Semnastrad2015 320331
Semnastrad2015 320331
net/publication/316165327
CITATIONS READS
0 2,744
2 authors, including:
Anastasia Maurina
Clemson University
20 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Diseminasi dan Distribusi Shelter Bambu Deployable Sebagai Sarana Ruang Publik View project
All content following this page was uploaded by Anastasia Maurina on 17 April 2017.
Kata Kunci : penutup atap bambu, sirap, bilah, pelupuh, tradisional, kontemporer.
PENDAHULUAN
Bambu sangat melimpah dengan beragam jenisnya di seluruh Indonesia, dimana
penyebaran terbanyak adalah di Pulau Jawa dimana terdapat lebih dari 5 juta rumpun,
penyebaran kedua terbanyak adalah di provinsi Banten, Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur, dimana terdapat 1 juta – 5 juta rumpun bambu. Arsitektur Tradisional
Nusantara telah memanfaatkan bambu sebagai material konstruksi. Salah satu
pemanfaatan bambu adalah sebagai material penutup atap. Arsitektur tradisional
nusantara yang memanfaatkan bambu sebagai material penutup atap adalah rumah adat
Cikondang – Jawa Barat (gambar 1.1), rumah adat Toraja – Sulawesi Selatan (gambar 1.2),
rumah adat Desa Penglipuran (gambar 1.3) dan Desa Bayung Gede – Bali (gambar 1.4), serta
rumah adat Kampung Bena – Flores (gambar 1.5). Walaupun pemanfaatan bambu ini sangat
berlawanan dengan prinsip-prinsip mengoptimalkan durabilitas bambu, seperti
menghindari bambu dari sinar matahari langsung dan air, tapi atap bambu masih
diaplikasikan pada arsitektur kontemporer. Arsitektur bambu kontemporer di Indonesia
yang memanfaatkan bambu sebagai material penutup atap adalah Musholla di Pasar
Kejujuran Jumoyo – Jawa Tengah karya Eugenius Pradipto (Gambar 1.6), Pearl Beach
Lounge – Gili Trawangan NTB karya Heinz Alberti (Gambar 1.7), Candidasa Wedding Chapel
– Bali karya Effan Adhiwira (Gambar 1.8), Bali Eco Village (Gambar 1.9) dan Gereja Bambu
di Yogyakarta karya Eugenius Pradipto (Gambar 1.10).
320
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Gambar 1 Studi Kasus Penelitian
(1) Rumah Adat Cikondang, Jawa Barat - Sumber : travel.kompas.com (2) Rumah Adat Toraja, Sulawesi Selatan
- Sumber :dokumentasi pribadi (3) Rumah Adat Desa Panglipuran, Bali - Sumber : rynari.wordpress.com (4)
Rumah Adat Desa Bayung Gede, Bali - Sumber :blog.baliwww.com (5) Rumah Adat Kampung Bena, Flores -
Sumber :tindaktandukarsitek.com (6) Musholla di Pasar Jumoyo, Jawa Tengah - Sumber :
www.kompasiana.com (7) Pearl Beach Lounge, Gili Trawangan, NTB - Sumber : www.thelombokguide.com(8)
Candidasa Wedding Chapel, Bali - Sumber : eff studio (9) Bali Eco Village - Sumber : baliecovillage.com
(10)Gereja Bambu, Yogyakarta - Sumber : www.designboom.com
Penelitian ini akan mengkaji mengenai pemanfaatan bambu sebagai material atap pada
arsitektur tradisional nusantara dan juga arsitektur bambu kontemporer di Indonesia.
Untuk mengkaji pemanfaatan bambu sebagai material atap, pada penelitian ini akan
ditinjau dari 2 aspek, yaitu: (1) Bentuk arsitektural yang akan mengkaji bentuk geometri
bangunan serta bentuk dan hirarki geometri atap bangunan (2) Material bambu yang akan
mengkaji bentuk geometri dan konfigurasi elemen penutup atap serta konstruksinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian literatur dengan metodedeskriptif, komparatif dan
korelatif dengan analisis kualitatif. Analisis pada penelitian ini dibagi kedalam tiga tahap,
yaitu: (1)tahap deskripsi, pada tahap ini akan dideskripsikan 2 aspek pada setiap objek
studi; (2) tahap komparasi, dimana pada tahap ini akan dibandingkan kedua aspek dalam
pemanfaatan bambu dan akan disimpulkan ragam bentuk geometri dan konfigurasi elemen
penutup atap serta konstruksinya dalam hubungannya dengan bentuk geometri atap
bangunan; (3)tahap korelatif, dimana akan dikaji pengaruh pemanfaatan bambu sebagai
material penutup atap pada arsitektur tradisional terhadap pemanfaatan bambu sebagai
material penutup atap pada arsitektur bambu kontemporer.
Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan
Bentuk rumah adat Cikondang memiliki bentuk rumah sunda pada umumnya, yaitu rumah
panggung yang memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus, gambar 2.1),
dimana bentuk atapnya terdiri dari dua bidang atap yang dipisahkan oleh bubungan
(suhunan) di bagian tengah bangunan. Namun, pada rumah adat Cikondang terdapat
tambahan disalah satu sisinya yang berfungsi sebagai dapur. Selain itu terdapat juga
bangunan yang berfungsi sebagai kamar mandi yang letaknya terpisah dari bangunan
utama.Atap pada bangunan utama terbagi atas 2, yaitu atap utama, berupa 2 bidang miring
dan atap pada bagian adiktif, berupa atap yang cenderung datar (Gambar 2.1). Untuk atap
bangunan kamar mandi, terdiri dari 2 bidang miring (Gambar 2.3).Penggunaan atap bambu
pada rumah adat Cikondang yang membedakan dengan rumah suku sunda lainnya.Atap
bambu yang disebut dengan talahab atau dikenal dengan atap kalaka, diletakan pada bagian
adiktif bangunan utama (yang berfungsi sebagai dapur) dan juga pada bangunan kamar
mandi.Sedangkan atap pada bangunan utama menggunakan material ijuk.
321
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3
Gambar 2 Rumah Adat Cikondang, Jawa Barat
(1) Suhunan Jolopong - Sumber : yariesandi.wordpress.com(2) Bangunan Utama - Sumber :
travel.kompas.com(3) Bangunan Kamar Mandi - Sumber : explorelamajang.blogspot.co.id
1 2 3
4 5 6
7 8 9
Gambar 4 Konstruksi atap bambu talahab
Sumber :http://www.tulaykawayan.blogspot.co.id dan www.facebook.com/CivilEngDis
322
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
Bentuk Geometri Bangunan serta Bentuk Geometri dan Hirarki Atap Bangunan
Rumah adat Toraja yang dikenal dengan Tongkonan memiliki bentuk rumah panggung
berbentuk persegi panjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu kolong, badang dan
atap.Kekhususan rumah ini adalah bentuk atap yang menyerupai perahu (gambar 5).Atap
Tongkonan terdiri dari dua bidang miring (dengan sedikit lengkung) yang memiliki
punggung atap berbentuk hiperbolik (Gambar 6.1).Pada bagian punggung ini berbentuk
bidang yang cenderung datar.Material penutup atap yang digunakan adalah bambu
(Gambar 6.2), dimana pada bangunan adat yang baru, material bambu ini digantikan oleh
seng bergelombang (Gambar 6.3).
1 2 3
Gambar 6. Atap Rumah Tongkonan
(1) Bentuk Atap Rumah Tongkonan - Sumber : keajaibanindonesia.web.id(2)Atap bambu - Sumber :
guardianstoraja.blogspot.com(3)Atap seng - Sumber : travel.detik.com
323
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3 4 5 6
Gambar 8 Konstruksi atap bambu multi lapis pada Rumah Toraja
Sumber :diasporiqbal.blogspot.com; tikarmedia.com;whatnextnaomi.com; mogabay.co.id
1 2 3
Gambar 9 Bangunan di Desa Panglipuran
(1) Pawon(2)Sakenem(3)Bale Banjar - Sumber:joramehombudilanombe.blogspot.co.id
324
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3
4 5 6
Gambar 11 Konstruksi atap sirap bambu
Sumber :nickburgoyne.com; joramehombudilanombe.blogspot.co.id; www.kailbali.com
325
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3
Gambar 13 Konstruksi Sirap
Sumber: www.flipmas.org; www.teakdor.com
1 2 3
Gambar 14 Rumah Adat di Kampung Bena, Flores
(1) Rumah Adat (2) Area Teras (3) Atap bambu - Sumber:patadhela.blogspot.co.id
326
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
327
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3
Gambar 19 Pearl Beach Lounge
(1) Bentuk bangunan – Sumber: www.thelombokguide.com (2) Denah (3) Tampak
328
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
1 2 3 4
Gambar 22 Atap pelupuh pada Gereja Bambu
Sumber: www.designboom.com
329
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
Dari hasil tinjauan komparasi penggunaan material penutup atap bambu pada bangunan
tradisional di Indonesia, maka terdapat 2 tipe material penutup atap, yaitu : atap kalaka
(satu lapis dan multi lapis) dan atap sirap (satu lapis dan multi lapis). Bentuk atap lengkung
hanya dapat menggunakan atap kalaka – multi lapis, namun tipe atap ini adalah atap yang
terberat dan termahal, karena jumlah bambu yang dibutuhkan sangat banyak.
330
SEMINAR NASIONAL
JELAJAH ARSITEKTUR TRADISIONAL 2015
DENPASAR, 20-22 NOVEMBER 2015
Dari hasil tinjauan, terdapat 2 tipe material penutup atap, yaitu : atap sirap (multi lapis) dan
atap pelupuh (tiles dan multi lapis). Pada arsitektur bambu kontemporer bentuk
bangunannya cenderung bentuk geometrik transformatif dan bentuk organik yang
menghasilkan bentuk atap lurus multi kemiringan ataupun atap lengkung. Untuk atap
lengkung akan menggunakan tipe penutup atap pelupuh.
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa atap sirap bambu masih digunakan pada
arsitektur bambu kontemporer, sedangkan atap kalaka satu lapis maupun multi lapis sudah
tidak lagi digunakan. Hal ini dikarenakan bentuk bangunan dari arsitektur bambu
kontemporer yang cenderung mengambil bentuk organik dengan bentuk atap lengkung
yang tidak dapat memanfaatkan atap kelaka. Selain itu atap kelaka membutuhkan bambu
yang banyak dan berat. Atap pelupuh bambu banyak digunakan pada arsitektur bambu
kontemporer namun tidak memiliki preseden pada arsitektur tradisional nusantara. Faktor
yang berpengaruh dalam aplikasi penutup atap bambu adalah jumlah material yang
digunakan, kemudahan konstruksi (mengingat bambu memiliki keterbatasan usia pakai,
sehingga perlu dipertimbangkan faktor penggantian material) dan juga kemampuan
beradaptasi dengan bentuk-bentuk arsitektur bambu kontemporer yang cenderung
mengambil bentuk organik.
DAFTAR PUSTAKA
331