02 Bahan Bangunan 2017 PDF
02 Bahan Bangunan 2017 PDF
02 Bahan Bangunan 2017 PDF
0
Bahan Bangunan
DAFTAR ISI
1. Pasir ...................................................................................................................................................6
5. Air ................................................................................................................................................... 13
3. Paving Block.................................................................................................................................... 23
1
Bahan Bangunan
DAFTAR GAMBAR
2
Bahan Bangunan
Gambar 2.28 Pengadukan Cara Sederhana (kiri) dan dengan Mixer (kanan)............................... 29
Gambar 2.29 Cara Pemeriksaan Adukan....................................................................................... 30
Gambar 2.30 Perawatan Sementara Genteng Beserta Alasnya (Kiri) dan Perendaman serta
Penyusunan Genteng Tanpa Alasnya (Kanan) ........................................................................... 30
Gambar 2.31 Proses Peluluhan Tanah dengan Cara Manual (Diinjak) ......................................... 33
Gambar 2.32 Proses Pencetakan Bata dengan Alat Extruder ....................................................... 34
Gambar 2.33 Proses Pengeringan Bata ......................................................................................... 34
3
Bahan Bangunan
DAFTAR TABEL
4
Bahan Bangunan
KATA PENGANTAR
5
Bahan Bangunan
1. Pasir
a. Pengertian
Pasir sebagai bahan utama atau agregat dalam pembuatan komponen bangunan
dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan dengan memecah batu dan mempunyai
ukuran butir maksimum 5 mm.
b. Persyaratan
Pasir harus memenuhi syarat mutu sebagai berikut:
1) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%;
2) Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak;
3) Susunan besar butiran mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 – 3,8
dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Apabila
diayak dengan susunan ayakan, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimum 2 % berat;
b) Sisa di atas ayakan 1,2 mm, minimum 10 % berat;
c) Bagian yang lolos ayakan 0,3 mm, minimum 15 % berat.
4) Terdiri dari butiran tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
5) Butiran harus bersifat kekal:
a) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%;
b) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.
6) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk komponen
bangunan, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan yang diakui;
6
Bahan Bangunan
7) Susunan besar butir terdiri atas 4 zone, seperti Tabel 1.1 berikut;
7
Bahan Bangunan
b. Tipe II, untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan sulfat atau kalor hidrasi
sedang;
c. Tipe III, untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tinggi pada tahap awal;
d. Tipe IV, untuk penggunaan yang memerlukan kalor hidrasi rendah;
e. Tipe V, untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Selain semen Portland jenis OPC saat ini juga telah diproduksi jenis semen lain seperti
Semen Portland Pozolan (PPC), Semen Portland Komposit (PCC) dan lainnya. Semen
harus memenuhi syarat seperti Tabel-1.2 berikut:
Semen harus disimpan ditempat terlindung dan diberi alas agar tidak terpengaruh
terhadap kelembapan. Semen yang sudah membatu dan menggumpal tidak boleh
digunakan lagi.
Contoh produksi semen portland disajikan pada Gambar 1.3 berikut.
8
Bahan Bangunan
Tras (pozolan alam) adalah bubukan batuan gunung api yang unsur utamanya adalah
silikat reaktif dan dalam kondisi halus bila dicampur dengan kapur padam ditambah air
akan membentuk masa yang padat, keras dan stabil. Secara umum tras memiliki
komposisi kimia sebagai berikut:
a. SiO2 = 41,55 %,
b. TiO2 = 0,15 %,
c. Al2O3 = 6,75 %,
d. Fe2O3 = 4,73 %,
e. CaO = 25,40 %,
f. MgO = 1,12 %,
g. MnO = 0,05 %,
h. H2O = 20,25 %.
Sedangkan sifat fisis dari tras dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas mutu seperti Tabel 1.3
berikut:
Syarat Mutu
No Uraian
Tingkat-I Tingkat-II Tingkat-III
1 Kadar air bebas, …………………………. % <6 6-8 8 - 10
2 Kehalusan, sisa diatas ayakan 0,21 mm, % < 10 10 - 30 30 - 50
3 Waktu pengikatan, ………………. X 24 jam 1 2 3
4 Keteguhan aduk pada umur 14 hari ;
i. Keteguhan tekan, ………… Kg/cm2 100 75 – 100 50 – 75
j. Keteguhan tarik, ..………… Kg/cm2 16 12 - 16 8 - 12
9
Bahan Bangunan
b. Berdasarkan mineralnya:
Lempung kaolinit, halloysit, illit, montmorilonit, kaolonit-halloysit.
SiO2 : 50 – 70 %
Al2O3 : 10 – 35 %
Fe2O3 : 2–8 %
TiO2 : 0,1 – 2 %
CaO : 0,5 –15 %
MgO : 0,2 – 5 %
SO3 : 0 - 0,5 %
HP : 3 - 12 %
Selanjutnya spesifikasi tanah liat sebagai bahan keramik berdasar partikel butirannya
adalah sebagai berikut:
10
Bahan Bangunan
e. Berdasarkan plastisitasnya.
Batas plastisitas (PL) adalah menunjukkan jumlah air tertentu yang ditambahkan
dimana massa lempung air tidak dapat mempertahankan bentuk setelah dikenai
tekanan.
Batas cair (LL), adalah dimana lempung air tidak dapat mempertahankan
plastisitasnya karena mulai mengalir Indek plastisitas (IP), adalah selisih kadar air
antara batas cair dengan batas plastis (dari percobaan atterberg).
IP = < 10 %, lempung tidak plastis
IP = 10 – 20 %, lempung agak plastis
IP = 20 – 30 %, lempung plastis
IP = > 30 %, lempung sangat plastis.
f. Berdasarkan kepekaan terhadap Pengeringan (DSe).
Hal ini merupakan faktor yang penting dalam penggunaan tanah liat untuk bahan
baku bahan bangunan keramik. Teori didasarkan pada hubungan antara kadar air
setelah dikeringkan sampai penyusutan berhenti. Setelah digambarkan, akan
diperoleh 2 (dua) daerah yaitu sebelah atas garis kadar air kritis disebut daerah
bahaya dan sebelah bawah garis kadar air kritis disebut daerah aman. Kemudian
dihitung nilai kepekaan terhadap pengeringan, yaitu:
Dse = < 1, tidak peka terhadap pengeringan,
Dse = 1–2, peka terhadap pengeringan
Dse = >2, sangat peka terhadap pengeringan
Nilai Dse > 2, biasanya tidak disarankan, karena akan menimbulkan kesulitan-
kesulitan pada proses pengeringan.
Selanjutnya bila dilihat dari nilai susut keringnya, adalah sebagi berikut :
< 6 %, tidak peka terhadap pengeringan,
6 – 10 %, peka terhadap pengeringan,
> 10 %, sangat peka terhadap pengeringan.
11
Bahan Bangunan
2) Pada temperatur antara 400 oC – 600 oC air yang terikat secara kimia dan zat-
zat lain didalam lempung akan menguap.
3) Pada temperatur 650 oC - 800 oC terjadi perubahan-perubahan kristal dari
lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang mengisi pori-pori, sehingga
barang menjadi padat dan kuat.
4) Pada temperatur 920 oC – 1020 oC senyawa-senyawa besi akan berubah
menjadi senyawa yang lebih stabil dan umumnya memberi warna merah (dan
menjadi hitam)
Lempung mengalami susut kembali dan dinamakan susut bakar, benda coba yang
telah dibakar diperiksa sifat-sifatnya sebagai berikut:
1) Warna setelah dibakar
2) Bunyi
3) Susut bakar
4) Peresapan air
5) Keporian
6) Sifat perembesan air
12
Bahan Bangunan
11) Lebih disukai lempung yang tidak menggunakan garam yang larut dalam air
5. Air
Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan
yang meliputi kegunaannya untuk pembuatan dan perawatan komponen bangunan,
pemadaman kapur, pembuatan adukan pasangan dan plesteran dan sebagainya.
Air harus memenuhi persyaratan SNI 03-6861-2001 yang meliput:
a. Air harus bersih, dengan pH antara 6 – 8.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan bahan terapung lainnya yang terlihat secara
visual.
c. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 g/lt.
d. Tidak mengandung garam seperti Cl- maks. 500 ppm dan SO4 maks. 1.000 ppm.
e. Kuat tekan mortar dari air contoh minimum 90 % dari kuat tekan mortar yang
menggunakan air suling.
Semua jenis air yang meragukan harus diperiksa di laboratorium.
13
Bahan Bangunan
Pemakaian bahan kimia pembantu harus hati-hati dan disesuaikan dengan kebutuhan
yang cocok, agar tidak mengakibatkan kerusakan terhadap komponen.
7. Fly Ash
Fly ash (abu terbang) adalah sisa hasil pembakaran batu bara yang berbentuk partikel
halus, warna keabu-abuan, memiliki kadar karbon rendah dan bersifat pozzolanik. Sifat
pozzolanik artinya bahwa fly ash tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu
kamar (dengan adanya air) membentuk senyawa yang bersifat dapat mengikat. Syarat
fly ash menurut ASTM C-618 antara lain sebagai berikut:
a. Kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 minimum 70%.
b. Kandungan Na2O maksimum 1,5%.
c. Kandungan SO3 maksimum 5%.
d. Kandungan HP (LOI) maksimum 12%.
8. Bottom Ash
Bottom ash (abu dasar) adalah sisa hasil pembakaran batu bara yang berbentuk partikel
jauh lebih kasar daripada fly ash. Komposisi kimia bottom ash sama dengan komposisi
kimia fly ash, tetapi memiliki kandungan karbon yang lebih besar. Bottom ash dapat
diolah terlebih dahulu melalui peremukan (crushing) dan pengayakan (screening) untuk
menghasilkan ukuran agregat tertentu sesuai persyaratan kualitas yang diminta dalam
aplikasi sebagai bahan bangunan. Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk
dalam perbandingan berat adalah (80-90%) berbanding (10-20%).
14
Bahan Bangunan
15
Bahan Bangunan
Conblock harus memenuhi syarat-syarat fisis sesuai dengan Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Syarat-syarat fisis conblock
Gambar 2.2 Mesin cetak semi masinal Gambar 2.3 Mesin cetak manual
16
Bahan Bangunan
Cara Produksi
Proporsi campuran dapat ditentukan berdasarkan mutu atau kekuatan yang akan
dicapai. Komposisi campuran antara semen dan pasir dapat dilakukan dengan
perbandingan berat atau volume (lihat Gambar 4), sedangkan kandungan air dalam
adukan ditentukan sampai adukan cukup plastis dan mudah dicetak.
Proses Produksi
a. Bahan baku semen Portland dan pasir yang telah ditakar/ditimbang sesuai
dengan petunjuk di atas, tempatkan dalam sebuah kotak pengaduk kemudian
lakukan pengadukan secara kering dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti cangkul atau alat mixer sampai homogen. Setelah adukan kering
tersebut cukup rata dan homogen, lalu tuangkan air secukupnya sedikit demi
sedikit, sehingga adukan menjadi lembab dan siap dicetak (lihat Gambar 2.5
dan 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.5 Cara pengadukan sederhana Gambar 2.6 Cara pengadukan dengan alat
mixer
17
Bahan Bangunan
Untuk meyakinkan bahwa adukan tersebut siap dicetak, maka harus diperiksa dahulu dengan
cara: ambil segenggam adukan lembab, lalu dikepal dan jika telapak tangan terlihat basah itu
berarti bahwa airnya terlalu banyak, sehingga perlu dilakukan pengulangan adukan dengan
mengurangi air sampai didapatkan adukan yang cukup kenyal (lihat Gambar 2.7).
b. Adukan kenyal tersebut masukan ke dalam mesin cetak manual / semi masinal.
Untuk mesin cetak manual proses pemadatannya dipres/ditekan dengan
menggunakan batang pengungkit, sedangkan untuk mesin semi masinal
disamping ditekan/dipres juga digetar.
c. Bata beton berlobang dikeluarkan dari mesin cetak bersama papan alasnya, lalu
ditempatkan pada rak kayu yang terlindung dari panas matahari langsung untuk
perawatan sementara selama 24 jam (lihat Gambar 2.8).
d. Setelah waktu perawatan 24 jam, bata beton berlobang dapat dilepas dari
papan alas untuk pemeliharaan selanjutnya yaitu dipindahkan dan disusun
maksimal 3 lapis di tempat terlindung dari sinar matahari selama 7 hari. Setiap
hari harus disiram dengan air agar mutunya tetap terjaga dan setelah cukup
umur pemeliharaan bata beton berlobang siap untuk digunakan /dipasang.
18
Bahan Bangunan
Bata beton pejal adalah bata yang memiliki penampang pejal 75% atau lebih dari
luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume bata
seluruhnya. Bata beton pejal dibedakan menurut tingkat mutunya, yaitu tingkat I, II,
III, dan IV. Ukuran bata beton harus sesuai dengan Tabel 2.3.
Ukuran
Tabel 2.3 Bata Beton Pejal
Ukuran (mm)
Jenis
Panjang Lebar Tebal
Pejal 300 3-5 100 2 90 2
100±2 mm
90±2 mm
300 mm(±3-5)
90±2 mm
100±2 mm
300 mm(±3-5)
Gambar 2.9
19
Bahan Bangunan
Peralatan
20
Bahan Bangunan
Cara Produksi
Proporsi campuran dapat ditentukan berdasarkan mutu atau kekuatan yang akan
dicapai. Komposisi campuran antara semen dan pasir dapat dilakukan dengan
perbandingan berat atau volume (lihat Gambar 2.11), sedangkan kandungan air
dalam adukan ditentukan sampai adukan cukup plastis dan mudah dicetak. Salah
satu contoh komposisi campuran conblock adalah sebagai berikut:
Proses Produksi
a. Bahan baku semen Portland dan pasir yang telah ditakar /ditimbang sesuai
dengan petunjuk di atas, tempatkan dalam sebuah kotak pengaduk kemudian
lakukan pengadukan secara kering dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti cangkul atau alat mixer sampai homogen. Setelah adukan kering
tersebut cukup rata dan homogen, lalu tuangkan air secukupnya sedikit demi
sedikit, sehingga adukan menjadi lembab dan siap dicetak (lihat Gambar 2.12
dan 2.13 di bawah ini).
Gambar 2.12 Cara pengadukan sederhana Gambar 2.13 Cara pengadukan dengan alat
mixer
21
Bahan Bangunan
b. Untuk meyakinkan bahwa adukan tersebut siap dicetak, maka harus diperiksa
dahulu dengan cara: ambil segenggam adukan lembab, lalu dikepal dan jika
telapak tangan terlihat basah itu berarti bahwa airnya terlalu banyak, sehingga
perlu dilakukan pengulangan adukan dengan mengurangi air sampai
didapatkan adukan yang cukup kenyal (lihat Gambar 14).
c. Adukan kenyal tersebut masukan ke dalam mesin cetak manual / semi masinal.
Untuk mesin cetak manual proses pemadatannya dipres/ditekan dengan
menggunakan batang pengungkit, sedangkan untuk mesin semi masinal
disamping ditekan/dipres juga digetar.
d. Bata beton pejal dikeluarkan dari mesin cetak bersama papan alasnya, lalu
ditempatkan pada rak kayu yang terlindung dari panas matahari langsung
untuk perawatan sementara selama 24 jam (lihat Gambar 2.15).
e. Setelah waktu perawatan 24 jam, bata beton pejal dapat dilepas dari papan
alas untuk pemeliharaan selanjutnya yaitu dipindahkan dan disusun maksimal
3 lapis di tempat terlindung dari sinar matahari selama 7 hari. Setiap hari
22
Bahan Bangunan
harus disiram dengan air agar mutunya tetap terjaga dan setelah cukup umur
pemeliharaan bata beton pejal siap untuk digunakan /dipasang.
3. Paving Block
Paving block adalah suatu komponen bahan bangunan yang dibuat dari campuran
semen Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu paving block, dicetak
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu produk yang kuat, stabil dan tahan
terhadap beban mekanik sesuai dengan fungsinya.
23
Bahan Bangunan
Beberapa jenis pola pemasangan produk paving block seperti Gambar 17 berikut:
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk membuat paving block antara lain:
a. Mesin cetak dapat manual, getar tekan (semi masinal) atau masinal lihat Gambar
18 dan 19.
b. Papan alas cetakan dari kayu.
c. Alat bantu lain, seperti singkup, sendok aduk, rak pengering, dll.
Gambar 2.18 Alat cetak manual Gambar 2.19 Mesin cetak semi
masinal
24
Bahan Bangunan
Cara produksi
Proporsi campuran dapat ditentukan berdasarkan mutu atau kekuatan yang akan
dicapai. Komposisi campuran antara semen dan pasir dapat dilakukan dengan
perbandingan berat atau volume (lihat Gambar 2.20), sedangkan kandungan air
dalam adukan ditentukan sampai adukan cukup plastis dan mudah dicetak. Salah satu
contoh komposisi campuran paving block adalah sebagai berikut:
Proses Produksi
a. Bahan baku semen Portland dan pasir yang telah ditakar /ditimbang sesuai
dengan petunjuk di atas, tempatkan dalam sebuah kotak pengaduk kemudian
lakukan pengadukan secara kering dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti cangkul atau alat mixer sampai homogen. Setelah adukan kering tersebut
cukup rata dan homogen, lalu tuangkan air secukupnya sedikit demi sedikit,
sehingga adukan menjadi lembab dan siap dicetak
(lihat Gambar 2.21 dan 2.22 di bawah ini).
Gambar 2.21 Cara pengadukan sederhana Gambar 2.22 Cara pengadukan dengan alat
mixer
25
Bahan Bangunan
b. Untuk meyakinkan bahwa adukan tersebut siap dicetak, maka harus diperiksa
dahulu dengan cara: ambil segenggam adukan lembab, lalu dikepal dan jika
telapak tangan terlihat basah itu berarti bahwa airnya terlalu banyak, sehingga
perlu dilakukan pengulangan adukan dengan mengurangi air sampai didapatkan
adukan yang cukup kenyal (lihat Gambar 2.23).
c. Adukan kenyal tersebut masukan ke dalam alat cetak manual / semi masinal.
Untuk alat cetak manual proses pemadatannya dipres/ditekan manual dengan
menggunakan palu pemadat, sedangkan untuk mesin semi masinal disamping
ditekan/dipres juga digetar.
26
Bahan Bangunan
d. Paving block dikeluarkan dari alat cetak atau mesin cetak bersama papan alasnya,
lalu ditempatkan pada rak kayu yang terlindung dari panas matahari langsung
untuk perawatan sementara selama 24 jam (lihat Gambar 2.25).
e. Setelah waktu perawatan 24 jam, paving block dapat dilepas dari papan alas
untuk pemeliharaan selanjutnya yaitu dipindahkan dan disusun maksimal 3 lapis
di tempat terlindung dari sinar matahari selama 7 hari. Setiap hari harus disiram
dengan air agar mutunya tetap terjaga dan setelah cukup umur pemeliharaan
bata beton berlobang siap untuk digunakan /dipasang.
4. Genteng Beton
Genteng beton adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap yang dibuat
dari beton yang merupakan campuran yang merata antara semen portland dengan
agregat dan air, dengan atau tanpa memakai pigmen, yang dibentuk sedemikian
rupa dan berukuran tertentu. Syarat mutu genteng beton adalah sebagai berikut:
a. Bentuk genteng dibuat sesuai dengan persetujuan antara pembeli dan pabrik
pembuat.
b. Tebal minimum 8 mm, kecuali pada bagian penumpangan tebalnya minimal 6
mm.
c. Kaitan genteng dengan panjang minimal 30 cm, pegangan 38 mm dan tinggi 9
mm.
d. Penumpangan tepi mempunyai lebar minimal 25 mm, yang dilengkapi dengan
paling sedikit sebuah alur air dengan kedalaman minimal 3 mm.
27
Bahan Bangunan
e. Genteng harus mempunyai permukaan atas yang mulus tidak terdapat retak atau
cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaian.
f. Genteng beton harus mampu menahan beban lentur minimum sesuai Tabel 2.6.
g. Daya serap air rata-rata dari 10 contoh uji tidak boleh lebih dari 10 persen.
h. Setiap genteng tidak boleh terjadi tetesan air dari bagian bawahnya. Dalam hal
genteng menjadi basah tetapi tidak terdapat tetesan air, maka dinyatakan tahan
terhadap perembesan air.
Peralatan
Peralatan yang akan digunakan untuk pembuatan komponen bangunan genteng
beton antara lain:
a. Alat cetak genteng manual (Gambar 2.26);
b. Papan alas cetakan dari kayu;
c. Alat bantu lain, seperti singkup, sendok aduk, rak pengering, bak perendam dll.
28
Bahan Bangunan
Cara Produksi
Komposisi campuran antara semen dan pasir dapat dilakukan dengan perbandingan
berat atau volume yaitu 1 semen : 2 pasir (lihat gambar 2.27). Kandungan air dalam
adukan ditentukan sampai adukan cukup plastis dan mudah dicetak.
Proses produksi
a. Bahan baku semen Portland, dan pasir yang telah ditakar /ditimbang sesuai
dengan petunjuk di atas, tempatkan dalam sebuah kotak pengaduk/mesin mixer
kemudian dilakukan pengadukan secara kering dengan menggunakan peralatan
sederhana seperti cangkul atau mixer sampai homogen. Setelah adukan kering
tersebut cukup rata dan homogen, lalu tuangkan air secukupnya sedikit demi
sedikit, sehingga adukan menjadi lembab dan siap dicetak (lihat gambar 27) di
bawah ini
Gambar 2.28 Pengadukan cara sederhana (kiri) dan dengan mixer (kanan)
b. Untuk meyakinkan bahwa adukan tersebut siap dicetak, maka harus diperiksa
dahulu dengan cara ambil segenggam adukan basah, lalu dikepal dan jika telapak
29
Bahan Bangunan
tangan terlihat basah itu berarti airnya terlalu banyak, sehingga perlu dilakukan
pengulangan adukan sampai didapatkan adukan yang cukup kenyal (lihat Gambar
2.29 di bawah ini)
30
Bahan Bangunan
dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air.
Berdasarkan SNI 15-2094-1991, bata merah pejal menurut kekuatannya dibagi
dalam kelas berdasarkan nilai rata-rata kuat tekan terendah: Kelas 25, Kelas 50,
Kelas 100, Kelas 150, Kelas 200 dan Kelas 250.
Dimensi (mm)
Modul
Tebal Lebar Panjang
M–5a 65 90 190
M–5b 65 140 190
M–6 55 110 230
31
Bahan Bangunan
c. Kekuatan Tekan
Besar kekuatan tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diijinkan untuk bata
merah pejal seperti disajikan dalam Tabel 2.8 berikut:
b. Persiapan bahan
1) Lempung yang telah dihancurkan oleh cuaca di atas dimasukkan ke dalam
sumur untuk direndam selama 1-2 hari atau lebih dengan air berlebihan.
32
Bahan Bangunan
Agar pekerjaan dapat kontinyu maka sumur perendaman harus lebih dari
satu.
2) Lempung basah diamparkan dilantai dengan ketebalan maksimum 20 cm.
3) Bila lempung memerlukan bahan pengurus (semen merah atau pasir), maka
bahan tersebut disebarkan diatas amparan lempung yang basah.
4) Masa lempung tersebut kemudian diinjak-injak dengan kaki atau dicangkul-
cangkul hingga rata (Gambar 2.31).
c. Pembentukan
1) Lempung yang telah diulet dibentuk dengan tangan menjadi bata-bata kasar,
setelah itu dicetak dengan cetakan kayu.
2) Agar lempung tidak lengket pada cetakan, maka kayu cetakan diulas dengan
semen merah atau pasir kali.
3) Bata yang telah dicetak diletakan pada penampang papan yang memuat 8 –
10 buah bata.
4) Bila penguletan dilakukan dengan mesin, maka pada ujung mesin dapat
dipasang mulut sebagai cetakan bata.
5) Dari mulut akan keluar kolom masa lempung yang berbentuk paralel
epipedum.
6) Kolom tersebut dipotong-potong sesuai dengan ukuran bata dengan
menggunakan kawat pemotong.
33
Bahan Bangunan
d. Pengeringan
1) Pengeringan sebaiknya dilakukan pada sinar matahari.
2) Bata disusun pada suatu rak yang dilengkapi dengan atap yang dibuat dari
kayu/seng dan papan pelindung.
3) Tinggi susunan bata tidak lebih dari 2 meter.
34
Bahan Bangunan
f. Pembakaran
1) Pemanasan pendahuluan 0 oC s.d 120 oC, selama 2 – 3 jam.
2) Suhu pemanasan dinaikkan sampai 600 oC, selama 2 – 3 jam.
3) Suhu pemanasan dinaikkan sampai 800 oC, selama 2 – 3 jam.
4) Suhu pemanasan dinaikkan sampai 1020 oC.
5) Suhu pembakaran ini dipertahankan sampai pembakaran dinyatakan
selesai.
6) Bila dari tungku keluar asap berwarna putih berarti pembakaran sudah
selesai.
7) Api boleh dimatikan, selanjutnya tungku didinginkan.
8) Setelah 5 hari - 6 hari bata dapat dibongkar dari tungku.
g. Pemilihan
1) Bata yang telah dibakar dan telah didinginkan dibongkar dari dalam
tungku.
2) Pembongkaran biasanya baru dilakukan setelah temperatur cukup rendah
(50 oC).
3) Bata dibongkar dan diadakan pemilihan antara bata yang baik dan yang
kurang baik dengan cara:
a) Bila bata berwarna hitam, berarti bata terlalu matang, suhu
pembakaran terlalu tinggi.
b) Bila bata berwarna merah, berarti bata sudah cukup baik dan
kematangannya sempurna.
c) Bila bata sebagian berwarna abu-abu, dikatakan bata masih mentah.
d) Bila dipukul-pukul dengan jari berbunyi nyaring, berarti bata tidak ada
yang retak.
35
Bahan Bangunan
C. PERHITUNGAN EKONOMI
Contoh Perhitungan Ekonomi Produksi Paving Block
A. Kapasitas produksi :
1 (satu) unit alat cetak = 1000 buah / hari
1 (satu) bulan = 25 hari kerja 1 tahun = 300 hari = 300.000 buah.
B. Investasi
a. Alat cetak semi masinal : 1 unit x Rp 48.000.000,- = Rp. 48.000.000,-
b. Alat aduk (mixer) : 1 buah x Rp.48.000.000,- = Rp. 48.000.000,-
c. Papan alas : 500 buah x Rp.10.000,- = Rp. 5.000.000,-
d. Rak pengering: 4 buah x Rp.500.000,- = Rp. 2.000.000,-
e. Bangunan los kerja: 9 m x 15 m x Rp. 500.000,- = Rp. 67.500.000,-
f. Tanah (lahan konversi) ; telah disediakan
g. Alat bantu lainnya (ls) =Rp. 500.000,-
--------------------------------------
Jumlah = Rp. 171.000.000,-
C. Bahan baku
a. Semen = Rp. 70.000,-/zak
b. Pasir = Rp 200.000,-/m3
c. Sedimen = -
36
Bahan Bangunan
A. Kapasitas produksi
1 (satu) unit alat cetak: 1.000 buah/hari
1 (satu) bulan = 25 hari 1 tahun = 300.000 buah
B. Investasi
a. Alat cetak semi masinal : 1 unit x Rp. 48.000.000, = Rp. 48.000.000,-
b. Alat aduk (mixer): 1 buah x Rp.48.000.000,- = Rp. 48.000.000,-
c. Papan alas: 500 buah x Rp. 10.000,- = Rp. 5.000.000,-
d. Rak pengering : 4 buah x Rp. 500.000,- = Rp. 2.000.000,-
e. Bangunan los kerja : 9 m x 15 m x Rp. 500.000,- = Rp.67.500.000,-
f. Tanah (lahan konversi) ; telah disediakan
g. Alat bantu : LS =Rp. 500.000,-
----------------------------------------
Jumlah =Rp.171.000.000,-
37
Bahan Bangunan
C. Bahan baku
a. Semen : Rp. 70.000,-/zak
b. Pasir : Rp 200.000,-/m3
c. Sedimen : nol
38
Bahan Bangunan
39