Anda di halaman 1dari 4

Peraturan ini tidak secara khusus memberikan naan dan pengerahan bantuan TNI pada keadaan
hak partisipasi pada perempuan, untuk dapat status Darurat Konflik, tapi tanpa menyediakan
mengakses program CSR. mekanisme penyelesaian terhadap akar masalah
• Belum disediakan mekanisme feedback dari ma- yang terjadi (yaitu sengketa status kepemilikan
tanah, status hak kelola atas hutan/lahan/kebun).
syarakat apabila program-program Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan
tidak disampaikan secara terbuka, atau sudah di- Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Catatan Kritis
sampaikan secara terbuka akan tetapi tidak mem-
pertimbangkan aspirasi masyarakat, sebagaimana
Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum, dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 79/2014, PB.3/
Menhut-II/2014, 17/PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014
Kebijakan-Kebijakan Konsesi Hutan
disebutkan pada Pasal 15 ayat (3).
tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah
yang Berada di Dalam Kawasan Hutan Pengantar
E. Catatan Kritis Kebijakan Resolusi Konflik So-
sial/Lingkungan/Agraria/SumberDaya Alam • Peraturan ini mengatur tentang tata cara penye-
lesaian hak ulayat dan penguasaan tanah yang
berada di kawasan hutan; serta ditujukan untuk
E kspansi konsesi lahan perusahaan kelapa sawit di Riau telah mempersempit area pemukiman masyarakat
dan akses mereka pada sumber daya di hutan. Hal ini berdampak terhadap komunitas-komunitas di seki-
tar lahan perusahaan yang telah mengelola hutan turun-temurun secara kolektif. Lahan mereka diambilalih
Undang-Undang No. 51/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang No. 5/1986 tentang mengakomodir hak masyarakat adat atas bidang tanpa kompensasi yang memadai atau komunikasi yang layak dari perusahaan. Pemberian konsesi kepada
Peradilan Tata Usaha Negara tanah yang telah digunakan selama puluhan ta- perusahaan-perusahaan kelapa sawit juga telah membatasi hak masyarakat dalam menggunakan dan me-
hun. manfaatkan hutan sebagai sumber pangan dan sumber mata pencaharian.
• Peraturan ini mengatur tentang mekanisme per-
adilan tata usaha negara di Indonesia, tata lak- • Peraturaturan ini sudah menyediakan mekanis- Pada beberapa peraturan di tingkat lokal maupun nasional, sebagian diantaranya telah memandatkan pen-
sana pengajuan gugatan terhadap Pejabat Tata me pengakuan terhadap hak ulayat dan tanah jaminan hak partisipasi masyarakat atau komunitas dalam proses pemberian konsesi hutan. Namun, dari
Usaha Negara (atau produk hukum yang dikeluar- masyarakat adat melalui Tim IP4T (Inventarisasi 27 peraturan yang direview, Women Research Institute menemukan bahwa penjaminan hak partisipasi
kannya), dalam konteks ini, terkait diterbitkannya Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaat- masyarakat masih menyediakan celah yang berpotensi dilanggar atau dipandang tidak mengikat oleh be-
Izin Usaha Perkebunan/Pertambangan/Kehutan- an Tanah). Selain itu, mengakomodir pendekatan berapa pihak. Selain itu, sebagian besar peraturan yang telah menjamin hak partisipasi masyarakat belum
an/Lingkungan yang berakibat hukum pada pihak yang lebih tidak formal, yaitu mengakui kesaksian disertai dengan penjaminan hak partisipasi, akses, dan kontrol perempuan secara khusus. Pada beberapa
penggugat (masyarakat terdampak). masyarakat sekitar bahwa benar orang tersebut peraturan mengenai pengelolaan sumber daya alam, hutan, kebun, tata ruang masih ditemukan kekosongan
adalah pemilik bidang tanah di dalam Surat Per- dan kelemahan pengaturan terkait transparansi pengelolaan sumber daya alam; transparansi proses pener-
• Belum mengatur mengenai penjaminan hak akses nyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah, dalam bitan izin lingkungan dan izin usaha; mekanisme pengawasan pengelolaan hutan; termasuk pengawasan
masyarakat atas informasi prosedur pengaduan Pasal 7 huruf b. terhadap pemenuhan kewajiban oleh perusahaan.
apabila terdapat indikasi pelanggaran kode etik
dan pedoman perilaku hakim (yang menangani • Belum mengatur mekanisme pemberian feedback
Absennya penjaminan atas hak partisipasi masyarakat dan penyediaan mekanisme pelibatan masyarakat
konflik kehutanan/lingkungan/perkebunan di atas kekecewaan masyarakat apabila haknya atas
dalam proses alokasi konsesi hutan menghasilkan konflik berdarah dan berkepanjangan yang menelan ba-
PTUN), sehingga masyarakat dapat mengakses tanah dilanggar dan tidak diakomodir melalui me-
nyak korban di banyak tempat. Hal ini terjadi karena peraturan yang disediakan belum memadai, terkait
prosedur secara lebih transparan, tanpa harus kanisme Tim IP4T.
fasilitasi penyelesaian akar masalah dari konflik/sengketa tanah tersebut. Peraturan yang disediakan terbatas
dikenai pungutan liar. Yang sudah diatur hanya • Peraturan ini akan berpotensi menghasilkan du- pada pengaturan mekanisme penanganan konflik setelah konflik terjadi, tanpa memfasilitasi mekanisme
hak akses masyarakat atas informasi putusan dan alisme hukum, karena Peraturan Kepala Badan yang lebih adil dan transparan dalam penyelesaian sengketa hak kepemilikan tanah.
biaya perkara persidangan, sebagaimana disebut- Pertanahan Nasional No.3/2011 tidak dicabut dan
kan pada Pasal 51A. dinyatakan sebagai tidak berlaku lagi. Beberapa catatan kritis terhadap peraturan mengenai pengelolaan hutan, perkebunan, penataan ruang, pen-
gelolaan lingkungan/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan resolusi konflik sumber daya alam.
Undang-Undang No.7/2012 tentang Penanganan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Konflik Sosial No.3/2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan A. Catatan Kritis Kebijakan Kehutanan • Peraturan ini tidak secara khusus memberikan
• Undang-undang ini mengatur tentang upaya pe-
hak partisipasi pada perempuan.
nanganan konflik sosial yang salah satunya dise- • Mekanisme penanganan kasus pertanahan yang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ke-
babkan oleh sengketa sumber daya alam antar- disediakan sebatas menggunakan pendekatan hutanan • Tidak menggambarkan mekanisme regular peli-
masyarakat dan/atau antar-masyarakat dengan formalistik, yaitu hanya mengakui bukti kepemi- batan masyarakat adat dalam setiap tahap proses
pelaku usaha. likan tanah yang formal (berupa sertifikat), seba- • Undang-undang ini mencakup pengaturan yang penguasaan hutan, yang meliputi perencanaan
gaimana disebutkan dalam Pasal 26 ayat (3), dan luas tentang berbagai aspek hutan dan kehutan- kehutanan; pengelolaan hutan; sebagaimana di-
• Peraturan ini berpotensi mengatasi konflik secara an, termasuk di dalamnya juga mengatur tentang
represif, dengan diaturnya mekanisme penggu- Pasal 29. sebutkan pada Pasal 4 ayat (3).
peran serta masyarakat dalam kehutanan.

Women Research Institute: Jalan Kalibata Utara II No. 78, Jakarta 12740 - INDONESIA, Tel. (62-21) 7918.7149
Fax. (62-21) 798.7345 Email. office@wri.or.id Web. www.wri.or.id t. @WRI_Indonesia fb. Women Research Institute - WRI
• Belum menyediakan mekanisme agar koperasi disebutkan melalui konsultasi publik, kemitraan, • Tidak mengatur mekanisme penyampaian feed- honan memperoleh IUPHHK-HTR. Pembangunan
masyarakat setempat dapat mengakses program penyampaian informasi [Pasal 52 ayat (1) dan (2)]. back atas kekecewaan masyarakat terkait penge- HTR mulai dari pengembangan organisasi peme-
kerjasama tersebut (program pemberdayaan Tidak ada peraturan teknis terkait mekanisme lolaan hutan. gang izin HTR, transfer pengetahuan dan kete-
ekonomi masyarakat), sebagaimana disebutkan pelibatan masyarakat dalam rehabilitasi dan re- rampilan kehutanan, perencanaan dan pelaksa-
• Pasal yang sudah bagus pada peraturan sebe-
pada Pasal 30. klamasi hutan. naan HTR, peluang kerja dan peluang berusaha,
lumnya, yang mengatur mengenai 5% luas lahan
partisipasi dan sikap dalam pelaksanaan pemba-
• Peraturan ini belum mengatur keterlibatan ma- yang wajib dialokasikan untuk membangun kemi-
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ngunan HTR.
syarakat (dan perempuan) dalam proses pengen- traan dengan masyarakat sekitar, telah dihapus
No.1/2004 tentang Perubahan Atas Undang-Un- dalian pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hu- pada peraturan ini (Pasal 75 ayat (1) huruf i). Per-
dang No.41/1999 tentang Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.16/Menhut-
tan, sebagaimana disebutkan pada Pasal 55. aturan ini tidak lagi menetapkan luas lahan yang
II/2014 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
• Tidak disebutkan secara tegas dan eksplisit bahwa wajib disisihkan untuk kemitraan.
Hutan
dilarang melakukan penambangan terbuka di ka- Peraturan Pemerintah No. 3/2008 tentang Peruba-
• PP ini tidak mengatur tentang pentingnya partisi-
wasan hutan lindung. Padahal aturan mengenai han Atas Peraturan Pemerintah No. 6/2007 tentang Peraturan Pemerintah No. 4/2001 tentang Pengen-
pasi publik dalam pemberian izin pinjam pakai ka-
hal ini sudah cukup tegas disebutkan pada UU Ke- Tata Hutan, Perencanaan Pengelolaan dan Peman- dalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkung-
wasan hutan, namun Pemegang izin pinjam pakai
hutanan sebelumnya. faatan Hutan an Hidup Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/
kawasan hutan berkewajiban untuk memberda-
atau Lahan
• Peraturan pemerintah ini merupakan landasan yakan masyarakat; Peraturan ini tidak secara khu-
Peraturan Pemerintah No. 76/2008 tentang Reha- hukum yang mengatur tentang tata hutan, penyu- • Peraturan ini mengatur tentang mekanisme pe- sus memberikan hak partisipasi pada perempuan.
bilitasi dan Reklamasi Hutan sunan rencana pengelolaan hutan dan peman- ngendalian kerusakan dan pencemaran lingkung-
• Peraturan Pemerintah ini bertujuan sebagai lan- faatan hutan. an hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan Peraturan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dasan hukum dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan lahan. dan Konservasi Sumber Daya Alam Nomor P. 2/IV-
• Tidak mengatur mekanisme penyampaian aspirasi
dan reklamasi hutan yang berkeadilan dan partisi- SET/2014 tentang Pembentukan dan Pembinaan
masyarakat dalam penyusunan rencana pengelo- • Belum diatur mengenai mekanisme kelembagaan/
patif. Masyarakat Peduli Api
laan hutan sebagaimana disebutkan pada Pasal prosedur penyampaian pendapat masyarakat dan
• Tidak mengatur mekanisme yang detail pelibatan 13 ayat (1), dan tidak ada peraturan teknis yang feedback atas ketidakpuasan masyarakat terma- • Peraturan ini mengatur tentang pembentukan
masyarakat dalam proses perencanaan dan pe- dimandatkan untuk mengatur persoalan itu. suk perempuan dalam proses pemberian izin Masyarakat Peduli Api (MPA) sebagai bagian dari
laksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan. Hanya melakukan usaha, sebagaimana disebutkan pada program pengendalian kebakaran hutan/lahan;
Pasal 16. termasuk mengatur mengenai pengorganisasian,
• Tidak mengatur mengenai mekanisme/prose- sarana dan prasana yang didapatkan, monitoring
dur bagi masyarakat termasuk perempuan un- evaluasi dan pembiyaan MPA.
tuk mendapatkan informasi dalam rangka ikut • Proses penetapan desa sasaran yang akan diben-
serta melakukan upaya pengendalian kerusakan tuk MPA tidak melibatkan aspirasi masyarakat
dan atau pencemaran lingkungan hidup yang (dan perempuan khususnya), terutama bagi ma-
berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan, seba- syarakat desa yang rawan kebakaran hutan/lahan
gaimana disebutkan pada Pasal 45 ayat (1). akan tetapi tidak diakomodir sebagai desa sasaran
• Belum mengatur mekanisme sanksi yang tegas oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
apabila pemegang hak/izin usaha tidak melak- setempat.
sanakan pengendalian kerusakan/pencemaran • Tidak disebutkan secara eksplisit bahwa perem-
lingkungan hidup, sebagaimana disebutkan pada puan juga dapat ikut dicalonkan sebagai anggota
Pasal 38. MPA (oleh perangkat desa atau kecamatan), seba-
gaimana tercantum pada Pasal 6 ayat (1).
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Men-
hut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
B. Catatan Kritis Kebijakan Perkebunan
Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman UU No. 39/2014 tentang Perkebunan (mengganti-
• Tidak ada mekanisme yang dapat menjamin bah- kan UU No.18/2004 tentang Perkebunan)
wa sosialisasi ke desa terkait penerbitan peratur- • Belum ada peraturan pelaksana (PP) yang meng-
an alokasi pencadangan areal Hutan Tanaman atur tentang kemitraan usaha perkebunan, se-
Rakyat (HTR) untuk pembangunan HTR, tidak ha- hingga pemerintah daerah belum merasa wajib
nya dilakukan secara formalitas. menyusun peraturan daerah mengenai kemitraan
• Akses perempuan (sebagai perorangan maupun pembangunan perkebunan, terutama mengenai
koperasi/Kelompok Tani Hutan) belum dijamin kewajiban perusahaan untuk melaksanakan pro-
dok. Women Research Institute
haknya secara tegas dalam mengakses permo- gram pemberdayaan masyarakat.

2 3
• Belum menyediakan mekanisme reguler peli- masyarakat, meningkatkan efisiensi dan produk- yang dilanggar atau kerugian dialami oleh ma- sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (3), yang di
batan masyarakat (dan perempuan khususnya) tifitas dalam memanfaatkan sumber daya alam, syarakat akibat penyelenggaraan penataan ruang, dalamnya mengatur secara lebih detail prosedur
dalam setiap tahapan penyelenggaraan perke- serta untuk mewujudkan azas keadilan dan azas sebagaimana disebutkan dalam Pasal 66 ayat (1). pelibatan masyarakat.
bunan. Peraturan ini tidak memandatkan peratu- pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka
ran pelaksana mengenai peran serta masyarakat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi Peraturan Pemerintah No. 15/2010 tentang Pelak- Peraturan Pemerintah No. 68/2010 tentang Bentuk-
dalam setiap tahapan penyelenggaraan perkebu- kesejahteraan rakyat. sanaan Pengeloalan Tata Ruang bentuk dan Prosedur Peran Serta Masyarakat dalam
nan. • Tidak mengatur mekanisme sanksi yang tegas Pengelolaan Tata Ruang
• Peraturan ini mengatur tentang tata cara penye-
apabila ketentuan mengenai luas maksimum pe- lenggaraan penataan ruang yang meliputi peren- • Peraturan Pemerintah ini mengatur bentuk dan
Peraturan Menteri Pertanian No.98/Permentan/
ngusahaan dan pelepasan kawasan hutan dilang- canaan hingga pengawasan penataan ruang. tata cara peran masyarakat dalam penataan ru-
OT.140/9/13 tentang Pedoman Perizinan Usaha
gar. ang pada tahap perencanaan tata ruang, peman-
Perkebunan • Peraturan ini tidak secara khusus memberikan
faatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
• Peraturan ini merupakan dasar hukum dalam hak partisipasi pada perempuan.
Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan No.12 Ta- ruang di tingkat nasional, provinsi, dan/atau ka-
pemberian pelayanan perizinan dan pelaksanaan hun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Perkebunan • Tidak mengikutsertakan proses memberi feed- bupaten/kota.
kegiatan usaha perkebunan. back (atau mekanisme komplain) terhadap keke-
• Perda ini idak diatur mengenai mekanisme/prose- • Peraturan ini tidak secara khusus memberikan
• Tidak mengatur keharusan pelibatan masyarakat cewaan atau ketidakpuasan terkait prosedur pe-
dur keikutsertaan masyarakat petani pekebun se- hak partisipasi pada perempuan.
secara lebih representatif di dalam forum pene- nyelenggaraan penataan ruang.
tempat dalam pengembangan usaha perkebunan
tapan kesepakatan terkait serah terima tanah • Peraturan ini tidak secara tegas memandatkan
(yang diberikan izin oleh Kepala Daerah/Pejabat • Tidak menggambarkan prosedur detail (meka-
dan imbalannya antara pengusaha perkebunan kepada pemerintah dan/atau pemerintah dae-
yang ditunjuk), sebagaimana disebutkan pada nisme reguler) pelibatan peran masyarakat dalam
dan masyarakat pemegang hak atas tanah, seba- rah untuk wajib melibatkan secara aktif peran
Pasal 3 ayat (6). perumusan konsepsi rencana tata ruang.
gaimana disebutkan pada pasal 24. masyarakat termasuk perempuan dalam peren-
• Tidak secara khusus memberikan hak partisipasi • Belum terdapat Peraturan Menteri mengenai ta- canaan tata ruang, sebagaimana tercantum pada
pada perempuan, untuk dapat ikut mengakses ta cara proses penyusunan rencana tata ruang, Pasal 7 ayat (1).
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 ten-
program kerjasama pengembangan usaha perke-
tang Izin Lingkungan
bunan dengan perusahaan.
• Peraturan ini mengatur tentang ketentuan di-
• Tidak diatur mengenai mekanisme/prosedur
wajibkannya bagi setiap Usaha/Kegiatan yang
pemberdayaan masyarakat setempat oleh peru-
wajib Amdal atau Upaya Pengelolaan Lingkungan
sahaan perkebunan (baik perorangan maupun ba-
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
dan), sehingga masyarakat sulit mengaksesnya.
(UKL-UPL) agar mendapatkan Izin Lingkungan.
Hak masyarakat setempat untuk dapat diberdaya-
• Pasal 10 ayat (2), tidak ada mekanisme yang men- kan tercantum pada Pasal 34 ayat (1).
jamin independensi lembaga penyedia jasa pe-
nyusun dokumen Amdal yang disewa oleh pihak
pemrakarsa. Seharusnya lembaga penyedia jasa C. Catatan Kritis Kebijakan Penataan Ruang
penyusun dokumen Amdal yang disewa tersebut
harus dapat diaudit secara publik. Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ru-
ang
• Peraturan ini tidak mengatur bahwa mekanis-
me penunjukan/pengangkatan para Anggota • Landasan hukum bagi pemerintah pusat, peme-
KPA harus transparan dan partisipatif. Juga tidak rintah daerah dan masyarakat dalam penyeleng-
mengatur hak masyarakat (termasuk perempuan) garaan penataan ruang yang meliputi pengaturan,
untuk dapat mengakses informasi nama-nama pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pena-
para Anggota KPA setelah KPA resmi terbentuk, taan ruang.
sebagaimana disebutkan pada Pasal 54 ayat (1). • Undang-undang ini tidak secara khusus memberi-
kan hak partisipasi pada perempuan.
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
• Tidak menggambarkan prosedur/mekanisme yang
No.728/Kpts/II/1998 tentang Luas Maksimum Pe-
disediakan untuk pelibatan peran masyarakat
ngusahaan Hutan dan Pelepasan Kawasan Hutan
yang diperlukan, sebagaimana disebutkan pada
untuk Budidaya Perkebunan
Pasal 65 ayat (1).
• Peraturan ini mengatur mengenai ketentuan luas
• Tidak menggambarkan secara detail mengenai
maksimum pengusahaan hutan dan pelepasan
mekanisme gugatan (melalui penyelenggaraan
kawasan hutan untuk budidaya perkebunan, dok. Women Research Institute
pengadilan setingkat apa), apabila terdapat hak
dan bertujuan untuk meningkatkan peran serta

4 5
• Tidak menyediakan sarana mekanisme regular un- rencana usaha/kegiatan dan melaksanakan kon- • Peraturan ini bertujuan sebagai acuan dalam tang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan
tuk pelibatan masyarakat dalam perencanaan tata sultasi publik sebelum usaha/kegiatan dijalankan, pembentukan Komisi Penilai Analisis mengenai Hidup Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi
ruang, pemanfaatan tata ruang, pengendalian pe- terutama kepada masyarakat terdampak. dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/ Rencana Pembangunan Daerah
manfaatan tata ruang, sehingga belum menjamin Kota. • Peraturan ini belum ada Peraturan Pemerintah
hak masyarakat (dan perempuan khususnya) un- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. • Peraturan ini tidak secara khusus memberikan (PP)-nya.
tuk dapat terlibat di dalamnya. 40//2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Pe- hak partisipasi pada perempuan.
nilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup • Peraturan ini mengatur pelaksanaan Kajian Ling-
• Tidak mengatur mengenai mekanisme kontrol • Tidak ada mekanisme yang demokratis (misal kungan Hidup Strategis (KLHS) yang ditetapkan
oleh masyarakat secara lebih detail; (mekanisme • Peraturan ini bertujuan sebagai pedoman bagi Ko- melalui pemilihan) terhadap anggota KPA Pusat harus terintegrasi dengan pelaksanaan perenca-
gugatan melalui pengadilan) sebagaimana telah misi Penilai Amdal dalam melakukan kerja analisis maupun Daerah yang mewakili warga terdampak, naan pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD dan
disebutkan pada Pasal 66 ayat (1). tentang dampak lingkungan hidup. sehingga sulit untuk melakukan kontrol atas pen- Renstra SKPD).
• Peraturan ini tidak secara khusus memberikan dapat-pendapatnya apabila nantinya dia dinilai
hak partisipasi pada perempuan. • Belum mengatur hak masyarakat yang berpotensi
D. Catatan Kritis Kebijakan Pengelolaan tidak cukup representatif. terdampak (dan perempuan secara khusus) untuk
Lingkungan/Analisis Dampak Lingkungan • Belum mengatur mekanisme feedback yang dise- • Tidak ada mekanisme akuntabilitas proses peng- dapat terlibat dalam pembahasan KLHS.
diakan bagi masyarakat apabila saran, pendapat, ambilan keputusan Komisi Penilai AMDAL (mi-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang dan tanggapan masyarakat terdampak tidak dia- salnya, rapat-rapat KPA harus terbuka untuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.8/2013
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup komodir dalam proses penentuan ruang lingkup umum, dapat diakses oleh publik). tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan
(UUPPLH) kajian analisis dampak lingkungan, hak masyarakat Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
sebagaimana tercantum pada Pasal 12 ayat (8). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
• Undang-undang ini mengatur tentang pengelo- lingkungan
laan dan pengendalian lingkungan hidup baik di No.17/2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Ma-
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. • Peraturan ini bertujuan memberikan pedoman
tingkat pusat maupun di tingkat daerah. syarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan
41/2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi mengenai penyelenggaraan Komisi Penilai Am-
Hidup dan Izin Lingkungan
• Tidak ada mekanisme sanksi atau mekanisme Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dal (KPA); penatalaksanaan penilaian Amdal dan
feedback dari masyarakat apabila pemerintah dan Hidup Kabupaten/Kota • Peraturan ini mengatur tentang tata cara keterli- penerbitan Izin Lingkungan; penatalaksanaan pe-
pemrakarsa usaha/kegiatan tidak mengumumkan batan masyarakat dalam proses analisis menge- meriksaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
nai dampak lingkungan hidup; permohonan dan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
penerbitan Izin Lingkungan dalam rangka upaya UPL) dan penerbitan Izin Lingkungan.
perlindungan terhadap pengelolaan lingkungan
• Tahapan penilaian dokumen Amdal yang dilaku-
hidup.
kan melalui Rapat-rapat Komisi Penilai Amdal
• Peraturan ini tidak secara khusus memberikan (KPA) dan Rapat Tim Teknis KPA tidak diatur harus
hak partisipasi pada perempuan. transparan. Dokumen-dokumen yang menjadi
• Tidak ada mekanisme sanksi/disinsentif apabila pertimbangan dalam penetapan rekomendasi ke-
pihak pemrakarsa/instansi yang bertanggung ja- layakan/ketidaklayakan lingkungan hidup dan re-
wab tidak mengumumkan rencana usaha/kegiat- komendasi penerbitan Izin Lingkungan oleh KPA
an kepada masyarakat terdampak. tidak ditetapkan harus dapat diakses oleh publik,
termasuk oleh perempuan, sebagaimana tercan-
• Tidak ada mekanisme sanksi/disinsentif apabila tum pada Pasal 12 ayat (2), dan pada lampiran IV
pihak pemrakarsa tidak melakukan konsultasi pu- Permen ini.
blik (yang dilakukan sebelum penyusunan doku-
men Kerangka Acuan Amdal). Peraturan Daerah Kabupaten Siak No.1/2013 ten-
• Pada Bab II Lampiran peraturan ini, tidak diatur tang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Peru-
mekanisme forum yang dimaksudkan untuk me- sahaan
nampung keterlibatan masyarakat dalam proses • Peraturan ini mengatur tentang bentuk-bentuk
Amdal agar dapat lebih representatif. Syarat ke- serta mekanisme tanggung jawab sosial dan ling-
terwakilan masyarakat yang representatif ber- kungan yang harus dilakukan oleh perusahaan di
dasarkan Keputusan Kepala Bapedal No.56 Tahun Kabupaten Siak. Selain itu, berfungsi untuk mem-
1990 seharusnya 30% dari jumlah penduduk di beri arahan kepada perusahan-perusahaan untuk
wilayah studi, sebagaimana tercantum pada ba- mensinergikan penyelenggaraan tanggung jawab
gian mengenai Metode Studi Sosekbud penyusu- sosial dan lingkungan perusahan di bidang sosial,
nan AMDAL. lingkungan, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan
infrastruktur desa dan kota, dalam rangka men-
dok. Women Research Institute Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67/2012 ten-
goptimalkan program pembangunan daerah.

6 7

Anda mungkin juga menyukai