (Barat) dan mitos (Timur) sama-
sama valid dalam penelitian arsitektur. Dominasi pandangan Newtonian turut juga
mempengaruhi penelitian dalam bidang arsitektur. Bagaimanakah dengan artefak
budaya [arsitektur] China, Asia-Pasifik, Nusantara dan kawasan Timur lainnya?
Apakah apakah seluruh artefak budaya ini harus juga dilihat secara general melalui
kacamata Newtonian? Selama ini arsitektur [hampir] selalu didekati dari “pendekatan
saintifik”.

2. Sandrisser (1998)
Sandrisser meyakini bahwa beberapa makna ruang di Timur tidak dijumpai
definisinya di Barat. Dalam pengertian Timur, makna ruang merupakan bagian
dari bahasa yang tak terucap di masa lalu, bisa dialami tetapi tidak untuk
diartikulasi sebagaimana defines i Barat. Sedangkan, dalam kacamata barat
(diwakili dengan Erosentris) realitas ditangkap dengan menggunakan indera
jasadiah, logika, dan fenomena empirik. Atau jika pandangan itu setara dengan
sains modern, maka ruang dipandang sebagai struktur realitas dengan konsep
realitas datar. Ruang tersusun atas materinya saja (materialisme saintifik).
3. Lancaster (1956)
Keduanya, baik arsitektur Barat dan Timur memang menjadi dua kutub yang
berbeda. Setidaknnya terdapat delapan prinsip yang membedakan antara arsPertama,
arsitektur Barat lebih solid sedangkan Timur lebih ringan. Kedua, arsitektur Barat
lebih dilihat dari sudut pandang bentuk, ekspresi, dan eksternalitas, sedangkan Timur
lebih melihat arsitektur dari volume (kedalaman), dan internalitas. Ketiga, ciri karya
Barat terdiri dari bagian-bagian individu, sedangkan Timur terdiri dari unit-unit
terpadu. Keempat, kecenderungan Barat adalah untuk memperindah, sedangkan
Timur untuk menyederhanakan. Kelima, Barat lebih menekankan pada desain
vertikalitas yang merepresentasikan individualistik, berbeda (lain), dan berdiri tegap
(pongah), sedangkan Timur lebih menekankan pada desaian horisontalitas yang
merepresentasikan ketenangan dan menyesuaiakan diri dengan alam semesta; yang
melihat refleksi diri dari keseluruhan dan keseluruhan dalam dirinya. Keenam,
perancang dan karya Barat mengambil jarak dengan apa yang dilakukan, sedangkan
Timur membangun hubungan intim dengan apa yang dibuatnya. Ketujuh¸ Barat lebih
peduli pada efek pengolahan bahan dan menyembunyikan ekspresi bahan, sedangkan
Timur lebih memperhatikan hak material; menjaga bahan apa adanya dalam bentuk
kewajaran. Kedelapan, karya Barat menarik diri dari lingkungan alam; terpisah
dengan alam, sedangkan Timur lebih mengidentifikasikan lingkungan alam;
menyesuaikan alam. Dari delapan prinsip ini menunjukkan bahwa karya arsitektur
Barat dan Timur memang berbeda. Pada intinya karya arsitektur Timur lebih
menyelaraskan diri kepada alam dan membinanya menjadi hubungan timbal balik
yang utuh serta mengedepankan kebersamaan. Disamping itu, ekspresi bentuk fisik
tidaklah dominan. Tampaknya proses lebih penting daripada produk.itektur Barat dan
Timur.
Persoalananya adalah bagaimana cara memahami realitas ketimuran tersebut?
Metodologi seperti apa yang bisa digunakan dalam menginterpretasi realitas ruang
kesetempatan dan kesemestaan (kosmik) secara ketimuran? Karena begitu
pembahasan mulai masuk ranah metodologis maka kerangka logis akan membingkai.
Dan hal ini menjadi persoalan epistimologi saintisme yang bersifat rasional-empiris.
Pembahasan kosmologi sendiri akan banyak dihadang metodologi. Wessing
mengunakan teori strukturalis Levi-Strauss: dualisme konsentris (oposisi biner) dalam
melihat peran organisasi Baduy Dalam dan Baduy Luar. Di samping itu, teori ini juga
untuk memahami ritual Arca Domas bagi nilai kesetempatan Baduy terhadap
kesemestaan masyarakat Sunda di luar Baduy dalam memelihara kelestarian
kosmik.

4. Capra (2009)
Mengusulkan dua cara memandang realitas, secara konsepsi mekanistik dan organik.
Konsepsi mekanistik didasarkan pada mekanisme fisika klasik. Cara pandang
mekanistis bermanfaat untuk deskripsi fenomena fisis yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Cara pandang ini terbukti sebagai landasan teknologi.
Sedangkan cara pandang organik menganggap seluruh fenomena di alam semesta
sebagai bagian integral dari keseluruhan keselarasan yang tidak terpisahkan. Dalam
kehidupan sehari-hari kedua pandangan ini absah dan berguna. Mekanistik untuk sain
dan teknologi, organik untuk kehidupan spiritual yang terpenuhi dan seimbang. Cara
pandang rasional memahami cabangnya tetapi tidak akarnnya, sedangkan cara
pandang intuitif menguasai akarnya tetapi tidak cabangnya. Keduanya manjadi dua
tegangan yang saling melengkapi pengaruh timbal balik yang dinamis, tetapi tidak
bersintesis.

Ciri penting dalam pandangan Timur menurut Capra (2009) adalah kesadaran akan
kesatuan dan hubungan timbal balik dari segala sesuatu, benda dan peristiwa,
pengalaman atas seluruh fenomena di dunia sebagai manifestasi dari kesatuan dasar.
Alam semesta sebagai jaring kesalinghubungan relasi-relasi fisik dan mental yang
bagian-bagiannya didefinisikan hanya melalui hubungan dengan keseluruhan. Relasi-
relasi dalam keseluruhan ini sungguh sangat rumit dan tiada terputus. Untuk
memahami “keseluruhan” alam semesta bisa disusun atas rangkaian cerita-cerita
parsial yang menyebar. Hal ini merupakan wujud pengakuan atas kemajemukan
realitas (Supelli, 2006).
TEORI TEORI ARSITEKTUR DUNIA TIMUR
Bahan Ajar : ARS 546 - Teori Perencanaan dan Perancangan II
 
  1999/2000 Oleh : R. Irawan Surasetja, Drs.
Nilai-Nilai, Sikap dan Pandangan Budaya Timur
Arsitektur yang terjadi di dunia Timur, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap hidup
dan pandangan masyarakat Timur itu sendiri. Pembahasan Teori  Arsitektur secara
substansial tidak dibagi dalam urutan waktu melainkan lebih pada beberapa aspek yang
mempengaruhi arsitektur secara mendasar. Bagian awal bab ini, membahas mengenai beberapa aspek
mendasar yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur di dunia Timur. Dunia Timur yang
dimaksud dalam pembahasan ini sesuai dengan apa yang diartikan To Thi Anh dalam bukunya
Budaya Timur dan Barat, Konflik atau Harmoni; yaitu kawasan yang dipengaruhi dalam kebudayaan
India dan Cina, seperti India, Cina, Korea, Jepang dan negara-negara Asia Tenggara termasuk
didalamnya Nusantara. Bagian kedua, mencoba merumuskan pandangan budaya Timur yang
berkaitan dengan ruang, bentuk dan estetika yang diakhiri dengan melakukan penelaahan ruang,
bentuk dan estetika pada beberapa contoh-contoh yang dianggap mampu mewakili Dunia Timur
tersebut.

1. Pengetahuan
Para Pemikir Timur lebih menyukai intuisi daripada akal budi. Bagi pemikir Timur, pusat kepribadian
seseorang bukanlah kemampuan intelektualnya melainkan lebih pada hatinya, yang mempersatukan
akal budi dan intuisi, intelegensi dan perasaan. Mereka menghayati hidup dalam keseluruhan adanya
bukan semata-mata dengan otak. Pemikiran berdasarkan intuisi lebih akrab, hangat, personal dan
biasanya lebih dekat dengan kenyataan. Orang Timur dengan intuisinya merasa betah dengan dunia
tempat ia mengalami secara langsung sumber hidupnya. Orang Timur yang kebanyakan hidup dalam
kebudayaan agraris terbiasa dengan bahasa yang diam, tenang langit, musim, tanah, awan dan bulan.
Mereka mengalami betapa alam menunjukan diri dalam diam tetapi mengesankan. Dalam
kesederhanaan hidup, mereka lebih terlatih dengan perasaan daripada pikiran.

2. Ilmu dan Kebijaksanaan


Di Timur, tujuan utama belajar adalah untuk mencapai kebijaksanaan. Pengetahuan
intelektual saja, yang tidak mampu membuat seseorang menghadapi hidup dengan lebih baik dianggap
sebagai pemborosan waktu saja. Menurut orang Timur, hidup merupakan suatu perjalanan yang sulit
yang memerlukan refleksi dan latihan sepanjang hidup. Dalam bidang pengetahuan,
intuisi, pemikiran yang konkrit, simbolik, dan bersikap bijaksana merupakan keistimewaan
orang Timur dalam mendekati kenyataan. Ini merupakan kekhususan masyarakat agraris, berbeda
dengan masyarakat yang rasional, memakai abstraksi dan banyak spesialisasi pengetahuan.

3. Sikap terhadap Alam


Sikap terhadap alam bagi orang Timur dapat direnungkan melalui perbandingan dengan kedua puisi
dibawah ini. (Anh, 1985: 70)

4. Idealisasi Hidup
Terbebas dari materi. Hidup yang ideal bagi orang Timur adalah hidup yang sederhana dan tenang,
dengan kebutuhan sesedikit mungkin. Hidup yang dekat dengan alam, sumber segalanya. Bagi orang
Timur, nilai kehidupan yang tinggi berasal dari dalam: menerima keadaan sekarang, mengumpulkan
pengalaman, mengintegrasikan diri, menjadi suatu yang bernilai. Manusia memerlukan ketenangan
bathin dari waktu ke waktu demi kesempurnaannya. Orang Timur mengusahakan nilai-nilai spiritual
yang membuat ia mampu memulilakan dirinya dan terbebas dari belenggu materi

Teori-teori Arsitektur Dunia Timur


Bahan Ajar: ARS 546 - Teori Perencanaan dan Perancangan II

 ARS 546
 
 2000/2001 Oleh: R. Irawan Surasetja, Drs.
Program Studi Arsitektur

Penyair Jepang, Basho (1644-1694):


Ketika saya mengamati dengan hati-hati Saya melihat bunga nazuna sedang mekar Dekat pagar
Yang kedua dari Tennyson:
Bunga di sela tembok tua  Aku cabut kau dari sana; Kugenggam kau disini, sebagian dan
semuanya, Dalam tanganku Bunga yang kecil, andaikan aku dapat mengerti  Aku sebetulnya kau,
sebagian dan semuanya  Aku akan tahu apa itu Tuhan dan manusia
Dapat kita perhatikan bahwa Basho, dalam mengamati setangkai bunga kecil mekar dekat pagar tua
sepanjang jalan desa yang sunyi, ia mengamati bunga itu dalam kesederhanaanya tersirat keindahan
yang memancing kekagumannya tanpa mencabut - meiliki bunga itu. Sedangkan pada puisi
Tennyson, ia mencabut bunganya dari tempatnya. Ia memisahkan bunga dari tanah yang memberinya
hidup. Dari dua puisi diatas memperlihatkan kecintaan orang Timur yang mendalam pada alam.
Kesatuan dengan alam. Segala sesuatu yang ada dalam seluruh alam semesta - yang berjiwa ataupun
yang tidak
 
  justru sesungguhnya berasal dari yang Satu. Manusia Timur sadar akan ke-
“ada‟
-an dirinya yang sama dengan alam semesta.
Harmoni.
Harmoni dengan alam merupakan inspirasi utama Taoisme. Manifestasi ajaran Tao adalah alam
semesta, dimana setiap benda mempunyai
„jalannya‟, aturannya, rithmenya. Selaras dengan Tao berarti menjadi harmoni
dengan diri sendiri dan segala sesuatu. Ungkapan arsitektur yang harmonis terhadap alam dapat
diperhatikan bahwa alam selalu menjadi bahan pertimbangan yang tidak pernah terlepas dari alam
seperti kuil-kuil yang menempel dikaki bukit, rumah-rumah yang memperhatikan pepohonan,
menyatu dengan lingkungannya. Beberapa menara pagoda dengan atapnya yang melengkung sangat
harmonis dengan alam sekitarnya. Kesatuan dengan alam, harmoni dengan alam, merupakan rahasia
keseimbangan dan ketentraman yang dicerminkan dalam cara hidup orang Timur. Alam merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Budaya Timur mengutamakan terciptanya
keharmonisan, yang diwujudkan dalam (Roemanto, 1999: 1): 1. Keseimbangan antara
manusia dengan masyarakatnya 2. Keseimbangan antara manusia dengan alam 3.
Keseimbangan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Teori-teori Arsitektur Dunia Timur


Bahan Ajar: ARS 546 - Teori Perencanaan dan Perancangan II
 
 ARS 546
 
 2000/2001 Oleh: R. Irawan Surasetja, Drs.
 

Status Personal Manusia Timur mengenal adanya ikatan yang kuat antara anggota keluarga, antara
kenalan, dan tetangga. Pengaruh kelompok, masyarakat, sangat kuat pada keberadaan
seseorang. Hak manusia yang paling berharga yaitu kebebasannya justru dibatasi oleh kepentingan
masyarakat. Hidup yang diinginkan merintis jalan sendiri ataupun menjadi pionir dalam bidang
tertentu, menanggung segala resiko sebagai seorang pribadi yang unik, belum dikenal.
Bandingkanlah dengan orang Barat yang memang lebih menekankan pada kebebasan individu dalam
menentukan  jalan hidupnya dan dapat terbukti dengan banyaknya orang-orang yang
berjiwa pionir. dAlam hidupnya, manusia Timur lebih memilih partisipasi daripada individualisasi.

5. Pandangan Dunia Timur pada Teori Ruang


Pemikir yang sangat berpengaruh dalam meletakan dasar pemikiran mengenai ruang adalah Lao Tzu.
Ia yang hidup pada tahun 550 SM - dua ribu lima ratus tahun yang lalu
 
 menyatakan bahwa ruang yang terkandung didalam adalah lebih hakiki daripada materialnya. Dalam
bukunya yang terkenal Tao Teh Ching,
Lao Tzu menyatukan „being‟ (yang ada) dan „non

being‟ (yang tiada). Lao Tzu


menekankan pada batas antara ruang internal dan ruang eksternal, yakni dinding pemisah. Interpretasi
batas sebagai kesinambungan ruang, menggeser tekanan ruang didalam terhadap bagian-bagian
bangunan yang menterjemahkan ruang

6. Pandangan Dunia Timur pada Teori Bentuk


Pandangan Dunia Timur pada Estetika
… keselamatan kehidupan manusia, keluarga dan masyarakat, pada saat
sekarang kegiatan wayang atau tari kecak sebagian dilakukan untuk kegiatan komersial.
Untuk menjadi komersial, maka pertunjukan itu harus estetis. Pembagian proporsi yang
harmonis pada candi dikerjakan bukan karena pemikiran geometris semata melainkan lebih
dipengaruhi oleh kosmologi, dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Cita rasa kesederhanaan
dan kepolosan pada estetika Jepang yang akan diuraikan lebih lanjut pada bagian selanjutnya, lebih
berdasarkan pada pemahaman dan penghayatan orang Jepang yang berjiwa Shinto dan Budha Zen.
Pada hakekatnya, estetika di Timur dihayati lebih merupakan transformasi diri dari hidup
yang fana menuju nirwana.
Arsitektur Nusantara
Dalam Kosmologi Indonesia dinyatakan bahwa semua penghuni kosmos memiliki tempatnya sendiri
atau (harus) berusaha mencapainya. Kedudukan itu sesuai dengan pemilikan jumlah kesaktian atau zat
kejiwaan. Dengan demikian seluruh kosmos merupakan satu Tata Besar dimana segalanya memiliki
„tempatnya‟, berhubungan teratur, dan saling melengkapi. Keraton atau Istana
penguasa merupakan pusat seluruh hidup; dan kalau tinggal di Keraton (misal menjadi pengabdi),
itu sudah memberikan partisipasi pada kesaktian Raja.
Orang harus tahu „tempat‟; dan status seseorang dihormati.
 Itu berarti juga bahwa tempat-tempat yang insidental dan kebetulan sama sekali tidak
penting, dan tidak mempunyai relevansi, orang bisa sangat bebas

Teori-teori arsitektur dunia timur


Bahan Ajar: ARS 546 - Teori Perencanaan dan Perancangan II

 
 ARS 546
 
 2000/2001 Oleh: R. Irawan Surasetja, Drs.
Program Studi Arsitektur
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
 
terhadap penempatan geografis. Namun dalam kenyataannya justru penempatan yang
geografis itu sangat dipentingkan, yaitu letaknya yang relatif dan caranya (duduk dikursi, atau harus
berdiri, atau duduk di lantai). Bagi tamu-tamu masing-masing di pertemuan sangat diperhatikan
penempatannya, sebab tempat konkret menentukan status seseorang, dan kemudian juga tempatnya
dalam tata kosmis.
1. Arsitektur Candi
Budaya Timur mengutamakan terciptanya KEHARMONISAN, yang diwujudkan dalam bentuk (a)
keseimbangan antara manusia dengan masyarakat, (b) keseimbangan antara manusia dan alam
(lingkungan)-nya dan (c) keseimbangan antara manusia dan Yang Maha Pencipta. Keharmonisan
dalam wujud keseimbangan antara manusia dan alam lingkungannya sangat erat berkaitan
dengan tradisi ber-arsitektur, dalam hal ini membangun/to built. Sedangkan keharmonisan
antara manusia dan Yang Maha Pencipta direfleksikan ke dalam tata ruang yang terkait
dengan elemen-elemen
alam yang seringkali dijadikan „patokan‟ arah atau nilai kiblat yang bernilai magis
(Roesmanto, 1999). Dalam buku Wastu Citra
(Mangunwijaya, 1988) dinyatakan bahwa “Vasthu
Purisha-
Mandala”, kitab kuno ilmu bangunan masyarakat India yang religius
menerangkan bahwa Mandala hanya punya arti bila pusar bayi (pusat/inti) terhubung dengan ibunya

 –  dengan dunia para dewata, atau dengan Tuhan. Arsitektur, tata wilayah dan tata
bangunan, tidak diarahkan pertama kali atau semata-mata demi penikmatan rasa estetika
bangunan,
namun terutama demi „pelangsungan Hidup Secara Kosmos‟ yakni selaku
bagian integral dari seluruh kosmos atau Semesta Raya yang keramat dan gaib. Keharmonisan tersebut
menjadi inti dari falsafah hidup. Dan dengan demikian tradisi membangun dan berarsitektur tidak bisa
lepas dari pandangan hidup. Orang-orang Hindu di India
 induk kebudayaan Jawa, Bali dan Sriwijaya dan banyak bangsa lain

 –memang melihat tempat yang paling pusat adalah Pusar atau tali ari-ari. Dan sebagaimana
janin tumbuh dari tali ari-ari, Tuhan menciptakan dunia mulai dari pusar ari-ari, dan dari pusar itu
dunia berkembang ke segala arah. Dalam tradisi Hindu, kuil adalah tempat kediaman dan tubuh dari
Dewa. Vasthu Purusha Mandala menempatkan bangunan candi utama pada zona (mandala) pusat dari
pembagian 3 ke arah sisi yang berbeda. Dari petak 9 tersebut dapat berkembang menjadi petak 81,
tetapi ada juga yang menjadi petak 64. Meski demikian zona tengah merupakan kedudukan dewa
utama. Candi Borobudur sebagaimana candi-candi di Jawa Tengah menerapkan Vasthu Purusha
Mandala. Dari penataan stupa dan jumlah terasnya, telah mengalami ekplorasi dangan penggabungan
tata letak Vajradhatu, dan Garbhadatu (mirip Sthandila Mandala). Hal serupa juga terjadi
pada candi-candi Hindu di Jateng, yang membiarkan zona pusat bukan untuk candi utama (titik
pusat halaman dibiarkan kosong). (Lihat Vasthu Purusha Mandala, Garbhadatu pada
lampiran).

2. Arsitektur Tradisional Bali


Kehadiran arsitektur tradisional Bali sebagai bagian dari arsitektur Nusantara tek dapat dipisahkan
dengan agama Hindu yang melandasinya. Dalam filsafat Hindu terdapat suatu ajaran bahwa manusia
hendaknya mengharmoniskan
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori merupakan salah satu konsep dasar peneletian sosial.

Konsep/konstruk, definisi dan proporsi yang berusaha menjelaskan hubungan


sitematis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-sebab yang
terjadi.

Teori dapat digolongkan menjadi beberapa pokok masalah berdasarkan subjeknya


diantaranya :

1. Preskriptis,
2. Proskriptif,
3. Afirmatif, atau kritis.

Tantangan dalam arsitektur dapat dilihat dari praktek dan karya arsitektur itu
sendiri. Teori yang berkembang di Dunia Arsitektur indonesia barat maupun timur
berasal dari kritikan, penasfiran, dan deskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan
dan berhasil membangun opini para ahli sehingga timbul pemahaman baru. Sejak
pertengahan tahun 1960-an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdislipiner,
bergantung pada kritis. Pemahaman mengenai arsitektur di Indonesia maupun arsitektur
dunia barat dan timur disajikan sebagai pembuatan teori untuk arsitektur.

Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
Daftar pustaka

https://id.scribd.com/doc/142563522/makalah-teori-arsitektur
http://arsitek-ind.bogspot.com/2012/11/yuswadi-saliya.html
http://qadarnurullah.blogspot.com/2013/03/profile-tokoh-arsitek-arsitek-
terkenal.html
http://finance.detik.com/read/2011/09/07/163604/1717594/1016/kawasan-
kemayoran-akan-segera-megah-punya-pintu-gerbang-megah
http://indonesiakreatif.net/article/suncess-story/andra-martin/
https://id.scibd.com/archive/plans?doc=323915486&metadata=
%7B”context”%3A”archive_view_restucted”%2C”action”%3A”download”%
2C”logged_in”%3Atrue%2C”platfrom”%3A”web”%7D
https://www.scribd.com/doc/273696354/Makalah-Teori-Arsitektur-3
https://susiloku.wordpress.com/2011/10/04/melihat-arsitektur-barat-dan-
timur/
https://www.academia.edu/8460659/Program_TEORI_TEORI_ARSITEKTU
R_DUNIA_TIMUR_Nilai-Nilai_Sikap_dan_Pandangan_Budaya_Timur

Anda mungkin juga menyukai