Disusun Oleh :
LAILIS SAFITRI
NIM: 62019040032
3. TANDA GEJALA
a. Gejala Umum
1) Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium
Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
b. Gejala lain yang sering dijumpai
1) Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah,
sedangkan dahak adalah hasil dari membran submukosa yang
terus memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan benda
saing.
2) Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah,
akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis.
3) Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang
paru akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat
terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk
yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena
kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan
demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien
berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada
malam hari.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
4. PATOFISIOLOGI
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan
atau dibatukkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari
sampai berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat
akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromililiter.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sednagkan
limfosit (biasanya sel T) adalah immuniresponsifnya. Tipe imunitas seperti
ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensifitas (lambat).
Basil tuberkuel yang mencapai permukaan alveolus biasnya
diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang
besar cenderung tertahan di hidung dan cabang bronkus dan tida
menyebabkan penyakit. Setelah berada diruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak di daerah tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama
leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ads sisa atau
proes akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini
butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti
keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epitelidon
dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan paru yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
keompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi di daerah nekrosis
adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepas dari dinding kavitas
akan masuk kedlam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga
tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada
organ lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang biasnya
sembuh sendiri. Penyebabnya hematogen biasnya merupakan fenomena
akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
5. PATHWAY
Mycobacterium menetap/dormant
Membentuk sarang TB
Batuk darah
BB Menurun
Resiko kerusakan
pertukaran gas
b. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya
produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan
finansial.
c. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Kaji fungsi pernapasan
tidak efektif keperawatan, Pola nafas pasien contoh : Bunyi nafas,
berhubungan dengan efektif dengan kecepatan, irama, kedalaman
sekret kental atau KH: dan penggunaan otot
sekret darah, Mendemonstrasikan batuk efektif aksesori
kelemahan, upaya dan suara nafas yang bersih, tidak Catat kemampuan untuk
batuk buruk, edema ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan mukosa / batuk
trakeal/faringeal. mengeluarkan sputum, mampu efektif : catat karakter, jumlah
bernafas dengan mudah, tidak ada sputum, adanya emoptisis
pursed lips) Berikan pasien posisi semi
Menunjukkan jalan nafas yang atau fowler tinggi. Bantu
paten (klien tidak merasa tercekik, pasien untuk batuk dan
irama nafas, frekuensi pernafasan latihan napas dalam
dalam rentang normal, tidak ada Bersihkan sekret dari mulut
suara nafas abnormal) dan trakea : penghisapan
Tanda Tanda vital dalam rentang sesuai keperluan
normal (tekanan darah, nadi, Kolaborasi dengan tim medis
pernafasan) dalam pemberian obat-obatan
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitor TTV
pertukaran gas keperawatan, Pertukaran gas Kaji adanya gangguan bunyi
berhubungan kembali normal atau pola nafas
dengan KH: Tingkatkan tirah baring/batasi
berkurangnya Permukaan paru kembali aktivitas
keefektifan efektif Kolaborasi : berikan
permukaan paru, Penurunan dispneu tambahan oksigen yang
atelektasis, BB meningkat sesuai
kerusakan membran
alveolar kapiler,
sekret yang kental,
edema bronchial.
DAFTAR PUSTAKA
Izzati, A., Basyar, M., & Nazar, J. 2015. Faktor Resiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.