ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang terdapat pada lahan pertanian jagung (Zea mays L.)
di Kecamatan Barangka, Kabupaten Muna Barat. Metode yang digunakan adalah metode eksplorasi. Pengambilan
sampel dilakukan pada saat penjelajahan di empat lokasi lahan jagung di Kecamatan Barangka yang memiliki
produktivitas paling rendah, yaitu Desa Bungkolo, Desa Barangka, Desa Lafinde, dan Desa Waulai. Pengamatan
dan identifikasi dilakukan terhadap habitat, habitus, dan morfologi organ sampel. Data dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan pertanian jagung di Kecamatan Barangka dijumpai 43 spesies
gulma dari 20 famili. Ditinjau dari klasifikasi taksonomi, gulma tersebut terdiri atas 1 spesies gulma paku, 9
spesies gulma monokotil, dan 33 spesies gulma dikotil, sedangkan dari morfologi dan responnya terhadap
herbisida, gulma tersebut terdiri atas 4 spesies gulma teki-tekian, 4 spesies gulma rumput-rumputan, dan 35 spesies
gulma berdaun lebar.
untuk dilakukan karena; a) dapat memudahkan yang mengacu pada buku identifikasi tulisan
dalam membedakan antara gulma kelas Soerjani, dkk., (1987); Tjitrosoepomo (2008) ;dan
monokotil dengan gulma kelas dikotil; b) van Steenis (2003). Data yang dianalisis berupa
memudahkan pengelompokan gulma ke dalam identitas gulma yang berhasil ditemukan.
kelompok tertentu; c) dapat memudahkan dalam Selanjutnya, dilakukan deskripsi habitus dan ciri-
pemberantasan gulma; dan d) dapat menjadi ciri morfologi lainnya.
bahan rujukan untuk memudahkan dalam
memilih herbisida yang tepat untuk memberantas HASIL DAN PEMBAHASAN
gulma. Hasil Penelitian
Keempat stasiun yang menjadi titik
METODE PENELITIAN lokasi penelitian diamati karakteristik habitatnya
Pengambilan sampel dilakukan melalui yang mencakup : sifat kimiawi tanah (pH)
metode jelajah (eksplorasi) (Suryaningsih dkk., sebagai parameter lingkungan, sifat fisik tanah
2011). Metode ini dilakukan dengan menjelajah (warna dan tekstur), kondisi serta usia lahan
di lahan jagung yang telah ditentukan, sekaligus tersebut sejak pertama kali digarap. Deskripsi
mengambil sampel yang mewakili masing-masing karakteristik habitat pada lokasi penelitian
spesies. Penelitian dilakukan di empat desa di digambarkan dalam Tabel 1.
Kecamatan Barangka memiliki produktivitas Spesies gulma yang ditemukan di lahan
jagung terendah, yaitu Desa Bungkolo (0,920 pertanian jagung di Kecamatan Barangka
ton/Ha), Desa Barangka (0,922 ton/Ha), Desa disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan klasifikasi
Lafinde (0,925 ton/Ha), dan Desa Waulai (0,926 taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma
ton/Ha). dikotil, dan gulma paku-pakuan. Pengelompokan
Penelitian dipusatkan pada lahan jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan
terluas dari masing-masing desa dengan menurut morfologi dan respon terhadap herbisida,
mempertimbangkan kondisi gulma di dalamnya gulma digolongkan dalam 3 kelompok, yakni:
tidak sedang dibasmi. Selain data mengenai gulma rumput, gulma daun lebar dan gulma teki-
identitas dan ciri morfologi masing-masing tekian. Spesies gulma dari masing-masing
sampel gulma, data yang harus diperoleh antara kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.
lain: data tekstur tanah, pH tanah dan usia lahan Berdasarkan data pada Tabel 3 dan Tabel 4, maka
jagung. persentase jumlah spesies gulma berdasarkan
Teknik analisis data yang digunakan pengelompokannya masing-masing dapat dilihat
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif pada Gambar 1 dan 2.
2
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
3
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
4
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
5
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
Gambar 1. Persentase Gulma di Lahan Jagung Kec. Gambar 2. Persentase Gulma di Lahan Jagung Kec.
Barangka Berdasarkan Klasifikasi Taksonomi Barangka Berdasarkan Morfologi dan Respon terhadap
Herbisida
menyatakan bahwa famili Cyperaceae dan Famili Rubiaceae ditemukan pada seluruh
Poaceae termasuk gulma yang mempunyai desa di lokasi penelitian yang merupakan lahan
kemampuan adaptasi tinggi dan akar rimpang kering. Spesies yang ditemukan adalah Borreria
yang kuat, serta dapat berkembang biak dengan alata (Aubl.) DC., Borerria laevis (Lamk.)
biji dan umbi. Griseb., Borreria repens DC. dan Hedyotis
Satu-satunya gulma paku pada pertanaman diffusa Willd. Solfiyeni dkk., (2013)
jagung di Kecamatan Barangka adalah Lygodium mengungkapkan bahwa gulma ini sering
scandens SW, anggota famili Lygodiaceae. ditemukan pada pertanaman di lahan kering dan
Lygodium scandens SW dan Amorphophallus tergolong gulma penting pada beberapa lahan
variabilis Bl. (famili Araceae) tidak dijumpai di tanaman pangan. Borreria alata termasuk gulma
Desa Barangka dan Waulai. Hal ini dapat penting tanaman pangan yang ditemukan pada
disebabkan oleh berbagai faktor. Umbi pada pertanaman padi gogo, jagung, kedelai, kacang
Amorphophallus variabilis Bl. dan akar rimpang tanah, dan ketela pohon.
pada Lygodium scandens SW yang menjadi alat Berdasarkan klasifikasi taksonomi, gulma
perkembangbiakan vegetatif telah mati akibat Dikotil menjadi kelompok gulma dengan spesies
pengolahan lahan berkali-kali, sedangkan untuk paling banyak ditemukan, yakni 33 spesies atau
perkembangbiakan secara generatif tidak dapat 77% dari total jumlah spesies gulma yang
dilakukan karena Amorphophallus variabilis Bl. ditemukan. Hal ini disebabkan oleh morfologi
yang tumbuh di lahan pertanian jarang mengalami gulma Dikotil yang termasuk gulma daun lebar
fase generatif. Sedangkan pada Lygodium (bersama gulma paku-pakuan). Sehingga,
scandens SW terkendala oleh proses kelompok gulma daun lebar yang ditemukan
pemberantasan gulma yang dilakukan petani. yakni 35 spesies (82%). Hal ini disebabkan oleh
Lygodium scandens SW telah diberantas sebelum pertumbuhan gulma daun lebar yang relatif cepat,
menghasilkan daun sporofil. Selain Lygodium sehingga pada saat pengambilan data spesies
scandens SW dan Amorphophallus variabilis Bl., gulma daun lebar telah banyak tumbuh pada
beberapa sampel gulma yang tidak terdapat pada lahan pertanaman jagung tersebut dibandingkan
keempat desa di lokasi penelitian adalah kelompok gulma daun sempit dan teki. Palijama
Alternathera sessilis (L.) DC., Amaranthus dkk., (2012) menyatakan bahwa gulma daun lebar
gracilis Desf., Clitoria ternatea L., Euphorbia lebih banyak menyerap unsur nitrogen (N) dan
prunifolia Jacq., Euphorbia hirta L., Mimosa lebih banyak menggunakan air sehingga
invisa C. Martius. dan Peperomia pellucida (L.) pertumbuhannya lebih cepat. Nitrogen merupakan
H.B.K. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi unsur hara utama bagi pertumbuhan gulma, yang
keberadaan gulma pada lahan jagung tersebut, sangat diperlukan untuk pembentukan atau
diantaranya faktor lingkungan dan faktor pertumbuhan bagian-bagian vegetatifnya, seperti
perlakuan manusia, dimana pengendalian gulma daun, batang dan akar. Patti dkk., (2013)
pada lahan jagung di Kecamatan Barangka menegaskan bahwa fungsi unsur nitrogen pada
menggunakan teknik manual yang dilakukan tanaman diantaranya yaitu meningkatkan
sebagai persiapan tanam. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman.
pernyataan Supriyono dan Budiman dalam Halim Hasil pengukuran pH tanah dilokasi
(2011) bahwa metode pengendalian gulma yang penelitian menunjukkan hasil yang relatif tidak
diterapkan dapat menggeser komposisi gulma jauh berbeda. Perbedaan jumlah gulma yang
menjadi tidak seragam. Pernyataan tersebut ditemukan pada masing-masing desa hanya tidak
diperkuat oleh pendapat Sari dan Rahayu (2013) menunjukkan perbedaan yang signifikan.
bahwa adanya keanekaragaman jumlah dan jenis Menurut Tanasale dalam Muklasin dan Syahnen
gulma dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor (2012), tingkat kemasaman (pH) tanah
eksternal. Faktor internal yang berpengaruh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah adanya kemampuan bereproduksi, adaptasi keragaman jenis gulma.
dan kompetisi. Sedangkan faktor eksternal yang Pemilihan herbisida untuk memberantas
berpengaruh adalah iklim, jenis tanah, cara gulma pada pertanaman jagung di Kecamatan
pengendalian, cara bercocok tanam dan jenis Barangka, Kabupaten Muna Barat harus mengacu
tanaman budi daya. pada jenis gulma sasaran. Jenis gulma sasaran
7
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
8
J. AMPIBI 1(3) hal. ( 1-9 ) November 2016
Palijama W, Riry J, dan Wattimena AY. 2012. van Steenis CGGJ. 1992. Flora (Terjemahan
Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala Moeso Surjowinoto). Pradnya Paramita.
(Myristica fragrans H.) Belum Jakarta.
Menghasilkan dan Menghasilkan di
Desa Hutumuri, Kota Ambon. Agrologia
Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 1(2):
134-142.
Patti PS, Kaya E, dan Silahooy C. 2013. Analisis
Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya
dengan Serapan N oleh Tanaman Padi
Sawah di Desa Waimital, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Agrologia.. 2(1): 51-58.
Sari HFM dan Rahayu SSB. 2013. Jenis-jenis
Gulma yang Ditemukan di Perkebunan
Karet (Hevea brasiliensis Roxb.) Desa
Rimbo Datar Kabupaten 50 Kota
Sumatera Barat. Biogenesis. 1(1): 28-32.
Soerjani M, Kostermans AJGH, dan
Tjitrosoepomo G. (Editor). 1987. Weeds
of Rice in Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Solfiyeni, Chairul, dan Rahmatul M. 2013.
Analisis Vegetasi Gulma Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di
Lahan Kering dan Lahan Sawah di
Kabupaten Pasaman. Prosiding Semirata
FMIPA. Universitas Lampung.
Suhardi, Dwidjono HD, Sabarnurdin S,
Minamingsih, Widodo A, dan Sudjoko
AS. 2002. Hutan dan Kebun Sebagai
Sumber Pangan Nasional. Kanisius.
Yogyakarta.
Sukman Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik
Pengendaliannya. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suryaningsih, Joni M, dan Darmadi AAK. 2011.
Inventarisasi Gulma pada Tanaman
Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah
Kelurahan Padang Galak, Denpasar
Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali.
Jurnal Simbiosis. 1(1): 1-13.
Tjitrosoepomo G. 1998. Taksonomi Umum
(Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan).
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
2007. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta