Anda di halaman 1dari 2

1.

Studi Kasus Ricuh Pemangkasan Karyawan Bank Danamon

Ditengah terik matahari sekitar 500 pegawai Bank Danamon melakukan


longmarch dari bunderan tugu tani menuju Gedung Menara Danamon di Jalan Rasuna
Sa’id, Jakarta Selatan, kemarin. Mereka memprotes perlakuan manajemen Bank
Danamon yang dianggap sewenang-wenang terhadap karyawannya. Mereka menuding
manajemen Bank Danamon telah melanggar UU Ketenagakerjaan, karena memutuskan
hubungan kerja (PHK) massal terhadap sejumlah karyawannya.
Abdul Moejib ketua Serikat Pekerja (SP) Danamon mengungkapkan bahwa demo
dilakukan setelah berbagai macam upaya dialog dan pertemuan resmi dengan pihak
Manajemen tak memperoleh titik temu. Pihaknya bahkan telah meminta bantuan
Pengadilan Penyelesaian Hubungan Industri (PPHI) untuk menyelesaikan persoalan
ketenagakerjaan di Danamon. Sayangnya manajemen tidak bergeming.
Dalam demo itu, SP Danamon mengajukan 10 tuntutan, dalam Sepultura
Danamon, antara lain meminta manajemen Danamon menghentikan PHK masal,
menghentikan training cara PHK karyawan, menolak bentuk outsourcing dan
pengurangan iuran dana pensiun. Abdul mengungkapkan selama ini hubungan SP dengan
pihak Danamon bisa dibilang tidak menunjukkan hubungan industrial yang harmonis.
Fungsi balancing yang di harapkan menjadi peran SP terhadap manajemen belum
berjalan seperti seharusnya. Sebab manajemen tidak menempatkan SP sebagai mitra yang
setara, dimana setiap pengambilan keputusan ketenagakerjaan pihak SP tidak dilibatkan
secara optimal. Akibatnya putusan yang dihasilkan selalu mengecewakan dan memancing
amarah pekerja.
Beberapa kebijakan yang menyentuh langsung ke kesejahteraan karyawan sama
sekali tidak dikomunikasikan ke SP. kesejahteraan secara gradual dikurangi, termasuk
soal penilaian prestasi. Banyak karyawan yang mempunyai kinerja serta prestasi yang
bagus tetapi tetap dinilai buruk sehingga berdampak ribuan karyawan tidak naik gaji dan
mendapatkan bonus sesuai ketentuan. Penilaian tersebut juga membuat 10 ribu karyawan
di PHK dalam 3 tahun terakhir.
Setelah aksi selama 2 jam, ada informasi perwakilan SP dipanggil masuk ke
dalam gedung menara Danamon oleh manajemen untuk melakukan negosiasi. Tetapi
sampai didalam para perwakilan SP merasa ditipu, pasalnya setelah mendatangi lantai 15.
Pihak manajemen sama sekali tidak menemui perwakilan SP dan negosiasi yang
dijanjikan tidak pernah ada.
Setelah pihak Manajemen tidak menggubris aksi mereka, maka pada tanggal 10
November mereka mengancam akan melakukan aksi dalam jumlah masa yang lebih
besar. Sebab mereka merasa Danamon telah memperlakukan mereka secara tidak
manusiawi, padahal Danamon diketahui untung lebih 2,5 triliun, tetapi menganggap 30
persen karyawannya tak bisa bekerja melalui penilaian kinerja yang tak masuk akal.
Analisis kasus :
Dalam kasus ini manajemen Danamon dianggap telah melakukan PHK masal dan
demo yang dilakuan karyawan pada saat itu adalah menuntut antara lain meminta
manajemen Danamon menghentikan PHK masal, menghentikan training cara PHK
karyawan, menolak bentuk outsourcing dan pengurangan iuran dana pensiun. Selain itu
juga banyak karyawan yang mempunyai kinerja serta prestasi yang bagus tetapi tetap
dinilai buruk sehingga berdampak ribuan karyawan tidak naik gaji dan mendapatkan
bonus sesuai ketentuan. “Penilaian tersebut juga membuat 10 ribu karyawan di PHK
selama 3 tahun terakhir. Menurut pendapat saya pihak manajemen terutama SDM, harus
lebih mementingkan kesejahteraan karyawannya dan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan harus melibatkan dan di setujui oleh semua pihak yang terkait.
Pihak manajemen Danamon juga seharusnya lebih membuka diri dan mencari solusi dari
masalahnya tanpa melakukan PHK, karena PHK memiliki dampak negatif terhadap orang
yang di PHK, perusahaan, dan lingkungan. .

Alasan kenapa banyak PHK massal dilakukan karena para pekerja sudah tidak
produktif lagi yang mana hal itu kurang menguntungkan pihak perusahaan dikarenakan
disitu tertulis “Semakin kompetennya persaingan dalam dunia perbankan”, mengapa
pekerja tidak produktif ? dikarenakan pekerja yang sudah memiliki semangat tinggi dan
produktivitas tinggi tidak diberikan kenaikan gaji dan insentif dari perusahaan, hal ini
pula yang mendasari turunnya semangat dan produktivitas karyawan Bank Danamon
yang mana bisa di disadari oleh pihak HRD sebagai kerugian bagi perusahaan, maka
perusahaan memutuskan PHK massal. Hal itupun tentu saja salah, dikarenakan karyawan
yang memiliki produktivitas tinggi turut ter-PHK, seharusnya pihak danamon
menerapkan kebijakan kenaikan gaji dan reward/insentif kepada karyawan yang mampu
mencapai target.

Anda mungkin juga menyukai