Kelompok 11 - TKI - Pernikahan Dan Pendidikan Keluarga Dalam Islam
Kelompok 11 - TKI - Pernikahan Dan Pendidikan Keluarga Dalam Islam
ISLAM
(Makalah)
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing :
Syaepul Manan, S. Pd., M. Pd.
Oleh :
Kelompok 11
Luthfiana Nurfauziah 181411082
Ririn Rismawati 181411088
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas
rahmat, nikmat, ridho, karunia, kasih sayang dan petunjuk-Nya mustahil makalah
yang berjudul Pernikahan Dan Pendidikan Keluarga Dalam Islam ini dapat
dirampungkan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
Rasulullah Saw. keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah ikut
serta membantu dalam penyusunan makalah ini. Bapak Syaepul Manan, S. Pd.,
M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
mengajarkan dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga makalah ini
dapat selesai pada waktunya, kepada orangtua kami yang telah membantu kami
baik secara moril maupun materil, kepada kawan-kawan seperjuangan yang telah
memberi kami inspirasi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
3. 1.................................................................................. Simpulan 32
iii
3. 2....................................................................................... Saran 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
KAJIAN TEORI
a. Menurut ahli ushul golongan Hanafi, nikah adalah setubuh dan arti
majazi (metaphoric) adalah akad yang dengannya menjadi halal
hubungan kelamin antara pria dan wanita.
b. Menurut ahli ushul golongan Syafi’i, nikah artinya akad yang dengannya
menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita.
c. Menurut Abdul Qasim Azzajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan sebagian
ahli ushul dari sahabat Abu Hanifah mengartikan nikah artinya antara
akad dan setubuh.
3
4
e. Hadist-Hadist
سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم يَأْ ُم ُر َ ( َك: َو َع ْنهُ قَا َل
ُ ان َر
َ َع ِن التَّبَتُّ ِل نَ ْهيًا َويَ ْن َهى, بِا ْلبَا َء ِة
تَ َز َّو ُجوا: َويَقُو ُل , ش ِدي ًدا
6
ُ َر َواه ) اَ ْل َودُو َد اَ ْل َولُو َد إِنِّي ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم اَأْل َ ْنبِيَا َء يَ ْو َم اَ ْلقِيَا َم ِة
ان َ َو, أَ ْح َم ُد
َ َّص َّح َحهُ اِ ْبنُ ِحب
Artinya : Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga dan
sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: "Nikahilah
perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang
banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat."
Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
ُ
م َ م اأْل
َ م ُ فَإِنِّي،َجوْا الْوَدُوْد َ الْوَلُوْد
ُ ُ مكَاث ِ ٌر بِك ُ َّت َ َزو
Artinya : Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur,
karena (pada hari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah
kalian di hadapan umat-umat yang lain.”
a. Wajib
b. Sunnah
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. [Q.S. An-
Nisa (4) : 3]
c. Makruh
Makruh kawin bagi seorang yang lemah syahwat dan tidak mampu
memberi belanja istrinya. Juga makruh hukumnya jika karena lemah
syahwat itu ia berhenti dari melakukan sesuatu ibadah atau menuntut
sesuatu ilmu.
d. Mubah
e. Haram
Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam
rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk sholat atau menurut
islam calon pengantin laki-laki/perempuan itu harus beragama islam.
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu bermaksud dalam
rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu’ dan takbiratul
ihram untuk shalat.
ُ َ فَنِك،ن وَلِيْهَا
حهَا ِ ِت بِغَيْرِ اذ
ْ ح
َ ِ م َرأةِ نُك
ْ ما اَ ُّ اي
لٌ ِ بَاط .لٌ ِ بَاط
Artinya : “ Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka
nikahnya batal… batal.. batal.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan Ibnu
Majah)
1) Adil
2) Beragama Islam
3) Baligh
4) Lelaki
5) Merdeka
6) Tidak fasik, kafir, atau murtad
7) Bukan dalam ihram haji atau umrah
8) Waras (tidak cacat pikiran dan akal)
9) Dengan kerelaan sendiri
13
d. Saksi
1) Dua laki-laki, atau satu laki-laki dan dua wanita.
2) Muslim.
3) Baligh ( dewasa).
4) Berakal.
5) Mendengar dan mengerti maksud nikah.
b) Kerelaan dan persetujuan. Kerelaan dari calon suami dan wali jelas dapat
di lihat dari tindakan dan ucapannya, sedangkan kerelaan calon istri,
mengingat wanita mempunyai ekspresi kejiwaan yang berbeda dengan
pria, dapat dilihat dari sikapnya.
15
kalian. Dan tidak mengapa apabila kalian telah saling rela sesudah
terjadinya kesepakatan. Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui Maha
Bijaksana.” [Q.S.An-Nisaa (4) : 24]
e) Ada juga cara lain selain di atas, yaitu ketika orang-orang berkumpul,
kemudian mereka menemui kaum wanita pelacur, di mana kaum wanita
itu tidak menolak orang yang datang kepadanya. Wanita-wanita pelacur
22
a) Hubungan yang tidak direstui oleh orang tua kedua pihak atau salah
satu pihak.
e) Pasangan memang tidak tahu dan tidak mau tahu prosedur hukum.
a) Hak suami atas istri (yaitu kewajiban yang harus dipenuhi istri kepada
suaminya)
3) Taat dan patuh pada suami selama suami tidak menyuruhnya untuk
melakukan perbuatan maksiat.
b) Hak istri atas suami (yaitu hak istri yang harus dipenuhi oleh suami)
c) Kewajiban suami
d) Kewajiban istri
d) sayang yakni yang berkaitan dengan hal – hal yang bersifat kerohaniaan.
istana kehidupan rumah tangga). Menurut rauf syalabi dalam ad da’wun al-
islamiyah fi’ahdina al-madani langkah pertama yang ditempuh dalam
mencegah munculnya masalah dalam kehidupan rumah tangga adalah
menasehati suami untuk memperlakukan isterinya dengan baik dan
selayaknya. Serta tidak tergesa gesa dan menjatuhkan keputusan cerai. Allah
swt berfirman” ..... Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
menyukai sesuatu, padahal allah menjadikannya kebaikan yang banyak”. (qs.
An-nisa [4]:19)
d) Menjaga dan melindungi rahasia keluarga dari orang orang sebab islam
tidak mengizinkan orang mengungkap rahasia rumah tangganya.
6) Ada jaminan bahwa semua itu akan berlaku adil terhadap istri-istri
dan anak-anaknya.
1) Cerai Hidup atau disebut cerai benci adalah perceraian yang terjadi
sewaktu suami istri masih hidup. Ini bisa terjadi karena inisiati suami
atau istri , permintaan suami atau istri , salah satu pihak berzina atau
menjadi pemabuk , salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama
2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang
sah, salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau
hukumanya yang lebih berat lagi, salah satu pihak melakukan
penganiayaan , salah satu pihak mendapat cacat badan yang tidak
dapat disembuhkan, antara suami dan istri terjadi perselisihan secara
terus-menerus.
2) Cerai mati adalah cerai karena salah satu dari suami ada yang
meninggal.
d) Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina. Jika terbukti
benar istri akan dihukum rajam.
e) Ila’ adalah sumpah suami yang tidak akan meniduri istrinya selama
empat bulan atau lebih atau dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
f) ‘Iddah adalah masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai
dari suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laiki-laki lain.
h) Talak
29
Macam-macam Talak :
3) Talak biasa
i) Perjanjian pernikahan
3) Disamping ketentuan dipoin pertama dan kedua diatas, boleh juga isi
perjanjian itu menetapkan kewenanggan masing-masing untuk
mengadakan ikatan hipotik atas harta pribadi dan harta bersama atau
harta syarikat.
Kenyataan yang ada selama ini menujukkkan gejala tidak baik, ditandai
merosotnya moral sebagian kawula muda dalam pergaulan.
.
32
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3. 1 Simpulan
Pernikahan menurut Islam adalah menyatukan laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga,
yang diliputi ketentraman, kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah
SWT. Tujuan pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi hajat naluri
manusia, sesuai petunjuk agama dalam rangka mewujudkan keluarga
harmonis, sejahtera, bahagia lahir batin, berdasar cinta kasih, dan kasih
sayang. Pernikahan yang didasari karena ingin mendapatkan keridhoan dari
Allah akan menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Kendatipun perkawinan dikehendaki berlangsung seumur hidup.
Namun, menurut hukum Islam perceraian dapat saja terjadi. Baik cerai
hidup atau cerai mati. Yang dimaksud cerai hidup adalah perceraian yang
terjadi sewaktu suami isteri masih hidup. Kemudian yang disebut cerai mati
adalah perceraian yang terjadi karena salah seorang suami atau isteri
meninggal dunia. Jika terjadi demikian , timbullah masalah kewarisan yaitu
masalah yang berhubungan dengan peralihan hak atas benda seorang yang
meninggal dunia kepada ahli warisnya. Ini telah mengikutsertakan
kewarisan Islam, yang merupakan kelanjutan sistem perkawinan Islam dan
merupakan bagian hukum keluarga.
3. 2 Saran
Dengan adanya pernikahan diharapkan dapat membentuk keluarga
yang sakinah, mawaddah dan warahmah, dunia dan akhirat. Pernikahan
menjadi wadah bagi pendidikan dan pembentukan manusia baru yang
kedepannya diharapkan mempunyai kehidupan dan masa depan yang lebih
baik. Pengetahuan mengenai pernikahan sudah cukup penting untuk
diketahui karena pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan
32
33
34