Anda di halaman 1dari 9

J. AMPIBI 1(3) hal.

( 1-9 ) November 2016

GULMA DI LAHAN PERTANIAN JAGUNG (Zea mays L.)


DI KECAMATAN BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT
Harpa Pria Gawaksa1, Damhuri2, Lili Darlian2
1
Alumni Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO, 2Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO
Email: emailnyaharpa@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang terdapat pada lahan pertanian jagung (Zea mays L.)
di Kecamatan Barangka, Kabupaten Muna Barat. Metode yang digunakan adalah metode eksplorasi. Pengambilan
sampel dilakukan pada saat penjelajahan di empat lokasi lahan jagung di Kecamatan Barangka yang memiliki
produktivitas paling rendah, yaitu Desa Bungkolo, Desa Barangka, Desa Lafinde, dan Desa Waulai. Pengamatan
dan identifikasi dilakukan terhadap habitat, habitus, dan morfologi organ sampel. Data dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan pertanian jagung di Kecamatan Barangka dijumpai 43 spesies
gulma dari 20 famili. Ditinjau dari klasifikasi taksonomi, gulma tersebut terdiri atas 1 spesies gulma paku, 9
spesies gulma monokotil, dan 33 spesies gulma dikotil, sedangkan dari morfologi dan responnya terhadap
herbisida, gulma tersebut terdiri atas 4 spesies gulma teki-tekian, 4 spesies gulma rumput-rumputan, dan 35 spesies
gulma berdaun lebar.

Kata kunci: Gulma, Lahan Jagung, Identifikasi

PENDAHULUAN 0,92 ton/Ha. Produktivitas tanaman jagung dapat


Usaha tani jagung (Zea mays L.) dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
memiliki prospek yang cukup menjanjikan. tersebut meliputi kondisi lahan, penggunaan
Permintaan pasar di dalam dan luar negeri terus pupuk, penggunaan bibit, hama dan penyakit serta
meningkat setiap tahun, baik untuk memenuhi gangguan gulma.
kebutuhan pangan maupun nonpangan (Suhardi, Salah satu fakor yang perlu diperhatikan
dkk., 2002). Kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam budidaya jagung adalah gangguan gulma.
Indonesia terus meningkat seiring dengan Gulma adalah tanaman liar yang mengganggu
meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan tanaman yang ditanam manusia
meningkatnya industri yang menggunakan jagung (Matnawi, 1994) atau dengan kata lain gulma
sebagai bahan baku seperti industri makanan dan merupakan tumbuhan pengganggu yang tumbuh
pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah tanpa dibudidayakan, kehadirannya tidak
dicapai melalui perluasan areal tanam dan diinginkan pada lahan pertanian karena dapat
perbaikan teknologi produksi ternyata belum menurunkan hasil produksi tanaman yang
mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan dibudidayakan. Hal tersebut terjadi karena gulma
konsumsi jagung di dalam negeri (Indrasari dan mampu berkompetisi dengan tanaman budidaya
Syukur, 2006). dalam memperoleh air, udara, unsur hara di
Menurut data Badan Pusat Statistik, dalam tanah, cahaya matahari dan tempat hidup.
produksi jagung di Indonesia pada tahun 2014 Selain itu, beberapa gulma dapat mengeluarkan
mencapai 19.008.426 ton dengan luas panen senyawa allelopati yang dapat menghambat
3.837.019 Ha. Produktivitas tanaman jagung pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.
secara nasional adalah 4,95 ton/Ha. Pada tahun Sukman dan Yakup (1995) menjelaskan
yang sama, produksi jagung Provinsi Sulawesi bahwa keberhasilan dalam memberantas gulma
Tenggara mencapai 60.600 ton dengan luas panen harus didasari dengan pengetahuan yang cukup
24.022 Ha dan produktivitasnya yaitu 2,52 tentang gulma itu sendiri, misalnya: a) dengan
ton/Ha. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik melakukan identifikasi; b) mencari informasi
Kabupaten Muna (2015) mencatat bahwa dalam berbagai referensi; serta, c) bertanya pada
produksi jagung di Kecamatan Barangka pada pakar atau ahli gulma. Oleh karenanya, kegiatan
tahun 2014 mencapai 492,5 ton dengan luas mengidentifikasi gulma menjadi penting untuk
panen 530 Ha. Dengan demikian, produktivitas dilakukan, mengingat jenisnya yang beragam. Di
tanaman jagung di Kecamatan Barangka adalah samping itu, identifikasi gulma juga penting
1
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

untuk dilakukan karena; a) dapat memudahkan yang mengacu pada buku identifikasi tulisan
dalam membedakan antara gulma kelas Soerjani, dkk., (1987); Tjitrosoepomo (2008) ;dan
monokotil dengan gulma kelas dikotil; b) van Steenis (2003). Data yang dianalisis berupa
memudahkan pengelompokan gulma ke dalam identitas gulma yang berhasil ditemukan.
kelompok tertentu; c) dapat memudahkan dalam Selanjutnya, dilakukan deskripsi habitus dan ciri-
pemberantasan gulma; dan d) dapat menjadi ciri morfologi lainnya.
bahan rujukan untuk memudahkan dalam
memilih herbisida yang tepat untuk memberantas HASIL DAN PEMBAHASAN
gulma. Hasil Penelitian
Keempat stasiun yang menjadi titik
METODE PENELITIAN lokasi penelitian diamati karakteristik habitatnya
Pengambilan sampel dilakukan melalui yang mencakup : sifat kimiawi tanah (pH)
metode jelajah (eksplorasi) (Suryaningsih dkk., sebagai parameter lingkungan, sifat fisik tanah
2011). Metode ini dilakukan dengan menjelajah (warna dan tekstur), kondisi serta usia lahan
di lahan jagung yang telah ditentukan, sekaligus tersebut sejak pertama kali digarap. Deskripsi
mengambil sampel yang mewakili masing-masing karakteristik habitat pada lokasi penelitian
spesies. Penelitian dilakukan di empat desa di digambarkan dalam Tabel 1.
Kecamatan Barangka memiliki produktivitas Spesies gulma yang ditemukan di lahan
jagung terendah, yaitu Desa Bungkolo (0,920 pertanian jagung di Kecamatan Barangka
ton/Ha), Desa Barangka (0,922 ton/Ha), Desa disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan klasifikasi
Lafinde (0,925 ton/Ha), dan Desa Waulai (0,926 taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma
ton/Ha). dikotil, dan gulma paku-pakuan. Pengelompokan
Penelitian dipusatkan pada lahan jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan
terluas dari masing-masing desa dengan menurut morfologi dan respon terhadap herbisida,
mempertimbangkan kondisi gulma di dalamnya gulma digolongkan dalam 3 kelompok, yakni:
tidak sedang dibasmi. Selain data mengenai gulma rumput, gulma daun lebar dan gulma teki-
identitas dan ciri morfologi masing-masing tekian. Spesies gulma dari masing-masing
sampel gulma, data yang harus diperoleh antara kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.
lain: data tekstur tanah, pH tanah dan usia lahan Berdasarkan data pada Tabel 3 dan Tabel 4, maka
jagung. persentase jumlah spesies gulma berdasarkan
Teknik analisis data yang digunakan pengelompokannya masing-masing dapat dilihat
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif pada Gambar 1 dan 2.

Tabel 1. Deskripsi Habitat Lokasi Penelitian


Tanah Usia
No. Desa Lahan Cara Pengendalian Gulma Setelah
pH Tekstur Tanam
1. Bungkolo 5,7 Lempung 2 tahun cara manual
2. Barangka 5,4 Lempung 3 tahun cara manual
3. Lafinde 5,7 Lempung 2 tahun cara manual
4. Waulai 5,5 Lempung 3 tahun cara manual

2
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

Tabel 2. Spesies Gulma pada Lahan Pertanian Jagung di Kecamatan Barangka


Desa
No. Famili Nama Spesies Nama Indonesia
A B C D
1. Alternathera sessilis (L.) DC. Kremah X
Amaranthaceae
2. Amaranthus gracilis Desf. Bayam X
3. Araceae Amorphophallus variabilis Bl. Iles-iles X X
Ageratum conoyzoides L. Bandotan
Chromolaena odorata (L.) King & Robins. Kirinyu
Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore Sintrong
4. Asteraceae
Erigeron sumatrensis Retz. Jelantir
Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. Jotang kuda
Vernonia cinerea Less. Buyung-buyung
5. Boraginaceae Heliotropium indicum L. Tusuk Konde
6. Capparidaceae Cleome rutidosperma DC. Maman
Cyperus kyllingia L. Udelan
7. Cyperus cyperoides L. Teki Ijem
Cyperaceae
Cyperus iria L. Jekeng
Cyperus malaccensis Lam. Bundung
Euphorbia hirta L. Patikan X
8. Euphorbia prunifolia Jacq. - X
Euphorbiaceae
Phyllanthus debilis Klein ex Willd. Meniran hijau
Phyllanthus urinaria L. Meniran merah
9. Hyptis brevipes Mart Gal. -
Lamiaceae
Hyptis capitata Jacq. -
Lindernia anagallis (Burm F.) Pennell. -
10. Linderniaceae
Lindernia ciliata (Colm) Pennell. -
11. Lygodiaceae Lygodium scandens SW Paku kawat X X
Malvaceae Sida rhombifolia L. Sidaguri
12. Mimosaceae Mimosa invisa C. Martius Putri malu X
13. Onagraceae Ludwigia hyssopifolia (G. Don) Exell. -
14. Calopogonium mucunoides Desv. Kacang asu
Papilionaceae
Clitoria ternatea L. Kembang telang X
15. Piperaceae Peperomia pellucida (L.) H.B.K. Suruhan X
16. Bacopa procumbens (Mill) Green. -
Plantaginaceae
Scoparia dulcis L. Jaka tua
Axonopus compressus (Swartz.) Beauv. Rumput gajah
mini
Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler Ceker ayam
17. Poaceae
Eleusine indica Gaertn. Rumput
belulang
Sporobolus berterohnus Hitch. Nyenyeran X X
18. Rubiaceae Borreria alata (Aubl.) DC. Rumput setawar
Borerria laevis (Lamk.) Griseb. Ketumpang
Borreria repens DC. -
Hedyotis diffusa Willd. Lidah ular
19. Solanaceae Physalis angulata L. Ceplukan
Lantana camara L. Temblekan
20. Verbenaceae
Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Pecut kuda
Jumlah Spesies 43 40 39 39 41
Keterangan:
A = Desa Bungkolo; B= Desa Barangka; C= Desa Lafinde; D= Desa Waulai
X = Desa yang tidak dijumpai spesies gulma

3
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

Tabel 3. Pengelompokan Gulma Berdasarkan Klasifikasi Taksonomi


No. Takson Spesies Gulma
1. Amorphophallus variabilis Bl.
2. Axonopus compressus (Swartz.) Beauv.
3. Cyperus cyperoides L.
4. Cyperus iria L.
1. Monokotil 5. Cyperus malaccensis Lam.
6. Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler
7. Eleusine indica Gaertn.
8. Cyperus kyllingia L.
9. Sporobolus berterohnus Hitch.
1. Ageratum conoyzoides L.
2. Alternanthera sessilis (L.) DC.
3. Amaranthus gracilis Desf.
4. Bacopa procumbens (Mill) Green.
5. Borreria alata (Aubl.) DC.
6. Borerria laevis (Lamk.) Griseb.
7. Borreria repens DC.
8. Calopogonium mucunoides Desv.
9. Chromolaena odorata (L.) King & Robins.
10. Cleome rutidosperma DC.
11. Clitoria ternatea L.
12. Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore
13. Erigeron sumatrensis Retz.
14. Euphorbia hirta L
15. Euphorbia prunifolia Jacq.
16. Heliotropium indicum L.
17. Hyptis brevipes Mart Gal.
18. Hyptis capitata Jacq.
19. Hedyotis diffusa Willd.
20. Lantana camara L.
21. Lindernia anagallis (Burm F.) Pennell
2. Dikotil
22. Lindernia ciliata (Colm) Pennell
23. Ludwigia hyssopifolia (G. Don) Exell.
24. Mimosa invisa C. Martius
25. Peperomia pellucida (L.) H.B.K.
26. Phyllanthus debilis Klein ex Willd.
27. Phyllanthus urinaria L
28. Physalis angulata L.
29. Scoparia dulcis L.
30. Sida rhombifolia L.
31. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
32. Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.
33. Vernonia cinerea Less.
3. Paku 1. Lygodium scandens SW

4
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

Tabel 4. Pengelompokan Gulma Berdasarkan Morfologi dan Respon pada Herbisida


No. Kelompok Gulma Herbisida
Spesies
1. Axonopus compressus (Swartz.) Beauv.
2. Eleusine indica Gaertn. Thicarbamates, dalapon,
1. Gulma rumput
3. Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler dan glyphosate
4. Sporobolus berterohnus Hitch.
1. Ageratum conoyzoides L.
2. Alternanthera sessilis (L.) DC.
3. Amaranthus gracilis Desf.
4. Amorphophallus variabilis Bl.
5. Bacopa procumbens (Mill) Green.
6. Borreria alata (Aubl.) DC.
7. Borerria laevis (Lamk.) Griseb.
8. Borreria repens DC.
9. Calopogonium mucunoides Desv.
Phenoxy dan glyphosate
2. Gulma Daun Lebar 10. Chromolaena odorata (L.) King & Robins.
11. Cleome rutidosperma DC.
12. Clitoria ternatea L.
13. Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore
14. Erigeron sumatrensis Retz.
15. Euphorbia hirta L.
16. Euphorbia prunifolia Jacq.
17. Heliotropium indicum L.
18. Hyptis brevipes Mart Gal.
19. Hyptis capitata Jacq.
20. Hedyotis diffusa Willd.
21. Lantana camara L.
22. Lindernia anagallis (Burm F.) Pennell
23. Lindernia ciliata (Colm) Pennell
24. Ludwigia hyssopifolia (G. Don) Exell.
25. Lygodium scandens SW
26. Mimosa invisa C. Martius
27. Peperomia pellucida (L.) H.B.K.
28. Phyllanthus debilis Klein ex Willd.
29. Phyllanthus urinaria L.
30. Physalis angulata L.
31. Scoparia dulcis L.
32. Sida rhombifolia L.
33. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
34. Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.
35. Vernonia cinerea Less.
1. Cyperus cyperoides L.
2. Cyperus iria L.
3. Gulma teki-tekian Alakhlor dan glyphosate
3. Cyperus malaccensis Lam.
4. Cyperus kyllingia L.

5
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

Gambar 1. Persentase Gulma di Lahan Jagung Kec. Gambar 2. Persentase Gulma di Lahan Jagung Kec.
Barangka Berdasarkan Klasifikasi Taksonomi Barangka Berdasarkan Morfologi dan Respon terhadap
Herbisida

Pembahasan dalam Suryaningsih dkk., (2010) menyatakan


Periode kritis pada tanaman jagung (Zea bahwa gulma dari famili Asteraceae ini banyak
mays L.) terjadi pada fase vegetatif maupun ditemukan, karena dapat berkembangbiak melalui
generatif. Kehadiran gulma pada periode kritis biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
akan menurunkan produksi jagung karena lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat
tanaman sangat peka terhadap lingkungan basah dan tahan terhadap naungan.
terutama air, unsur hara, cahaya dan ruang Gulma yang dapat menyebar ke seluruh
tumbuh. Cholid (2014) menyatakan bahwa setiap areal lahan adalah gulma anggota famili
tanaman memiliki periode kritis tertentu dalam Amaranthaceae. Gulma famili Amaranthaceae
hal penggunaan faktor tumbuh disekitarnya. yang ditemukanyakni Alternathera sessilis (L.)
Sembodo dalam Suryaningsih dkk., (2010) DC. dan Amaranthus gracilis Desf. berkembang
menyatakan bahwa periode kritis tanaman jagung biak dengan biji. Hal ini sesuai dengan
bersaing dengan gulma terjadi pada hari ke 20 pernyataan Suryaningsih dkk., (2010) yang
dan 45, kemudian juga periode kritis tanaman mengungkapkan bahwa famili Amaranthaceae
jagung terjadi pada hari ke-80 sampai 150. Gulma mempunyai biji yang dapat menyebar ke seluruh
yang diamati dalam penelitian ini adalah gulma areal lahan.
pada pertanaman jagung yang telah memasuki Famili Cyperaceae dan Poaceae dapat
fase generatif dan ditemukan 43 spesies gulma ditemukan pada seluruh desa di lokasi penelitian
dari 20 famili. kecuali Sporobolus berterohnus Hitch. yang
Banyaknya jenis gulma yang ditemukan hanya ditemukan di Desa Waulai dan Desa
pada lahan jagung di Kecamatan Barangka Lafinde. Menurut van Steenis (1992), Sporobolus
dikarenakan lahan jagung merupakan lahan berterohnus Hitch. biasa tumbuh di tempat yang
terbuka yang dapat terpapar cahaya matahari. cerah matahari, menyukai tempat yang keras atau
Tanaman akan berkembang dengan baik pada berbatu. Famili Cyperaceae dan Poaceae
lahan tersebut, termasuk berbagai spesies gulma. mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
Sari dan Rahayu (2013) menyatakan bahwa beradaptasi pada jenis tanaman budidaya,
tanaman akan berkembang baik pada lahan yang termasuk tanaman jagung. Spesies gulma dari
terbuka dengan sinar matahari yang banyak. kedua famili tersebut dapat berkembang biak
Asteraceae merupakan famili dengan secara generatif dengan biji, maupun secara
spesies gulma yang paling banyak ditemukan dan vegetatif dengan rimpang, umbi dan tunas.
terdapat pada keempat desa lokasi penelitian. Hal Akibatnya gulma tersebut dapat menguasai areal
ini menunjukkan bahwa gulma famili Asteraceae pertanaman jagung dan bersaing hebat dengan
merupakan gulma yang cukup adaptif dengan tanaman pokok. Hal ini sejalan dengan Holm,
perbedaan tekstur dan pH tanah. Reader dan Buck dkk., dalam Suryaningsih dkk., (2010), yang
6
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

menyatakan bahwa famili Cyperaceae dan Famili Rubiaceae ditemukan pada seluruh
Poaceae termasuk gulma yang mempunyai desa di lokasi penelitian yang merupakan lahan
kemampuan adaptasi tinggi dan akar rimpang kering. Spesies yang ditemukan adalah Borreria
yang kuat, serta dapat berkembang biak dengan alata (Aubl.) DC., Borerria laevis (Lamk.)
biji dan umbi. Griseb., Borreria repens DC. dan Hedyotis
Satu-satunya gulma paku pada pertanaman diffusa Willd. Solfiyeni dkk., (2013)
jagung di Kecamatan Barangka adalah Lygodium mengungkapkan bahwa gulma ini sering
scandens SW, anggota famili Lygodiaceae. ditemukan pada pertanaman di lahan kering dan
Lygodium scandens SW dan Amorphophallus tergolong gulma penting pada beberapa lahan
variabilis Bl. (famili Araceae) tidak dijumpai di tanaman pangan. Borreria alata termasuk gulma
Desa Barangka dan Waulai. Hal ini dapat penting tanaman pangan yang ditemukan pada
disebabkan oleh berbagai faktor. Umbi pada pertanaman padi gogo, jagung, kedelai, kacang
Amorphophallus variabilis Bl. dan akar rimpang tanah, dan ketela pohon.
pada Lygodium scandens SW yang menjadi alat Berdasarkan klasifikasi taksonomi, gulma
perkembangbiakan vegetatif telah mati akibat Dikotil menjadi kelompok gulma dengan spesies
pengolahan lahan berkali-kali, sedangkan untuk paling banyak ditemukan, yakni 33 spesies atau
perkembangbiakan secara generatif tidak dapat 77% dari total jumlah spesies gulma yang
dilakukan karena Amorphophallus variabilis Bl. ditemukan. Hal ini disebabkan oleh morfologi
yang tumbuh di lahan pertanian jarang mengalami gulma Dikotil yang termasuk gulma daun lebar
fase generatif. Sedangkan pada Lygodium (bersama gulma paku-pakuan). Sehingga,
scandens SW terkendala oleh proses kelompok gulma daun lebar yang ditemukan
pemberantasan gulma yang dilakukan petani. yakni 35 spesies (82%). Hal ini disebabkan oleh
Lygodium scandens SW telah diberantas sebelum pertumbuhan gulma daun lebar yang relatif cepat,
menghasilkan daun sporofil. Selain Lygodium sehingga pada saat pengambilan data spesies
scandens SW dan Amorphophallus variabilis Bl., gulma daun lebar telah banyak tumbuh pada
beberapa sampel gulma yang tidak terdapat pada lahan pertanaman jagung tersebut dibandingkan
keempat desa di lokasi penelitian adalah kelompok gulma daun sempit dan teki. Palijama
Alternathera sessilis (L.) DC., Amaranthus dkk., (2012) menyatakan bahwa gulma daun lebar
gracilis Desf., Clitoria ternatea L., Euphorbia lebih banyak menyerap unsur nitrogen (N) dan
prunifolia Jacq., Euphorbia hirta L., Mimosa lebih banyak menggunakan air sehingga
invisa C. Martius. dan Peperomia pellucida (L.) pertumbuhannya lebih cepat. Nitrogen merupakan
H.B.K. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi unsur hara utama bagi pertumbuhan gulma, yang
keberadaan gulma pada lahan jagung tersebut, sangat diperlukan untuk pembentukan atau
diantaranya faktor lingkungan dan faktor pertumbuhan bagian-bagian vegetatifnya, seperti
perlakuan manusia, dimana pengendalian gulma daun, batang dan akar. Patti dkk., (2013)
pada lahan jagung di Kecamatan Barangka menegaskan bahwa fungsi unsur nitrogen pada
menggunakan teknik manual yang dilakukan tanaman diantaranya yaitu meningkatkan
sebagai persiapan tanam. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman.
pernyataan Supriyono dan Budiman dalam Halim Hasil pengukuran pH tanah dilokasi
(2011) bahwa metode pengendalian gulma yang penelitian menunjukkan hasil yang relatif tidak
diterapkan dapat menggeser komposisi gulma jauh berbeda. Perbedaan jumlah gulma yang
menjadi tidak seragam. Pernyataan tersebut ditemukan pada masing-masing desa hanya tidak
diperkuat oleh pendapat Sari dan Rahayu (2013) menunjukkan perbedaan yang signifikan.
bahwa adanya keanekaragaman jumlah dan jenis Menurut Tanasale dalam Muklasin dan Syahnen
gulma dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor (2012), tingkat kemasaman (pH) tanah
eksternal. Faktor internal yang berpengaruh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah adanya kemampuan bereproduksi, adaptasi keragaman jenis gulma.
dan kompetisi. Sedangkan faktor eksternal yang Pemilihan herbisida untuk memberantas
berpengaruh adalah iklim, jenis tanah, cara gulma pada pertanaman jagung di Kecamatan
pengendalian, cara bercocok tanam dan jenis Barangka, Kabupaten Muna Barat harus mengacu
tanaman budi daya. pada jenis gulma sasaran. Jenis gulma sasaran

7
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

dikelompokkan berdasarkan morfologi dan Gulma dapat mengganggu pertumbuhan dan


respon terhadap herbisida. Melihat komposisi produksi jagung. Hal ini sejalan dengan
gulma yang spesiesnya didominasi oleh gulma pernyataan Moenadir (1993) bahwa penurunan
berdaun lebar (82%), maka acuan yang digunakan hasil produksi pertanian dapat mencapai 20-80%
untuk pemberantasan gulma harus disesuaikan bila gulma tidak disiangi/dikendalikan.
dengan temuan data tersebut. Sukman dan Yakup
(1995) menyatakan bahwa gulma berdaun lebar KESIMPULAN
memiliki permukaan daun yang memungkinkan Berdasarkan hasil penelitian, dapat
cairan memasukinya. Gulma ini memiliki tunas- disimpulkan bahwa pada lahan pertanian jagung
tunas pada setiap nodus atau titik memencarnya di Kecamatan Barangka, Kabupaten Muna Barat
daun. Tunas-tunas ini sensitif terhadap herbisida dijumpai 43 spesies gulma dari 20 famili. Ditinjau
atau perlakuan kimia. Herbisida-herbisida untuk dari klasifikasi taksonomi, gulma tersebut terdiri
gulma daun lebar meliputi herbisida-herbisida atas 1 spesies gulma paku, 9 spesies gulma
phenoxy. monokotil, dan 33 spesies gulma dikotil.
Gulma teki dan rumput-rumputan juga Sedangkan dari morfologi dan responnya
penting untuk diberantas. Menurut Sudarmo terhadap herbisida, gulma tersebut terdiri atas 4
(2007), herbisida golongan thicarbamates dan spesies gulma teki-tekian, 4 spesies gulma
aliphatic acid (dalapon) dapat digunakan untuk rumput-rumputan dan 35 spesies gulma berdaun
gulma rumput. Untuk gulma teki, Sukman dan lebar.
Yakup (1995) menyatakan bahwa glyphosate dan
alakhlor adalah salah satu dari sedikit herbisida DAFTAR PUSTAKA
yang dapat mengendalikan gulma jenis ini. BPS Kabupaten Muna. 2015. Kecamatan
Pemberantasan gulma dengan Barangka dalam Angka. Badan Pusat
menggunakan herbisida tersebut tentunya hanya Statistik. Kabupaten Muna.
akan efektif untuk kelompok gulma yang sesuai. Cholid M. 2014. Pengendalian Gulma Terpadu
Oleh karena itu, diperlukan jenis herbisida yang pada Kapas. Balai penelitian Tanaman
dapat aplikasikan pada berbagai jenis gulma, baik Tembakau dan Serat. Malang.
gulma rumput-rumputan, gulma daun lebar, Halim. 2011. Pengaruh Mikoriza Indigenous
maupun gulma teki-tekian. Sukman dan Yakup Gulma Terhadap Kerapatan Gulma pada
(1995) menerangkan bahwa herbisida jenis Tanaman Jagung. Jurnal Agroteknos.
glyphosate mampu mengendalikan gulma 1(1): 27-34.
rumput-rumputan, gulma daun lebar, maupun Indrasari A. dan Syukur A. 2006. Pengaruh
gulma teki-tekian. Pemberian Pupuk Kandang dan Unsur
Penggunaan herbisida hanya dapat Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan
dilakukan sebelum penanaman dilakukan. Jagung pada Ultisol yang Dikapur.
Apabila perlakuan herbisida pada gulma Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
dilakukan pada saat jagung telah tumbuh, tidak 6(2): 116-123.
menutup kemungkinan jagung sebagai tanaman Matnawi H. 1994. Perlindungan Tanaman.
budidaya ikut terkena herbisida. Gulma dan Kanisius. Yogyakarta.
jagung akan memiliki respon yang sama terhadap Moenadir J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem
herbisida. Hal ini sejalan dengan Moenandir Pertanian. Raja Grafindo Persada.
(1993) yang menyatakan bahwa gulma dan Jakarta.
tanaman budidaya memiliki banyak kemiripan, Muklasin dan Syahnen. 2012. Studi Komunitas
secara evolusi gulma dan tanaman budidaya Gulma Pada Beberapa Perkebunan
tersebut mempunyai asal yang sama. Kelapa Sawit di Propinsi Sumatera
Rendahnya produksi jagung di Kecamatan Utara. Balai Besar Perbenihan dan
Barangka, Kabupaten Muna Barat dapat Proteksi Tanaman Perkebunan. Medan.
disebabkan oleh faktor gulma. Hal ini dibuktikan
dengan kondisi pertanaman jagung yang dijumpai
banyak spesies gulma. Gulma pada pertanaman
jagung setempat tidak dikendalikan dengan baik.

8
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016

Palijama W, Riry J, dan Wattimena AY. 2012. van Steenis CGGJ. 1992. Flora (Terjemahan
Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala Moeso Surjowinoto). Pradnya Paramita.
(Myristica fragrans H.) Belum Jakarta.
Menghasilkan dan Menghasilkan di
Desa Hutumuri, Kota Ambon. Agrologia
Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 1(2):
134-142.
Patti PS, Kaya E, dan Silahooy C. 2013. Analisis
Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya
dengan Serapan N oleh Tanaman Padi
Sawah di Desa Waimital, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Agrologia.. 2(1): 51-58.
Sari HFM dan Rahayu SSB. 2013. Jenis-jenis
Gulma yang Ditemukan di Perkebunan
Karet (Hevea brasiliensis Roxb.) Desa
Rimbo Datar Kabupaten 50 Kota
Sumatera Barat. Biogenesis. 1(1): 28-32.
Soerjani M, Kostermans AJGH, dan
Tjitrosoepomo G. (Editor). 1987. Weeds
of Rice in Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Solfiyeni, Chairul, dan Rahmatul M. 2013.
Analisis Vegetasi Gulma Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di
Lahan Kering dan Lahan Sawah di
Kabupaten Pasaman. Prosiding Semirata
FMIPA. Universitas Lampung.
Suhardi, Dwidjono HD, Sabarnurdin S,
Minamingsih, Widodo A, dan Sudjoko
AS. 2002. Hutan dan Kebun Sebagai
Sumber Pangan Nasional. Kanisius.
Yogyakarta.
Sukman Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik
Pengendaliannya. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suryaningsih, Joni M, dan Darmadi AAK. 2011.
Inventarisasi Gulma pada Tanaman
Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah
Kelurahan Padang Galak, Denpasar
Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali.
Jurnal Simbiosis. 1(1): 1-13.
Tjitrosoepomo G. 1998. Taksonomi Umum
(Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan).
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
2007. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai