Anda di halaman 1dari 3

Etika dalam Pengukuran Psikologi

Dalam istilah asing, pengukuran adalah measurement yang artinya ukuran. Mengukur berarti
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran juga merupakan perbandingan dengan
standar. Pengukuran dalam tes psikologis merupakan pengukuran dengan obyek psikologis tertentu.
Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological tarits yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi
perilaku.

Menurut Anastasi dan Urbina (1998), tes psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan
dibakukan (distandarisasikan) atas sampel perilaku tertentu. Standarisasi mengimplikasikan keseragaman
cara dalam menyelenggarakan tes dan penskoran tes. Dalam rang menjaga keseragaman kondisi-kondisi
testing, penyusun tes menyediakan petunjuk-petunjuk yang rinci bagi penyelenggaraan setiap tes yang
baru dikembangkan. (Baca juga mengenai gangguan psikologi pada dewasa awal).

Tes psikologis merupakan tes yang dilakukan untuk mengukur aspek individu secara psikis. Tes yang
dilakukan dapat berbentuk tes tertulis, visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministarsi untuk
mengukur fungsi kognitif dan emosional. Tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa. Tes
ini diadministrasikan untuk mengukur fungsi atau kemampuan kognitif dan emosional seseorang. (Baca
juga mengenai gangguan konsentrasi pada orang dewasa).

Tes psikologi merupakan suatu insstrumen yang sudah baku, maka dari itu tester tetap harus
mempergunakan tes psiklogi itu harus betanggung jawab dan secara etis melindungi testinya. Menurut
Dewa Ketut Sukarda (1988) prinsip dasar yang melandasi etika praktik dalam penggunaan tes psikologi
adalah sama essensialnya dengan layanan konseling sebagai suatu profesi membantu, yaitu: (Baca juga
mengenai perkembangan emosi usia dewasa).

Agar guru pembimbing atau konselor dapat memberikan layanan yang kompeten dalam batas-batas
kemampuannya dan pengembangan profesinya sendiri,

Hendaknya kesejahteraan testi menjadi kriteria untuk mempertimbangkan kegiatan apa yang
diperlakukan oleh seseorang atau orang yang lainnya.

Tes psikologi hanya dapat dievaluasi dari sudut ilmu sains dan teknisnya oleh orang yang benar-benar
ahli dalam perkembangan tes terkini, prinsip psikometri, dan aspek-aspek perilaku yang ada dalam tes
yang akan dievaluasi. Setelah tes diimplementasikan melalui proses seleksi, administrasi dan skoring, tes
juga harus bisa dievaluasi, (Baca juga mengenai gejala gangguan jiwa berat pada orang dewasa).

diinterpretasikan dan dikomunikasikan dalam cara yang benar untuk tujuan kenapa mereka digunakan
oleh professional yang memiliki pengetahuan dalam konteks tersebut ketika tes dilaksanakan sama juga
untuk aspek-aspek teknis dan isu-isu psikologi yang terlibat pada saat pemberian tes tersebut. Praktek
tes psikologi yang tepat diatur oleh prinsip-prinsip etika. (Baca juga mengenai cara mendewasakan diri
dalam menghadapi masalah).
The Canadian Guidance and Counselling Association (1982), mempublikasikan sebelas prinsi khusus yang
mencakup etika cara pemakaian tes psikologi, yaitu:

1. Guru pembimbing atau knselor harus mengakui batas kompotensinya dan tidak memberikan
layanan teting atau menggunakan teknik-teknik diluar persiapan dan kompotensinya atau yang
tidak memenuhi standar profesional yang telah ditetapkan.
2. Guru pembimbing atau knselor harus mempertimbangkan atau menetapkan dengan cermat dan
teliti viiditas, realibilitas,dan ketepatan tes tertentu sebelum memilih untuk digunakan klien
tertentu.
3. Menjadi tanggung jawab guru pembimbing atau konselor untuk memberikan orientasi dan
informasi yang adekuat pada peserta testing agar hasil-hasil testingnya bisa di tempatkan dalam
perspektif yang tepat dengan faktor-faktor yang lain yang relevan. Faktor budaya dan etnis, sosial
ekonomi sangat mempengaruhi skor tes.
4. Hasil tes dan data penilaian yg digunakan untuk menilai komunikasi dengan rangtua individu
atau orang lain yang tepat, maka harus disertai dengan interpretasi atau konseling yang adekuat.
5. Skor tes psikologi sebagai pembanding dengan interprestasi hasil-hasil teshanya disampaikan
kepada orang yang memenuhi syarat untuk mengenterpretasikan dan menggunakan secara
cepat.
6. Diperlukan ketelitian untuk memberikan informasi secara adekuat dan menghindari terjadinya
kesalahpahaman.
7. Tes harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan dalam manual buku petunjuk pelaksanaan tes. Tes
psikologi dan alat-alat penilaian lainnya, dan sebagian besar penilaian lainnya sebagian besar
dapat di percaya apabila orang yang mengambilnya adalah terbatas dengan minat profesional
dan komotensi seseorang sehingga mereka akan berupaya melindungi peggunanaanya.
8. Guru pembimbing atau konselor memiliki tanggung jawab untuk memberitahukan kepada
peserta testing tentang tujuan testing.
9. Guru pembimbing atau konselor harus bekerja dengan teliti dalam menilai dan
menginterpretasikan minoritas anggota kelompok atau orang-orang lainnya yang tidak
menyajikan norma-norma kelompok terhadap pembakuan instrumen.
10. Konselor tidak pantas memproduksi atau memodifikasikan susunan tes itu tanpa memperoleh
izin dan mengenal kemampuan pengarang penerbit dan pemegang hak cipta. Selain etika yang
diberikan oleh The Canadian Guidance and Counselling Association, Kouwer juga memberi
gambaran tentang sikap dan tingkah laku pemeriksa dalam pemeriksaan psikologi berdasarkan
bahasan fungsi dan tujuan tes. Secara ringkas hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:
11. Etika dalam tes meramalkan/memprediksikan Pembatasan dalam pengetesan ini hanya pada
aspek-aspek yang dapat dikuantifikasikan. Yang diukur adalah bukan kliennya sendiri, tetapi fakta
objektif yang berhubungan dengannya. Jadi manusia berada diluar hasil objektif yang
dihasilkannya. Karena itu, sikap pemeriksa adalah sikap teknis, praktis dan pragmatis dalam
membahas hasilnya. Bahasan hasil adalah rasional dan aspek emosional harus dilupakan.
12. Etika dalam tes mendeskripsikan Yang diperhatikan bukan klien atau subjek, tetapi karakternya,
sifatsifatnya yang khas, yang dianggap sebagai sebab dari tingkah lakunya. Pada umumnya
persyaratan etika tes meramalkan berlaku juga disini. Pemeriksa memberikan saran sesuai
dengan hasil pemeriksaan terhadap subjek dan norma yang berlaku. Pendapat pribadi adalah
sentral, pemeriksa tidak melakukan pendekatan teknik, tetapi mencari penyelesaian yang
menurut dirinya baik.
13. Etika dalam tes menemukan diri sendiri Pemeriksa tidak boleh mengambil sebagian dari
problematika subjek yang diperiksa. Tidak boleh mengambil/mengalihkan tanggung jawab
problematika subjek yang diperiksa. Pemeriksa mempunyai pandangan bahwa subjek dapat
memecahkan problemnya sendiri serta bertanggung jawab atas alternatif pemecahan problem
yang telah dipilihnya.

Pertolongan yang diberikan pemeriksa hanya terbatas pada memberi kemungkinan untuk suatu
pemecahan masalah. Secara umum hubungan yang terjalin antara pemeriksa dengan subjek yang
diperiksa haruslah tetap hubungan antar manusia yang saling menghormati, saling menjaga dan saling
menghargai.

Dengan mentaati atau mengikuti semua etika dalan melakukan pengukuran atau penelitian psikologi,
maka seorang peneliti sudah melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik. Semua etika yang diatur
pada dasarnya adalah untuk menjaga hak dan kewajiban dari peneliti itu sendiri atau objek yang
ditelitinya

https://dosenpsikologi.com/etika-dalam-pengukuran-psikologi

Anda mungkin juga menyukai