PENDAHULUAN
yang dimulai dengan perbaikan fungsi dan integritas jaringan yang rusak
(Agarwal et al, 2008; Black & Hawks, 2014). Luka yang sembuh secara
anatomis dan fungsinya. Akan tetapi ketika luka terjadi pada lapisan kulit
hal ini dikarenakan jaringan dermis dan epidermis digantikan oleh jaringan
luka 3,5 per 1000 populasi penduduk. Angka tertinggi kejadian luka
juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus, luka lecet 20.40 juta kasus , luka
bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena 12.50 juta
dibagi menjadi ; (1) luka akut, merupakan luka yang dapat diprediksi
berpengaruh pada bentuk penyembuhannya. Luka insisi yang dalam hal ini
adalah luka bersih dapat sembuh dengan pembentukan jaringan baru yang
al, 2014).
Prinsip dari proses perawatan luka baik luka akut maupun luka
tersebut, ukuran luka, kedalaman luka, lokasi luka, eksudat dan level
sifat toksik pada sel, korosif dan rasa panas terhadap luka (Arisanty,
bahwa povidone iodine 10% tidak bekerja dengan baik pada indikator
penutupan luka. Hal ini disebakan karena povidone Iodine bersifat toksik
masyarakat lebih condong untuk memilih alternatif lain yaitu kulit pisang.
dan alternatif perawatan luka dengan low-cost (Atzingen et al, 2015). Dari
mengandung zat seperti zinc, sodium, potasium, kalsium, fosfor, zat besi
atau timidin di sel DNA, dan meningkatkan sel proliferasi. Pisang yang
pisang (Musa Sapientum) dan Povidone Iodine 10% terhadap panjang luka
10% terhadap panjang luka sayat pada tikus putih (Wistar Rats).
sayat.
TINJAUAN PUSTAKA
Calixtro,2014).
menjadi 2 yaitu :
1. Luka akut
setiap fasenya.
2. Luka kronis
tekan.
1. Stadium 1
2. Stadium 2
3. Stadium 3
4. Stadium 4
kedalam stadium 4.
5. Unstageable
sekitar 1% - 5%.
- 11%.
(Black, 2014).
luka terjadi (hari ke-0) hingga hari ke-3 atau ke-5. Pada
pembersihan).
(Black, 2014).
luka, bukan dari tepi luka. Hal ini terjadi karena setiap
yang umum yang terjadi pada fase ini adalah terasa gatal
perlindungan.
kulit.
2.2.3.2. Penyembuhan luka secara sekunder
tersier.
1. Hidrasi luka
2. Penatalaksanaan luka
3. Temperatur luka
5. Benda asing
Benda asing pada luka dapat menghalangi
1. Faktor usia
lama sembuhnya.
2. Penyakit penyerta
3. Vaskularisasi
4. Nutrisi
5. Kegemukan
memburuk.
7. Status psikologis
terhambat.
8. Terapi radiasi
luka.
9. Obat
2008).
Inspeksi Luka
Meliputi :
1. Jenis luka
dapat menetap.
tinggi.
dari meja.
sebagai :
menjadi :
a. Jaringan nekrotik
penyembuhan selanjutnya.
b. Slough
c. Jaringan granulasi
d. Jaringan epitel
malaise.
f. Lokasi luka
g. Ukuran luka
serous, serohemoragis, hemoragis dan purulen (pus). Tingkat kelembaban luka dan
waspada jika luka menghasilkan banyak eksudat. Eksudat banyak mengandung protein,
sehingga pada beberapa kasus dengan luka eksudatif yang luas, misalnya luka bakar
i. Bau
antibakteri.
j. Nyeri
k. Tepi luka
Penyakit hati
Uremia
Rematoid artritis
pada akhirnya
memperlambat proses
penyembuhan luka
Umur Kapasitas jarinan
status nutrisi Pengkajian status nutrisi
sebagai kebutuhan
penyembuhan luka
berkurangnya ketersediaan
luka
Obat-obatan Obat golongan steroid,
NSAID dan
antiprostaglandin dapat
mengganggu proses
penyembuhan luka
Lingkungan sosial Ada hubungan antara
sehat-sakit
Gaya hidup dan status Faktor lain seperti stres,
penyembuhan
Manajemen perawatan luka Evaluasi dari treatment
depresi
(Jonshon, 2015)
luka.
UK (2013) yaitu :
1. Autolytic Debridement
Proses ini melibatkan sel fagosit dan enzim
2014).
2. Mechanical debridement
3. Larval therapy
4. Hidrosurgical debridement
5. Sharp debridement
debridement.
6. Surgical debridement
Metode ini merupakan metode debridemen
et al, 2013)
(Arisanty, 2014).
terapi topikal :
penyembyhan luka
ujung saraf
7. Menampung eksudat
statis
reepitelisasi.
1. Jenis balutan
a. Hidrogel
b. Film dressing
insisi.
c. Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam
eksudat minimal.
highly absorptive.
nekrotik hitam.
e. Dressing antimikrobial
0,9%.
f. Alginate
Klasifikasi taksonomi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Buah ini terkenal karena nutrisi dan efek terapeutiknya pada kesehatan
manusia, sebagian besar mengandung phytochemical dan antioksidan.
(Bae et al, 2008; Kawasaki et al, 2008; Wright et al, 2008). Daunnya
dan pectin yang ditemukan pada daging buahnya (Ragasa et al, 2007).
et al., 2009).
antiseptik pada perawatan luka sejak lebih dari satu abad yan lalu
2011). Akan tetapi iodin bersifat iritatif dan lebih toksik bila masuk ke
dahulu, hal ini karena iodin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
iritasi kulit. Selain itu iodin dalam penggunaan yang berlebihan dapat
Tabel 2.3 Evidence based practice konsep perawatan luka menggunakan ekstrak kulit pisang
Musa sapientum pada luka saya tikus putih
O N
1 Atzinge 2013 Unripe True experiment Gel dari kulit
konsentrasi dari
hari ke-21.
cellulose],0,5%,
MSW/aqueous,
MSE/methanolic
) dan grup
2( kelompok
perlakuan,
diberikan
treatment CMC
[carboxy methyl
cellulose],0,5%,
MSW/aqueous,
MSE/methanolic
dan ekstrak
bubuk kulit
pisang)
grup 3
(kelompok
perlakuan, CMS
pisang 10%,
carbopol 0,7%,
proplylene
glycol 3%,
methylparaben
0,2%, sehari
sekali selama 7
hari)
4 Atzinge 2015 Ektrak kulit pisang
grup 2
(kelompok
perlakuan,
diberikan
treatment
ekstrak kulit
pisang 10 %).
Gel
diaplikasikan
3 hari dan
diobservasi pada
dan ke-28.
Penyebab luka
Lasisi Trauma
pembedahan
Tikus putih
LUKA SAYAT Gangguan Inflamasi Cedera
(wistar rats)
vaskuler kronis berulang
Perawatan luka
Baik (10-23)
Sedang (24-36)
Buruk 37-50)
Fase penyembuhan luka :
Fase inflamasi atau peradangan
Fase proliferasi
Fase maturasi atau remodeling
: diteliti
: tidak diteliti
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan, tikus putih disayat pada bagian
perawatan luka. perawatan luka dilakukan dengan menggunakan dua media pada
tikus putih yang berbeda. Pada konsep diatas dilakukan perawatan luka
menggunakan ektrak kulit pisang (Musa sapientum) dan Povidone Iodine 10%.
Proses penyembuhan luka yang melalui fase inflamasi atau peradangan, fase
2.6. Hipotesis
dan Povidone Iodine 10% terhadap panjang luka sayat pada tikus putih (Wistar
METODOLOGI PENELITIAN
Bentuk pendekatan yang digunakan yaitu Post - Test Only Control Group
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Penelitian ini
Malang (UMM)
3.3 Kerangka Kerja
POPULASI
Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Wistar Strain) jantan berumur
10 – 16 minggu dengan berat antara 100 – 150 gram yang diperoleh dari
Laboratorium Biomedik Universitas Muhamadiyah Malang (UMM).
TEKNIK SAMPLING
SAMPLE
Sampel penelitian ini diambil secara acak yaitu menggunakan tikus
putih (Wistar Strain) sebanyak 32 ekor
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan True
Experiment Design
PERLAKUAN PERLAKUAN
Kelompok tikus putih dengan Kelompok tikus putih dengan perlakuan
perlakuan Povidone Iodine 10% ekstrak kulit Musa Sapientum
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengelolaan data dengan Editing, Coding, Scoring dan Tabulating. Uji
Statistic dengan menggunakan metode Independent T Test dengan bantuan SPSS 18
for windows 7
KESIMPULAN
Jika P < 0,05 maka H1 diterima berarti ada perbedaan, namun jika
P > 0,05 maka H1 ditolak berarti tidak ada perbedaan
Bagan 3.2 Kerangka Kerja
3.4 Desain Sampling
3.4.1 Populasi
(UMM).
3.4.2 Sampel
Rumus Federer :
(n – 1) (t – 1) ≥ 15
Keterangan :
t = banyakya kelompok
Perhitungan jumlah minimal tikus yang digunakan dalam setiap
kelompok :
(n – 1) (t – 1) ≥ 15
(n – 1) (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) 1 ≥ 15
n – 1 ≥ 15
n ≥ 16
1. Kriteria Inklusi
masa adaptasi
3.4.3 Sampling
Variabel adalah perilaku atau karakteristik baik ciri, sifat maupun ukuran
1 Variabel
Independen :
Pemberian Pemberian antiseptik yang Ekstrak kulit pisang dapat Observasi Interval -
ekstrak kulit terbuat atau berasal dari bahan menghambat atau membunuh
dengan:
1. Berkurangnya jumlah
2. Penyembuhan luka
Independen :
Pemberian Pemberian antiseptik yang Povidone Iodine 10% dapat Observasi Interval -
2. Penyembuhan luka
tanda infeksi
3 Variabel
Dependen :
bedah berkurang
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
a. Editing
terjadi kesalahan.
b. Koding
data.
Sapientum
10%
c. Entri Data
menggunakan komputer.
d. Tabulating
a. Analisis Univariat
standar deviasi.
b. Analisis Bivariat
3. Penarikan Kesimpulan
1. Alat Penelitian
2. Bahan Penelitian
(Musa Sapientum).
1. Adaptasi Tikus
minum.
dilakukan fiksasi pada bagian tangan kaki dan ekor agar mudah
sebesar 4 x 4 cm.
1. Replacement
2. Reduction
kelompok perlakuan.
3. Refinement
Penanganan hewan coba dari awal sampai akhir harus dilakukan secara
(27), 40.
woundscanada.ca.
Dênia Amélia Novato Castelli Von AtzingenI, A. G. (2011). Gel from unripe
wounds in rats using a 10% unripe Musa sapientum peel gel. Acta
MARET SURAKARTA.
42(7).
21(3), 491-496.
33-37.