Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1. Deskripsi Judul


Pengertian secara terperinci dari judul ini adalah “Graha Literasi Sejarah
Nusantara di Medan” dapat diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai berikut:
1. Pengertian Graha
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Graha adalah
rumah mewah, rumah besar, rumah yang indah, singgasana.
 Menurut Wikipedia, Graha adalah kata yang berasal dari bahasa
kawi yang digunakan di pulau Jawa pada zaman dahulu yang
artinya rumah.
2. Pengertian Literasi
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Literasi adalah
kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan
dalam bidang atau aktivitas tertentu, dan kemampuan individu
dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan
hidup.
 Menurut Sulzby (1986), Literasi adalah kemampuan berbahasa
seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk
berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
3. Pengertian Sejarah
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sejarah
merupakan kajian tentang masa lampau, khususnya bagaimana
kaitannya dengan manusia.
 Menurut Muh Yamin, Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang
disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat
dibuktikan dengan bahan kenyataan.

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


4. Pengertian Nusantara
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nusantara
merupakan sebutan nama bagi seluruh wilayah kepulauan
Indonesia.
 Menurut Prof. Dr. Wan Usman (2015), Nusantara merupakan
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kepulauan
yang membentang dari Sumatera hingga Papua, yang sekarang
sebagian besar Indonesia.
5. Pengertian Medan
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Medan merupakan
Ibukota Provinsi Sumatera Utara.
 Menurut Wikipedia, Medan merupakan kota multietnis yang mana
penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang
budaya dan agama yang berbeda-beda.
Berdasarkan dari pengertian diatas maka, “Graha Literasi Sejarah
Nusantara di Medan” merupakan suatu tempat yang menampung kegiatan
menulis, membaca, memperoleh informasi/ pengetahuan/ literasi sejarah
terbentuknya Nusantara, yang dilengkapi fasilitas edukasi dan rekreasi, serta
diharapkan akan menjadi wahana pusat informasi sejarah terbesar di kota Medan.

II.2. Tinjauan Teoritis


II.2.1. Pengertia Graha
GRAHA adalah gerakan hati insani (kemanusiaan) untuk meningkatkan
habit/ kebiasaan membaca dan menulis. GRAHA juga bermakna ‘Rumah’ yang
merujuk pada tempat/ wahana/ alat. Dengan demikian secara mandiri GRAHA
bermakna sebagai wahana bagi siapa saja yang peduli dalam menciptakan
generasi yang diwarnai habit membaca dan menulis menuju generasi cerdas.
Gerakan ini secara khusus mengampanyekan kebiasaan baru berliterasi
yang dimulai dari habit membaca dan menulis sebagai budaya masyarakat baru.
Graha dikonkretkan melalui ‘kado buku’ dan pelatihan menulis (jurnalistik) bagi
komunitas pendidikan dan komunitas pada umumnya.

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.2.2. Pengertian Literasi
Literasi adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi
saat membaca atau menulis. Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai
Literatus yang artinya adalah orang yang belajar. Pada abad pertengahan, sebutan
literatus ditujukan kepada orang yang dapat membaca, dan bercakap-cakap dalam
bahasa Latin. Sejarawan Itali Carlo M. Cipolla istilah “semi-iliterate” untuk
mereka yang dapat membaca tetapi tidak dapat menulis. Dengan kata lain,
pengertian literasi hanya berkaitan dengan keaksaraan atau bahasa. Dalam
perkembangan waktu, pengertian literasi berkembang menjadi konsep fungsional.
Pada tahun 1960-an istilah literasi dikaitkan dengan berbagai fungsi dan
keterampilan hidup individu. Konsep Literasi merupakan seperangkat kemampuan
mengolah, menganalisa dan memahami informasi dari bahan bacaan. Literasi
bukan tentang membaca dan menulis saja, melainkan dapat mencakup bidang lain,
seperti ekonomi, matematika, sains, sosial, lingkungan, keuangan, bahkan moral
(moral literacy).
National Institut for Literacy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan
dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Education Development Center (EDC)
juga turut mengeluarkan pengertian dari literasi, yaitu kemampuan individu untuk
menggunakan potensi serta skill yang dimilikinya, sehingga tidak hanya
kemampuan baca tulis saja. Lebih lanjut, UNESCO menjelaskan bahwa literasi
adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif
dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan
yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan
bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang
mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks
nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus
online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau
kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca,
menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.2.3. Jenis-Jenis Literasi
Istilah literasi telah digunakan dalam skala yang lebih luas namun tetap
merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan
membaca serta menulis. Istilah ini juga bermakna bebas buta aksara agar dapat
memahami semua konsep secara fungsional. Cara untuk mendapatkan
kemampuan literasi adalah dengan melalui pendidikan. Berikut 9 jenis Literasi :
1. Literasi Kesehatan
Literasi kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh,
mengolah serta memahami informasi dasar mengenai kesehatan serta
layanan-layanan apa saja yang diperlukan di dalam membuat keputusan
kesehatan yang tepat.
2. Literasi Finansial
Literasi finansial, yakni kemampuan di dalam membuat penilaian
terhadap informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan
juga pengelolaan uang, dimana kemampuan yang dimaksud mencakup
berbagai hal yang ada kaitannya dengan bidang keuangan.
3. Literasi Digital
Literasi digital merupakan kemampuan dasar secara teknis untuk
menjalankan komputer serta internet, yang ditambah dengan memahami
serta mampu berpikir kritis dan juga melakukan evaluasi pada media
digital dan bisa merancang konten komunikasi.
4. Literasi Data
Literasi data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari
data, lebih tepatnya kemampuan untuk memahami kompleksitas
analisis data.
5. Literitas Kritikal
Literasi kritikal merupakan suatu pendekatan instruksional yang
menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau
dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini bisa kita pahami sebagai
kemampuan untuk mendorong para pembaca supaya bisa aktif
menganalisis teks dan juga mengungkapkan pesan yang menjadi dasar
argumentasi teks.

10

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


6. Literasi Teknologi
Literasi teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara
independen maupun bekerjasama dengan orang lain secara efektif,
penuh tanggung jaab dan tepat dengan menggunakan instrumen
teknologi untuk mendapat, mengelola, kemudian mengintegrasikan,
mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi.
7. Literasi Visual
Literasi kritikal merupakan suatu pendekatan instruksional yang
menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau
dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini bisa kita pahami sebagai
kemampuan untuk mendorong para pembaca supaya bisa aktif
menganalisis teks dan juga mengungkapkan pesan yang menjadi dasar
argumentasi teks.
8. Literasi Statistik
Literasi statistik adalah kemampuan untuk memahami statistik.
Pemahaman mengenai ini memang diperlukan oleh masyarakat supaya
bisa memahami materi-materi yang dipublikasikan oleh media.
9. Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
di dalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan
kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian
menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan
informasi yang dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan mudah
dipahami.

II.2.4. Manfaat Literasi


Dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya, literasi hanya tampak
berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis saja. Namun dalam kondisi saat
ini literasi juga mencakup pengetahuan seseorang berkomunikasi di dalam
masyarakat, sehingga tidak heran bila kemudian gerakan literasi mulai
digalakkan. Literasi begitu penting di dalam kehidupan manusia mengingat
perkembangan zaman saat ini telah diwarnai kecanggihan teknologi. Literasi

11

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


sangat bermanfaat dalam segala lini kehidupan manusia karena kemampuan
literasi bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih
berpengetahuan dan berperadaban.
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan
literasi adalah dengan banyak membaca buku. Hanya saja sangat disayangkan
membaca tampaknya bukanlah budaya masyarakat Indonesia, mengingat masih
banyak daerah di Indonesia yang minat bacanya rendah, termasuk daerah kota
Medan, alhasil kemampuan literasinya juga rendah. Ada berbagai hal yang
menyebabkan kemampuan literasi menjadi rendah, antara lain:
1. Masyarakat memiliki minat baca yang rendah
2. Buku-buku yang bisa menarik minat baca cukup sulit untuk diakses
3. Kondisi sarana pustaka yang kadangkala kurang memadai
4. Minimnya buku bacaan yang tersedia
5. Tidak tersedia pemandu yang dapat membantu untuk menceritakan
maksud dari pengetahuan yang ada di buku
6. Kemampuan masyarakat di dalam menerapkan pembelajaran yang
berbasis literasi masih rendah

II.3. Rumah Baca


II.3.1. Pengertian Rumah Baca
Menurut Sutarno NS (2006:19), rumah baca mempunyai tanggung jawab,
wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangun, mengelola dan
mengembangkannya. Sejalan dengan pendapat Amrin (2011:04), rumah baca
adalah sebuah lembaga atau unit layanan yang menyediakan berbagai kebutuhan
bahan bacaan yang berguna bagi setiap orang atau sekelompok masyarakat di desa
maupun di wilayah. Rumah baca berada dalam rangka meningkatkan minat baca
dan mewujudkan masyarakat berbudaya baca.
Menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat (Jakarta:2009), rumah baca
merupakan tempat atau ruang yang disediakan untuk menyimpan, memelihara,
menggunakan koleksi buku, majalah, koran, atau media lain untuk dibaca,
dipelajari, dibicarakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

12

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Rumah Baca (2006:9), rumah
baca adalah sebuah wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun
pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat.
Selain itu, penyelenggaraan rumah baca ini juga berfungsi sebagai sarana
pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Secara umum, rumah baca adalah suatu wadah yang menampung kegiatan
membaca dan belajar, tempat sarana edukasi untuk membaca atau melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati)
dan sebagai tempat untuk bersosialisasi, serta salah satu program pembangunan
pendidikan sebagai pengembangan budaya baca dari kegiatan literasi. Program ini
bertujuan untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar melalui
peningkatan budaya baca serta penyediaan, bahan bacaan yang berguna bagi
masyarakat pada umumnya yang membutuhkan, untuk memperluas pengetahuan
dan keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat.
Rumah baca sebagai medium pengembangan budaya baca untuk mengakses
sarana perpustakaan dari berbagai koleksi buku, seperti buku pelajaran, buku
keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-
karya sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif,
kebutuhan masyarakat dan minat baca secara in-formal ataupun non-formal untuk
masyarakat umum tanpa batas usia.

II.3.2. Sejarah Perkembangan Rumah Baca


Sejarah tentang rumah baca dimulai dari masa persewaan buku oleh
keturunan Cina di abad 19, melalui Balai Pustaka dan pergerakan perpustakaan
umum di masa pemerintahan Soekarno. Rumah baca modern mulai muncul di
tahun 1980, lalu pemerintah mencoba menerapkan rumah baca berskala besar di
tahun 1990, dan pada akhirnya pergerakan masyarakat muncul di tahun 2001
secara independen. Berdasarkan wawancara dengan para sumber informasi,
artikel-artikel di surat kabar, blog dan milis serta laporan Non-Governmental
Organization (Organisasi Non-Pemerintah) dan pemerintah, menunjukkan
sejumlah faktor-faktor yang dapat dan mendukung pergerakan tersebut, yaitu:
inspirasi tokoh teladan, perpustakaan kasus terbaik, jejaring (networking) serta
13

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


peran Islam dan nasionalisme. Hasil statistik pemerintah dan hasil survei yang
dilakukan di Jakarta, menunjukkan ada tiga jenis rumah baca, yaitu: rumah baca
yang dibentuk oleh pemerintah nasional, regional dan daerah, rumah baca yang
didanai oleh donor berskala-besar, dan rumah baca independen yang didirikan
oleh masyarakat setempat.

II.3.3. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Rumah Baca


Menurut Buku pedoman Pengelolaan Rumah Baca (2006:1), tujuan dan
manfaat Rumah Baca adalah:
1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca
2. Memperkaya pengalaman belajar bagi masyarakat
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
4. Membantu pengembangan kecakapan membaca
5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu dan teknologi
6. Melatih tanggung jawab terhadap aturan-aturan yang ditetapkan.
7. Membantu kelancaran penyelesaian tugas
Rumah baca juga memiliki fungsi-fungsi yang diharapkan dapat
memfasilitasi kegiatan pembelajaran seumur hidup. Menurut Buku Pedoman
Pengelolaan Rumah Baca (2006:2), fungsi Rumah Baca adalah:
1. Fungsi informasi
Informasi yang diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari
hari, pelajaran maupun informasi lainnya.
2. Fungsi rekreasi
Masyarakat dapat menikmati hiburan berupa pameran dan membuat
hasil karya yang disediakan oleh rumah baca.
3. Fungsi pendidikan
Rumah baca merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal,
artinya tempat belajar diluar bangku sekolah maupun juga tempat
belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah yang menyedikan buku-
buku dan bahan bacaan lainnya dalam studi kepustakaan. Dalam hal ini
yang berkaitan dengan pendidikan nonformal ialah perpustakaan
umum, taman baca, graha baca dan rumah baca. Sedangkan yang

14

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


berkaitan dengan pendidikan informal adalah perpustakaan sekolah dan
perpustakaan perguruan tinggi.
4. Fungsi kultural
Rumah baca merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan
apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan
cara menyelenggarakan pameran, ceramah, pertunjukan kesenian,
pemutaran film bahkan bercerita untuk anak-anak.

II.3.4. Peranan Rumah Baca


Rumah baca memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya
mencerdaskan bangsa serta meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia khususnya
masyarakat di lingkungan sekitarnya. Sebagai salah satu tempat pelayanan bahan
pustaka, rumah baca memiliki kepentingan pelayanan yang langsung menyentuh
kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan kedudukan rumah baca jika dilihat
dari wilayah kedudukannya berada di bawah perpustakaan kabupaten ataupun
desa/ kelurahan. Artinya, dalam sebuah kabupaten, desa/ kelurahan mungkin
terdapat lebih dari satu rumah baca. Disamping itu peran rumah baca juga dapat
berperan sebagai berikut:
1. Rumah baca Sebagai Perpustakaan
Rumah Baca menjadi tempat perpaduan antara buku dan ruangan
menjadi sebuah media pustaka alternatif untuk mendapatkan pengetahuan dan
menarik minat baca. Pengunjung yang datang dari berbagai lapisan masyarakat
terlebih dahulu untuk registrasi dengan mengisi formulir pendaftaran sebagai
anggota rumah baca serta diperbolehkan meminjam buku-buku dengan tidak
dipungut biaya apapun. Sehingga ditempat ini pengunjung bebas untuk membaca
buku tanpa perlu khawatir untuk meminjam buku, pengecualian jika mengikuti
setiap kegiatan perlombaan dikenakan biaya yang menjadi kegiatan pendukung
dari rumah baca.
2. Rumah Baca Sebagai Taman Baca
Rumah baca merupakan fungsi yang sama dari taman baca, rumah
pintar, dan perpustakaan sebagai sarana pustaka yang memiliki area indoor dan
outdoor, dengan menggunakan sistem pengenalan informasi/ ilmu pengetahuan

15

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


kepada para pengujung. Rumah baca menyediakan bahan bacaan dari berbagai
jenis koleksi buku-buku umum, ilmu pengetahuan, bahkan cerita sejarah setiap
budaya. Kelengkapan koleksi buku-buku semakin memudahkan dalam
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
3. Rumah Baca Sebagai Media Aktualisasi dan Interaksi
Media aktualisasi tidak hanya berupa buku tetapi juga semua bahan
yang memuat informasi berupa teknologi yang menciptakan gambar-gambar, film
dan bahan publikasi lainnya. Di zaman modern saat ini sudah dikembangkan
sistem perekaman yang lebih efisien dan efektif berupa data base yang diperoleh
dari komputer. Rumah baca adalah tempat berinteraksi terhadap media pustaka
yang hanya menyediakan tempat untuk membaca buku namun juga menyediakan
tempat galeri dan tempat untuk melihat serta memahami media pustaka elektronik
yaitu dengan tersedianya ruang audio visual atau bioskop mini.
4. Rumah Baca Sebagai Graha Baca
Secara umum rumah baca dan graha baca memiliki arti yang serupa,
merupakan wadah sarana edukasi rekreasi atau suatu pusat fasilitas untuk
masyarakat dapat membaca, melihat, mendengarkan, serta memahami isi dari apa
yang tertulis, serta sebagai tempat untuk bersosialiasi, menyalurkan bakat dan
kreatifitas yang dimiliki.

II.3.5. Sistem Layanan pada Rumah Baca


Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Rumah Baca (2006:17), Layanan
Rumah Baca yang dibutuhkan masyarakat adalah:
1. Suasana Rumah Baca
Rumah baca hendaknya dapat menyenangkan pengunjung. Oleh
karena itu harus diatur agar tetap bersih, sejuk, tentram, rapi dan aman
juga termasuk pengaturan mobiler dan peralatan/ perlengkapan lainnya
sehingga pengunjung merasa senang berada di rumah baca/ taman
baca.
2. Tenaga Pelayanan
Tenaga pelayanan rumah baca/ taman baca sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

16

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


 Memiliki pengetahuan dasar tentang pengelolaan rumah baca.
 Memiliki kemauan dan kemampuan untuk melayani orang dengan
ramah, sopan, teliti, tekun dan senang membaca.
 Berpenampilan menyenangkan sehingga orang tidak segan bertanya
atau meminta pertolongan.
 Pandai bergaul sehingga orang merasakan dekat dan diperhartikan.
3. Sistem Layanan Rumah Baca
Rumah Baca menggunakan sistem layanan terbuka sehingga
pengunjung/ pengguna dapat masuk ke ruang baca untuk memilih dan
mengambil bahan bacaan sendiri di rak, atau dapat pula minta bantuan
dari petugas. Mereka menggunakan sarana/tempat baca dengan bebas.
4. Jenis kegiatan pelayanan:
a. Layanan membaca, yaitu memanfaatkan bahan bacaan seperti buku,
majalah, surat kabar dan lain-lain untuk membaca di ruang baca.
b. Peraturan sirkulasi (peminjaman) yaitu peminjaman buku untuk
dibawa ke rumah atau di luar ruangan Rumah Baca. Pengguna yang
boleh meminjam buku hanyalah anggota yang telah terdaftar.

II.3.6. Peraturan dan Tata Tertib Rumah Baca


Agar rumah baca dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan peraturan
atau tata tertib. Tata tertib ini dibuat oleh pengelola rumah baca untuk ditaati, baik
oleh para pengguna maupun pengelola.
Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Rumah Baca (2006:18) peraturan
dan tata tertib rumah baca meliputi:
1. Keanggotaan Warga, masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi
Rumah Baca dianjurkan menjadi anggota Rumah Baca.
2. Hari dan jam buka Rumah Baca, hendaknya disesuaikan dan
mempertimbangkan aktivitas kerja anggota dan masyarakatnya.
Idealnya jam buka rumah baca dilakukan sore hari bahkan malam hari
karena pagi hari anggota dan masyarakat pada umumnya mencari
nafkah. Apabila kelompok warga masyarakat yang dilayani bekerja

17

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


pada sore atau malam hari, jam layanan rumah baca dilakukan pada
pagi hari.
3. Lama dan waktu peminjaman, harus ditetapkan, misalnya 3 hari, 7 hari
atau 2 minggu untuk sekali meminjam dengan mempertimbangkan
jumlah bahan bacaan yang ada di rumah baca.
4. Jumlah pinjaman, dengan berupa bahan pustaka/ bacaan yang boleh
dipinjam dalam jangka waktu sekali peminjaman. Misalnya 1
eksemplar atau 2 eksemplar. Sebutkan juga jenis koleksi yang dapat
dipinjamkan. Majalah dan surat kabar serta buku refrensi pada
umumnya tidak dipinjamkan. Jadi yang dapat dipinjamjakn adalah buku
bacaan.
5. Sanksi pelanggaran, juga disebutkan, misalnya skorsing tidak boleh
pinjam buku beberapa hari, denda uang, atau mengganti dengan buku
yang sama apabila buku yang terpinjam hilang oleh pengguna. Sanksi
diberikan bukan dengan tujuan menghukum, tapi merupakan bagian
dari proses pendidikan dan penegakan disiplin.

II.3.7. Tugas-Tugas Pengelola Rumah Baca


Untuk mewujudkan peran rumah baca tersebut, maka pengelola
mempunyai tugas untuk tercapainya masyarakat yang memiliki keterampilan,
yang berkualitas dan menumbuhkembangkan minat baca. Menurut Buku
Pedoman Pengelolahan Rumah Baca (2006:24) tugas-tugas pengelola rumah baca
adalah:
a. Melakukan sosialisasi promosi bahan bacaan yang ada di rumah baca
dan promosi keberadaan rumah baca bagi masyarakat sekitar.
b. Melakukan kajian sederhana untuk mendapatkan data profil masyarakat
yang akan dilayani sehingga jenis bahan bacaan yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan bahan bacaan masyarakat. Untuk itu pengelola
rumah baca perlu memiliki katalog dari seluruh penerbit untuk
memudahkan penelusuran dan pemesanan bahan bacaan yang
diperlukan.

18

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


c. Memberi layanan membaca, meminjam, melakukan berbagai aktifitas
untuk meningkatkan kemampuan membaca, merangsang minat baca
dan lain-lain.
d. Mengumpulkan bahan bacaan (buku, leaflet, booklet, dan lain-lain) dari
para donator bahan bacaan baik masyarakat perorangan maupun
lembaga dan juga dari lembaga pemerintah maupun swasta baik dari
pusat maupun daerah. Sehingga bahan bacaan selalu kaya dan
bervariasi, tidak membosankan tetapi selalu berbasis kebutuhan
masyarakat setempat.
e. Memberi layanan (jam buka Rumah Baca) secara optimal setiap hari
sejak pagi sampai malam agar masyarakat yang tidak sempat
berkunjung ke rumah baca pagi hari akibat kesibukan dapat dikunjungi
malam hari
f. Menata bahan bacaan di ruang display bahan bacaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pengelola rumah baca
adalah mempromosikan bahan bacaan yang ada di rumah baca bagi masyarakat.
Selain mempromosikan bahan bacaan, pengelola juga dapat mengumpulkan bahan
bacaan yang bervariasi dari para donator agar pengguna rumah baca tidak merasa
bosan tetapi bahan bacaan tersebut berbasis kebutuhan masyarakat.

II.4. Media Distribusi Pustaka


II.4.1. Pengertian Pustaka
Pustaka mengandung informasi yang merupakan rekaman pengetahuan
dan pemikiran manusia, sebagai ungkapan kehidupan intelektual dan budaya pada
suatu masa dan tempat tertentu yang dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan
yang sangat diperlukan dan bermanfaat bagi peningkatan kemampuan masyarakat.
Sebagai informasi yang semakin dibutuhkan masyarakat sekarang ini,
pustaka hadir tidak hanya berwujud buku tetapi juga semua bahan yang memuat
informasi. Bahan itu biasanya berupa rekaman kaset atau piringan hitam, gambar-
gambar, film maupun berbagai macam bahan publikasi lainnya.

19

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.4.2. Perpustakaan
Perpustakaan berperan aktif dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
karena memiliki tugas dan peluang besar sebagai institusi informasi dan ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai yang tertera dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pada Bab I Pasal 1 ayat 1:
“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka”. Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan.
Pada zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa
buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide atau lainnya, yang dapat diterima di
perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian seluruh informasi diorganisir,
disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita akan
dengan mudah menemukannya.

II.4.3. Penyelenggara dan Jenis-Jenis Perpustakaan


1. Penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan kepemilikan yaitu:
 Perpustakaan pemerintah
 Perpustakaan provinsi
 Perpustakaan kabupaten atau kota
 Perpustakaan kecamatan
 Perpustakaan desa
 Perpustakaan masyarakat
 Perpustakaan keluarga
 Perpustakaan pribadi
2. Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan badan penyelenggara (institusi,
pengurus, badan pengoperasi) yang mendukung jalannya perpustakaan
terdiri atas:
 Perpustakaan nasional
 Perpustakaan umum
 Perpustakaan sekolah atau madrasah
 Perpustakaan perguruan tinggi

20

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


 Perpustakaan khusus
3. Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan materi yang disimpan:
 Perpustakaan data
 Perpustakaan digital
 Perpustakaan peta dan koleksi-koleksi lainnya
 Perpustakaan foto atau lukisan
 Perpustakaan proyektor
 Perpustakaan peralatan atau sarana
4. Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan subyek atau mata pelajaran yang
dibawa:
 Perpustakaan arsitektur
 Perpustakaan seni terapan
 Perpustakaan hukum
 Perpustakaan pengobatan
 Perpustakaan ilmu pengetahuan bawah laut
 Perpustakaan teologi
5. Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan pengguna yang dilayani:
 Komunitas para militer
 Pengguna yang cacat dalam penglihatan atau buta ataupun cacat
dalam fisik lainnya yang menyebabkan keterbatasan dalam
pergerakan atau hal lainnya.

II.4.4. Peran dan Fungsi Perpustakaan


Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat
menjalankan peranannya.
1. Peran-peran Perpustakaan:
 Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber
informasi pengetahuan.
 Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta
pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.
 Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan

21

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan
maupun komunikasi ilmiah lainnya.
 Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha
mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman.
 Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan
manusia.
2. Tugas Perpustakaan:
Perpustakaan Umum mempunyai tugas mengumpulkan, menyimpan,
memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk
kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian pelestarian, suatu
pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh anggota masyarakat.
3. Fungsi Perpustakaan:
 Sebagai sarana simpan karya manusia
Dalam kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas
menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat. Salah satu jenis
perpustakaan yang benar-benar berfungsi sebagai sarana simpan
adalah perpustakaan nasional.
 Fungsi informatif
Dalam hal ini perpustakaan bertugas untuk menyediakan dan
menyebarluaskan informasi. Informasi yang diminta dapat berupa
informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran, maupun informasi
lainnya.
 Fungsi rekreatif
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca
dan mengikuti acara-acara yang diadakan di perpustakaan, seperti
launching buku, acara mendongeng untuk anak-anak, pertunjukan
seni ataupun acara lainnya. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada
perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana
umum serta terbuka untuk umum.
 Fungsi edukatif

22

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Perpustakaan Umum merupakan sarana pendidikan non formal,
artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah
untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan
mengadakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan berbagai
jenis ilmu pengetahuan.

II.4.5. Sistem Perpustakaan


Sistem sering diartikan dengan cara atau metode. Sistem merupakan
perangkat unsur yang secara teratur saling terkait sehingga membentuk totalitas
(Depdikbbud,1994:950). Sebagai suatu sistem pengelolaan informasi,
perpustakaan memiliki beberapa sistem kegiatan untuk menunjang visi, misi, dan
tujuan. Sistem ini berupa serangkaian pedoman atau prosedur kerja yang harus
dilaksanakan dalam menyelesaikan kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat berupa
pengadaan bahan informasi, pencatatan, pengkatalogisasi, klasifikasi, dan
pelayanan informasi:

II.4.5.1.Sistem Pengadaan
Sistem pengadaan ini disebut pula dengan akuisisi, yakni suatu tugas,
pekerjaan, bagian, atau seksi di perpustakaan yang memiliki kewenangan dan
bertugas untuk mengadakan bahan informasi yang berupa bahan cetak maupun
non cetak. Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara:
 Pembelian
Dalam sistem pembelian perlu dipertimbangkan faktor-faktor anggaran,
jenis perpustakaan, kebutuhan pemakai, kerjasama dengan penerbit,
pengetahuan tentang impor, pengetahuan tentang pemesanan buku, dan
lainnya.
 Sumbangan
Memperoleh bahan informasi dari beberapa pihak, misalnya dari para
lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan, penerbit, yayasan,
departemen, perkumpulan, dan dari perorangan.
 Tukar-menukar Publikasi
Tukar menukar dapat dilakukan dengan cara memberikan buku atau
23

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


majalah yang tidak relevan atau jumlah eksemplarnya terlalu banyak.
 Membuat Sendiri
Koleksi dapat diusahakan oleh lembaga sendiri, misalnya dengan
menulis diktat, buku ajar, hand out, kliping, majalah, atau kumpulan
karya tulis/dosen.

II.4.5.2.Sistem Pencatatan
Pada prinsipnya semua bahan informasi yang diterima Rumah Baca/
Graha Literasi harus dicatat. Untuk itu perlu direncanakan bentuk catatan,
pencatatan terhadap bahan informasi ini dapat berupa buku, kartu, atau software
tertentu. Sistem pencatatan dapat menggunakan sistem penomoran terus-menerus
(manual) atau sistem yang mengganti nomor setiap tahunnya (bantuan computer).
Sistem yang kini telah banyak digunakan adalah sistem barkode. Dalam sistem ini
seluruh koleksi yang dimiliki perpustakaan dan identitas anggota perpustakaan
dimasukan ke dalam pangkalan data. Semua koleksi dan kartu anggota itu diberi
label barcode.

II.4.5.3.Sistem Pengkatalogan
Pengkatalogan adalah salah satu tugas, pekerjaan, unit atau bagian
diperpustakaan yang bertugas dan bertanggung jawab atas proses pembuatan
daftar koleksi. Perlunya tiap koleksi dibuatkan katalog adalah untuk mencatat
koleksi yang dimiliki, mempercepat temu kembali, dan mengembangkan standar
bibliografi internasional. Jenis-jenis katalog yang digunakan pada rumah baca:
 Katalog Cetak (Printed Catalog)
 Katalog Berkas (Sheaf Catalog)
 Katalog Kartu (Card Katalog)
 Katalog yang menggunakan software tertentu.
Katalog berbentuk software telah banyak digunakan pada perpustakaan,
baik perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan umum,
perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan instansi. Katalog jenis ini sering
disebut dengan katalog terpasang (Online Public Acces Catalog/ OPAC).
Sehingga sistem katalog dapat diterapkan pada rumah baca.
24

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.4.5.4.Sistem Klasifikasi
Bahan informasi yang telah dicatat perlu dikelompokan agar
memudahkan proses temu kembali. Sistem Pengelompokan ini banyak macamnya
dan selalu mengalami perubahan. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah
sistem pengelompokan ini ada yang didasarkan pada bentuk fisik dan ada pula
yang didasarkan pada isi/subjek.

II.4.5.5.Sistem Penempatan Lokasi


Bahan informasi yang terdiri dari kertas ditempatkan sesuai jenisnya,
misalnya buku teks, koleksi rujukan, hasil penelitian, makalah seminar, karya
akademik, terbitan berkala, dn lain-lain. Begitu pula bahan informasi yang terdiri
dari bahan non-kertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya film, pita, kaset, CD,
piringan hitam, dan lain-lain. Penempatan koleksi bahan kertas ke dalam rak ini
disebut dengan pengerakan (shelving). Sistem penyusunan koleksi (terutama
buku) di rak perlu direncanakan dan diatur sedemikian rupa agar rapi dan mudah
ditemukan kembali. Cara pengerakan ini adalah:
 Dimulai dari angak desimal kecil ke angka desimal besar pada sandi
pustaka (call number) yang ditempel pada punggung buku.
 Disusun dari kiri ke kanan dalam satu kotak lemari dari atas ke bawah.
 Diikuti penyusunan urutan huruf, yaitu tiga huruf pertama nama
pengarang secara alfabetis.
 Kemudian diikuti pengurutan huruf pertama judul pustaka disusun
alfabetis, lalu uruan volume, bagian (part), dan eksemplar (copy).
 Pemeliharaan Bahan Pustaka Pemeliharaan bahan pustaka adalah
sistem pengelolaan dan perlindungan pada bahan pustaka, arsip,
maupun bahan informasi lain. Dalam arti luas, pelestarian adalah tugas
dan pekerjaan yang mencakup memperbaiki, memugar, melindungi,
dan merawat bahan pustaka, dokumen, bahan informasi, serta
bangunan perpustakaan.

25

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.4.5.6.Sistem Pemanfaatan
Koleksi yang dikelola perpustakaan kiranya tidak ada gunanya
apabila tidak dimanfaatkan oleh pemakai. Oleh karena itu perlu perencanaan yang
tepat agar koleksi yang bernilai itu bermanfaat bagi pembaca. Penentuan sistem
pemanfaatan ini disesuaikan dengan kondisi perpustakaan. Adapun sistem
pemanfaatan koleksi itu antara lain:
 Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi ini sering dikenal dengan bagian peminjaman dan
pengembalian. Namun, sebenarnya pengertian sirkulasi ini mencakup
pengertian yang lebih luas, yakni semua bentuk kegiatan pencatatan
yang berkaitan dengan pemanfaatan, dan pemakaian koleksi dengan
tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai jasa
perpustakaan. Sistem sirkulasi yang dikenal ada 2 macam yaitu:
 Sistem Sirkulasi Terbuka (Open Access)
Suatu sistem yang memungkinkan pemakai untuk masuk ke ruang
koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang mereka
inginkan.
 Sistem Sirkulasi Tertutup (Closed Access)
Suatu sistem peminjaman yang tidak memungkinkan pemakai untuk
memilih dan mengambil koleksi sendiri.

II.4.5.7.Pelayanan Referensi
Pelayanan ini memberikan informasi singkat tentang nama orang,
peristiwa, subjek, geografi, ukuran, kata, pustaka, lambang, dan lainya yang
terdapat dalam sumber rujukan. Mengingat koleksi ini banyak yang diperlukan
sewaktu-waktu, maka pada umumnya tidak boleh dipinjam pulang.

II.4.5.8.Baca di Tempat
Dalam hal pelayanan baca ditempat ini, diperlukan ruang yang nyaman,
memadai, dan mebeler yang sesuai.

26

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.4.5.9.Fotokopi
Menyediakan pelayanan fotokopi akan membantu pemakai dan
pihakrumah baca. Dengan demikian akan dihemat waktu, biaya tenaga, dan
mudah dilakukan pengawasan.

II.4.5.10.Pelayanan Internet
Pelayanan ini merupakan bentuk penyajian informasi dengan
menggunakan media teknologi muktahir (komputer) dengan segala perangkat dan
pengembangannya, antara lain internet dengan menyajikan data, fakta, maupun
informasi yang tepat.

II.4.5.11.Pelayanan Khusus
Pelayanan ini ditujukan kepada kelompok masyarakat dengan faktor
tertentu tidak dapat datang. Faktor ini mungkin kesehatan, status hukum, lokasi,
maupun keadaan jasmani.

II.4.5.12.Penyajian Informasi Baru


Penyajian informasi baru (Current Awarreness Services) merupakan
sistem penyajian informasi dengan menyiagakan informasi segar, dan
menyampaikan kepada peminat secepat mungkin.

II.4.5.13.Bimbingan Pemakai
Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang juga telah
dimanfaatkan dalam bimbingan pemakai pun diperlukan. Bimbingan pemakai
diselengarakan dengan tujuan:
 Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia.
 Mengoptimalkan sarana dan fasilitas.
 Mencapai terwujudnya masyarakat infomasi.
 Ikut berperan dalam proses pendidikan.
 Jasa terjemahan

27

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.4.5.14.Pelayanan Audio Visual
Koleksi pandang-dengar ini akan melengkapi koleksi bahan buku.
Informasi yang dikandung koleksi ini bernilai tinggi, sehingga perlu penanganan
khusus.

II.4.5.15.Sistem Promosi dan Pemasaran


Dalam hal pemasaran, pustakawan harus mampu mengkomunikasikan
pelayanan kepada pemakai dan mempengaruhinya agar tertarik.

II.4.6. Standar dan Kapasitas Perpustakaan


Persentase pengguna aktif sebuah perpustakaan (populasi yang dilayani)
pada sebuah kota normalnya adalah antara 20-30 % penduduknya.
Tabel 2.1 Standar Jumlah Buku

Pelayanan Terbuka 2
Luas Area 15m per
Populasi yang Dilayani
Volume per 1000 Total Kapasitas 1000 volume
populasi

3000 1333 4000 100

5000 800 4000 100

10000 600 6000 100

20000 600 12000 180

40000 600 24000 360

60000 6000 36000 540

80000 550 44000 660

100000 550 50000 750

(Sumber : Planning and Design for Library Building)

Tabel 2.2 Standar Jumlah Tempat Duduk


Populasi yang Dilayani Jumlah Tempat Duduk per 1000 Populasi

10000-20000 2-3

20000-40000 3-4

40000-70000 2-2,5

28

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


>70000 1,5-2

(Sumber : Planning and Design for Library Building)


Pengguna yang dilayani adalah penduduk kota Medan dengan jumah
populasi ± 2.210.624 jiwa (sumber:Badan Pusat Statistik Kota Medan, sensus
penduduk 2017 dan proyeksi penduduk 2011 – 2020).
1. Pengunjung aktif perpustakaan = 25 % x populasi
= 25 % x 2.210.624jiwa
= 552.656 jiwa
2. Standar pelayanan perpustakaan perhari sesuai dengan kapasitas
tempat duduk = pengunjung aktif/1000 pengunjung.
3. Perkiraan pengunjung/ hari = 552.656/1000 = 525,526= 553 org/ hari.
4. Pengadaan buku pada Perpustakaan Umum Medan adalah 1,5 : 1, yang
artinya 1 buku untuk 1,5 orang dengan sasaran pelayanan adalah
pengunjung aktif = 552.656 orang/ 1,5 = 368.4

II.4.7. Perpustakaan Umum (public library)


Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. Kriteria
Perpustakaan Umum:
1. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah pusat,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Kota, Kecamatan,
dan Desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat.
2. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota
menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya
mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan
memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
3. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Kota, Kecamatan, Desa
dan Kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
4. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk

29

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
5. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota melaksanakan
layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh
layanan perpustakaan menetap.

II.4.8. Buku
Secara umum buku dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
 Buku sumber, yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan
sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu
yang lengkap.
 Buku bacaan, adalah buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan
saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.
 Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau
pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran.
 Buku buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran,
dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.

II.4.8.1.Macam-Macam Koleksi Bahan Informasi


Bahan-bahan informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari
bahan buku dan bahan nonbuku, yaitu:
a. Koleksi Bahan Buku
1. Buku Teks
Buku Teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau
bidang tertentu dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran,
penataran, kuliah, dan dapat dipelajari secara mandiri.
2. Buku Rujukan/ Referensi
Buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk
kajian ilmu tertentu, berisi suatu kajian ilmu yang lengkap untuk
memberi informasi tentang kata, subjek/ pokok masalah, nama
orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran,
dan lainnya.
Adapun jenis-jenis buku sumber adalah:
30

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


 Kamus sebagai buku acuan yang memuat kata dan ungkapan.
 Ensiklopedi sebagai pelajaran atau petunjuk dalam lingkungan
seni dan ilmu pengetahuan.
 Direktori sebagai daftar nama-nama orang, lembaga,
organisasi, maupun perkumpulan yang disusun sistematis,
seperti buku tahunan (kejadian penting dalam jangka waktu
satu tahun mencakup sosial, organisasi, perdagangan,
pendidikan dan ilmu pengetahuan), sumber-sumber biografi,
bibliografi (kajian buku), indeks (daftar kata atau istilah yang
disusun alfabetis yang ditempatkan dibagian akhir suatu buku,
berupa nama orang, subjek), abstrak (ringkasan karya ilmiah
atau karya akademik), almanak (catatan peristiwa dalam
berbagai bidang dalam waktu tertentu), sumber-sumber
geografi (keterangan tentang kota, gunung, danau, sungai, dan
sumber-sumber alam), dan pemerintah.
3. Buku Bacaan (Fiksi)
Buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan atau fiksi yang
merupakan buku-buku yang ditulis bukan berdasarkan kenyataan
atau fakta. Buku fiksi ditulis atas dasar imajinasi dari si
pengarangnya. Buku-buku fiksi ini sering diakitkan dengan cerita,
legenda, novel, romansa dan komik (buku cerita bergambar).
Contoh dari buku-buku bacaan/ fiksi adalah Malin Kundang,
Sangkurian Dayang Sumbi, Purbasari Purbararang, Detektif
Conan, Richi Rich, dan lain-lain.
4. Buku Pegangan
Buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam
melaksanakan proses pengajaran, yang meliputi:
 Handbook, pada umumnya berisi uraian ringkasan dalam
suatu bidang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.
 Manual, hampir seperti Handbook. Manual memberi instruksi
atau perintah tentang mengerjakan, mengidentifikasi, dan
menulis sesuatu.

31

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


 Guidebook, petunjuk bagi para wisatawan.
b. Koleksi Bahan Bukan Buku
Koleksi bahan bukan buku adalah bahan atau koleksi buku yang
masih dalam bentuk berupa cetakan namun bukan berupa buku. Jenis
koleksi yang termasuk ke dalam bahan bukan buku seperti berikut:
 Terbitan berkala (majalah dan surat kabar)
Terbitan berkala merupakan sebuah tulisan atau artikel yang dtulis
oleh beberapa pengarang kemudian dipublikasikan secara berkala.
Contoh yang tergolong ke dalam terbitan berkala adalah surat
kabar, majalah, dan buletin.
 Guntingan surat kabar
Guntingan surat kabar atau yang biasa kita kenal dengan kliping
adalah berita atau tulisan didalam majalah atau surat kabar yang
dianggap penting, perlu digunting dan ditempelkan pada sebuah
kertas yang agak tebal (biasanya karton tipis) dan disusun secara
sistemaris untuk memudahkan pembacanya. Manfaat dari kliping
ini adalah untuk menambah wawasan terhadap suatu topik atau
sekedar untuk menjadi pembanding dengan informasi yang sudah
ada.
 Gambar atau lukisan
Gambar atau lukisan adalah bentuk karya seni seseorang yang
perlu dihargai keberadaannya. Biasanya lukisan atau gambar ini
ditempel pada dinding dari sebuah Taman Baca. Yang dimana g
gambar atau lukisan ini mengandung usur sejarah. Misalnya
lukisan para pahlawan.
 Globe
Globe atau bola dunia merupakan suatu alat peraga yang
bentuknya menyerupai bumi. Globe ini biasanya digunakan untuk
mengetahui berbagai tempat dibumi dalam bentuk mini serta
perbandingannya dengan benda-benda lain di luar angkasa.
c. Koleksi Bahan Pandang Dengar (Audiovisual)

32

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Koleksi bahan pandang dengar adalah kumpulan informasi yang
dibuat atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil dari cetakan
kertas. Ini berasal dari bahan-bahan nonkonvensional. Contohnya
adalah kaset video, film, tape recorder, slide suara dan sebagainya.

II.4.8.2.Sistem Klasifikasi Buku


Sistem ini menggunakan 3 digit untuk menandakan kelas, di mana kelas
tersebut dibagi kembali secara spesifik di digit kedua, ketiga, dan seterusnya.
1. Perhatikan kelas awal berikut:
000 – Karya umum
100 – Filsafat
200 – Agama
300 – Ilmu sosial
400 – Bahasa
500 – Sains
600 – Teknologi
700 – Seni, olahraga
800 – Kesusastraan
900 – Sejarah, geografi
2. Digit kedua, akan membagi lebih detail kelas yang ditentukan di kelas
teratas, misalnya:
500 Sains
510 Matematika
520 Astronomi
530 Fisika
540 Kimia
550 Ilmu Bumi dan Geografi
3. Digit ketiga akan membagi lebih detail lagi, seperti:
500 Sains
550 Ilmu Bumi dan Geografi
551 Geologi, Hidrologi dan Meteorologi
552 Petrologi

33

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


553 Geologi Ekonomi
554 Ilmu Bumi – Eropa
555 Ilmu Bumi – Asia
dan seterusnya.

II.5. Minat Baca


II.5.1. Pengertian Minat
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-
aktivitas dalam bidang tertentu disertai rasa senang. Poerwodarminto (1987:650),
“Minat adalah perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu,
keinginan”. Minat sering diartikan sebagai “interest”. Minat bisa dikelompokkan
sebagai sikap (attitude) yang memiliki kecenderungan tertentu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (1990:56), yang
mengatakan “Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu”. Minat dapat menjadi sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
Besar kecilnya minat turut mempengaruhi dorongan seseorang untuk beraktivitas.
Setiap aktivitas yang dikerjakan dengan penuh minat maka dapat diharapkan
hasilnya akan lebih baik, tetapi apabila aktivitas yang dikerjakan tanpa disertai
minat, maka hasilnya kurang optimal. Dari beberapa pendapat di atas, sekiranya
dapat diambil simpulan bahwa minat merupakan suatu dorongan atau keinginan
pada seseorang untuk/ menjadi merasa tertarik pada sesuatu yang disukai

II.5.2. Pengertian Membaca


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:83), membaca adalah
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Sejalan
dengan pendapat Farida Rahim (2005:3), yang mengemukakan bahwa definisi
membaca mencakup :

34

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


1. Membaca merupakan suatu proses. Membaca merupakan suatu proses
dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
2. Membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan
berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengkonstruk makna ketika membaca.
3. Membaca merupakan interaktif. Orang yang senang membaca suatu
teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara
pembaca dan teks. Keseluruhan pendapat para ahli tentang membaca, mengartikan
bahwa membaca adalah kemampuan yang kompleks yang dikerahkan oleh
seorang pembaca agar mampu memahami materi yang dibacanya.

II.5.3. Pengertian Minat Baca


Minat baca merupakan suatu kesadaran yang kuat yang memiliki
kemampuan membaca dengan tingkat konsentrasi tertentu guna memahami inti
permasalahan dari apa yang dibaca. Farida Rahim (2005:28), mengemukakan
bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat
akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri atau dorongan dari luar.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa minat baca
adalah kesadaran dalam mendorong keinginan untuk membaca, sehingga aktivitas
dan usaha-uasaha yang dilakukan dapat dipahami.

II.5.4. Aspek Minat Baca


Hurlock (1980:116), mengemukakan bahwa minat baca terdiri dari dua
aspek yaitu aspek kognitif dan afektif, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Aspek kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak
mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek ini
berpusat pada apakah hal ang diminati akan menguntungkan dan mendatangkan

35

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


kepuasan pribadi. Misalnya ketika siswa melakukan kegiatan membaca, maka
akan mengharapkan sesuatu yang didapat dari proses membaca. Sehingga banyak
manfaat yang didapat dari kegiatan membaca. Jumlah waktu yang di keluarkan
berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh akibat membaca.
2. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam nmerupakan konsep yang
menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dari sikap terhadap kegiatan
yang diminat akan terbangun. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan
dari pengalaman pribadi, sikap orangtua, guru dan teman yang mendukung
terhadap aktivitas membaca yang diminati. Misalnya, ketika siswa yang memiliki
minat baca yang tinggi akibat kepuasan dan manfaat yang didapat serta mendapat
penguatan respon dari orangtua, teman dan lingkungan sekitar maka siswa ini
akan memiliki ketertarikan dan keinginan sehingga mau meluangkan waktu
khusus dan frekuensi yang tinggi untuk membaca. Berdasarkan uraian diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa aspek membaca meliputi aspek kognitif yaitu
pengetahuan perlunya membaca dan keuntungan kegiatan membaca. Sedangkan
aspek afektif yaitu ketertarikan dan rasa senang ketika membaca.

II.5.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca


Minat baca merupakan potensi yang sudah ada di dalam diri setiap orang
yang terdapat dalam otak manusia sejak masa konsepsinya (pembuahan) dalam
rahim ibu. Potensi itu akan tumbuh dan berkembang setelah dilahirkan ke dunia,
tergantung dari faktor dorongan yang tersedia, situasi dan kondisi, lingkungan
kehidupan dari sistem yang berlaku.
Sutarno (2006:110), menyatakan bahwa minat baca ditimbulkan akibat
adanya dorongan yang kuat, atau dorongan motivasi tinggi yang timbul dari
dirinya sendiri, walaupun pada hakikatnya tidak terlepas juga dorongan dari
faktor-faktor yang bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor yang bersifat
langsung diantaranya faktor dari orang tua (keluarga), guru atau pendidik,
pengelola perpustakaan dan masyarakat sekitar (lingkungannya). Kemudian faktor
yang bersifat tidak langsung seperti halnya sumber bacaan (penyedia), pemerintah
dan swasta yang berminat dan peduli terhadap dunia pendidikan. Sejalan dengan

36

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


pendapat Prasetyono (2008:28), faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
minat membaca sebagai berikut:
1. Faktor internal meliputi intelegensi, usia, jenis kelamin, kemampuan
membaca, sikap, serta kebutuhan psikologis.
2. Faktor eksternalmeliputi Belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai,
status sosial, Orang tua atau keluarga dan Guru.
Menurut Arixs (2006), pada makalah yang berjudul “Enam Penyebab
Rendahnya Minat Baca”. Enam penyebab rendahnya minat baca yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/ siswa/
mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari
informasi/ pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi
karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya.
2. Banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang
mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing
di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai
sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan
hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadang kala kurang
tepat bagi konsumsi anak-anak.
3. Banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman
rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket dan
sebagainya.
4. Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita.
Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-
istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat,
penguasa pada zaman dulu.
5. Para ibu, saudari-saudari kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan
upacara-upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah
untuk keluarga, sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan
hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku.

37

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


6. Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman
bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.

II.5.6. Usaha Peningkatan Minat Baca


Menurut Sutarno NS (2006:27), minat merupakan sikap hati yang
bergairah terhadap sesuatu yang dikerjakan. Minat inilah yang perlu di tumbuhkan
di dalam masyarakat untuk menjawab permasalahan kesenjangan ke depan.
Margaret M Poloma (2007:356), berpendapat, tidak setiap orang dapat
mempunyai minat lebih dalam membaca, apalagi mereka yang tersibukkan oleh
pekerjaan, semisal petani, pedagang, buruh yang keseharian disibukkan dengan
pekerjaan sehingga sulit menyisihkan waktu untuk membaca, karena mereka
menganggap pekerjaan jauh lebih penting. Sutarno NS (2006:29), ketika diamati
dengan cermat, ada beberapa faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat
baca di kalangan masyarakat, yaitu:
1. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, pengetahuan dan
informasi.
2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan
bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam.
3. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif, maksudnya adanya
iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca.
4. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu terutama yang aktual.
5. Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani.

II.5.7. Proses Minat dan Kebiasaan Baca


Untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca seseorang
memerlukan suatu proses karena minat baca tidak datang secara tiba-tiba.
Menurut Sutarno (2006:261), proses terjadinya minat membaca adalah:
1. Adanya dasar pengertian bahwa membaca itu perlu
2. Terpupuknya suatu kegemaran dan kesenangan
3. Terbentuknya suatu kebiasaan membaca
4. Terbentuknya kondisi dimana membaca merupakan suatu kebutuhan

38

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


5. Tersedianya sumber bacaan yang memadai
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa proses terjadinya minat
dan kebiasaan membaca adalah adanya kesadaran bahwa membaca itu perlu.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2009:26), menyatakan proses dan
kebiasaan membaca terdiri dari empat komponen, yaitu:
Tabel 2.3. Proses Terjadinya Minat Baca

e Selera e Minat Baca

Koleksi Bacaan Budaya Baca

(Sumber : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 2009:26)

Pada gambar 2.1 terlihat bahwa timbulnya selera membaca adalah karena
faktor koleksi yang beragam dan bervariasi. Banyaknya jenis dan beragam koleksi
yang ada akan menimbulkan hasrat atau minat untuk membaca, selanjutnya minat
baca akan menghasilkan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca tidak bisa
berkembang tanpa koleksi yang menimbulkan selera serta minat dan kebiasaan
membaca. Sehingga antara koleksi dan kebiasaan membaca saling mempengaruhi.
Koleksi dapat berkembang karena minat dan kebiasaan membaca yang ditandai
dengan banyaknya permintaan bahan pustaka dari pencari informasi, sebaliknya
kebiasaan membaca tercipta karena ketersediaan koleksi bacaan yang bermutu,
terutama yang dapat menimbulkan selera untuk membaca.

II.6. Nusantara
II.6.1. Pengertian Nusantara
“Nusa” yang artinya pulau, dan “antara” yang artinya seberang. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nusantara merupakan sebutan bagi
seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Menurut Prof.Dr. Wan Usman (2015),
Nusantara merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah
kepulauan yang membentang dari Nangroe Aceh Darussalam hingga Papua dan
sebagian besar pulau yang termasuk wilayah Indonesia. Salah satu pulau yang
diangkat dalam judul tugas akhir ini adalah pulau Sumatera, yaitu kota Medan.

39

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota multietnis yang
penduduknya terdiri dari orang-orang berlatar belakang budaya dan agama yang
berbeda-beda.

II.6.2. Pembagian Wilayah Nusantara


Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) No. 41 tahun 1987, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibagi menjadi 3 (tiga) Zona waktu yaitu
Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu
Indonesia Timur (WIT). Penentuan 3 zona waktu ini terdiri dari berbagai provinsi
yang terdapat di dalamnya , antara lain:
1. Waktu Indonesia Barat (WIB)
Waktu Indonesia Barat atau disingkat dengan WIB terbentang sepanjang
garis 105⁰ Bujur Timur yang mencakup pulau Jawa, pulau Madura, pulau
Sumatera, pulau Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Waktu Indonesia
Barat (WIB) ini sama dengan pembagian waktu internasional UTC +7 atau GMT
+7. Provinsi-provinsi yang termasuk dalam Zona Waktu Indonesia Barat (WIB)
adalah sebagai berikut:
1.1. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
1.2. Provinsi Sumatera Utara
1.3. Provinsi Sumatera Barat
1.4. Provinsi Riau
1.5. Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)
1.6. Provinsi Jambi
1.7 Provinsi Sumatera Selatan
1.8. Provinsi Lampung
1.9. Provinsi Bangka Belitung
1.10. Provinsi Bengkulu
1.11. Provinsi DKI Jakarta
1.12. Provinsi Jawa Barat
1.13. Provinsi Banten
1.14. Provinsi Jawa Tengah
1.15. Provinsi DI Yogyakarta

40

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


1.16. Provinsi Jawa Timur
1.17. Provinsi Kalimantan Barat
1.18. Provinsi Kalimantan Tengah

2. Waktu Indonesia Tengah (WITA)


Dengan WITA terbentang sepanjang garis 120⁰ Bujur Timur yang
mencakup Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Pulau Kalimantan Utara, Timur dan
Selatan serta wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan wilayah Nusa Tenggara
Barat (NTB). Waktu Indonesia Tengah (WITA) ini sama dengan pembagian
waktu Internasional UTC +8 atau GMT +8. Provinsi-provinsi yang termasuk
dalam Zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) diantaranya adalah:
2.1. Provinsi Kalimantan Utara
2.2. Provinsi Kalimantan Timur
2.3. Provinsi Kalimantan Selatan
2.4. Provinsi Bali
2.5. Provinsi Nusa Tenggara Barat
2.6. Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.7. Provinsi Sulawesi Barat
2.8. Provinsi Sulawesi Tengah
2.9. Provinsi Sulawesi Selatan
2.10. Provinsi Sulawesi Tenggara
2.11. Provinsi Sulawesi Utara
2.12. Provinsi Gorontalo
3. Waktu Indonesia Timur (WIT)atau disingkat dengan WIT.
WIT terbentang sepanjang garis 135⁰ Bujur Timur yang mencakup pulau
Papua dan Kepulauan Maluku. Waktu Indonesia Timur ini sama dengan
pembagian waktu Internasional UTC +9 atau GMT +9. Waktu Indonesia Tengah
atau disingkat dengan WIT. Provinsi-provinsi yang berada dalam Zona Waktu
Indonesia Timur adaalh sebagai berikut:
3.1. Provinsi Maluku
3.2. Provinsi Maluku Utara
3.3. Provinsi Papua

41

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


3.4. Provinsi Papua Barat

II.6.3. Koleksi Cerita Rakyat Nusantara


Tabel 2.4. Nama Cerita Rakyat Menurut Provinsi

Provinsi Cerita Rakyat Provinsi Cerita Rakyat

NAD Asal-usul Tari Guel, NTB Putri Mandalika Nyale, Ali


Mentiko Betuah, Si Mangkung, Cilinaya, Kisah
Kepar, Atu Belah, Raja Doyan Nada, Ki Rangga,
Burung Parakeet, Lesek Sandubaya dan lala Seruni,
Keti Ara, Beungong Ratna Ayu Wideradin dan
Meulu dan Beungong Monyeh, Batu Golog
Peukeun, Banta Seudang,
Banta Berensyah, Putra
Mahkota Amat Mude,
Tujuh Anak Lelaki

Sumut Asal Mula Danau Si NTT Bete Dou No Mane loro,


Losung dan Si Pinggan, Skolong dan Cue, Lona
Kisah Kelana Sakti, Kisah Kaka dan Lona lara,
Puteri Ular, Asal Mula Legenda Bulit Fatinesu,
Danau Toba, Legenda Kua Siga Wunga, Legenda
Batu Gantung, Legenda Ile Mauraja, Raja Laku Leik
Puteri Bidadari, Legenda yang Bengis, Suri Ikun dan
Lau Kawar Dua Burung

Sumbar Asal-usul Danau Kalbar Semangka Emas, Asal Mula


Maninjau, Rambun Nama Sungai Kawat, Kisah
Pamenan, Sabai Nan Putung Kempat, Asal Mula

42

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Aluih, Siamang Putih, Nama burung Ruai,
Bujang Kirai Yang Legenda Sungai Landak,
Pemberani, Mak Isun Putri Anam dan Putri
Kayo Bussu, Batu Menangis,
Legenda Bulit Kelam

Riau Asal Mula Pulau Sangkar Kalteng Asal Mula danau Melawen,
Ayam, Hang Tuah Ksatria Palui, Dohong dan Tingang,
Melayu, Puteri Pinang Asal-usul Ikan Patin, Nyi
Masak, Legenda Puteri Balau kehilangan Anak,
Mambang Linau, Sangi Sang Pemburu, Uder
Penghulu Tiga Lorong, Mancing, Ambun dan
Batu Batungkup, Rimbun
Pangeran Suta dan Raja
Bayang, Suak Air
Mengubuk, Si Lancang

Kepri Puteri Pandan Berduri, Kalsel Hampang Datu, Legenda


Asal Mula Selat Nasi di Gunung Batu Bangkai,
Pulau Subi, Legenda Dewi Luing Indung Bunga,
Pulau Senua Datu pulut, Batu Bini dan
Batu laki, Datu Pulung,
Asal Mula Pulau Kambang,
Datung Ayuh dan Bambang
Siwara, Ning Rangda

Jambi Si Kelingking, Tan Kaltim Asal-usul Raja Suku


Talanai, Puteri Ayu Tunjung, Nyapu dan Moret,
Nyimas Rahima, Puteri Legenda Pesut Mahakam,
Rainun dan Rajo Mudo, Sal-usul Orang Basap, Asal
Asal-usul Raja Negeri Mulau Erau, Asal Mula

43

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Jambi, Puteri Tangguk, Danau Lipan
Datuk Darah Putih

Sumsel Asal Mula Nama Sulut Asal-usul Burung Moopoo,


Palembang, Baginde Napombalu, Ratu Adioa,
Lubuk Gong, Legenda Sigarlaki dan Limbat, Tulap
Pulau Kemaro, Semesat dan Lelaki Tua, Kekekow
dan Semesit, Raden Alit, dengan Gadis Miskin, Abo
Raja Empedu, Si Pahit Maongkuroit
Lidah

Babel Si Penyumpit, Legenda Sulbar Asal Mula tari Patuddu,


Batu Balai, Legenda Asal Mula Nama
Panglima Angin, Cerita Pamboang, Panglima To
Layang, Pak Udak dan Dilaling, I Karake lette,
Gergasi, Putri Piang Cengnge, Samba Paria,
Gading, Si Kelingking, Hawadiyah, I Tui-tuing
Bujang Katak

Bengkulu Anok Lumang, Putri Sulteng Asal-usul Ikan Duyung,


Serindang Bulan, Legenda Tanduk Ayam,
Keramat Riak, Legenda Tadulako Bulili, Legenda
Batu berambai, Kisah Kampung Payol, Sesentola
Ular N'Daung, Si Gulap dan Burung Garuda,
Yang Sabar, Legenda Legenda Batu Bagga, Asal-
Ular Kepala Tujuh, Asal usul Pohon Sagu dan Palem
Mula Danau Tes,
Sinatung Natak

Lampung Buaya Perompak, Si Sultra Lamoelu Si Anak Yatim, La


Bungsu, Sang Kabelah, Onto-ontolu, Anak Gadis

44

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Unang Batin, Ratu Ali, Nining Kubaea, Asal Mula
Putri Siluman, Sidang Burung Ntaapo-apo, Indara
Belawan, Si Bugu yang Pitaara dan Siraapare, La
Pandir, Kisah Telu Pak Sirimbone, Oheo, Asal
Mula Nama Gunung
Mekongga

Jakarta Murtado Macan G'talo Asal Mula Danau Limboto,


Kemayoran, Si Pitung, Asal Mula Botu Liodu Lei
Asni dan Mirah, Untung Lahilote, Limonu Yang
Suropati, Angkri Jagoan Perkasa, Asal-usul Daerah
tanjung priok yang Tapa , Tuladenggi, dan
Angkuh, Legenda Codet, Panthungo
Si Jampang, Tauke
Pemberani dari Batavia

Banten Masjid Terate Sulsel Putri Tandampalik, Ambo


Udik,Legenda Batu Upe dan Burung Beo,
Kuwung, Legenda Lamadukelleng,
Gunung Pinang, Pangeran Sawergading, La Upe,
Pande Gelang dan putri Nenek pakande, I Laurang
Cadasari, Legenda
Tanjung Lesung, Legenda
prasasti Munjul, Sultan
Maulana Hasanudin

Jabar Ki Rangga Gading, Asal Maluku Buaya Tembaga, Empat


Mula Nama Cianjur, Sultan di Maluku Utara,
Danau Situ Bagendit, Nenek Luhu, Bulu Pamali,
Putri Kandita, Legenda Legenda Tanifal di Pulau
karang Nini dan Bale Buru, Batu Berdaun

45

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


kambang, Asal-usul
Nama Giri lawungan,
Asal Mula Nama Dayeuh
Manggung

Jateng Jaka Tarub, Timun Emas, Malut Batu Belah, Asal Mula
Jaka Kendhil, Legenda telaga Biru
gunung Wurung, Arya
Penangsang, Ki Ageng
Pandanaran, Legenda
Kawah Sikidang, Dewi
Sri, Legenda Rawa
pening, Rara Mendhut

DIY Kali Gajah Wong, Roro Papua Topeng dan Pesta Roh,
Jonggrang, Syekh Legenda Batu Keramat,
Balebelu, Kisah gua Asal Mula Nama Irian, Asal
Kiskendha, Asal Mula Mula Kerang di Nimboran,
Gunung Merapi, Baron Peu Mana Meinegaka
Sekender, Ki Ageng Sawai, Biwar Penakhluk
Mangir Wanabaya Naga, Meraksmana, Danau
Walait yang Keramat,
Buaya Ajaib Sungai Tami

Jatim Calon Arang, Ande-ande P. Barat Asal-usul Burung


Lumut, Legenda gunung Cenderawasih, Asal-usul
Kelud, Jaka Seger dan Telaga Wekaburi
rara Anteng, Jaka Budug
dan putri Kemuning,
Legenda Gunung Arjuna,
Legenda Telaga Pasir,

46

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Asal mula Nama
Surabaya

Bali Asal-usul Buleleng dan Kalimanta Asal Usul Raja Suku


Singaraja, I Ceker Cipak, n Tanjung, Wafatnya Raja
Asal Mula Hama, Asal Utara Bunu, Asal Muasal Suku
Mula Selat Bali, Bulungan
Jayaprana dan Layonsari,
Pan Kasim dan Ular

(Sumber : Google, 2018)

II.7. Medan
II.7.1. Pengenalan Kota Medan
Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, serta
kota terbesar di luar Pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah
Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara
Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia.
Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan
kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan
bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan
kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia.

II.7.2. Sejarah Kota Medan


Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru
Patimpus marga Sembiring Pelawi, lokasinya terletak di Tanah Deli. Sejak zaman
penjajahan banyak orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli).
Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-
angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer. Dahulu orang menamakan
Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di

47

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Langkat, sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah
kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.
Menurut Volker pada tahun 1860, Medan masih merupakan hutan rimba
terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang
berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang
Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi
primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga
Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
Kota Medan termasuk salah satu kota yang mengalami perkembangan dan
modernisasi yang cukup pesat dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di
Sumatera.

II.7.3. Lokasi Strategi Kota Medan


Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatornya
adalah 3° 35' LU dan 98° 40 BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di
sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur, dan Utara.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Medan
dengan luas wilayah 72.981 km2, yang terdiri atas 151 kelurahan dan 21
kecamatan.
Medan menjadi tempat strategis sebab berada di jalur pelayaran Selat
Malaka. Dengan demikian, kota ini menjadi pintu gerbang kegiatan ekonomi
domestic dan mancanegara yang melalui Selat Malaka. Selain itu, Medan
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan juga beberapa daerah kaya
sumber daya alam, mempengaruhi kemampuan Medan dalam hal ekonomi
sehingga kerjasama yang saling memperkuat dengan daerah sekitarnya.
Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10
km². Dengan kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruhan
wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/ kabupaten
lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk
yang relatif besar. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke Utara dan
berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

48

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


II.8. Studi Banding
II.8.1. Studi Banding Proyek Sejenis
II.8.1.1.Rimba Baca
1. Data-data
Proyek Sejenis : Rimba Baca
Alamat : Jalan RSPP Cilandak, Komplek Perumahan,
Jakarta Selatan
Luas Lahan : 300m2
Kepemilikan : Pribadi
Rimba baca merupakan sebuah rumah yang memang dibangun dan di
design khusus sebagai perpustakaan bagi anak-anak dan orangtuanya. Jadi bukan
rumah tinggal yang diubah menjadi perpustakaan, tetapi benar-benar dibangun
untuk dijadikan perpustakaan. Penataan interiornya sangat hangat dan nyaman
sehingga membuat anak-anak bahkan orang tua lebih lama untuk membaca
berbagai koleksi buku-buku yang sediakan oleh Rimba Baca.
Gambar 2.1. Ruang Baca Anak

(Sumber : Rimba-baca-
perpustakaan-anak, 2018)

49

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Gambar 2.2. Ruang Koleksi Buku Anak

(Sumber : Rimba-baca-perpustakaan-anak, 2018)

Ruang membaca di Rimba Baca terbagi menjadi dua lantai, lantai pertama
untuk buku anak-anak yang terbagi dalam 3 kelompok usia : 0-3 tahun, 4-8 tahun
dan 9-12 tahun. Lantai pertama penuh dengan koleksi buku anak-anak untuk
berbagai umur dan berbagai topik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia. Selain
tempat membaca, Rimba Baca juga dilengkapi tempat mewarnai yang telah
disediakan kertas, dan krayon warna-warni. Terdapat juga dua kamar mandi diatas
dan dibawah yang cukup bersih. Tempat yang tepat untuk spend quality
time dengan anak-anak atau mengajak sesama ibu-ibu untuk 'playdate'.
Pada lantai pertama Rimba Baca, anak-anak dan orang tua bisa langsung
duduk di lantai kayu yang hangat maupun di berbagai jenis kursi yang telah
disediakan (ada sofa, ada kursi kayu, bantal-bantal boneka). Rimba Baca juga
menyediakan beberapa mainan edukatif, boneka-boneka lucu, topi-topi unik
seperti Topi Bajak Laut dan semuanya bebas dimainkan oleh pengunjung anak-
anak. Kekurangan dari Rimba Baca hanya saat sedang ramai, parkirannya tidak
muat terlalu banyak mobil dan ac-nya jadi agak panas didalam. Untungnya Rimba

50

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Baca terdiri dari dua lantai, sehingga kalau panas di area membaca, anak bisa
pindah ke area mewarnai atau naik saja ke lantai dua.

Gambar 2.3. Ruang Mewarnai

(Sumber : Rimba-baca-perpustakaan-anak, 2018)

Sedangkan lantai dua merupakan rak berisi komik dan buku dewasa, mulai
dari encyclopedia, parenting books, recipes, biography, chic flicks dan masih
banyak lagi. Rimba Baca memberikan tempat yang sangat nyaman dan homey,
karena dilengkapi dengan meja, sofa dan bantal-bantal yang banyak. Selain itu
terdapat fasilitas pendukungnya seperti free wifi dengan koneksi yang
lancar. Rimba Baca memberikan kesan kepada anak-anak untuk membaca lebih
lama sehingga semakin meningkatkan minat baca. Rimba Baca juga menyediakan
tempat untuk menikmati makanan ringan untuk memberikan kesan lebih santai
dan makanan ringannya diperuntukkan untuk dibeli tidak secara gratis.
Gambar 2.4. Ruang Baca Dewasa

(Sumber : Rimba-baca-perpustakaan-anak, 2018)

51

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


2. Sistem Pendaftaran
Sistem pendaftaran dengan terlebih dahulu registrasi pembayaran
bagi setiap pengunjung dengan membayar dengan harga Rp 30.000
bagi anak-anak di atasa usia 1 tahun keatas dan pengunjung untuk
orang dewasa atau pendamping dikenakan biaya Rp 5000.
3. Sistem Peminjaman dan Pengembalian Buku
Sistem peminjaman buku diperbolehkan jika sudah mendaftar
sebagai member anggota Rimba Baca dengan membayar formulir Rp
375.000/tahun yang mencakupi 2 orang anak dan 1 orang dewasa.
Setelahnya peminjaman diperbolehkan sebanyak 5 buku dalam
jangka waktu waktu 1 minggu sampai 2 minggu.
4. Struktur Organisasi
DIREKTUR

MANAJER

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Diagram 2.1. Struktur Organisasi Rimba Baca

5. Pengunjung dan Karywan


Total pengunjung dalam 1 hari sekitar 20 orang pengunjung dengan
jumlah pekerja sebanyak 3 orang dengan 1 orang manajer
6. Jam Operasional:
Senin-Jumat : 10.00-17.00
Sabtu-Minggu : 10.00-19.00

II.8.1.2. Taman Baca Kesiman


1. Data- data

52

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Proyek Sejenis : Taman Baca Kesiman
Alamat : Jalan Sedap Malam, Kesiman-Denpasar
Luas Lahan : 3200m2
Kepemilikan : Pribadi
Taman Baca Kesiman didirikan oleh Agung Alit seorang aktivis dan
wirausahawan sosial. Beliau adalah pemilik dari Mitra Bali, sebuah perusahaan
perdagangan berkeadilan atau fair trade. Taman Baca Kesiman didirikan pada
bulan Februari 2014. Dimana awalnya tanah tersebut merupakan tanah
persawahan milik keluarga.
Gambar 2.5. Signed pada Taman Baca Kesiman
Papan penanda (signed)
yang digunakan pada
Taman Baca Kesiman
menggunakan bahan kayu.
Dan terkesan sangat
sederhana.

(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)

Gambar 2.6. Tampak Samping Taman Baca Kesiman

Pada bagian dinding


menggunakan maerial
batu bata yang
diexpose.

(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)

Awalnya Taman Baca Kesiman didirikan sebagai sebuah tempat


untuk berkumpul sesama aktivis. Namun seiring berjalannya waktu, Agung
Alit berkeinginan mendirikan sebuah taman baca yang dilengkapi juga
dengan kebun dan terdapat beberapa sayuran organik.
Koleksi buku yang berada di Taman Baca Kesiman berjumlah kurang
lebih 1.500 buku yang merupakan koleksi dari Agung Alit sendiri. Buku tersebut
terdiri dari buku-buku sejarah, sosiologi dan novel terkenal seperti novel karya
53

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Pramoedya Ananta Toer. Selain buku dari koleksi pribadi, terdapat juga beberapa
buku yang merupakan hasil sumbangan. Untuk pendanaan daripada Taman Baca
ini tidak ada bekerjasama dengan Pemerintah,
Gambar 2.7. Ruang Koleksi Taman Baca Kesiman

(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)

Ruangan baca pada Taman Baca Kesiman tidak terlalu luas dan terdiri dari
2 lantai. Yang dimana pada lantai dasar merupakan ruangan koleksi yang
langsung bisa digunakan ruang baca, dan lantai 2 merupakan ruangan baca saja.
Taman Baca Kesiman lebih memanfaatkan ruang luar untuk digunakan sebagai
tempat untuk membaca.
Gambar 2.8. Ruang Baca Indoor dan Outdoor Taman Baca Kesiman

(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)


Konsep yang digunakan pada Taman Baca Kesiman dibuat seperti
bangunan-bangunan klasik dan lebih banyak mengunakan material kayu pada
bangunan. Selain itu penggunaan teraso bukan tegeh menambah kesan klasik
pada bangunan ini.
Gambar 2.9. Lantai Dua dari Taman Baca Kesiman

Penggunaan material kayu


pada hamper seluruh
bangunan.

Lantai dua yang merupakan


ruangan untuk membaca.
54

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)
Kegiatan yang sering diaddakan di Taman Baca Kesiman adalah diskusi
buku yang rutin diadakan, pemutaran film dokumenter dan live musik dari band-
band alternatif bali. Hal ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat
mengunjung Taman Baca Kesiman. Terdapat sebuah mini kantin untuk
memfasilitasi para pengunjung yang ingin makan dan minum sambil membaca
buku.
Gambar 2.10. Bagian Teras dan Mini Kantin

Penggunaan
teras jenis
kasar pada
bagian
terasnya.

(Sumber : Taman Baca Kesiman.com, 2018)

Untuk sementara buku yang ada di Taman Baca Kesiman hanya dapat
dibaca di tempat, belum bisa untuk dibawa pulang. Biasanya pengunjung yang
datang dari berbagai kalangan dengan jumlah sekitar 10-15 orang pengunjung
perharinya. Jam operasional yaitu hari Selasa-Minggu dari jam 14.00 – 22.00
Wita. Tenaga Kerja yang ada di Taman Baca Kesiman berasal dari Komunitas
Taman 65 yaitu sebuah Komunitas yang bergerak di bidang sosial.
2. Sistem Pendaftaran
Sistem pendaftaran dengan mengisi formulir tanpa dikenakan biaya
pembayaran apa pun, kecuali membayar makanan dan minuman
yang ada di kantin jika ingin menikmati.
3. Sistem Peminjaman dan Pengembalian Buku
Sistem peminjaman buku di Taman Baca Kesiman tidak
memperbolehkan untuk meminjam buku-buku yang ada, melainkan
dengan sistem membaca di tempat baik indoor maupun outdoor.

55

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


4. Struktur Organisasi

DIREKTUR

MANAJER

BIDANG BIDANG BIDANG


PELAYANAN PEMBUKUAN PENGEMBANGA
KARYAWAN N

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Diagram 2.2. Struktur Organisasi Taman Baca Kesiman

5. Pengunjung dan Karywan


Total pengunjung dalam 1 hari sekitar 20 orang pengunjung dengan
jumlah pekerja sebanyak 12 orang dengan 1 orang manajer dan
owner 1 orang maka total pekerja adalah 14 orang
6. Jam Operasional:
Senin-Jumat : 10.00-17.00
Sabtu-Minggu : 10.00-19.00

II.8.1.3.Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara


1. Data - data
Proyek Sejenis : Perpustakaan Daerah Provinsi Sumut

56

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Alamat : Jalan Brigjen Katamso No. 45 K, Sei Mati, Medan
Maimun, A U R, Medan Maimun, Kota Medan,
Sumatera Utara 20159.
Luas Lahan : 2.5 ha
Kepemilikan : Pemerintah
Gambar 2.11. Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara

(Sumber : Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara, 2018)

Perpustakaan Dearah Sumatera Utara (Perpusda) adalah salah satu tempat


yang paling banyak dipergunakan mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir dimana
koleksi buku mencapai sejuta gudang buku-buku sehingga mempermudah untuk
mencari informasi dan mempermudah dalam penelitian. Perpustakaan Daerah
Sumatera Utara ini memiliiki 3 lantai dengan fasilitas ruang yang berbeda-beda.

Gambar 2.12. R. Baca Dewasa A, R. Internet, R. Staff Bag. Layanan, R. ME

57

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


(Sumber : Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara, 2018)

Pada lantai satu perpustakaan ini terdapat ruang membaca dewasa, ruang
bac anak, story telling, ruang internet, ruang staff bagian layanan, dan ruang
mekanikal elektrikal, audiovisual, bagian administrasi dan pendaftaran. Ruang
baca dewasa ini adalah salah satu ruang yang memiliki penataan ruang yang
lumayan baik, baik dari segi penataan rak dan penataan meja. Kegiatan
memebaca pada tingkatan dewasa terbagi dua ruang yaitu ruang baca dewasa A
dan ruang dewasa B.
Gambar 2.13. R. Deposit Referensi, R. Baca Remaja, R. Bagian Pengolahan

(Sumber : Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara, 2018)

(Sumber : Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara, 2018)

Gambar 2.14. R. Bibliography, Aula, R. Bag Pembinaan, dan Tata Usaha

(Sumber : Perpustakaan Daerah Porvinsi Sumatera Utara, 2018)

58

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


Pada lantai lantai dua perpustakaan ini terdapat ruang deposit
referensi, ruang baca remaja, ruang bagian pengolahan, ruang bibliography, aula,
ruang bagian pembinaan, dan tata usaha. Pengunjung yang datang menggunakan
setiap fasilitas yang ada dan kegiatan penunjang selain membaca dapat menonton
film dokumenter, diskusi, rekreasi di tamn, dan kegiatan ibadah untuk sholat.
Keanggotaan Perpustakaan terbuka untuk umum berlaku selama 3 tahun. Syarat
menjadi anggota diwajibkan mengisi formulir terdiri dari Pelajar SD, SLTP,
SLTA, Mahasiswa atas tanggungan Kepala Sekolah/Dekan Fakultas, karyawan
atas tanggungan pimpinan instansi, masyarakat umum atas tanggungan
Lurah/Kepala Desa. Dalam pengisian formulir tidak dikenakan biaya apapun. Tata
tertib dalam perpustakaan diberlakukan bagi setiap pengunjung, diantaranya:
 Pengunjung mengisi buku tamu, sopan dan menjaga ketenangan.
 Disediakan loker untuk semua barang bawaan.
 Baju, kaos, hem dimasukkan.
 Dilarang merokok, makan, minum.
 Peminjaman maksimum 2 buku.
 Waktu pinjam 2 minggu dan dapat diperpanjang.
 Kartu anggota tidak boleh dipergunakan orang lain.
Pengembalian buku yang terlambat akan dikenakan denda sebesar
Rp 1.000/1 hari telat pengembalian. Selain itu, dalam kantong buku hanya
mencpai 1 tahun. Aturan yang ditetapkan pada setiap perpustakaan sudah diatur
oleh Lembaga Pemerintah, sehingga dalam sistem pengolahan informasinya
lebih cepat dan teratur.
Dalam sistem katalog, seluruh perpustakaan dapat diakses dengan
internet atau cara online dengan memasukkan kata, judul, dan lokasi. Jumlah
dari katalog mencapai 67.372 katalog.
2. Sistem Pendaftaran
Sistem pendaftaran dengan mengisi formulir tanpa dikenakan biaya
pembayaran apa pum, hanya dengan mengisi formulir sesuai Kartu
Pelajar, Kartu Tanda Pengenal (KTP) atau Kartu Mahasiswa (KTM)
dengan tanda tangan dari instansi sekolah, perguruan tinggi, atau
kelurahan/kepala desa.
59

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede


3. Sistem Peminjaman dan Pengembalian Buku
Sistem peminjaman buku di Perpustakaan Daerah Sumatera Utara
dengan mendaftar sebagai anggota perpustakaan kemudian boleh
meminjam buku sebanyak 3 buku dengan jangka waktu 1 minggu
apabila terlambat mengembalikan akan dikenakan denda sebesar
Rp1000,-
4. Jam Buka : Senin – jumat : 08.00 – 16.00 WIB
Sabtu : 09.00 – 16.00 WIB
Minggu dan hari libur Nasional : tutup
5. Pengunjung dan Karywan
Total pengunjung sebanya 114,568 pengunjung tahun 2017, maka
dalam satu bulan total pengunjung sebanyak 9.547 pengunjung
dengan jumlah pekerja sebanyak 80 orang Pegawai Negeri Sipil.
6. Struktur Organisasi
KEPALA

SEKRETARIS

SUB SUB BAG SUB BAG


BAG KEUANGA ORG &
UMUM N HUUKUM

BIDANG ARSIP BIDANG BIDANG BIDANG


PENGEMBANGAN PELAYANAN PEMBUKUAN
DAN PENGOLAHAN PERPUSTAKAAN PERPUSTAKAAN

SUB BID. SUB SUB BID.SUMBER


SUB BID.ARSIP PENGOLAHAN BID.PELAYANAN DAYA MANUSIA
IN BAHAN

SUB BIDANG
SUB BID.OTOMATIS SUB
SUB BID.ARSIP DEPOSIT
& MULTIMEDIA BID.KELEMBAGAAN
IN

SUB 60
BID.PEMBUKUA
N Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede
Diagram 2.3. Struktur Organisasi Perpustakaan Sumatera Utara

61

Institut Sains dan Teknologi T.D. Pardede

Anda mungkin juga menyukai