0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan3 halaman
Persoalan dialektika antara hawa dan nafsu manusia, yang dapat menghasilkan idealisme atau materialisme. Hawa adalah keinginan akan harta, tahta, dan wanita, sedangkan nafsu adalah sifat mulia dalam diri manusia. Pada pemuda, nafsu lebih besar sehingga mampu idealis, berbeda dengan orang tua yang cenderung materialis karena pengaruh hawa.
Persoalan dialektika antara hawa dan nafsu manusia, yang dapat menghasilkan idealisme atau materialisme. Hawa adalah keinginan akan harta, tahta, dan wanita, sedangkan nafsu adalah sifat mulia dalam diri manusia. Pada pemuda, nafsu lebih besar sehingga mampu idealis, berbeda dengan orang tua yang cenderung materialis karena pengaruh hawa.
Persoalan dialektika antara hawa dan nafsu manusia, yang dapat menghasilkan idealisme atau materialisme. Hawa adalah keinginan akan harta, tahta, dan wanita, sedangkan nafsu adalah sifat mulia dalam diri manusia. Pada pemuda, nafsu lebih besar sehingga mampu idealis, berbeda dengan orang tua yang cenderung materialis karena pengaruh hawa.
Alam semesta yang merupakan representasi dari Dunia, tempat dimana
terhampar daratan dan lautan serta makhluk hidup lainnya. Terciptanya berbagai macam persoalan dialektika yang terjadi disetiap zaman dan tentunya memiliki objek yang berbeda-beda. Memahami dialektika tentu tak akan lupa dengan pencipta gagasan tersebut, yang sampai saat ini dikenal sebagai tokoh filsafat asal Jerman yaitu, George Wilhelm Hegel. Merumuskan suatu konsep tentang Tesis, Antitesis, dan Sintesis yang saat ini dikenal sebagai dialektika. Jika membahas segala macam persoalan dialektika, tentu tak akan bisa karena manusia terbatas oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu pada persoalan dialektika ini menjerumuskan pada pembahasan objek hakikat yang dimiliki oleh manusia. Hakikat seperti apa yang dimiliki manusia ? Manusia merupakan makhluk yang tercipta dengan segala kesempurnaan dengan firman Allah swt. Eksistensi sebagai manusia tentu diakui oleh setiap makhluk yang ada dan Maha Pencipta. Jika tidak, maka kita belum tentu diakui sebagai manusia, mungkin bisa hal yang lain. Sebagai contoh, ketika ada manusia meninggal. Tentu eksistensi akan memudar dan menghilang sebagai manusia dan akan tereksistensi sebagai mayat. Setelah memahami sedikit tentang eksistensi manusia, barulah kita melangkah lebih jauh tentang hakikat yang dimiliki manusia yaitu hawa dan nafsu. Pada umumnya setiap orang akan beranggapan bahwa sanya, hawa dan nafsu itu adalah hal yang sama. Menganggap setiap perbuatan buruk atau negatif dihasilkan karena hawa dan nafsu kita. Namun, sebenarnya secara harfiah kedua kata itu memiliki arti yang berbeda. Hawa ialah keinginan, hasrat, atau kehendak akan rasa cinta terhadap tiga objek yaitu harta, tahta, dan wanita. Sedangkan nafsu ialah jiwa atau diri manusia yang terdapat dalam ruh manusia yang memiliki sifat kemuliaan. Oleh karena itu kita harus lebih bijak dalam memahami hakikat yang dimiliki oleh manusia. Langkah berikut setelah memahami antara hawa dan nafsu, mencari berbagai macam dampak yang terjadi diantara keduanya, barulah memulai persoalan dialektika tersebut. Mulailah dengan hawa, suatu keinginan, hasrat, kehendak untuk mendapatkan segalanya, tentu pasti dimiliki oleh setiap manusia. Dari hawa ini lah akhirnya tercipta suatu paham yang dimiliki manusia yaitu, egosentrisme. Suatu paham yang pada umumnya dimiliki oleh setiap manusia untuk menjadikan diri sebagai pusat utama, saya menyebut ini adalah naluri manusia. Setelah tercipta atau terbentuk paham ini, barulah merangkak menjadi sebuah ideologi yang dimiliki oleh setiap manusia. Setelah membahas hawa, tentu tak akan terlupa dengan pembahasan nafsu, karena nafsu ini juga berperan penting terhadap persoalan dialektika yang akan kita bahas. Nafsu yang memiliki definisi, jiwa atas diri yang terdapat pada ruh manusia yang memiliki sifat kemuliaan. Oleh karena itu, sejatinya nafsu ialah hal- hal positif yang dimiliki manusia, maka tak heran kita manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk lainnya. Bahkan Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa, derajat manusia bisa lebih tinggi dari malaikat atau lebih rendah dibandingkan jin atau iblis. Semua tentu tergantung penguasaan hawa dan nafsu kita. Dari pembahasan hawa dan nafsu terjadi persoalan dialektika, yang saya gagas untuk memahami identitas kita sebagai manusia. Sebagai pengantar, seorang Tokoh Nasional Tan Malaka pernah menuliskan suatu quotes yaitu, “ Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda “. Dari sinilah persoalan dialektika dimunculkan yaitu antara Tesis Nafsu, Antitesis Hawa, dan Sintesis Idealisme. Mengapa pada quotes itu idealisme hanya dimiliki oleh pemuda, saya berasumsi karena perbandingan antara hawa dan nafsu yang dimiliki oleh pemuda tersebut berbanding lebih besar nafsu dari pada hawa. Sebaliknya pada orang tua, pada umumnya sudah pudar idealisme yang diyakininya pada saat muda, oleh karena itu kembali saya berasumsi perbandingan antara hawa dan nafsu lebih besar hawanya yang menyebabkan lebih memilih 3 hal yang pernah diutarakan diatas yaitu, harta, tahta, dan wanita. Dari pembahasan persoalan dialektika, idealisme manusia. Tentu kita harus lebih bijak dalam menyikapi segala perbuatan kita tentang hawa dan nafsu kita, yang nantinya akan berdampak pada idealisme yang bakal kita yakini. Jadilah seorang pemuda yang selalu berjuang untuk negara dan murni karena Tuhan yang MahaEsa. Karena bagi saya pemuda itu sebuah sebutan untuk manusia yang girah dan peka terhadap fenomena keadaan sosial yang sudah tidak keberpihakan terhadap kebenaran, pemuda juga tidak terikat dengan umur, karena itu selama kita tereksistensi sebagai manusia kita dapat layak disebut sebagai pemuda.