Anda di halaman 1dari 3

Draft Pengondisian AHMS

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Himpunan Mahasiswa Sipil memiliki komitmen yang utuh dan nyata berdasarkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas sumber daya mahasiswa sipil untuk mewujudkan peran dan tanggung jawab dan
kewajibannya. (Paragraf 4, Pembukaan AD-ART HMS)
HMS FTSP-ITS dalam meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa sipil
membutuhkan anggota yang dimana status keanggotaannya akan lekang oleh waktu karena
anggota Himpunan Mahasiswa Sipil yang juga adalah mahasiswa, pada saatnya akan lulus dari
perguruan tinggi yang kemudian kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, HMS FTSP-ITS
membutuhkan penerus agar dapat senantiasa meningkatkan kualitas sumber dayanya.
Penerus HMS FTSP-ITS diharapkan memiliki bekal yang dibutuhkan untuk menjadi
Anggota Himpunan Mahasiswa Sipil. Anggota biasa HMS FTSP-ITS adalah semua mahasiswa
S-1 reguler Teknik Sipil FTSP-ITS dan dinyatakan lulus dalam pengaderan yang dilaksanakan
oleh HMS FTSP-ITS dan ditetapkan dalam keputusan Ketua HMS FTSP-ITS. (Pasal 1, Ayat 1,
Keanggotaan ART HMS FTSP-ITS). Oleh karena itu, S62 sebagai mahasiswa S-1 reguler
Teknik Sipil FTSP-ITS membutuhkan pemberian bekal melalui proses kaderisasi.
Dikarenakan AHMS nantinya akan ikut terlibat dalam proses kaderisasi, ditakutkan akan
muncul pandangan-pandangan dari S62, terhadap AHMS, HMS, dan kaderisasi itu sendiri, yang
berdampak pada terganggunya proses kaderisasi. Oleh karena itu diperlukan adanya batasan
interaksi kepada S62 untuk meminimalisir pandangan-pandangan diatas melalui pembentukan
pengondisian AHMS yang dapat menjadi batasan interaksi AHMS kepada S62 untuk
meminimalisir pandangan-pandangan yang mengganggu proses kaderisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bentuk pengondisian AHMS yang seperti apa yang dapat menjadi batasan interaksi
AHMS kepada S62 untuk meminimalisir pandangan-pandangan yang mengganggu
proses kaderisasi

C. Tujuan
1. Membentuk pengondisian AHMS yang dapat menjadi batasan interaksi AHMS kepada
S62 untuk meminimalisir pandangan-pandangan yang mengganggu proses kaderisasi

BAB III
Metodelogi

A. Alur Berfikir
Berdasarkan latar belakang diatas, yang temaksud dalam pan. Oleh karena itu kami
mencoba menggunakan metode trial and error terhadap pandangan-pandangan yang mungkin m:
1. S62 mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di HMS sehingga muncul
pandangan bahwa HMS tidak kompeten untuk menjalankan kaderisasi.
2. S62 mengetahui kaderisasi HMS sehingga akan memandang remeh terhadap kaderisasi.
3.
4.

1. Tidak membicarakan himpunan kepada S62 dan ketika ada S62.


2. Tidak membicarakan kaderisasi kepada S62 dan ketika ada S62.
3. Tidak berkata kasar kepada S62 dan ketika ada S62.
4. Tidak melakukan tindak kekerasan kepada S62 (secara fisik).
5. Tidak menerlibatkan S62 dalam kegiatan yang membawa nama himpunan.
6. Berpakaian standar kuliah pada jam perkuliahan (07.00 – 17.00 WIB).
7. AHMS wajib berkoordinasi dengan PSDM jika ada kegiatan yang menerlibatkan S62
diluar kegiatan kaderisasi.

Keterangan: Pengondisian AHMS berlaku sampai dengan kaderisasi S62 berakhir.

Anda mungkin juga menyukai