Anda di halaman 1dari 3

RONGGA HIDUNG

Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur:

vestibulum di luar dan rongga hidung (atau fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling
anterior dan paling lebar di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares (cuping hidung) yang
berlanjut ke dalam vestibulum dan memiliki kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan vibrisa (bulu
hidung) yang menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya
tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respiratorik sebelum memasuki fossa nasalis.

Rongga hidung berada di dalam tengkorak berupa dua bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang (Gambar 17-1) mirip rak
yang dikenal sebagai conchae. Concha media dan inferior dilapisi oleh epitel respiratorik: concha
superior ditutupi epitel penghidu khusus. Celah-celah sempit di antara concha memudahkan
pengondisian udara inspirasi dengan menambah luas area epitel respiratorik yang hangat dan

lembap dan dengan melambatkan serta menambah turbulensi aliran udara. Hasilnya adalah
bertambahnya kontak antara aliran udara dan lapisan mukosa. Di dalam lamina propria concha
terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (suell bodies). Setiap 20-30
menit badan pengembang pada satu sisi akan penuh terisi darah sehingga mukosa concha
membengkak dan mengurangi aliran udara.

Selama masa tersebut, sebagian besar udara diarahkan melalui fossa nasalis lain sehingga epitel
respiratorik dapat pulih dari dehidrasi

Selain badan-badan pengembang mukosa rongga hidung memiliki sistem vaskular yang rumit dan
las. Pembuluh- pembuluh besar membentuk jalinan-jalinan rapat dekat periosteum di bawahnya,
dan dari tempat ini, cabang-cabang pembuluh meluas ke permukaan. Darah di pembuluh tersebut
mengalir dari belakang rongga hidung ke depan dalam arah yang berlawanan dengan aliran udara
inspirasi sehingga panas berpindah dan menghangatkan udara tersebut secara cepat.

Suatu fungsi utama keseluruhan bagian konduksi adalah mengondisikan udara inspirasi dengan
membersihkan, me lembapkan, dan menghangatkannya sebelum memasuki paru,

Selain vibrisa lembap, sejumlah besar vaskular di lamina propria dan sel epitel respiratorik yang
bersilia dan meng hasilkan mukus, pengondisian juga melibatkan sejumlah besar kelenjar mukosa
dan serosa di mukosa. Begitu udara mencapai fossa nasalis, partikel dan polutan gas terperangkap di
lapisan mukus. Mukus ini, beserta sekret serosa juga berfungsi me lembapkan udara yang masuk,
melindungi alveoli paru yang halus dari kekeringan
Menghidu (Olfaction) Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitu regio Khusus
membran mukosa concha superior yang terletak di atap rongga hidung. Pada manusia, luasnya
sekitar 10 am dengan tebal sampai 100 m. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri
atas tiga jenis sel (Gambar 17-3% Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan
membentuk suatu lapisan di lamina basal. Sel-sel ini adalah sel punca untuk kedua tipe sel lainnya

Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang lebih sempit. Pada
permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan

Kompleks tautan yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel olfaktori di
sebelahnya. Peran suporter sel-sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel tersebut memiliki banyak
kanal ion dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk memelihara lingkungan mikro yang
kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan hidup.

Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel ini. Neuron ini dibedakan
dari sel-sel pe nyokong oleh letak intinya, yang terletak di antara sel penyokong dan sel basal. Ujung
dendrit setiap neuron bipolar merupakan ujung apikal (luminal) sel dan memiliki tonjolan dengan
sekitar lusinan badan basal. Dari badan basal tersebut, silia panjang nonmotil menonjol dengan
aksonema tetapi memiliki luas permukaan yang bermakna untuk kemoreseptor membran Reseptor
tersebut berespon terhadap zat pembau dengan menimbulkan potensial aksi di sepanjang akson
(basal) neuron tersebut, yang me ninggalkan epitel dan bersatu di lamina propria sebagai saraf yang
sangat kecil yang kemudian melalui foramina di lamina cribriformis ossis ethmoidalis ke otak
(Gambar 17-3). Di tempat tersebut, saraf ini membentuk saraf kranial 1, nervus olfactorius, dan
akhirnya bersinaps dengan

neuron lain di bulbus olfactorius.

Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjar serosa besar kelenjar Bowman), yang
menghasilkan suatu aliran cairan di sekitar silia penghidu dan memudahkan akses zat pembau yang
bani

SINUS & NASOFARING

Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid dan sfenoid tengkorak
(Gambar 17-1). Sinus sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan sedikit sel
goblet. Lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum di
bawahnya.
Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lubang-lubang kecil dan
mukus yang dihasil kan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-
sel epitel bersilia.

Di bagian posterior rongga hidung, nasofaring adalah bagian pertama faring, yang berlanjut sebagai
orofaring ke arah kaudal, yaitu bagian posterior rongga mulut (Gambar 17-1). Nasofaring dilapisi
oleh epitel respiratorik dan memiliki tonsila pharyngealis di media dan muara bilateral tuba
auditorius untuk setiap telinga tengah.

LARING

Laring adalah saluran kaki yang pendek (4 cm x 4 cm) untuk udara antara faring dengan trakea
(Gambar 7-1). Dindingnya diperkuat oleh kartilago hialin (di tiroid, krikoid, dan cartilage arytenoid
inferior) dan kartilago elastis yang lebih kecil (di epiglotis, cuneiformis, cornikulatum, dan cartilago
arytenoid superior), yang kesemuanya dihubungkan oleh ligamen. Selain menjaga agar jalan napas
terbuka, pergerakan kartilago ini oleh otot rangka berperan pada produksi suara selama fonasi dan
epiglotis berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuk nya makanan atau cairan yang ditelan ke
dalam trakea.

Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas ke dalam faring dan memiliki permukaan
lingual dan laringeal.

Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan laryngeal ditutupi oleh epitel berlapis
gepeng Pada beberapa titik permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih men jadi epitel
bertingkat silindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa di
lamina propria

Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan dua pasang lipatan ke dalam lumen laring (Gambar
17-4). Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu, yang sebagian dilapisi epitel
respiratorik yang di bawahnya terdapat banyak kelenjar seromukosa. Pasangan lipatan bawah
membentuk pita suara sejati atau plica vocalis. Lipatan-lipatan tersebut di lapisi oleh epitel
skuamosa berlapis dan memiliki berkas serat elastis paralel (ligamentum vokalis) dan berkas otot
rangka m.

vokalis Otot tersebut mengatur ketegangan setiap pita suara tersebut beserta ligamennya. Jika
udara dipaksa masuk di antara lipatan-lipatan tersebut, berbagai tegangan di pita suara tersebut
menghasilkan berbagai jenis suara. Semua struktur dan ruang di saluran napas di atas pita suara
terlibat dalam memodifikasi resonansi suara.

Anda mungkin juga menyukai