Contoh Laporan Hidrologi
Contoh Laporan Hidrologi
PENDAHULUAN
BAB II
PERENCANAAN
2
Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
Mencuci garam – garam yang berada dalam tanah.
Memperkecil resiko rembesan air tanah.
Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu membajak.
Aspek yang perlu di tinjau dalam irigasi :
3
a. Aspek engineering - Pembangkit tenaga air.
- penyimpanan, pengangkutan, b. Aspek agricultural
penyimpangan selama sistem - kedalaman air
gravitasi. - pendistribusian air
- Membawa air keladang - kapasitas alir untuk tanah
pertanian. yang berbeda
- Pemakaian air untuk perswahan - reklamasi tanah tandus
- Mengeringkan air kelebihan.
4
Tahap perencanaan merupakan tahap pembahasan proyek pekerjaan irigasi
secara mendetail. Tahapan perencanaan ini meliputi:
2. 2 Tahap Studi
Pada tahap studi ada tujuh persyaratan perencanaan proyek irigasi yang akan
dianalisis dan dievalusi yaitu:
1) Lokasi dan perkiraan daerah irigasi.
2) Garis besar rencana pertanian.
3) Sumber air irigasi mengenai banyaknya air yang tersedia serta perkiraan
kebutuhan air.
4) Deskripsi tentang pekerjaan baik yang sedang direncanakan maupun yang
belum.
5) Program pelaksanaan dan skala prioritas pengembangannya.
6) Terpenuhinya persyaratan dari direktorat jendral pengairan.
7) Dampaknya terhadap pembangunan sosial ekonomi dan lingkungan.
Pada tahap studi ini terdiri dari :
1. Studi awal
Merupakan tahap pencetusan ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi
daerah irigasi, ide tersebut timbul baik dari pengamatan langsung di apangan
atau melalui analisis data.
2. Studi identifikasi
a) Identifikasi proyek dengan menentukan nama dan luas, garis besar skema
irigasi alternatif, pemberitahuan kepada instansi yang bewenang.
b) Pekerjaan teknik dan perencanaan pertanian dilakukan di kantor atau
lapangan.
3. Studi pengenalan
a) Kelayakan teknis dari proyek yang sedang dipelajari.
b) Komponen dan aspek multisektor dirumuskan.
c) Penjelasan mengenai aspek yang belum dapat dipecahkan.
d) Penentuan ruang lingkup studi.
e) Pekerjaan lapangan dan kantor.
f) Perbandingan proyek dilihat dari perkiraan biaya dan keuntungan yang
diperoleh.
g) Pemilihan alternatif.
h) Penentuan pengukuran dan penyelidikan yang diperlukan.
4. Studi kelayakan
a) Analisis dari segi teknis dan ekonomis untuk proyek yang sedang
dirumuskan.
b) Menentukan batasan atau definisi proyek sekaligus menentapkan prasarana.
c) Mengajukan program pelaksanaan.
d) Ketepatan yang diisyaratkan.
e) Pengukuran topografi, geoteknik dan kualitas tanah secara eksentif.
2. 3 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dimulai setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek.
Disini dibedakan menjadi dua tahap yaitu :
1. Tahap perencanaan pendahuluan
a) Pengukuran
Peta topografi
Peta tofografi ini digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan
jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan
skala 1 : 25 000 untuk tata letak umum, dan 1 : 5000 untuk tata letak
detail.
Penelitian tentang kemampuan tanah
Penelitian kemampuan tanah dapat dilaksanakan sebelum pembuatan
tata letak pendahuluan.
b) Perencanaan pendahuluan
Pada taraf perencanaan pendahuluan akan diambil keputusan mengenai :
Lokasi bangunan utama dan bangunan silang utama.
Tata letak jaringan.
Perencanaan petak-petak tersier.
Pemilihan tipe-tipe bangunan
Trase dan potongan memanjang saluran.
Jaringan dan bangunan pembuang.
ssc 3.2 Ka
b. Gorong-gorong Tertutup
Bentuk gorong-gorong pada umumnya bulat atau persegi empat. Karena seluruh
potongan melintang pada gorong-gorong tertutup ini berada di bawah permukaan
air, maka semua potongan melintang tersebut dianggap terisi penuh air sehingga
kriterianya berbeda dengan goron-gorong terbuka. Umumnya gorong-gorong ini
digunakan untuk mengalirkan saluran pembuang yang membutuhkan kecepatan
aliran lebih besar. Untuk keperluan perencanaan diambil V = 1,50 – 3,00 m/det.
Bangunan Talang
Talang merupakan saluran buatan yang melintas dan berada di atas permukaan
lembah, saluran pembuang, saluran irigasi, sungai, jalan atau rel kereta api atau
disepanjang
Bukit dan sebagainya. Air yang mengalir di dalamnya bergerak pada kondisi
permukaan bebas. Bahan yang sering digunakan untuk konstruksi talang adalah
pasangan beton, baja atau kayu.
Agar diperoleh talang yang ekonomis dalam mengalirkan air yang ada di
dalamnya, maka perlu diperhatikan persyaratan berikut:
a. Potongan melintang talang dapat ditentukan berdasarkan nilai banding b/h,
dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Perbandingan yang
paling ekonomis berkisar 1 sampai 3.
b. Kecepatan di dalam bangunan harus lebih tinggi daripada kecepatn di saluran
biasa. Tetapi kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi aliran superkritis atau mendekati kritis.
c. Pada bagian peralihan dibuat perlu diperhatikan nilai koefisien kehilangan
energi sesuai dengan bentuk penampang yang direncanakan.
d. Diperlukan tinggi jagaan yang disesuaikan dengan besarnya debit. Tinggi
jagaan dapat diambil dari KP-03 pada saluran.
e. Penggunaan bahan diambil berdasarkan besaran bentang dan debit yang
direncanakan.
Bangunan Sipon
Sipon merupakan bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain
(biasanya pembuang) atau jalan. Perencanaan hidrolis sipon harus
mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan
akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan
keluar. Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan
dan inspeksi. Biasanya sipon dikombinasikan dengan pelimpah tepat di sebelah
hulu agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu. Hal lain yang perlu
diperhatikan adanya penyumbatan atau masuknya orang/binatang yang masuk
secara kebetulan, maka mulut sipon ditutup dengan kisi-kisi penyaring (trashrack).
Bangunan Pelimpah
Pangunan pelimpah dibuat untuk membuang kelebihan debit baik di saluran
maupun pada bangunan talang atau sipon. Kelebihan debit tersebut diharapkan
tidak sampai melimpas di atas tanggul, karena akan mengakibatkan kerusakan baik
pada badan tanggul maupun bangunan lainnya.
Bangunan Jembatan
Jembatan yang akan dibagun dimaksudkan adalah jembatan kendaraan yang
dipakai di jalan inspeksi, penyeberangan saluran, pembuang atau sungai, jembatan
orang (footbridge), jembatan ternak dan jembatan eksploitasi. Persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan jembatan adalah:
a. Pembebanan, digunakan pedoman pembebanan yang ada pada bagian
Parameter Bangunan (KP-06).
b. Bangunan atas, untuk jembatan-jembatan yang bentangnya kurang dari 5
meter, dapat digunakan jembatan beton sedangkan yang lebih besar dari 5
meter, harus mengacu pada peraturan Bina Marga.
c. Ruang bebas jembatan paling tidak harus 0,30 m atau sama dengan selisih
tinggi jagaan saluran.
Trashrack (Saringan)
Kisi-kisi penyaring harus dipasang pada bukaan/lubang masuk bangunan yang
mungkin akan menjadi penyumbatan dan mengganggu kelancaran air masuk. Kisi-kisi
dibuat dari jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa
dibersihkan dengan penggaruk.
2. 5 Sistem Irigasi di Indonesia
1. Trase Saluran
Pada jaringan irigasi Trase saluran dapat dibagi dua, yaitu trase penyusun saluran-
saluran irigasi pembawa dan trase penyusun pembuangan air.
Trase penyusunan saluran-saluran irigasi pembawa
Dalam penyusunan saluran irigasi seolah-olah kita harus memperhatikan
kehematan pembiayaannya, akan tetapi berhubungan dengan formasi dan letak
geografi tanah, keadaan setempat dan lain-lain hal lagi, seringkali terpaksa kita
menetapkan susunan saluran yang memerlukan biaya tinggi, karena dipandang dari
sudut teknis tidak ada cara pemecahan soal lain yang dapat mencukupi terhadap
syarat-syarat yang diperlukannya.
Jika ada 2 cara pemecahan soal susunan saluran yang kiranya dapat mencukupi
terhadap syarat-syaratnya, maka perihal ini kita harus mempertimbangkan terhadap
soal pembiayaannya, kemungkinan penyelenggaraanya. Kehematan pemeliharaannya
berhubungan dengan panjangnya atau letaknya saluran-saluran dan banyaknya atau
besarnya bangunan-bangunan.
Susunan saluran irigasi seharusnya terpisah dari susunan pembangunan air. Pada
keadaan yang memaksa ada kalanya saluran irigasi dialirkan ke saluran pembuangan
dan kemudian dipergunakan, selain untuk membuang air, juga untuk penyaluran air
guna mengairi sawah-sawah di sebelah hilir.
Jaring-jaring saluran itu harus mencukupi terhadap syarat untuk saluran pembawa
dan syarat-syarat untuk saluran pembuangan. Jika salah satu syarat tidak dicukupi
maka beberapa kesulitan tentu akan dialaminya. Karena itu jika keadaan masih
memungkinkan pembiayaannya tidak terlalu tinggi janganlah merencanakan susunan
saluran penyaluran dengan pembuangan.
Trase penyusunan pambuangan air
Daerah irigasi teknis membutuhkan saluran panyaluran air yang baik dan juga
susunan pembuangan air yang baik dan teratur. Pembuangan air yang tidak baik atau
tidak terpelihara akan merugikan sangat terhadap tanaman bahkan seringkali merusak
tanaman. Terutama di tanah datar harus mendapat perhatian benar-benar terhadap
kebaikan dan pemeliharaan pembuangan air itu.
Pembuangan yang sewaktu-waktu dipasang bendung sementara untuk diambil
airnya untuk membantu penyaluran air, atau dipasang sero guna mendapat ikan akan
menimbulkan kerugian besar terhadap tanaman.
Seringkali pada waktu menyusun petak-petak tersier dengan mengambil serokan-
serokan pembuangan air sebagai batas-batasnya maka dengan sendirinya terbentuklah
susunan pembuangan air yang baik. Ukuran saluran pembuangan didasarkan atas
penghiliran air terbesar dari daerah pengalirannya.
Adapun untuk merintis jalannya saluran adalah sebagai berikut :
1) Setelah dibuatnya petak-petak tersier dan petak-petak sekunder dalam
peta dengan skala tertentu lalu direncanakan jalannya saluran-saluran irigasi
sebagai rintisan sementara. Pada merintis saluran di peta ikhtisar harus diperhatikan
syarat-syarat berikut :
a) Letak saluran harus cukup tinggi guna mengairi seluruh daerah irigasi
dan airnya dapat mudah dibagi-bagi ke petak-petak tersier dengan perantara
bangunan-bangunan sadap.
b) Harus diusahakan jangan terletak di tanah urugan yang tinggi, juga
jangan ada di tanah galian yang dalam.
c) Carilah rintisan yang sependek-pendeknya dengan mengingat syarat-
syarat kemungkinan penyelenggaraan dan penghematan pembiayaanya.
d) Hindarkan sedapat mungkin rintisan pada tanah lunak atau tanah
cadas keras, supaya menghindarkan pengeluaran biaya guna perbaikan tanah.
e) Sedapat mungkin rintisan saluran pertama dan sekunder ditempatkan
di tepi jalan raya atau direncanakan dengan pembuatan jalan, supaya pengangkutan
bahan-bahan guna pembuatan bangunan-bangunan mudah dilakukan dan juga
memudahkan terhadap pengurusan dan pemeliharaan saluran-saluran dan
bangunan-bangunannya.
f) Karena luasnya dan susunannya dari petak-petak tersier telah
ditetapkan, maka kita dapat menghitung kekuatan dan ukuran dan saluran-
salurannya dan juga dapat ditetapkan tinggi muka air ditiap-tiap bangunan yang
didasarkan atas tinggi tanah yang akan dialirkannya.
g) Setelah rintisan sementara ditetapkan lalu dilakukan pengukuran tanah
yang lebih teliti sepanjang rintisan (trace) jalannya dan penampang-penampang
melintang dalam skala 1 : 500, 1 : 200 atau 1 : 100.
h) Sebaiknya tinggi muka air saluran induk dan sekunder seolah-olah
direncanakan di bawah tanah lapangan misalnya 0,10 sampai 0,25 m. Supaya
airnya tidak mudah hilang karena bocoran atau mudah diambil dengan secara tidak
sah. Hal ini tentunya tidak selalu mungkin.
i) Seringkali permulaan arah saluran induk mengikuti garis tinggi tanah.
Setelah saluran induk itu sampai di tempat yang tepat, maka ia dibelokan ke
punggung tanah, dan terbagi dalam dua saluran sekunder; yang satu dari padanya
mengikuti garis tinggi sedang yang lain dibelokan ke punggung tanah yang arahnya
hampir siku dengan garis tanah.
Menurut letak saluran dapat dibedakan dalam “saluran di lereng tanah”, terkenal
sebagai saluran trace dengan terjemahan saluran garis tinggi dan “saluran di
punggung tanah”.
Kedua saluran termaksud di atas mempunyai sifat berlainan dan tentunya
mempunyai syarat-syarat yang berlainan pula.
j) Saluran di lereng tanah mengikuti garis tanah yang biasanya tidak
membutuhkan terjunan air, jadi tidak memerlukan pembuatan bangunan penerjun
atas saluran miring dan kecepatan alirannya dapat disesuaikan dengan syarat
formasi tanah setempat sedang tanah galiannya dapat dipergunakan untuk
membuat tanggul di sebelahnya yang tentunnya dapat menghemat pengeluaran
biaya. Di samping keuntungan tersebut di atas terdapat beberapa kesulitan,
misalnya saluran di lereng tanah biasanya bersilangan dengan lembah-lembah
tanah serokan-serokan pembangunan atau sungai yang walaupun biasanya tidak
begitu besar akan tetapi sering sekali curam. Pada persilangan itu dibutuhkan
bangunan, antara lain gorong-gorong, talang atau sipon yang biaya
penyelenggaraannya tidak sedikit. Saluran di lereng tanah biasanya berbelok-belok
dengan sendirinya saluran itu menjadi panjang juga karena harus membuat tanggul
di lereng tanah yang biasanya harus diberi perkuatan atau pertahanan, karena
tanggul mudah longsor.
Saluran di lereng tanah menghalang-halangi air yang mengalir di lereng tanah
misalnya air hujan. Untuk menghindarkan masuknya air hujan kedalam saluran,
maka perlu dibuatnya serokan pembuang di sebelah atasnya saluran yang sejalan
dengan saluran. Air hujan termasuk di atas sering kali tidak dapat seluruhnya
dihindarkan dan terpaksa sebagian dari air hujan itu masuk ke dalam saluran yang
biasanya benda-benda padat, misalnya koral, pasir dan tanah ke dalam saluran
yang mengakibatkan banyak endapan di saluran dan dsasar saluran menjadi
dangkal. Pada waktu hujan di saluran terdapat penambahan banyaknya aliran yang
tidak dibutuhkan guna pengairan dan agar saluran lanjutannya tidak menjadi rusak
karena kebanyakan air maka di tempat di mana air kelebihan itu dapat dibuang,
dibuatnya bangunan guna membuang air yang kelebihan itu. Bangunan mana
disebut bangunan pelimpah atau peluap dengan atau tidak dengan alat penahan
banjir.
k) Saluran di punggung tanah tidak menemui kesukaran terhadap adanya
persilangan dengan lembah tanah serokan pembangunan atau sungai. Saluran
dapat dibuat pendek karena biasanya dapat dibuat lurus. Pembuatan saluran
pembuangan di sebelah atasnya yang sejajar dengan saluran irigasi tidak
diperlukan, jadi juga kemungkinan mendapat tambahan air dan endapan ke dalam
saluran itu tidak akan ada. Saluran di punggung tanah dapat mengairi sawah-sawah
ke kanan dan ke kiri, jadi kesulitan yang dialami dalam pembuatan saluran di lereng
tanah di sini tidak akan dapat. Perhatian yang harus dicurahkan terhadap
pembuatan saluran itu, berhubung dengan formasi tanah, maka untuk menurunkan
muka air diperlukan pembuatan bangunan-bangunan antara lain bendung curahan
atau saluran miring. Bangunan-bangunan itu sering kali membutuhkan biaya yang
besar.
2. Petak Tersier
Daerah irigasi teknis dibagi-bagi dalam beberapa bidang tanah yang disebut
petak-petak penghabisan, petak-petak pengairan atau petak-petak tersier dan
ditetapkan tempat pengambilan air dari saluran irigasi untuk tiap-tiap bidang tanah
(petak tersier) itu.
Bentuk dari suatu petak tersier harus tertentu dan luasnya petak-petak tersier
jangan terlalu banyak perbedaan.
Luas petak tersier dapat diambil :
Di tanah datar 200 – 300 ha
Di tanah agak miring 100 – 200 ha
Di tanah perbukitan (pengunungan)150 – 100 ha
(Perhatikan : Majalah Ing. In NI 1939 No. 1 dan 1941 No. 9 tentang besarnya petak
tersier).
Petak tersier yang besar menyulitkan pengurusan pembagian airnya dalam petak
itu, sedang petak tersier yang kecil membutuhkan banyaknya bangunan-bangunan
penyadap tersier yang menjadikan mahal dalam pembuatannya.
Petak-petak tersier untuk pengairan teknis harus mencukupi terhadap syarat-
syaratnya :
1) Harus mempunyai bentuk dan luas tertentu.
2) Jika bentuknya atau luasnya dari petak-petak tersier terlalu berbeda, maka
kehilangan airnya, jadi juga kebutuhan airnya dalam petak-petak itu akan berbeda
sekali.
3) Batas petak tersier harus jelas dan pemberian airnya harus ditetapkan di
satu tempat.
4) Dari tempat pemberian air seluruh tanah di dalam petak itu harus bisa
mendapat air.
5) Air yang telah dipergunakan dan air hujan harus dapat dibuang dengan
tidak terganggu.
6) Petak tersier harus merupakan satu bidang tanah yang tidak terpisah-pisah.
7) Petak tersier seolah-olah harus terletak dalam satu desa, jika tidak mungkin
baru direncanakan dalam 2 sampai 3 desa.
8) Bangunan penyadap tersier (pemberian air) harus seolah-olah di
perbatasan petak tersier, jika tidak mungkin supaya letak petak itu tidak jauh dari
bangunan penyadap tersier.
3. Kapasitas Saluran
Dalam mendimensi saluran irigasi ini terlebih dahulu harus mengetahui berapa
besar debit yang akan dialirkan melewati saluran itu. Seperti telah kita ketahui tanaman
padi memerlukan air lebih banyak dari pada tanaman tebu maupun palawija.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan di daerah irigasi Pemali (yang di jadikan
pedoman sampai saat ini), maka pemakaian air untuk tanaman padi adalah sebagai
berikut :
Untuk padi dalam (rendangan).
Sebanyak 0.3 a l/det/ha guna pengolahan tanah/pembibitan yang
luasnya 1/8 × sampai 1/12 × luas sawah yang akan ditanami selama ½ bulan
pertama. Selama itu hanya tempat-tempat pembibitan yang diberi air.
Sebanyak a l/det/ha guna pengolahan tanah dan menanam selama ½
bulan ke-2, ke-3 dan ke-4.
Sebanyak 0,70 a l/det/ha guna tumbuhnya tanaman selama ½ bulan
ke-5 sampai dengan ke-10.
Sesudah itu tanaman tidak memerlukan air hingga saat panen.
Satuan a merupakan kebutuhan air maksimum dalam proses penanaman. Untuk
menentukan besarnya a ini dapat dilihat dalam perhitungan water requirement.
Sebenarnya memakai metode ini untuk menghemat penggalian saluran yang
besar. Seperti yang diketahui dalam suatu daerah irigasi kadang-kadang luasnya
sangat besar, sehingga kita tidak dapat melaksanakan penanaman secara serentak.
Adapun hal-hal yang tidak dapat melaksanakan penanaman serentak itu, ialah
keterbatasan tenaga manusia, hewan penggarap serta mungkin pula kekurangan air
yang tersedia untuk irigasi itu sendiri. Dengan keadaan yang demikian itu, maka
direncanakan penggiliran pemakaian air atau cara rotasi secara alamiah.
Untuk itulah dalam menghitung kapasitas saluran ini kita tidak perlu mengalikan
luas areal dengan a (atau A × a), melainkan kita harus mengalikan lagi dengan suatu
faktor (koefisien) yang menurut ordinat lengkung tegal.
Lengkung kapasitas tegal ini dari 0 ha sampai 140 ha merupakan garis lengkung,
dan dari 140 ha sampai 700 ha merupakan garis miring lurus, sedangkan untuk daerah
yang lebih besar dari 700 ha merupakan garis datar lurus dengan ordinat 0,80.
Pada perhitungan ini digunakan koefisien lengkung tegal. Dengan demikian untuk
menghitung kapasitas saluran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q=axA
Keterangan :
Q = debit saluran (l/det)
a = kebutuhan air normal dari tumbuhan (l/det/ha)
A = luas daerah yang akan diairi (ha)
4. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran irigasi ini tergantung pada sistem irigasi yang digunakan,
misalnya kecepatan pada sistem irigasi permukaan akan berbeda dengan kecepatan
sistem irigasi bawah permukaan begitu pula dengan sistem irigasi penyiraman. Hal
tersebut dapat dikarenakan karena beberapa faktor antara lain tekanan yang
ditimbulkan, keadaan tofografi, kapasitas air dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan perbedaan tekanan, kecepatan aliran irigasi maka kecepatan
dapat dibagi menjadi dua yaitu kecepatan pada saluran terbuka dan kecepatan pada
saluran tertutup. Namun disini kita akan membahas kecepatan yang terjadi pada
saluran terbuka, dimana pada umumnya sistem irigasi di Indonesia menggunakan
saluran terbuka (sistem irigasi permukaan/surface irrigation) dan inipun sesuai dengan
tugas struktur perencanaan irigasi yang diberikan oleh dosen mata kuliah tersebut.
Dalam aliran melalui saluran terbuka, distribusi kecepatan tergantung pada banyak
faktor pula seperti bentuk saluran, kekasaran dinding dan juga debit aliran. Distribusi
kecepatan tidak merata di setiap titik pada tampang lintang.
Saluran dangkal
Saluran persegi
Hal ini disebabkan karena sisi-sisi saluran tidak berpengaruh pada daerah
tersebut, sehingga saluran di bagian itu dapat dianggap 2 dimensi (vertikal). apabila
lebar saluran lebih besar dari 5–10 kali kedalaman aliran yang tergantung pada
kekasaran dinding. Dalam praktik, saluran dapat dianggap sangat lebar (lebar tak
terhingga) apabila lebar saluran lebih besar dari 10 kali kedalaman.
Distribusi kecepatan pada vertikal dapat ditentukan dengan melakukan
pengukuran pada berbagai kedalaman. Semakin banyak titik pengukuran akan
memberikan hasil semakin baik. Biasanya pengukuran kecepatan dilapangan dilakukan
dengan menggunakan currentmeter. Alat ini berupa baling-baling yang akan berputar
karena adanya aliran, yang kemudian akan memberikan hubungan antara kecepatan
sudut baling-baling dengan kecepatan aliran.
Untuk keperluan praktis dan ekonomis, dimana sering diperlukan kecepatan rerata
pada vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik tertentu.
Kecepatan rerata dapat diuku pada 0,6 kali kedalaman dari permukaan air, atau harga
rerata dari kecepatan pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman. Ketentuan ini hanya
berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan tidak ada penjelasan secara teoritis.
Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara 0,8 dan 0,95 kecepatan di permukaan dan
biasanya diambil sekitar 0,85.
5. Dimensi Saluran
Dalam perencanaan, semua saluran baik saluran induk, sekunder maupun tersier
direncanakan dengan konstruksi tanah atau dengan perkataan lain salurannya adalah
saluran tanah.
a. Bentuk hidraulis dan kriteria
1) Penampang saluran berbentuk trapesium.
2) Kecepatan minimum (V) = 0,25 m/det.
3) Lebar dasar minimum (b) = 0,30 m.
4) Perbandingan antara b; h; v; dan kemiringan talud (m) tergantung dari
debit.
Hal tersebut dapat dilihat hubungannya pada tabel berikut.
Kecepatan Kemiringan
Q b/h air talud
V(m/det) (m)
0,00 – 0,15 1 0,25 – 0,30 1:1
R = F/O
Rumus Strickler : V = K.R 2 / 3 .I1/2
Dimana :
2. 6 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah susunan dari bangunan air, saluran pembawa dan
pembuang, petak-petak dan jalan infeksi yang mana satu sama lain saling berhubungan
untuk dapat mengalirkan air irigasi yang dibutuhkan. Suatu jaringan irigasi dapat kita
lihat pada peta ikhtisar proyek irigasi yang memperlihatkan:
1. Bangunan utama
Bangunan utama sebagai jumlah bangunan yang direncanakan dan dibangun di
sepanjang sungai atau aliran air. Bangunan utama dapat berupa :
Bendung atau bendung gerak.
Pengambilan bebas.
Pengambilan dari waduk.
Stasiun pompa.
2. Bangunan bagi dan sadap
Bangunan bagi dan sadap ini dapat berupa :
Bangunan bagi. Terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
Bangunan sadap tersier. Berfungsi mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder kesaluran tersier primer.
Box tersier. Berfungsi membagi aliran untuk dua saluran tersier atau kuarter
atau lebih.
3. Bangunan pengukur atau pengatur
a) Bangunan pengukur
Berfungsi mengukur aliran dibagian hulu saluran primer, dicabang saluran
jaringan primer dan pada bangunan sadap sekunder atau tersier. Alat – alat yang
dapat digunakan adalah :
Ambang lebar
Alat ukur parshal
Alat ukur Cipoletti
Alat ukur Romijn
Alat ukur Crump de
gruyter
Bangunan sadap pipa
sederhana
Constan Head Orifice
(CHO)
b) Pemakaian alat ukur
Di bagian hulu saluran primer
Di bagian bagi/sadap sekunder
Di bangunan sadap sekunder
4. Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang bertujuan untuk dapat membawa atau
mengalirkan air dari ruas bagian udik kebagian hilir saluran. Aliran ini terdiri dari :
a. Bangunan pembawa dengan aliran super kritis.
Bangunan terjun
Got miring
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis.
Gorong-gorong
Talang
Sipon
Jembatan sipon
Flum
Saluran tertutup
Terowongan
5. Bangunan lindung
Berfungsi untuk melindungi saluran baik terhadap limpasan buangan maupun
terhadap aliran untuk irigasi.
30
Umur dari jaringan relatif pendek
2. Jaringan irigasi semi teknis
Pada jaringan semi teknis bendung terletak pada sungai lengkap dengan pintu
pengambilan serta bangunan pengukuran pada bagian hilir. Dan pada jaringan ini
memungkinkan untuk mengairi daerah yang agak luas.
3. Jaringan irigasi teknis
Prinsip pada jaringan teknis adalah dipisahkannya antara jaringan irigasi dan
jaringan pembuang. Saluran irigasi mengalirkan air ke petak-petak sawah dan saluran
pembuang mengalirkan air lebih dari sawah ke selokan–selokan pembuang.
Keuntungan jaringan irigasi teknis:
a) Pemanfaatan air lebih ekonomis.
b) Banyaknya bangunan pembawa pada saluran yang mempunyai sifat hidrolis
yang sama dengan bendung, sehingga memerlukan biaya yang cukup tinggi.
c) Untuk mengatur sistem jaringan irigasi diperlukan organisasi yang terpadu.
2. 8 Saluran Irigasi
1. Jaringan irigasi utama
a) Saluan primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi.
b) Saluan sekunder membawa air dari saluran primer ke petak–petak tersier.
c) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air ke jaringan irigasi primer.
d) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier
yang terletak diserang petak tersier lainnya.
2. Jaringan saluran tersier
a) Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke jaringan utama ke
dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter.
b) Saluran kuarter membawa air dari blok bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
3. Saluran pembuang
a) Saluran pembuang tersier
b) Saluran pembuang utama
31
2. 9 Petak Tersier, Sekunder dan Primer
1. Petak tersier
Petak tersier adalah unit tanah yang menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur
dari bangunan sadap tersier.
2. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang ke semuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi
yang terletak disaluran primer atau sekunder.
3. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung
dari saluran primer.
4. Standar tata nama
a. Daerah irigasi
Daerah irigasi diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau desa
penting di daerah itu atau dapat juga dengan nama sungai yang airnya diambil
untuk keperluan irigasi.
b. Jaringan irigasi
Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani.
Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder.
c. Tata warna peta
Warna biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk pembawa yang ada
dan garis putus-putus untuk jaringan yang direncanakan.
Warna merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk
jaringan pembuang yang ada, garis putus-putus untuk jaringan pembuang
yang sedang direncanakan.
Warna coklat untuk jaringan jalan.
Warna kuning untuk daerah yang tidak diairi (daerah tinggi atau rawa-
rawa).
32
Warna hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa atau
kampung.
Warna hitam untuk jalan kereta api,
Warna bayangan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, petak tersier
diberi warna yang lebih muda dan diberi arsir.
5. Definisi daerah irigasi
a. Daerah studi.
Daerah studi adalah daerah proyek ditambah dengan seluruh daerah aliran
sungai (DAS).
b. Daerah proyek
Daerah proyek adalah daerah dimana pelaksanaan pekerjaan dipertimbangkan
atau diusulkan.
c. Daerah irigasi total.
Daerah proyek dikurangi dengan perkampungan dan tanah-tanah yang didirikan
untuk bangunan daerah yang tidak dialiri.
d. Daerah irigasi netto
Daerah yang bisa diairi di kurangi dengan saluran-saluran irigasi dan pembuang,
jalan inspeksi, jalan setapak, tanggul dan sawah.
e. Daerah potensial.
Daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.
f. Daerah fungsional.
Daerah potensial yang telah memilki jaringan irigasi yang telah dikembangkan.
33
BAB III
ANALISIS PERHITUNGAN
5. Bandingkan h1 dan h0
Jika I h1 – h0 I < 0,005, maka h1 = h rencana
Jika I h1 – h0 I > 0,005, maka h1 sebagai andaian baru dan perhitungan lagi sampai
dengan I h1 – h0 I < 0,005.
6. Hitung lebar dasar saluran b
b = n . hrencana
7. Selesai
34
b) Panjang saluran yang akan dicari
Panjang saluran digunakan untuk mendapat beda ketinggian antara bangunan di
hulu dan di hilir.
3.3 Perencanaan Saluran Pembawa
a) Elevasi Muka Air Rencana
Elevasi muka air yang diinginkan dalam jaringan irigasi utama didasarkan pada
elevasi muka air yang dibutuhkan pada sawah yang diairi. Prosedurnya adalah
pertama-tama menghitung tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap tersier,
kemudian seluruh kehilangan di saluran kwarter dan tesier serta bangunan dijumlahkan
menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Elevasi tersebut
perlu ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan
persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada muka air
parsial. Secara matematis uraian tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
P = A + a + b + c + d + e + f + g + ∆h + z
Dimana:
P = elevasi muka air di saluran sekunder
A = elevasi sawah tertingi
a = kedalaman air di sawah (0,10 m)
b = kehilangan tinggi energi di saluran kwarter ke sawah (0,05 m)
c = kehilangan tinggi energi di saluran tersier (0,10 m)
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi (L x I)
e = kehilangan tinggi energi di bok bagi tersier (0,10 m)
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (0,05 m), kalau ada
∆h = variasi tinggi muka air (0,18*h)
z = kehilangan tinggi energi dibangunan tersier lainnya.
b) Debit Rencana
Debit rencana saluran pembawa tergantung dari luas petak tersier dan
kebutuhan air per hektar untuk jenis pola tanam yang direncanakan. Karena adanya
perkolasi, penguapan dan faktor-faktor lainnya, maka tidak semua air yang berasal dari
sungai sampat ke petak tersier. Untuk menghindari kekurangan air akibat faktor-faktor
35
tersebut, maka dipergunakan efisiensi di saluran-saluran. Adapun besar efisiensi
saluran adalah sebagai berikut:
¤ Saluran primer = 0,90
¤ Saluran sekunder = 0,90
¤ Saluran tersier = 0,80
Sehingga besar debit rencana yang melalui saluran adalah:
a . Lp
Qr
e p . e s . e t . 1000
dimana:
Qr = debit rencana saluran (m3/det)
a = kebutuhan air (lt/det/ha)
ep = efisiensi saluran primer = 0,90
es = efisiensi saluran sekunder = 0,90
et = efisiensi saluran tersier = 0,80
36
¤ Dalam suatu sistem jaringan irigasi sedapat mungkin digunakan satu tipe alat ukur,
kalau tidak mungkin dapat digunakan dua tipe
¤ Biaya pemeliharaan tidak tinggi
¤ Semua debit harus dapat di alirkan lewat alat ukur dan pengukuran dapat
dilaksanakan dengan seksama, artinya bila di buat kesalahan, kesalahan ini masih
dalam batas-batas tertentu (10% masih dapat di terima)
¤ Alat pembaca harus menunjukan debit atau tinggi air yang tepat
¤ Kehilangan tekanan pada debit kecil harus sekecil mungkin
¤ Alat ukur harus moduler, artinya besar debit tidak dapat di pengaruhi oleh tinggi
muka air belakang, selama air ini tidak melampau batas tertentu
¤ Rumus pengaliran harus sederhana dengan tidak banyak variabelnya. Koefisien
kontraksinya konstan
h
b
Thomson= V notch, alat ukur berbentuk segitiga, berambang tajam
Rumus : Q = 1,39 h5/2
37
Rumus: Q = Ck. bh3/2
Ck = 1,78 + 0,24 h/d
Ck = koefisien kontraksi
h
b
Ambang tetap, bangunan ukur terbuat dari pasangan batu kali dengan ambang lebar
dan tetap.
Rumus: Bentuk segi empat
Q = Cd.Cv. 2/3. √ 2/3. g. bc. h13/2
Cd = 0,93 + 0,10 h1/L, untuk 0,1 < h1/L< 1,0
Rumus: Bentuk trapezium
Q = Cd (bc yc + m.yc2)( 2g (h1 – yc)1/2
papan duga
2-3 H1 maks
H1 maks
sal. hilir
1:6
3
h1 1
p1 H1 maks peralihan pelebaran
1:3 leher
peralihan
sal. hulu penyempitan
alur pengarah
pemasukan
Gbr. Alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
Alat ukur Romijn, adalah alat ukur yang terbuat dari plat baja yang dapat digerakkan
ke atas dan ke bawah, alat ini dapat mengukur maksimum 900 l/det. Ada tiga jenis alat
ukur Romijn ini:
(1) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan hulu.
(2) Bentuk mercu miring ke atas dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan
38
(3) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.
Rumus : Q = 1,71 bh3/2
Atau : Q = Cd.Cv. 2/3. √ 2/3. g. bc. h13/2
1,33 H
0,5 H 0,5 H L=H
maks maks R= 0,2 maks1 : R= 0,2 maks
1:
L L L 25
25
R2 = Pelat Muka
10 pengaku Pelathilir
R1 =
vertikal
pengaku
100
Alat Ukur Crump de Gruijter, bangunan ini dibuat dari pasangan batu kali dan
daun pintunya dari kayu, dapat mengukur debit > 900 l/det.Ketelitian pengukuran
maksimum 1: 6
Rumus :
Q maks = 1,594 bh3/2
= z/H
y maks = 0,62 H ………………… y maks > z
k = Y/H
y min > 0,02 m
Atau : Q = Cd.b.w. √ 2g (h1 – w)
pintu dpt
disetel
y h1 z
w h2
1 p1
p2
2p1 - 3p1 L
Peraliha
Leher
n
penyem
pitan
Alat ukur Parschall, terbuat dari pasangan batu kali atau beton terdiri dari sebuah
bagian peralihan penyempitan ddengan lantai datar, leher lantai miring ke bawah,
dan peralihan perlebaran dengan miring ke atas. Alat ukur ini terdiri dari 10 tipe.
Rumus umum: Q = k. Hau
39
Alat ukur Orifis, suatu bangunan dari batu kali/beton yang mempunyai tinggi yang
tetap (constant head orifis = CHO) yang dikembangkan oleh USBR
Rumus umum: Q = C.A. √ 2g.z
Untuk
v = k . R 2 /3 . I 1 /2
L 150. 100. 10
A
0,30
Detail A
40
Untuk saluran berbentuk trapesium:
A = bh + mh2 dimana:
P = b + 2h√1 + m2 m = kemirinan talud
R = A/P n = b/h
Untuk mendapatkan lebar dasar saluran dan kedalaman air (h) digunakan
dengan cara coba-coba (trial and error) dengan langkah-langkah seperti terlihat dalam
diagram alir berikut ini:
Mulai
Input Q, k,
I, m, n, ho
h = ho
b = n*h; P =
b+2*h*(1+m2)
R = A/P
v=k*R2/3*I1/2
A = Q/v
h1=(A/(n+m))1/2
No h=h1
Abs(h1-h0)<0,005
Yes
Q,k,I,m,n,b,h,v
Selesai
41
Tipikal penampang melintang saluran primer dan saluran sekunder yang direncanakan
dapat dipilih pada Gambar 3.4, berikut ini.
42
BAB IV
KESIMPULAN
43