Anda di halaman 1dari 23

ASPEK HUKUM DALAM KEPROFESIAN

STANDAR DALAM PROFESI AKUNTAN

NAMA KELOMPOK 7:

Sinta Rahmawati 041811333008

M. Aji Saputro 041811333020

Ismaya Cahyaning Putri 041811333030

Rindiani Ika Rahayu 041811333031

Yuni Dwi Kartika 041811333035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu profesi yang sangat penting dalam dunia ekonomi, wajib hukumnya
memahami kode etik untuk menjaga mutu dan kepercayaan para pengguna jasa. Kode etik
profesi akuntan terdapat pada etika profesi akuntansi yang mengatur kaidah serta norma
dalam lingkup profesional. Etika profesi akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku
atau perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai akuntan.
Seperti yang disebutkan di atas, etika ini mengatur bagaimana seorang akuntan
melakukan pekerjaannya. Tanpa kode etik, seorang akuntan dapat saja langsung
diberhentikan jika melakukan pelanggaran terhadap standar dalam profesi akuntan. Maka
dari itu, pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai standar dalam profesi
akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1) Apa saja urgensi adanya standar dalam profesi akuntan?
2) Bagaimana penyusunan standar dalam profesi akuntan?
3) Apa konsekuensi terhadap pelanggaran standar dalam profesi akuntan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1) Mengetahui urgensi adanya standar dalam profesi akuntan.
2) Mengetahui bagaimana penyusunan standar dalam profesi akuntan.
3) Mengetahui konsekuensi terhadap pelanggaran standar dalam profesi akuntan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Adanya Standar Profesi Akuntan


Kode etik mengatur standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan akuntan.Standar mutu
ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan.Setelah mengalami
perubahan, maka tahun 1998 Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan delapan prinsip etika yang
berlaku bagi seluruh anggota IAI baik di pusat maupun di daerah.Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya
Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena bertujuan mencegah terjadinya
kecurangan (fraud) yang dilakukan akuntan.Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah
organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia –
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang
menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan publik. Agar dapat
menjadi akuntan yang baik, para akuntan harus mematuhi aturan-aturan dan persyaratan yang
dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang akuntan yang profesional.Dengan adanya kode
etik tersebut, para akuntan tidak hanya diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait
akuntansi.Namun, para akuntan juga dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan bermoral
terkait dengan pekerjaan.
Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu: (1) kode etik bermaksud melindungi masyarakat
dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja ataupun tidak disengaja dari
kaum profesional, (2) kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku
buruk orang-orang yang mengaku diri profesional.
Terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu :
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Enam Prinsip-prinsip Perilaku ProfesionalAmerican Institute Akuntan Public(AICPA):


1. Tanggung jawab: Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh
keluarga.
2. Kepentingan publik: Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam suatu
cara yang akan melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen pada profesionalisme.
3. Integritas: Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional dengan perasaan integritas tinggi.
4. Objektivitas dan Independesi: Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas
dari konflik penugasan dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5. Kecermatan dan keseksamaan: Anggota harus mengamati standar teknis dan standar
etik profesi.
6. Lingkup dan sifat jasa: Anggota dalam praktik publik harus mengamati Prinsip prinsip
Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

Lima Prinsip-prinsip Fundamental Etika International Federation of Accountants(IFAC) :


1. Integritas.
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis
dan profesionalnya.
2. Objektivitas.
Seorag akuntan profesional seharusnya tidak boleh   membiarkan    terjadinya bias, konflik
kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehinggamengesampingkan pertimbangan
bisnis dan profesional.
3. Kompetensi profesional dan kehati-hatian.
Seorang akuntan profesionalmempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan
keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk
menjaminseorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten
yangdidasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.Seorangakntan
profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional haus
bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesionaldan teknik yang berlaku
dalam memberikan jasa profesional.
4. Kerahasiaan.
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaaninformasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnisserta tidak boleh mengungapkan
informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izinyng enar dan spesifik, kecuali terdapat
kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
5. Perilaku Profesional.
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang
relevan dan harus menghindari tindakan yang dapatmendiskreditkan profesi.

Delapan Prinsip Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia


1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat.Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab
profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen
atas profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung
jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat,
dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan
terhadap kepentingan publik.Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional.Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya adalah suatu
kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain.Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.Anggota dalam praktek publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal
dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi.Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya
dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
dan teknik yang paling mutakhir.Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab
profesi kepada publik.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota
yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan


perundang-undangan yang relevan.Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan
sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan
publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.Tujuan
profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

2.2. Penyusunan Standar Dalam Profesi Akuntan.


Standar Profesional Akuntan Publik terdiri dari enam standar yaitu:
1. Standar Auditing.
2. Standar Atestasi.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review.
4. Standar Jasa Konsultasi.
5. Standar Pengendalian Mutu.
6. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
Kelima standar yang pertama merupakan standar teknis yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik., sedangkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan  Publik merupakan
aturan moral yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik. Keenam standar profesional
ini disusun untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan akuntan publik bagi  masyarakat.
Standar Auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis, yang terdiri dari
10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA) termasuk interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).Standar ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan
Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Standar Atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan
historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati).
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi
(PSAT), termasuk Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT). Standar ini mengikat
akuntan publik dan pelaksanaaannya bersifat wajib.
Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR), dan bersifat mengikat akuntan publik sehingga
pelaksanaannya wajib.
Standar Jasa Konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan publik dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan
Etika Kompertemen Akuntan Publik.

Hubungan Standar Atestasi dan Standar Auditing


Audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia merupakan satu di antara jasa atestasi yang disediakan KAP kepada
masyarakat. Dalam tahun-tahun terakhir ini, permintaan jasa atestasi oleh klien, lembaga
pemerintah, dan pihak lain telah meluas, tidak hanya terbatas pada audit atas laporan keuangan
historis, namun mencakup juga jasa profesi akuntan publik yang memberikan tingkat keyakinan
(level of assurance) di bawah tingkat keyakinan yang diberikan oleh auditor dalam audit atas
laporan keuangan historis.
STANDAR AUDITING
Terdiri dari  3 standar umum, 3 standar pekerjaan lapangan, dan 4 standar pelaporan.
1. Standar Umum
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang  memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
 Dalam semua hal yang berhubungan  dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus     
disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup oengujian yang akan dilakukan.
 Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai   
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
 Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistensian
penerapan  prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahea pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Penjelasan standar umum pertama yaitu: audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam
melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapat, auditor harus senantiasa
bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian
tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit.
Penjelasan standar umum kedua yaitu: dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karene ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang
dimiliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Penjelasan standar umum ketiga : Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar ini
menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran
profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional
yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.
Penjelasan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu: Pekerjaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan
audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas
entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain :
Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat  usaha entitas
tersebut..
 Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
 Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
 Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
 Pertimbangan awal tentang  tingkat materialitas untuk tujuan audit.
 Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
 Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
resiko kekeliruan atau kecurangan yang material  atau adanya transaksi  antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
 Sifat laporan laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan yang diserahkan ke
Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak
perjanjian).
Supervisi: Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di review untuk menentukan
apakah pekerjaan  tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus menilainya
apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.
Penjelasan standar pekerjaan lapangan kedua: Pemahaman memadai atas pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang dilakukan. Pengendalian intern adalah suatu proses yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan : keandalan laporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan  terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait yaitu :
1) Lingkungan pengendalian
2) Penaksiran risiko
3) Aktivitas pengendalian
4) Informasi dan komunikasi
5) Pemantauan
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman masing-masing dari lima
komponen pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan audit dengan melaksanakan
prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan suatu audit laporan
keuangan, dan apakah pengendalian tersebut dioperasikan. Dalam perencanaan audit,
pengetahuan tersebut digunakan untuk:
 Mengidentifikasi salah saji potensial.
 Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material
 Mendesain pengujian substantif.
Penjelasan  standar pekerjaan lapangan yang ketiga: Bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.Pernyataan
manajemen (asersi) yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 golongan yaitu: keberadaan atau keterjadian (exitence or occurrence),
kelengkapan (completeness), hak dan kewajiaban (right and obligation), penilaian (valuation),
dan Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).Didalam memperoleh bukti audit
yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan audit
spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut dengan mempertimbangkan kondisi khuisus entitas
termasuk sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang khas dalam industrinya.
Penjelasan standar pelaporan pertama menyatakan: Laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Pendapat auditor, bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan
atas pertimbangannya apakah :
1) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum di Indonesia.
2) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan
3) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat
mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya.
4) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci atau ringkas.
5) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas
yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
Penjelasan standar pelaporan kedua yaitu: laporan auditor harus menunjukkan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam pnyusunan laporan keuangan priode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan
keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi,
auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
Penjelasan standar pelaporan ketiga yaitu: Pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Penyajian
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup dimuatnya
pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup
bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta cataan atas laporan keuangan yang meliputi,
sebagai contoh, istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan
keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam
laporan keuangan. Auditor harus  mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu
yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat
audit.
Penjelasan standar pelaporan keempat yaitu: Laporan auditor harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
audit yang dilaksanakan, jika ada , dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Tujuan
standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab
yang harus dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

STANDAR ATESTASI
Standar ini berlaku pada akuntan publik yang melaksanakan suatu
perikatan atestasi.Suatu perikatan atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi
mengadakan perikatan untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan
tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain.
1. Standar Umum:
 Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
 Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang  praktisi atau lebih yang memiliki
pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
 Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk menyakinkan
dirinya bahwa dua kondisi berikut ini ada :
 Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen harus
dipertahankan oleh praktisi.
 Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan
perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
 Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang
dinyatakan dalam laporan.
3. Standar Pelaporan
 Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
 Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai 
dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat
pengukur.
 Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan
dan penyajian asersi.
 Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan
kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur
yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan
hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.

STANDAR JASA AKUNTANSI DAN REVIEW


Terdiri dari Kompilasi dan review atas laporan keuangan, pelaporan atas laporan
keuangan komparatif, Laporan kompilasi atas laporan keuangan yang dimasukkan dalam
formulir tertentu, komunikasi antara akuntan pendahulu dengan akuntan pengganti, pelaporan
atas laporan keuangan pribadi yang dimasukkan dalam rencana keuangan pribadi tertulis.
Kompilasi Dan Review Atas Laporan Keuangan
Pelaporan Atas Kompilasi Laporan Keuangan tanpa audit atau review oleh akuntan harus disertai
dengan suatu laporan akuntan yang menyatakan bahwa :
1) Kompilasi telah dilakukan sesuai denganstandar.
2) Kompilasi terbatas pada penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
merupakan representasi manajemen atau pemilik.
3) Laporan keuangan tidak diadit atau direview dan dengan demikian akuntan tidak
menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain apapun.
Pelaporan Akuntan mengenai hasil revuiew atas laporan keuangan, harus disertai dengan laporan
akuntan yang menyatakan bahwa :
1) Review dilaksanakan sesuai dengan Standar Jasa Akuntansi dan Review yang ditetapkan 
Ikatan Akuntan Indonesia.
2) Semua informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen
atau pemilik entitas tersebut.
3) Review terutama mencakup permintaan keterangan kepada para pejabat penting
perusahaan dan prosedur analitik yang diterapkan terhadap data keuangan.
4) Lingkup review jauh lebih sermpit dibandingkan dengan lingkup audit yang tujuannya
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, dan dengan
demikian tidak dinyatakan pendapat semacam itu dlalam suatu review.
5) Akuntan tidak mengetahui adanya suatu modifikasi material yang harus dilakukan atas
laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, selain dari perubahan, jika ada, yang telah diungkapkan dalam
laporan akuntan.
Pelaporan Atas Laporan Keuangan Komparatif
Laporan keuangan yang disusun oleh klien untuk beberapa periode yang tidak diaudit,
direview atau dikompilasi dapat disajikan di halaman terpisah dalam suatu dokumen yang juga
berisi laporan keuangan periode lain yang dilaporkan oleh akuntan.Laporan keuangan komparatif
adalah laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk kolom.

STANDAR JASA KONSULTASI


Jasa konsultasi adalah jasa profesional  yang disediakan dengan memadukan kemahiran
teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai proses
konsultasi, yang meliputi : Konsultasi, jasa pemberian saran profesional, jasa implementasi , jasa
transaksi, jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya dan jasa produk.
1. Standar Umum :
 Kecakapan Profesional
 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
 Perencanaan dan supervisi
 Data relevan yang memadai
2. Standar umum tambahan:
 Kepentingan klien : dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan klien 
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien dengan
tetap mempertahankan integritas  dan objektivitas.
 Kesepakatan dengan klien : Praktisi harus mencapai kesepakatan baik secara lisan
maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan sifat,
lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah kesepakatan tersebut
apabila terjadi perubahan signifikan selama masa perikatan.
 Komunikasi dengan klien : Praktisi harus menberitahu kliennya tentang adanya :
benturan  kepentingan, keraguan signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan manfaat
suatu perikatan dan temuan atau kejadian signifikan selama periode perikatan.

STANDAR PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK


Setiap Kantor Akuntan Publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan unsur-
unsur pengendalian mutu dan hal-hal yang terkait dengan implementasi secara efektif sistem
tersebut. Sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
profesional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu harus komprehensif dan harus dirancang
selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik KAP.
Unsur-unsur sistem pengendalian mutu :
1) Independensi
2) Penugasan personel
3) Konsultasi
4) Supervisi
5) Pemekerjaan (hiring)
6) Pengembangan profesional
7) Promosi
8) Penerimaan dan keberlanjutan klien
9) Inspeksi
Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu
Tujuan program review mutu IAI adalah untuk meningkatkan mutu kinerja anggota IAI
dalam perikatan  audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultasi. Tujuan program ini dicapai
melalui tindakan pendidikan dan perbaikan serta tindakan koreksi. Tujuan tersebut digunakan
untuk melayani kepentingan masyarakat umum dan sekaligus untuk meningkatkan arti 
pentingnya keanggotaan IAI.

ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK


Standar Umum
a) Kompetensi professional
b) Kecermatan dan keseksamaan profesional
c) Perencanaan dan supervisi
d) Data relevan yang memadai
Tanggung Jawab kepada Klien
1. Informasi Klien yang Rahasia
2. anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa
persetujuan klien
3. Fee Profesional
Besarnya fee dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas jasa
yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur
biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Tanggung Jawab kepada Rekan  Profesi
1. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perbuatan dan
perkataan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
2. Komunikasi Antar Akuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila akan
melakukan perikatan audit  menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun
buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang
berlainan . Akuntan publik pendahuli wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
3. Perikatan Atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan  perikatan atestasi yang jenis atestasi
dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dulu
ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
Tanggung Jawab dan Praktik Lain
1. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi.
2. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3. Komisi dan Fee Referal
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi. Fee referal
(rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama pnyedia jasa
profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
4. Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

2.3. Konsekuensi Terhadap Pelanggaran Standar dalam Profesi Akuntan


Dalam pelanggaran yang dilakukan oleh seorang akuntan publik dalam melakukan
jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat pelanggaran ringan
hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2018 hanya
dikenakan sanksi adminstratif, berupa : sanksi peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi
pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal 64 dan pasal 65.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumnya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran professionalisme akuntan
public.
Menurut kepala PPAJP (Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilaian) Kementrian
Keuangan, Langgeng subur adanya sanksi administratif pada RPP (Rancangan Peraturan
Pemerintah) mengacu pada UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik ketujuh sanksi tersebut
paling ringan berupa rekomendasi untuk menjalankan kewajiban tertentu hingga yang berbentuk
denda rokemendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu, jika AP melakukan pelanggaran
ringan sebagaimana ketentuan 13,17,19,25,27,32,34,35 UU no 5 tahun 2011dan melakukan
pelanggaran terhadap SPAP (Standar Profesi Akuntansi Publik) dan kode etik yang tidak
berpengaruh terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
Sanksi berikutnya berupa sanksi tertulis yang dikenakan pada pelanggaran sedang AP
dan KAP tersebut melanggar ketentuan pasal 4, 30 ayat (1) huruf a,b,f pasal 31 dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan namun
tidak signifikan.pengaruh terhadap laporan yang diterbitkan.Sanksi pembatasan pemberian jasa
kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti bank, pasar modal jika AP dan KAP melakukan
pelanggaran cukup berat. pelanggaran yang bermaksud, jika AP dan KAP melanggar SPAP dan
kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan.
Jenis sanksi keempat, pembatasan pemberian jasa tertentu AP atau KAP tersebut tidak
diperbolehkan memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan selama
24 bulan. bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan KAP tersebut
akan digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.
Sanksi kelima pembekuan ijin AP dan KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan
pelanggaran berat berupa pelanggaran ketentuan pasal 9,28,29,30 ayat 1 huruf c,e,g,h,i UU no 5
tahun 2011 tentang akuntan punlik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP serta kode etik
yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. sanksi pembekuan izin diberikan paling
banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal yang sama maka akan
dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.
Sanksi keenam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran sanagt
berat yaitu melanggar pasal 30 ayat 1 huruf d,j UU akuntan publik dan melakukan pelanggaran
SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan terhadap laporan yang diterbitkan.
Adapun sanksi denda telah berlaku lebih dahulu dengan dikeluarkannya PP no.1 tahun 2013
PNBP (pendapatan negara bukan pajak) dilingkungan kementrian keuangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas, bahwa kita dapat megetahui bahwa kode etik profesi
akuntansi sangat penting karena bertujuan mencegah terjadinya kecurangan (fraud) yang
dilakukan akuntan.Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan
Indonesia yang diakui pemerintah. Standar Profesional Akuntan Publik terdiri dari enam standar
yaitu:
1. Standar Auditing.
2. Standar Atestasi.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review.
4. Standar Jasa Konsultasi.
5. Standar Pengendalian Mutu.
6. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumnya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran professionalisme akuntan
public.

3.2. Saran
Akuntan tidak cukup mempunyai kompetensi yang tinggi, melainkan harus mempunyai
integritas dan beretika.dengan berintegritas dan beretika, seorang akuntan dapat memberikan
keyakinan dan pelayanan yang baik kepada pihak terkait. Akuntan juga dituntut untuk
independen, oleh karena itu independensi seorang akuntan harus dibekali dengan integritas, agar
masyarakat yakin akan kualitas seorang akuntan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bahtiar. 2002. “Akuntansi Pemerintahan”. Jakarta : Salemba Empat

Bastian, Indra. 2007. “Akuntansi Pendidikan”. Jakarta : Erlangga

IAPI. 2011. “Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik”.
Jakarta : Salemba Empat

https://www.google.com/amp/s/akuntansiterapan.com/2010/06/15/standar-profesional-akuntan-
publik/amp/

Anda mungkin juga menyukai