B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum pemeriksaan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberitahukan kepada klien bahwa daya penciumannya akan diperiksa
2. Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau kelainan pada
rongga hidung
3. Mengenalkan klien mecium bau-bauan yang akan tertentu (misalnya: ekstrak kopi,
jeruk, vanili atau parfum)
4. Meminta klien untuk menutup salah satu lubang hidung
5. Meminta penderita untuk mencium bau-bauan tertentu (misalnya: esktrak kopi, jeruk,
vanili, tembakau atau parfum) melalui lubang hidung yang terbuka
6. Meminta klien menyebutkan jenis bau yang diciumnya
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar pemeriksaan
Evaluasi :
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Interpretasi Hasil :
- Normosmia: kemampuan menghidu normal, tidak terganggu
- Hiposmia: kemampuan menghidu menurun, berkurang
- Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita
hiperemesis gravidarum atau pada migren
- Parosmia: tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu
- Kakosmia; persepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada
- Halusinasi penciuman: biasanya berbentuk basu yang tidak sedap, dapat dijumpai pada
serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal dan sering disertai
gerak mengecap-ngecap (epilepsi jenis parsial kompleks)
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur
2. Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Referensi :
Ashari, Devi W. 2015. Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial Bagian I. Makassar: Balai
Penerbit FKUNHAS
Diah, Sutejo dkk. Pemeriksaan Neurologi. Surakarta: Balai Penerbit FKUNS
Lumbantobing S. 2006. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
F. Tahap Orientasi
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum pemeriksaan dilakukan
G. Tahap Kerja
Pemeriksaan Daya Penglihatan (VISUS)
7. Memberitahukan kepada klien bahwa daya penglihatannya akan diperiksa
8. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan mata misalnya katarak,
jaringan parut atau kekeruhan pada kornea, peradangan pada mata (iritis, uveitis),
glaukoma, korpus alienum
9. Pemeriksa berada pada jarak 1-6 meter dari penderita
10. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata sebelah
kanan
11. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang diperlihatkan
kepadanya
12. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka pemeriksa
menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita menentukan arah gerakan tangan
pemeriksa
13. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka pemeriksa
menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk menunjuk asal cahaya
yang disorotkan ke arahnya
14. Menentukan visus penderita
15. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri
H. Tahap Terminasi
7. Melakukan evaluasi tindakan
8. Kontrak untuk tindakan selanjutnya
9. Berpamitan dengan klien
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Mencatat kegiatan dalam lembar pemeriksaan
Evaluasi :
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Interpretasi Hasil :
- Total blindness : tidak mampu melihat secara total
- Hemianopsia : tidak mampu melihat sebagian lapangan pandang (temporal; nasal;
bitemporal; binasal)
- Homonymous hemianopsia
- Homonymous quadrantanopsia
Dokumentasi :
3. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur
4. Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Referensi :
Ashari, Devi W. 2015. Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial Bagian I. Makassar: Balai
Penerbit FKUNHAS
Diah, Sutejo dkk. Pemeriksaan Neurologi. Surakarta: Balai Penerbit FKUNS
Lumbantobing S. 2006. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
J. Tahap Orientasi
7. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
9. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum pemeriksaan dilakukan
K. Tahap Kerja
> Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
1. Memberitahukan klien bahwa akan dilakukan pemeriksaan terhadap gerakan bola
matanya
2. Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata diluar kemauan klien (nistagmus)
3. Meminta klien untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan
4. Mengamati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi
pada salah satu atau kedua mata)
5. Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri bola matanya
> Pemeriksaan Kelopak Mata
1. Meminta klien untuk membuka kedua mata dan menatap kedepan selama satu menit
2. Meminta klien untuk melirik ke atas selama satu menit
3. Meminta klien untuk melirik ke bawah selama satu menit
4. Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan membandingkan lebar
celah mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri
5. Mengidentifikasi ada tidaknya ptosis, yaitu kelopak mata yang menutup
>Pemeriksaan Pupil
1. Melihat diameter pupil klien (normal 3mm)
2. Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor)
3. Melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak
4. Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk: menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu
mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati apakah pelebaran pupil segera terjadi
ketika cahaya dialihkan dari pupil
5. Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya indirect. Mengamati perubahan diameter
pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang satunya mendapatkan sorotan
cahaya langsung
6. Memeriksa refleks akomodasi pupil :
- meminta klien melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak jauh
- meminta klien untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang digerakkan
mendekati hidung klien
- mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil klien (pada
keadaaan norma kedua mata akan bergerak ke medial dan pupil menyempit)
L. Tahap Terminasi
13. Melakukan evaluasi tindakan
14. Kontrak untuk tindakan selanjutnya
15. Berpamitan dengan klien
16. Membereskan alat-alat
17. Mencuci tangan
18. Mencatat kegiatan dalam lembar pemeriksaan
Evaluasi :
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Interpretasi Hasil :
- Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yaitu kelopak mata
terjatuh, mata tertutup dan tidak dapat dibuka
- Ptosis dapat dijumpai pada myasthenia gravis atau pada sindrom horner
- Bila pupil mengecil disebut miosis
- Bila membesar (melebar) disebut midriasis
Dokumentasi :
5. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur
6. Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama dan sesudah prosedur
Referensi :
Ashari, Devi W. 2015. Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial Bagian I. Makassar: Balai
Penerbit FKUNHAS
Diah, Sutejo dkk. Pemeriksaan Neurologi. Surakarta: Balai Penerbit FKUNS
Lumbantobing S. 2006. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI