Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH KORUPSI BAIK


DARI SEGI INDIVIDU DAN AKIBAT PENERAPAN
SISTEM

NAMA : INES CENDANA PUTRI


KELAS : E
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2. TUJUAN....................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................3


2.1. PENGERTIAN KORUPSI .......................................................................3
2.2. ANALISIS LANGKAH LANGKAH PENYELESAIAN KORUPSI
2.3 AKIBAT PENERAPAN SISTEM ............................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................14


  3.1.KESIMPULAN...........................................................................................14
  3.2.SARAN.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga
makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah tentang “Pendidikan karakter dan anti korupsi’’
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan
berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak.

palu, 10 Maret 2020


Penulis

INES CENDANA PUTRI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang

sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan.

Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat,

baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari

segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah

meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana

korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap

kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa

dan bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di

Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan

bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang

melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat,

tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu

fenomena.Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan

sangat diperlukan untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak

saja melibatkan pejabat bersangkutan,tetapi juga oleh keluarga dan

kroninya, yang apabiladibiarkan,maka rakyat Indonesia akan berada dalam


posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya

menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh

penyelenggara negara, antar penyelenggara negara, melainkan juga

penyelenggara negara dengan pihak lain

seperti keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga merusak

sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

membahayakan eksistensi negara.Tindak pidana korupsi merupakan

perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi

juga dapat menimbulkan kerugian-kerugian pada perekonomian rakyat.

Barda Nawawi Arief berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi merupakan

perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh sebagian

besar masyarakat tidak hanyaoleh masyarakat dan bangsa Indonesia

tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia.Perkembangan

korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkanpemberantasannya

masih sangat lamban. Romli Atmasasmitamenyatakan bahwa korupsi di

Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh

pemerintahan sejak tahun 1960-an langkah-langkah pemberantasannya

pun masih tersendat-sendat sampai sekarang. Selanjutnya,

dikatakanbahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan

kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk


kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya Oleh karena itu, tindak pidana

korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan

telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime).

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan korupsi

2. mengetahui analisis strategi pemberantasan korupsi dan akibat

penerapan Sistem
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KORUPSI

Apa yang dimaksud dengan korupsi ? Istilah korupsi bisa dinyatakan

sebagai perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena

adanya suatu pemberian. Sedangkan dalam kamus Webster diartikan

sebagai perubahan kondisi dari yang baik menjadi tidak baik.

Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang


yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau
administrasinya. Balas jasa yang diberikan oleh pejabat, disadari atau
tidak, adalah kelonggaran aturan yang semestinya diterapkan secara ketat.
Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitann dengan jabatan
tertentu dalam jajaran birokrasi di Indonesia inilah yang dirasakan sudah
sangat mengkhawatirkan.

2.2 ANALISIS LANGKAH LANGKAH PENYELESAIAN KORUPSI

korupsi merupakan penyakit moral, oleh karena itu


penanganannya perlu dilakukan secara sungguh-sungguh dan
sistematis dengan menerapkan strategi yang komprehensif. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan untuk pemberantasan korupsi adalah :

langkah-langkah efektif dalam memberantas korupsi adalah sebagai :

Pencegahan artinya adalah tindakan preventif. Kita perlu merancang


berbagai program dalam rangka tindakan preventif tersebut.
:

1.PembinaanMentalSpiritualAparatPemda
Aspek moralitas dari para aparat pemda merupakan kunci sukses (key
success factor) dari pencegahan korupsi. Karena, sebaik apapun sistem
yang dimiliki, jika moral dari para aparat pelaksananya tidak baik, maka
sistem tersebut tidak akan bisa berjalan secara efektif.
Inti dari program ini adalah melakukan program ‘penguatan moral’ secara
masal dan sistematis kepada seluruh pegawai pemda di setiap level
jabatan. Hal tersebut harus diprogramkan secara formal, khususnya
melaluiprogramdiBadanKepegawaianDaerah(BKD).
Program tersebut juga harus dikemas secara baik & elegan, bukan sekedar
melakukan ceramah secara konvensional (dikhawatirkan akan terjadi
kebosanan). Tetapi harus dilakukan melalui metode dan visualisasi yang
menarik.
Yang perlu diingat, program ini harus dilakukan secara terus-menerus
(kontinyu), sistematis, dan bertahap. Kita tidak bisa mengharap seorang
manusia akan bisa berubah secara cepat dan drastis. Tetapi jika program
ini dilaksanakan secara konsisten, maka diprediksi dalamm waktu 2 tahun
akanmulaiterlihatperubahankearahyanglebihbaik.

2.PembentukanTimKhususPemberantasanKorupsi
Sebagai langkah strategis, perlu dibentuk tim yang memiliki tugas khusus
di bidang pemberantasan korupsi. Tim ini memiliki tugas & wewenang
mengidentifikasi, mengumpulkan informasi & bukti, serta melakukan
pemeriksaan atas indikasi tindakan korupsi yang terjadi di lingkungan
pemda.

Tim ini juga perlu bekerjasama dengan semua unsur auditor, baik auditor
internal (Bawasda) maupun eksternal (BPK, BPKP, & KAP)

3.PembuatanPusatPengaduanTindakKorupsi
Tujuan dibentuknya hal ini adalah agar semua elemen yang ada di
masyarakat dapat terlibat dalam pemberantasan korupsi, seperti: LSM,
tokoh masyarakat, dan setiap pihak yang concern terhadap hal ini.
Pusat Pengaduan Tindak Korupsi berada di bawah koordinasi Tim Khusus
PemberantasanKorupsidiatas.
Saluran pengaduan bisa dilakukan dengan melalui Kotak Pos atau datang
langsung.Pihakyang melakukan pengaduan harus dijamin kerahasiaannya.

4.Penerapanfit&propertestbagicalonpejabat
Setiap calon pejabat yang akan diangkat harus melalui uji kelayakan &
kepatutan (fit & proper test), yang dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh
KepalaDaerah.
Testimencakuphal-halsebagaiberikut:
-Kompetensiyangdimiliki(knowledge,skill,attitude)
-Visi,Misirencanaprogramkerja
-Aspekmoralhazard

5.Kontrak Politik antara Kepala Daerah Kepala Daerah dengan pejabat


Eselon I & II (Sekda, Asisten Sekda, Kepala Biro/Bagian, Dinas
Kantor,Badan)
Setiap calon pejabateselon I yang lulus fit & test, diwajibkan
menandatangani Kontrak Politik yang isinya antara lain mengatur tentang
komitmen untuk melakukan pemberantasan korupsi beserta sanksi jika
terbukti melanggar.
Kemudian setiap pejabat eselon satu dianjurkan juga untuk melakukan
kontrakpolitikdenganpejabatdibawahnya.

6.KontrakPolitikantaraKepalaDaerahdenganDirekturUtama
BUMD/Perusda
Setiap calon Direktur Utama yang lulus fit & test, diwajibkan
menandatangani Kontrak Politik yang isinya antara lain mengatur tentang
komitmen untuk melakukan pemberantasan korupsi beserta sanksi jika
terbuktimelanggar.
Kemudian setiap Direktur Utama dianjurkan juga untuk melakukan kontrak
politikdenganpejabatdibawahnya.

7.PerbaikanStrukturOrganisasi
Harus dilakukan kajian yang mendalam terhadap struktur organisasi yang
saat ini ada, dengan tujuan memetakan titik-titik lemah dari struktur
tersebut. Karakteristik struktur organisasi yang baik adalah harus bisa
mencapai visi, misi, tujuan, dan rencana strategis Pemda, dengan tetap
memperhatikan aspek efisiensi & efektivitas, termasuk dapat
meminimalkanpeluangterjadinyakorupsi.
Salah satu contoh adalah disatukannya fungsi-fungsi keuangan yaitu
Biro/Bagian Keuangan, Dinas Pendapatan, dan Biro/Bagian Perlengkapan
menjadiBadanKeuangan&KekayaanDaerah.
Salah satu referensi yang dapat dijadikan acuan adalah PP No. 8 Tahun
2003 tentang Perangkat Daerah, serta berbagai literatur tentang organisasi
yangbaik.

8.PerbaikanSistemKepegawaian
Perbaikaninimencakup:
- Tugas Pokok & Fungsi dari setiap Biro/Bagian, Dinas, Badan, & Kantor
-Sistemrekruitmen
-Sistemreward&punishment
-SistemCareerPlanning

Tujuan dari hal ini adalah agar terjadi transparansi dalam pengelolaan
SDM. Salah satu landasan sistem kepegawaian yang baik adalah berbasis
kompetensi(yaituknowledge,skill,attitude).

9.PerbaikanSistemdisetiapBUMD/Perusda
Salah satu celah korupsi adalah di lingkungan BUMD/Perusda. Diharapkan
dengan adanya perbaikan sistem kerja, akan terwujud transparansi &
akuntabilitas dalam pengelolaannya, serta menghasilkan BUMD/Perusda
yang sehat & dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah.
Perbaikan sistem ini meliputi semua fungsi manajemen, yaitu:
-Perencanaan
-Pengorganisasian
-Pertanggungjawaban
-Pengawasan
10. Insentif tambahan aparat pemda atas prestasi kerja (kinerja)
Kita mengetahui bahwa saat ini pendapatan resmi (gaji pokok & tunjangan)
yang diterima oleh pegawai pemda dapat dikatakan ‘kurang’ untuk dapat
hidup secara layak & wajar. Kondisi ini pada akhirnya menciptakan
‘justifikasi’untukmelakukankorupsi.

Dalam era otonomi, dimungkinkan Kepala Daerah membuat kebijakan


menambah pendapatan bagi para pegawainya dalam bentuk insentif,
dengan suatu mekanisme yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan. Sebaiknya insentif ini diberikan berdasarkan prestasi kerja yang
dilakukan&disesuaikandengankemampuankeuangandaerah.
Diharapkan dengan adanya insentif tersebut, dapat mengurangi perilaku
oranguntukmelakukankorupsi.

11. Pengkajian terhadap Standar Kelayakan Hidup Minimum Setempat


Agar program insentif tambahan sebagaimana di atas dapat berjalan
secara baik salah satu pendukungnya adalah dimiliknya data tentang
Standar Kelayakan Hidup Minimum Setempat. Dengan data tersebut, kita
akan mengetahui berapa pendapatan yang seharusnya diterima seorang
pegawaidisetiapleveljabatan.

12.PembuatanParameterKinerja
Salah satu alat kontrol dari Kepala Daerah kepada para bawahannya
adalah dengan Parameter Kinerja untuk setiap Satuan Kerja. Hal ini juga
akan memudahkan dalam menentukan apakah seseorang memiliki kinerja
baikatautidak.

Dengan adanya parameter kinerja, diharapkan setiap pimpinan satuan


kerja akan lebih terarah & terpacu untuk mencapainya, dan dikaitkan
denganinsentiftambahansebagaimanadiatas.

13. Pembuatan Standar Pelayanan Minimum masing2 satuan kerja


Sudah seharusnya jika setiap Pemda memiliki Standar Pelayanan
Minimum untuk masing-masing satuan kerja, sebagaimana diamanahkan
peraturan perundang-undangan. Hal ini juga merupakan salah satu bagian
dari parameter kinerja sebagaimana dimaksud dalam point 12.

14. Penerapan Keppres 80/2003 & 61/2004 tentang Pengadaan Barang


&Jasa
Dalam setiap pengadaan barang & jasa di lingkungan Pemda &
BUMD/Perusda, harus mengacu kepada Keppres di atas.

Dengan diterapkannya keppres tersebut secara baik, diharapkan akan


didapatkan rekanan yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan, sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat lebih terjamin.

15.Penetapan Standar Harga Barang & Jasa yang wajar


Salah satu unsur penting dalam pengadaan barang & jasa di lingkungan
Pemda adalah Standar Harga Barang & Jasa yang wajar dan ditetapkan
dengan SK Kepala Daerah. Standar Harga tersebut dibuat dengan
melakukan kajian & dijadikan patokan oleh semua pihak yang
berkepentingan.

16. Penerapan Sistem Kerja Berbasis IT, terutama di Biro/Bagian


Keuangan (BKKD), Badan Kepegawaian Daerah, dan Satker yang
BerhubungandenganPelayananPublik
Teknologi Informasi merupakan alat bantu agar pekerjaan dapat
dilaksanakan secara efisien, efektif, dan menghasilkan output yang lebih
cepat dan akurat, dan mengurangi human error. Selain itu, dengan
penerapan sistem berbasis IT yang baik, akan mengurangi peluang
korupsi.

17. Pembuatan Mekanisme kontrol terhadap dana2 Dekonsentrasi &


TugasPembantuan
Salah satu titik rawan korupsi adalah penggunaan dana-dana
Dekonsentrasi & Tugas Pembantuan. Hal ini dikarenakan dana-dana
tersebut tidak termasuk yang dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
APBD, tetapi langsung ke pemerintah pusat (Departemen teknis terkait).

Oleh karena ituperludisusun mekanisme kontrol, agar aliran & penggunaan


dana-danaitulebihefisien, tepat sasaran, dan dapat dipertanggungjawabkan
secaralebihtransparan.

2.3 Akibat penerapan sistem

PERKEMBANGAN TINGKAT KORUPSI DI INDONESIATingkat korupsi di


Indonesia dapat dikategorikan masih tinggi. Hal ini dapat diketahui dari
indeks persepsi korupsi di Indonesia yang sangat rendah dibandingkan
negara lainnya di dunia. Pada tahun 2015, indeks persepsi korupsi
Indonesia menurut Transparency International adalah 36 dan masih berada
di peringkat 88 dari 168 negara di dunia. Pada kawasan Asia Tenggara,
indeks persepsi korupsi Indonesia di tahun 2015 masih berada di bawah
negara Singapura (85), Malaysia (50), dan Thailand (38). Survei-survei
lainnya yang dilakukan oleh lembaga internasional juga menunjukkan
bahwa tingkat korupsi Indonesia tergolong masih tinggi.

.Akibat Korupsi
Berkaitan dengan dampak yang diakibatkan dari tindak pidana korupsi,
setidaknya terdapat dua konsekuensi. Konsekuensi negatif dari korupsi
sistemik terhadap proses demokratisasi dan pembangunan yang
berkelanjutan adalah :
a. Korupsi mendelegetimasikan proses demokrasi dengan mengurangi
kepercayaan publik terhadap proses politik melalui politik uang;
b. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik,
membuat tiadanya akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law.
Hukum dan birokrasi hanya melayani kepada kekuasaan dan pemilik
modal;
c. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan
kinerja karena hubungan patron-client dan nepotisme;
d. Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas
umum bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sehingga menganggu pembangunan yang berkelanjutan;
e. Korupsi mengakibatkan sistem ekonomi karena produk yang tidak
kompetitif dan penumpukan beban hutang luar negeri.

Korupsi yang sistematik dapat menyebabkan :


a. Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan intensif;
b. Biaya politik oleh penjarahan atau pengangsiran terhadap suatu
lembaga publik, dan;
c. Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian kekuasaan
yang tidak semestinya.

Anda mungkin juga menyukai