Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325285595

Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe Akibat Kegiatan Pembuangan


Limbah Industri Pabrik Tahu

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 9,270

1 author:

Dewi Mardikawati
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dewi Mardikawati on 22 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pencemaran Lingkungan di Sungai Dawe Akibat Kegiatan Pembuangan Limbah
Industri Pabrik Tahu

(Kabupaten Kudus)

Dewi Mardikawati

Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Email: dmardikawati@gmail.com

20150520036

Pencemaran lingkungan terjadi karena faktor kerusakan baik itu air, udara, maupun
tanah. Yang di tandai dengan punahnya ekosistem flora maupun fauna yang hidup
didalamnya. Secara garis besar permasalahan kerusakan lingkungan telah resmi diperingatkan
oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), United Nation
Environment Programme (UNEP), United Nation Development Programme (UNDP), dan
Bank Dunia telah memberitahu tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak rusak.
Sumber-sumber pencemaran lingkungan terdiri dari tiga yaitu diakibatkan oleh limbah rumah
tangga, kegiatan industri, dan kegiatan pertanian yang dimana kegiatan mereka tidak sustain
terhadap lingkungan disekitarnya. Dampak pencemaran lingkungan merupakan masalah
bersama karena hal itu sangat merugikan dalam segala bidang. Dampak negative antara lain
tercemarnya udara, tercemarnya perairan, tercemarnya daratan, tercemarnya hutan, kerusakan
pesisir dan laut.

Saat ini di Indonesia banyak kasus yang mempengaruhi kelestarian sumber daya yang
diakibatkan oleh proses pembangunan di daerah dari yang padat penduduk hingga kota-kota
besar. Hal tersebut membuat permasalahan baru yang merugikan bagi masyarakat terutama di
sekitar wilayah pembangunan tersebut. Segala bentuk pembangunan yang ada di Indonesia
baik itu pembangunan industri pabrik atau pembangunan dalam bentuk besar sekalipun sudah
ada payung hukum yang mengaturnya. Payung hukum tersebut megatur bagaimana jalannya
suatu pembangunan supaya tidak terjadi kesenjangan sosial maupun ekonomi dan payung
hukum tersebut memberi aturan supaya sustain dengan segala aspek baik itu lingkungan
sosial maupun ekonomi.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang “Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”. Pada pasal (2) dijelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomot
14 Tahun 2008, bahwa “dinas perindustrian, koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang perindustri, koperasi, usaha mikro,
kecil, menengah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui
sekertaris daerah dinas perindusrian, koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembangunan.”

Pencemaran air telah dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang “Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air” yang dimaksud
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukanya.
Dari definisi tersebut telah jelas bahwa pencemaran air dilakukan baik secara sengaja maupun
tidak sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga mengurangi pemanfaatan air
sebagaimana mestinya. Dalam pengembangannya pencemaran air sangat tidak dibenarkan,
karena air merupakan sumber daya alam yang suatu saat akan habis apabila kita tidak
menjaga dan merawatnya. Kebutuhan air dalam hidup kita sangat sentral karena untuk
aktifitas sehari-hari.

Sektor industri bisa dikatakan sebagai tiang perekenomian di suatu daerah apabila
pada sektor tersebut berjalan dengan baik sesuai potensi yang ada dan mendapatkan
keuntungan bagi masyarakat untuk membantu meningkatkan perekonomian. Industri adalah
bagian dari proses produksi, bahan-bahannya pun terdiri di ambil secara langsung maupun
tidak langsung, yang kemudian diolah atau diproses sehingga menghasilkan nilai harga jual
yang tinggi pada perekonomian bagi masyarakat, kegiatan proses produksi disebut juga
dengan perindustrian yang telah diatur pada pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang perindustrian, menyatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi
barang dengan dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. Sektor ini bisa dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil. Menurut konsep Badan Pusat Statistik
(BPS) industri besar adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih,
industri sedang adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20 s/d 99 orang, industri kecil
adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja antara 5 s/d 19 orang dan industri rumah
tangga mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang. Terdapat kurang lebih 17 perusahaan
yang ada di daerah tersebut. Pabrik tersebut telah beroperasi selama 20tahun namun sangat
disayangkan 5 tahun terakhir limbah tersebut terlihat mencemari sungai yang biasa umtuk
warga melakukan aktivitas disana.

Menurut brundtland dalam (Eko, 2016) pembangunan berkelanjutan adalah suatu


proses yang berkelanjutan mengenai pembangunan seperti (lahan, kota, bisnis, masyarakat
dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi di masa yang akan datang”. Dalam hal ini permasalahan yang akan
dihadapi adalah bagaimana cara untuk memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan perekonomian dan keadilan sosial.

Dari sisi ekonomi menurut faiz dalam (Eko, 2016) ada dua alasan mengapa
pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pertama adalah terkait dengan alasan moral. Pada
generasi saat ini lebih banyak menikmati barang yang berasal dari sumber daya alam
sehingga secara moral perlu diperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk generasi yang
akan datang. Kedua, terkait ekologi. Keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi
yang sangat tinggi, oleh karena itu semestinya aktivitas tidak diarahkan pada pemanfaatan
sumberdaya alam yang terlalu berlebih sehingga memberikan dapat merusak lingkungan.

Jadi sustainable development (pembangungan berkelanjutan) adalah sebuah konsep


dalalm pembangunan yang mencakup aspek sosial,ekonomi dan lingkungan. Konsep ini
memberikan batasan-batasan mengenai bagaimana suatu pembangunan yang harus
memperhatikan keadaan sosial,ekonomi dan lingkungan apakah dengan adanya
pembangunan tersebut sustain atau tidak. Mengingat pembangunan berkelanjutan telah
tercantum dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) sehingga
segala sesuatu telah diatur, dan visi pembangunan berkelanjutan telah dicantumkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia; tercapainya kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa
yang cerdas; dan dapat berperannya bangsa Indonesia dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian visi
pembangunan yang kita anut adalah pembangunan yang dapat mengurangi pemenuhan
aspirasi dan kebutuhan generasi yang akan datang. Oleh karena itu, fugsi lingkungan
merupakan suatu aspek yang harus diperhatikan. (Ima dkk, 2013)

GEG (Good Environmental Governance) dalam prosesnya sebagai pelaku


kepentingan terdapat tiga domain good governance, yaitu pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Tiga hal tersebut sangat berpengaruh dalam rangka penciptaan good governance.
Pemerintah tidak dapat berjalan sendiri tanpa ada kaitannya dengan sektor swasta dan
masyarakat, semua saling mendukung sehingga tercipta akuntabilitas dan transparansi.
Hubungan antara pemerintah dalam mengatasi pencemaran limbah industri pabrik tahu
mengarah pada prinsip untuk mewujudkan sustainable development. Good Environmental
Governance merupakan suatu badan organisasi pemerintah yang mengelola lingkungan
secara baik dan memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Jadi dalam
hal ini sebuah perusahaan sebelum mendirikan usahanya harus mempertimbangkan segala
aspek supaya tidak merusak sumber daya terutama tanah, air, udara karena telah ada badan
yang mengawasi.

Sungai Dawe yang berada di Kabupaten Kudus tepatnya di Desa Ngembalrejo,


Kecamatan Bae, terdapat sungai yang keruh sejak beberapa tahun yang lalu. Sejumlah desa
yang terdampak dari pencemaran limbah ini antara lain adalah Desa Ngembalrejo, Desa
Hadipolo, Desa Golantepu, Desa Mejobo, dan Desa Temolus. Kegiatan industri limbah itu
berasal dari pabrik tahu yang ada di Dukuh Kemang, Dukuh Karangbener, Kecamatan Bae,
Kudus. Menurut Supaat, ketua RT 02 RW 06 Dukuh Boto Kidul, Desa Ngembalrejo
mengatakan bahwa akibat limbah industri pabrik tahu ini telah mencemari sungai yang
menimbulkan warna keruh dan berbusa sejak tahun 2015 dan menimbulkan bau tidak sedap
hingga ke perumahan warga. Ada juga beberapa sumur warga terkontamnasi akibat dari
tercemarnya sungai tersebut. Padahal dulunya Sungai Dawe merupakan sungai bersih yang
sebagian warga masih memanfaatkannya untuk mencuci baju, mandi, atau memancing namun
beberapa tahun belakangan dengan adanya limbah pabrik ini masyarakat tidak lagi
beraktivitas di dekat sungai tersebut. Beberapa warga memakai sumur hanya untuk mencuci
baju, tidak lagi buat konsumsi karena imbas dari limbah tersebut sehingga warga harus
membeli air isi ulang untuk konsumsi sehari-sehari yang lebih higienis. Ditambah lagi pada
saat sekarang, atau musim kemarau. Sungai menjadi keruh dan bau menyengat sangat
dikeluhkan oleh warga dekat bantaran sungai tersebut. Warga meminta supaya pemerintah
segera mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan pencemaran air ini, selain itu juga
warga telah memberi masukan kepada pengelola pabrik tahu agar tidak lagi membuang
limbah pada sungai namun tidak ada titik terang. (Tribun Jateng, 2017)

Pelaksana tugas (Plt) Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Lingkungan


Hidup (PKLH) Kabupaten Kudus, Abdul Halil dalam menindak lanjuti permasalahan
pencemaran lingkungan Sungai Dawe di Desa Ngemabalrejo ini meminta kepada pihak
pengusaha tahu untuk membuat surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Baik izin usaha
maupun lingkungan sehingga pihaknya dapat membuat anggaran untuk pembuatan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal untuk pengusaha. Halil mengatakan bahwa
pihaknya akan segera mencari tahu dengan cara langsung terjun ke lapangan. Sebab, banyak
pengusaha yang tidak paham bagaimana cara mengolah limbah, hal tersebut merupakan
akibat dari tidak punya surat izin lingkungan. Kalau pengusaha tersebut telah membuat surat
seharusnya pencemaran lingkungan ini tidak pernah terjadi karena tentu sebelum mendirikan
bangunan sudah dijelaskan diberi pemahaman tentang cara mengolah limbah. Jika
pencemaran lingkungan ini terus menerus terjadi maka pihaknya tidak segan untuk
memberikan tindakan tegas kepada pengusaha yang telah diatur dalam perda. (Jawa Pos
Radar Kudus, 2017)

Pencemaran lingkungan akibat kegiatan limbah industri pabrik tahu dalam perspektif
sustainable development. Sustainable development Terdiri dari tiga pilar yakni
ekonomi,sosial, dan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meningkatnya kualitas hidup masyarakat serta memberikan dampak bagi masa
depan agar generasi mendatang dapat menikmati apa yang ada di bumi ini tanpa mengurangi
akses yang ada. Dalam hal ini yang utama adalah aspek ekonomi memberikan pengaruh yang
signifikan pada suatu daerah, karena dengan meningkatnya ekonomi maka bisa dikatakan
daerah tersebut sebagian masyarakatnya bisa dibilang mandiri atau mampu sehingga dengan
adanya kegiatan industri pabrik tau tersebut bisa memberikan efek yang positif pada
masyarakatnya. Namun, ada beberapa hal yang membuat faktor ekonomi ini tidak sustain
apabila dengan adanya kegiatan indutri ini justru tidak memberikan efek yang
menguntungkan kepada masyarakat. Pada kasus kegiatan pabrik industri di Kabupaten Kudus
ini terlihat aspek ekonomi berjalan secara sustain karena dengan adanya 17 pabrik industri
yang ada di kabupaten tersebut bisa merekrut masyarakat sebagai karyawan pabrik, dan
terlihat juga apabila suatu perusahaan pabrik akan menjalankan suatu kegiatan industri pasti
merekrut orang sebanyak-banyaknya apalagi industri tersebut masih dalam pengelolaan yang
tradisional masih menggunakan tenaga manusia. Masyarakat yang berumur produktif sangat
dibutuhkan, sehingga angka pengangguran berkurang dengan adanya kegiatan industri pabrik
tersebut.

Selanjutnya pada pilar sustainable development yang kedua yaitu tentang sosial, yang
menjadi fokusnya adalah bagaimana management sumber daya manusia dapat dikelola
dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, apakah memumpuni di
bidangnya atau tidak. Namun dalam hal aspek sosial ini perlu digaris bawahi bahwa apabila
pilar ekonomi telah berjalan dengan baik otomatis permasalahan sosial akan mengikuti
bagaimana jalannya suatu kebijakan tersebut. Apabila ekonomi telah membaik, sedikitnya
angka kemiskinan dan pengangguran maka aspek sosial pun jarang atau bahkan tidak akan
terjadi. Aspek sosial yang lebih di arahkan pada keadaan sosial masyarakatnya yang apabila
terlibat secara langsung dapat mempengaruhi kondisi sosial yang ada. Pihak pengelola dan
masyarakat berkontribusi dengan baik sehingga terlihat apakah dengan adanya perencanaan
pengembangan tersebut dpat dilihat apakah pada program ini tepat sasaran atau tidak.

Dalam aspek lingkungan, pada paper ini lebih spesifik menjelaskan bagaimana
seharusnya peran pemerintah dalam melihat situasi yang sedang meresahkan masyarakat di
sekitar bantaran sungai dawe akibat kegiatan industri limbah pabrik yang merusak atau
mencemari air sungai. Pemerintah bekerjasama dengan seluruh anggotanya bertugas
bertanggung jawab dalam strategi kebijakan di setiap peraturannya, membuat program
supaya tercapainya lingkungan yang baik akan tetapi dalam hal penyelenggaraan
pembangunan nasional. Sehingga peran pemerintah sangat penting. Dalam aspek lingkungan
ini lebih berfokus bagaimana proses atau sistem keberlangsungan yang ada baik dalam skala
jangka panjang maupun jangka pendek. Yang dimaksudkan disini untuk memelihara
kelestarian lingkungan oleh pihak terkait yang mengembangkan usahanya. Namun pada
kenyataanya disini kasus limbah ini terjadi karena pihak pengelola yang lalai dalam hal
mengurus surat izin yang seharusnya pada saat awal mendirikan sudah diperhitungkan
bagaimana keadaan kondisi geografis, sosial, budaya dan ekonomi. Segala sesuatu yang
direncanakan harus terarah, rasional sesuai dengan kondisi yang ada, dan ketepatan waktu.
Hal tersebut diatas lah merupakan tugas pemerintah dalam mewujudkan modernisasi sesuai
dengantantangan dan kondisi masyarakat yang lebih banyak berpendidikan rendah sehingga
membuat pola pikir mereka belum bisa setara. Lalu langkah selanjutnya peran pemerintah
selaku katalisator atau sebagai penengah antara pihak swasta dengan masyarakat apabila ada
permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Tetapi apabila pemerintah sudah baik
dalam menjalankan tugasnya sebagai katalisator seharusnya pencemaran lingkungan tidak
pernah terjadi, apabila itu terjadi berarti pemerintah belum memaksimalkan tugasnya.
Pemerintah (Badan Lingkungan Hidup) yang memiliki tugas sebagai badan yang mengawasi
terkait lingkungan, supaya para pengusaha diharapkan mengatasi permasalahan apabila pihak
perusahaan melanggar hukum terkait pembuangan limbah. Dalam hal ini dibutuhkan
kontribusi dari pemerintah dan masyarakat. Pencemaran terjadi karena limbah dari perusahan
telah masuk ke dalam sumber daya alam. Masyarakat merasa sangat dirugikan karena hal itu
berdampak lebih besar karena sumur warga pun terkontaminasi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa seharusnya pemerintah lebih memperhatikan peluang perusahaan untuk membangun
sebuah industri apakah hal tersebut sustain atau tidak terhadap lingkungan masyarakat
setempat, disini jelas terlihat bahwa dengan adanya pabrik industri tahu di dekat sungai dawe
hal tersebut tidak sustain karena pabrik tahu tidak memiliki tempat khusus untuk mengelola
limbah. Akibat yang ditimbulkan dari limbah tersebut adalah tercemarnya sungai menjadi
keruh, bau dan berbusa sehingga masyarakat sangat terganggu dengan keadaan tersebut.
Daftar Pustaka

Analisis Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Limbah Industri . (2013). Jurnal Administrasi
Publik, 94-102.

Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Agung Perdana dalam mengurangi
dampak Kerusakan Lingkungan . (2016). Eko Priyo Purnomo , 213-217.

Ima, dkk. (2013) Analisis Peran Pemerintah dalam Mengatasi Limbah Industri Pabrik. UB:
Malang

Jawa Pos Radar Kudus. (2017, November 20). Retrieved may 20, 2018, from Jawa Pos:
https://www.jawapos.com/radarkudus/read/2017/11/20/28146/pemkab-bakal-
anggarkan-pembuatan-ipal-komunal

Kristanto, Philip. (2002) Ekologi Industri. Yogyakarta, ANDI.

Tribun Jateng. (2017, november 7). Retrieved may 20, 2018, from Tribun Jateng :
http;//www.tribunjateng.com

Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomot 14 Tahun 2008, bahwa dinas perindustrian,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

Pembukaan UUD 1946


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai