Anda di halaman 1dari 3

Persoalan Dialektika, Idealisme Manusia

Alam semesta yang merupakan representasi dari Dunia, tempat dimana


terhampar daratan dan lautan serta makhluk hidup lainnya. Terciptanya berbagai
macam persoalan dialektika yang terjadi disetiap zaman dan tentunya memiliki
objek yang berbeda-beda. Memahami dialektika tentu tak akan lupa dengan
pencipta gagasan tersebut, yang sampai saat ini dikenal sebagai tokoh filsafat asal
Jerman yaitu, George Wilhelm Hegel. Merumuskan suatu konsep tentang Tesis,
Antitesis, dan Sintesis yang saat ini dikenal sebagai dialektika.
Jika membahas segala macam persoalan dialektika, tentu tak akan bisa karena
manusia terbatas oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu pada persoalan dialektika
ini menjerumuskan pada pembahasan objek hakikat yang dimiliki oleh manusia.
Hakikat seperti apa yang dimiliki manusia ?
Manusia merupakan makhluk yang tercipta dengan segala kesempurnaan
dengan firman Allah swt. Eksistensi sebagai manusia tentu diakui oleh setiap
makhluk yang ada dan Maha Pencipta. Jika tidak, maka kita belum tentu diakui
sebagai manusia, mungkin bisa hal yang lain. Sebagai contoh, ketika ada manusia
meninggal. Tentu eksistensi akan memudar dan menghilang sebagai manusia dan
akan tereksistensi sebagai mayat. Setelah memahami sedikit tentang eksistensi
manusia, barulah kita melangkah lebih jauh tentang hakikat yang dimiliki manusia
yaitu hawa dan nafsu.
Pada umumnya setiap orang akan beranggapan bahwa sanya, hawa dan nafsu
itu adalah hal yang sama. Menganggap setiap perbuatan buruk atau negatif
dihasilkan karena hawa dan nafsu kita. Namun, sebenarnya secara harfiah kedua
kata itu memiliki arti yang berbeda. Hawa ialah keinginan, hasrat, atau kehendak
akan rasa cinta terhadap tiga objek yaitu harta, tahta, dan wanita. Sedangkan nafsu
ialah jiwa atau diri manusia yang terdapat dalam ruh manusia yang memiliki sifat
kemuliaan. Oleh karena itu kita harus lebih bijak dalam memahami hakikat yang
dimiliki oleh manusia. Langkah berikut setelah memahami antara hawa dan nafsu,
mencari berbagai macam dampak yang terjadi diantara keduanya, barulah
memulai persoalan dialektika tersebut.
Mulailah dengan hawa, suatu keinginan, hasrat, kehendak untuk mendapatkan
segalanya, tentu pasti dimiliki oleh setiap manusia. Dari hawa ini lah akhirnya
tercipta suatu paham yang dimiliki manusia yaitu, egosentrisme. Suatu paham
yang pada umumnya dimiliki oleh setiap manusia untuk menjadikan diri sebagai
pusat utama, saya menyebut ini adalah naluri manusia. Setelah tercipta atau
terbentuk paham ini, barulah merangkak menjadi sebuah ideologi yang dimiliki
oleh setiap manusia.
Setelah membahas hawa, tentu tak akan terlupa dengan pembahasan nafsu,
karena nafsu ini juga berperan penting terhadap persoalan dialektika yang akan
kita bahas. Nafsu yang memiliki definisi, jiwa atas diri yang terdapat pada ruh
manusia yang memiliki sifat kemuliaan. Oleh karena itu, sejatinya nafsu ialah hal-
hal positif yang dimiliki manusia, maka tak heran kita manusia disebut sebagai
makhluk yang sempurna diantara makhluk lainnya. Bahkan Nabi Muhammad Saw
pernah bersabda bahwa, derajat manusia bisa lebih tinggi dari malaikat atau lebih
rendah dibandingkan jin atau iblis. Semua tentu tergantung penguasaan hawa dan
nafsu kita.
Dari pembahasan hawa dan nafsu terjadi persoalan dialektika, yang saya gagas
untuk memahami identitas kita sebagai manusia. Sebagai pengantar, seorang
Tokoh Nasional Tan Malaka pernah menuliskan suatu quotes yaitu, “ Idealisme
adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda “. Dari sinilah
persoalan dialektika dimunculkan yaitu antara Tesis Nafsu, Antitesis Hawa, dan
Sintesis Idealisme. Mengapa pada quotes itu idealisme hanya dimiliki oleh
pemuda, saya berasumsi karena perbandingan antara hawa dan nafsu yang
dimiliki oleh pemuda tersebut berbanding lebih besar nafsu dari pada hawa.
Sebaliknya pada orang tua, pada umumnya sudah pudar idealisme yang
diyakininya pada saat muda, oleh karena itu kembali saya berasumsi perbandingan
antara hawa dan nafsu lebih besar hawanya yang menyebabkan lebih memilih 3
hal yang pernah diutarakan diatas yaitu, harta, tahta, dan wanita.
Dari pembahasan persoalan dialektika, idealisme manusia. Tentu kita harus
lebih bijak dalam menyikapi segala perbuatan kita tentang hawa dan nafsu kita,
yang nantinya akan berdampak pada idealisme yang bakal kita yakini. Jadilah
seorang pemuda yang selalu berjuang untuk negara dan murni karena Tuhan yang
MahaEsa. Karena bagi saya pemuda itu sebuah sebutan untuk manusia yang girah
dan peka terhadap fenomena keadaan sosial yang sudah tidak keberpihakan
terhadap kebenaran, pemuda juga tidak terikat dengan umur, karena itu selama
kita tereksistensi sebagai manusia kita dapat layak disebut sebagai pemuda.

Anda mungkin juga menyukai