Anda di halaman 1dari 10

Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2016.19.3.299

PANGHAMBATAN BAKTERI PATOGEN


PADA IKAN SEGAR YANG DIAPLIKASI Caulerpa lentillifera

The Inhibitor Pathogen Bacteria’s


of Sea Grape Caulerpa lentillifera Applies on Fresh Fish

Alfonsina M.Tapotubun*, Imelda K.E. Savitri, Theodora E.A.A. Matrutty


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura,
Kampus Unpatti – Poka, Jalan. Mr. Chr. Soplanit Poka 97233 Ambon Maluku
Telepon (0911) 3825060; Faks. (0911) 3825061
*Korespondensi: am.tapotubun@gmail.com
Diterima: 21 September 2016/ Review: 09 November 2016/ Disetujui: 15 Desember 2016

Cara sitasi: Tapotubun AM, Savitri IKE, Matrutty TEAA. 2016. Penghambatan bakteri patogen pada ikan
segar yang diaplikasi Caulerpa lentillifera. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19(3): 299-308.

Abstrak
Kontaminasi bakteri patogen pada ikan segar dapat terjadi selama periode pascapanen hingga sesaat
sebelum konsumsi, dan dapat menyebabkan penyakit. Salah satu cara sederhana dan aman untuk menjaga
keamanan pangan ikan segar adalah dengan memanfaatkan rumput laut Caulerpa letillifera untuk menekan
aktivitas bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan mempelajari kemampuan anggur laut (C. lentillifera)
untuk menghambat keberadaan bakteri patogen Escherichia coli, Vibrio cholerae dan Salmonella sp. pada
ikan segar selama penyimpanan dengan suhu ruang dan pengesan. Metode yang digunakan adalah metode
percobaan laboratorium yaitu aplikasi hancuran anggur laut dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% pada
ikan Selar crumenopthalmus segar selama penyimpanan 1, 2 dan 3 hari pada suhu suhu ruang dan suhu
es. Caulerpa lentillifera yang diaplikasikan memperlihatkan kemampuan menghambat aktivitas kelompok
bakteri coliform dan Eshcerichia coli pada ikan Selar crumenopthalmus segar hingga 2 x 24 jam pada suhu
ruang dan 3 x 24 pada suhu es. Bakteri Salmonella sp. dan Vibrio cholerae tidak terdeteksi pertumbuhannya
selama periode penyimpanan. Konsentrasi anggur laut segar 10 % cukup efektif diaplikasikan pada ikan
segar untuk menghambat aktivitas Escherichia coli selama 2 x 24 jam pada suhu ruang dan 3 x 24 jam pada
suhu es, dan mencegah keberadaan Vibrio cholerae dan Salmonella sp. selama penyimpanan.

Kata kunci: Escherichia coli, keamanan pangan, rumput laut, Salmonella sp., Vibrio cholerae

Abstract
Contamination of pathogen bacteries at the fresh fish may occur during the post harvesting to the
consuming period, and endanger human health. One of simple and safe way to protect secureness of fresh
fish food is the use of Caulerpa lentillifera to push down pathogen bacteries activity. The aims of this research
to investigate lability of sea grape (Caulerpa lentillifera) against the activity of pathogen bacteries Escherichia
coli, Vibrio cholerae and Salmonella sp., in fresh fish, during storage phase, at ambient and ice temperatures.
Method used in this research is experimental laboratories method, that is, 10%, 20% and 30% blended sea
grapes applied on fresh fishes, Selar crumenopthalmus during storage of 1, 2 and 3 days at ambient and ice
temperatures. All the applied of blended of Caulerpa lentillifera, shows the ability to obstruct the activity
of bactery group coliform and Escherichia coli on fresh fish Selar crumenopthalmus up to 2x 24 hours, at
ambient temperature, and 3x24 hours at ice temperature. During storage period, the occurance and grows of
Salmonella sp. and Vibrio cholerae bacteries is undetected. Fresh sea grapes concentration of 10% is sufficient
to be applied on fresh fish to obstruct the activity of pathogen bacteries Escherichia coli during storage time
of 2 x 24 hours at room temperature, and 3 x 24 hours at ice temperature, and to block the occurance of
Vibrio cholerae and Salmonella sp. during storage period. .

Keywords : Escherichia coli, food safety, Salmonella sp., seaweed, Vibrio cholerae

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 299


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

PENDAHULUAN pangan telah dilakukan dan menjadi perhatian


Ikan merupakan sumber protein hewani berbagai kalangan termasuk pemerintah.
yang baik dengan nilai biologis yang tinggi Husni et al. (2015) menggunakan ekstrak
namun memiliki aktivitas air (Aw) yang tinggi etanol rumput laut Padina sp. pada ikan
sehingga bakteri dengan mudah berkembang kembung segar memperlihatkan nilai TPC
biak. Hal ini terjadi bukan hanya pada layak konsumsi sesuai SNI hanya hingga
bakteri yang secara alami terdapat pada ikan penyimpanan jam ke-6. Hasil penelitian
(terkonsentrasi pada isi perut, insang dan Prasetiawan et al. (2013) memperlihatkan nilai
kulit), namun juga pada bakteri yang berasal TPC ikan tongkol segar dengan penambahan
dari sumber lain yang mengkontaminasi ikan quercetin berada pada kisaran log 5 CFU/G
tersebut termasuk bakteri patogen. hingga log 8 CFU/G. Penambahan 1%
Bagi nelayan dan pedagang ikan, senyawa quercetin dari tanaman dapat
penggunaan es untuk mempertahankan mutu menjaga keamanan daging ikan (berdasarkan
dan kesegaran ikan merupakan beban biaya kadar histamin) selama penyimpanan suhu
yang tinggi sehingga mendorong beberapa ruang hingga 20 jam. Sabono (2015) mencoba
pihak menggunakan bahan pengawet aplikasi hancuran rumput laut Caulerpa sp.
formalin. Penggunaan formalin (pengawet pada ikan segar, dapat menekan pertumbuhan
non pangan) untuk menjaga kesegaran dan bakteri dan layak dikonsumsi sesuai SNI
daya awet bahan pangan karena haganya hingga 48 jam penyimpanan pada suhu kamar
murah, pengerjaannya mudah dan tidak dengan nilai TPC log 2,7 CFU/G (24 jam)
memperlihatkan ciri-ciri spesifik sehingga dan log 3,7 CFU/G (48 jam). Hal ini berarti
tidak dapat diketahui oleh konsumen namun Caulerpa memiliki potensi menekan aktivitas
sangat berbahaya bagi kesehatan (Tapotubun bakteri yang lebih tinggi namun aplikasinya
2011). Saat ini penggunaan pengawet secara langsung untuk menghambat bakteri
yang tidak sesuai masih sering terjadi patogen pada ikan belum pernah dilakukan.
tanpa mempertimbangkan dampak yang Bakteri patogen dapat dengan mudah
ditimbulkan terhadap kesehatan konsumen mengkontaminasi ikan selama penyimpanan
(Hiariej dan Lekahena 2015). dan distribusi dan dapat menyebabkan
Anggur laut Caulerpa spp. adalah penyakit bagi yang mengkonsumsinya
salah satu jenis rumput laut dari kelompok (Dwiyitno 2010). Escherichia coli, Salmonella
Cholorophyta yang tumbuh subur sebagai sp. dan Vibrio cholerae merupakan bakteri
spesies endemik di Kepulauan Kei Maluku patogen yang ditetapkan sebagai syarat
sepanjang tahun dan dikenal dengan keamanan pangan ikan segar dalam Standar
sebutan “lat”. Caulerpa selain dimanfaatkan Nasional Indonesia (BSN 2006a). Sejauh ini
sebagai makanan kesehatan (Siregar dkk. laporan tentang aktivitas Caulerpa terhadap
2012; Etcherla and Rao 2014), mengandung bakteri patogen pada ikan masih tergolong
senyawa bioaktif (Blunt et al. 2016; Shannon kurang (Zainuddin dan Malina 2009;
dan Abu-Ghannam 2016; Abdel-Raouf et al. Bansemir et al. 2006; Choudhury et al. 2005).
2010; Bhadury and Wright 2004,) dan dapat Salah satu cara sederhana yang dapat
berfungsi sebagai antibakteri (Sabirin 2015; dilakukan untuk menjaga keamanan pangan
Zamzami et al. 2015, Chandrasekaran 2014; ikan segar adalah dengan memanfaatkan
Etcherla and Rao 2014; Salem and Nasr El- rumput laut C. lentillifera untuk menekan
deen 2011; Singkoh 2011,), antijamur (Etcherla aktivitas bakteri patogen. Penelitian ini
and Rao 2014) antitumor, antioksidan (Devi bertujuan mempelajari penggunaan Caulerpa
et al. 2011; Santoso et al. 2010) dan produk lentillifera untuk menghambat keberadaan
farmasi (Al-Saif et al. 2013; Salem et al. 2011; bakteri patogen Escherichia coli, Vibrio
Eluvakkal et al. 2010; Manilal et al. 2010; cholerae dan Salmonella sp. pada ikan selar
Tuney et al. 2006). segar selama penyimpanan pada suhu ruang
Penelitian menggunakan bahan alam dan suhu pengesan.
untuk mempertahankan mutu dan keamanan

300 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

BAHAN DAN METODE es curai dengan perbandingan terhadap ikan


Bahan dan Alat 2:1 dan pergantian es dilakukan setiap 24 jam.
Bahan yang digunakan dalam penelitian Analisis bakteri patogen Escherichia coli SNI
ini adalah ikan Selar crumenopthalmus segar 01-2332.1-2006 (BSN. 2006b), Salmonella SNI
yang dibeli dari nelayan desa Hative Besar 01-2332.2-2006 (BSN. 2006c), Vibrio cholerae
Kota Ambon, Caulerpa lentillifera segar dari SNI 01-2332.4-2006 (BSN. 2006d).
perairan Desa Letman Kabupaten Maluku
Tenggara, es curai dan media untuk analisis Analisis Escherichia coli (BSN.
bakteri patogen yaitu Buterffield Phosphate 2006b)
Buffered (Merc), Plate Count Agar (Difco), Timbang 25 g daging ikan, lumatkan dan
Laktosa Broth (Merc), Tetrathionate Base dimasukan ke dalam kantong plastik steril
Broth (Difco), Hektoen Enterik (Difco), yang berisi 225 larutan BFP, aduk dengan
Bismuth Sulfate Agar (Difco), Xylose Lysine stomacher lalu buat pengenceran. Masukan
Desoxycholate (Difco), Triple Sugar Iron 1 ml larutan tiap pengenceran ke dalam 3
Agar (Difco), Lysine Iron Agar (Difco), Urea seri tabung larutan LTB yang berisi tabung
Broth (Difco), Simmon Citrate Agar (Difco), durham dan inkubasi (pendugaan Coliform).
Lactose (Difco), Tryptose Broth (Difco), M-R Inokulasi tabung LTB positif ke tabung BGLB
Up (Difco), Lauryl Tryptose Broth (Difco), Broth yang berisi tabung durham dengan
Levine’s Eosin Methylene Blue Agar (BDBBL), menggunakan jarum ose lalu inkubasi selama
Brillian Green Lactose Bile Broth (Difco), 48 jam pada suhu 35oC±1oC. Inokulasikan dari
MR-VP Medium (Difco), EC Medium setiap tabung LTB positif ke tabung-tabung
(Difco), Brillian Green Lactose Blue Agar EC Broth yang berisi tabung durham dengan
(Difco), TCBA(Difco), TSA (Difco), NaCl (K menggunakan jarum ose dan inkubasi dalam
45005604342), KIA (BDBBL). waterbath selama 48 jam±2 jam pada suhu
Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan 45oC±0,5oC (penegasan Coliform). Tentukan
Ohause (ARB 120), thermocouple (tipe 52 II), nilai APM/G faecal Coliform berdasarkan
stomacher (serial no.050716015), autoclave jumlah tabung-tabung EC yang positif. Ambil
(HL 36 A), inkubator (IMB 500), oven (UM 1 jarum ose larutan pada EC positif dan
400), lemari pendingin (G55-388), vortex (F goreskan pada media LEMB agar dan inkubasi
202A0175), cawan petri (pyrex), erlenmeyer selama 24 jam pada suhu 35oC±1oC. Ambil
(pyrex), pipet (A EX 20OC), pipet (boy accu lebih dari 1 koloni (typical) Escherichia coli
jet 01J16302). dan goreskan ke media PCA miring, inkubasi
selama 24 jam±2 jam pada suhu 35oC±1oC.
Prosedur Penelitian
Aplikasi Caulerpa lentillifera pada Salmonella (BSN. 2006c)
Ikan Selar Segar Sebanyak 25 G sampel daging ikan,
Aplikasi C. lentillifera pada ikan dimasukkan dalam wadah plastic steril lalu
selar segar merujuk dari Sabono (2015). tambahkan 225 mL larutan Lactose Broth,
Sejumlah 6 ekor ikan selar ditimbang dan kemudian dihomogenkan selama 2 menit.
dicatat beratnya untuk menentukan berat C. Secara aseptis, pindahkan larutan contoh
lentillifera. Rumput laut C. lentillifera dicuci dalam wadah steril yang sesuai dan biarkan
bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, pada suhu ruang selama 60 menit dengan
kemudian ditimbang sesuai konsentrasi 10%, wadah tertutup (pra pengkayaan). Pindahkan
20% dan 30% terhadap berat ikan (b/b). 0,1 ml larutan contoh ke dalam 10 ml RV
Tahap selanjutnya C. lentillifera dihaluskan medium dan 1 ml larutan contoh ke dalam
menggunakan blender dan diaplikasikan 10 ml TTB, kocok rata lalu inkubasi 24 jam±2
pada ikan selar segar menggunakan kuas. jam pada suhu 35°C±1°C (pengkayaan).
Ikan yang telah diaplikasi disimpan pada Kocok tabung (dengan vortex) dan ambil
suhu ruang dan suhu dingin selama 1, 2 dan dengan jarum loop (3 mm) gores TTB yang
3 hari. Penyimpanan dingin menggunakan diinkubasi ke dalam media HE, XLD dan BSA.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 301


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

Gores ke dalam media yang sama dari RV Analisis Data


Broth kemudian inkubasi selama 24 jam pada Data diolah menggunakan Microsoft office
35°C±1°C (isolasi selektif agar). Ambil 2 atau Excel (Microsoft Inc.,USA), dianalisis secara
lebih koloni Salmonella dari masing-masing deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk
media agar selektif menggunakan jarum tabel sehingga dapat diketahui kemampuan
inokulasi steril dan goreskan ke permukaan C. lentilliera terhadap keberadaan bakteri
media TSI agar dengan cara menggores patogen pada ikan selar segar selama
agar miring dan dan menusuk agar tegak. penyimpanan.
Selanjutnya tanpa mengambil koloni baru,
gunakan jarum yang sama untuk menggores HASIL DAN PEMBAHASAN
media LIA dengan cara menusuk agar tegak Identifikasi Anggur Laut
lebih dahulu, setelah itu goreskan pada agar Identifikasi anggur laut yang dilakukan
miring. Inkubasi TSI dan LIA selama 24 di Laboratorium Pusat Penelitian Laut Dalam,
jam±2 jam pada suhu 35°C±1°C kemudian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
dilanjutkan dengan uji biokimia. Ambon dengan berpedoman pada panduan
identifikasi “Field Guide to the COMMON
Vibrio cholerae (BSN 2006d) MANGROVES, SEAGRASSES and ALGAE
Timbang secara aseptis 25 g contoh, of the PHILIPPINES” menunjukkan jenis
kemudian tambahkan 225 ml larutan Alkaline anggur laut dari perairan Kei Maluku yang
Peptone Water dan dihomogenasi selama 2-3 digunakan sebagai objek penelitian ini adalah
menit. Inkubasi pada suhu 36°C±1°C selama Caulerpa lentillifera dengan morfologi seperti
6 jam (pengkayaan). Tanpa mengocok tabung, terlihat pada Gambar 1.
ambil 1 ose dari setiap tabung yang positif
(keruh) pada setiap pengenceran sedalam 1 Bakteri Patogen pada Ikan Segar yang
cm dari permukaan cairan dan goreskan ke Diaplikasi Rumput Laut Caulerpa
dalam TCBS agar. Inkubasikan TCBS agar lentillifera
pada suhu 36°C±1°C selama 18 jam–24 jam Mikroba patogen yang terdapat dalam
(isolasi). Amati keberadaan Vibrio cholerae bahan pangan masuk ke dalam tubuh melalui
pada TCBS agar dengan ciri besar, permukaan saluran pencernaan, menembus sistem
halus, agar datar, bagian tengah buram dan pertahanan tubuh dan berkembang biak.
bagian pinggir terang, berwarna kuning Mikroorganisme yang dapat menginfeksi
(sukrosa positif). Tahap pemurnian: ambil dan menimbulkan penyakit adalah
3 koloni terduga atau lebih dari setiap TCBS mikroorganisme yang mempunyai daya
agar, goreskan ke dalam T1N¬1 agar atau TSA patogenitas yang tinggi, daya virulensi kuat
+1,5% NaCl (total mengandung NaCl 2%) dan daya invasi yang tinggi sehingga dapat
kemudian inkubasi selama 18–24 jam pada berkembang biak dan menyebar ke dalam
suhu 36°C±1°C. Selanjutnya uji biokimia tubuh (Adams and Moss 2008).
pendahuluan dan uji biokimia lanjutan. Masyarakat telah semakin sadar untuk
memelihara kesehatannya melalui konsumsi

Gambar 1 Morfologi Caulerpa lentillifera

302 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Tabel 1 Hasil analisa bakteri Coliform sp. pada ikan segar yang
diaplikasi C. lentillifera segar
Coliform (MPN/G)
Variabel
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Suhu Ruang
Kontrol > 1100 > 1100 -
10% > 1100 > 1100 -
20% > 1100 > 1100 -
30% > 1100 > 1100 -
Suhu Es (Dingin)
Kontrol > 1100 > 1100 150
10% > 1100 > 1100 > 1100
20% > 1100 > 1100 > 1100
30% > 1100 > 1100 150
Keterangan : (-) = Tidak dianalisa

makanan yang sehat sehingga penyediaan Hasil pengamatan pada ikan selar segar
ikan segar yang aman (sebagai sumber protein yang diaplikasi anggur laut C. lentillifera segar
masyarakat) merupakan hak asasi masyarakat yang disimpan pada suhu ruang dan suhu
yang harus diperhatikan. Aplikasi C. dingin menunjukkan jumlah Coliform > 1100
lentillifera pada ikan selar segar dimaksudkan MPN/G kecuali pada ikan yang diaplikasi 30%
untuk mengetahui kemampuannya dalam C. lentillifera segar pada penyimpanan hari
menghambat bakteri patogen Escherichia coli, ketiga suhu dingin menunjukkan penurunan
Salmonella sp. dan Vibrio cholerae pada ikan nilai MPN yaitu sebesar 150 MPN/G
segar selama penyimpanan. (Tabel 1). Anggur laut dengan konsentrasi
30% pada suhu dingin, dapat menghambat
Coliform & Escherichia coli pertumbuhan kelompok bakteri Coliform.
Bakteri Coliform ditemukan dalam Aktivitas penghambatan terhadap kelompok
jumlah yang cukup banyak pada semua sampel bakteri Coliform berhubungan dengan kadar
penelitian yaitu 1100 MPN/G (1,1x103) dan air Caulerpa lentillifera yang tinggi dimana
hal ini mengindikasikan adanya pencemaran makin tinggi kadar air maka konsentrasi
kelompok bakteri Coliform di perairan bahan lain semakin rendah.
tersebut. Coliform merupakan suatu kelompok
Coliform merupakan suatu kelompok bakteri dan heterogen bakteri berbentuk
bakteri dan heterogen kuman batang gram batang gram negatif yang digunakan
negatif yang digunakan sebagai indikator sebagai indicator adanya polusi yang berasal
adanya polusi yang berasal dari kotoran dari kotoran hewan atau manusia dan
hewan atau manusia dan menunjukkan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak
kondisi sanitasi yang tidak baik (Duta et al. baik (Duta et al. 2015; Sopandi dan Wardah,
2015, Dwiyitno 2015). Kelompok Coliform 2014). Bakteri Coliform dapat dibedakan
antara lain: Escherichia coli, Edwardsiella, atas dua kelompok yaitu Coliform fekal,
Citrobacter, Klebsiella, Enterobacter, Hafnia, misalnya Escherichia coli (berasal dari kotoran
Serratia, Proteus, Arizona, Providentia, hewan dan manusia) dan Coliform non fekal
Pseudomonas dan basil parakolon. Sifat-sifat misalnya Enterobacter aerogenes (ditemukan
kuman Coliform secara umum adalah: bentuk pada hewan dan tanaman mati).
batang, gram negatif, non motile atau motile, Hasil analisis lanjut untuk mendeteksi
memiliki flagella peritrikus berfimbria atau keberadaan Escherichia coli memperlihatkan
tidak dan berkapsul atau tidak. bahwa semua sampel yang diamati tidak

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 303


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

Tabel 2 Hasil analisa bakteri Escherichia coli pada ikan segar yang
diaplikasi C.lentillifera segar
Coliform (MPN/G)
Variabel
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Suhu Ruang
Kontrol 3,0 3,0 -
10% < 3,0 < 3,0 -
20% < 3,0 < 3,0 -
30% < 3,0 < 3,0 -
Suhu Es (Dingin)
Kontrol 3,0 3,0 3,0
10% 3,0 < 3,0 < 3,0
20% < 3,0 < 3,0 < 3,0
30% 3,0 3,0 < 3,0
Keterangan : (-) = Tidak dianalisa

menunjukkan adanya bakteri ini kecuali Escherichia coli merupakan flora normal
pada ikan selar yang diaplikasi anggur laut dalam saluran pencernaan manusia dan
30% dengan penyimpanan satu dan dua hari. hewan yang mudah mencemari air. Perairan
Keberadaan Escherichia coli pada sampel yang tercemar kotoran hewan dan manusia
tersebut kemungkinan berasal dari saluran memungkinkan organisme yang hidup di
pencernaan ikan yang turut terambil pada dalamnya juga tercemar (Sopandi dan Wardah
saat analisa. Escherichia coli termasuk basil 2014; Adams and Moss 2008).
Coliform, merupakan flora komensal yang Sampel ikan yang diaplikasi rumput laut
paling banyak pada usus manusia dan hewan, C. lentillifera pada penyimpanan suhu ruang
hidup aerobik/fakultatif anaerobik (Duta et al. pada hari ketiga sudah tidak dapat dianalisa
2015, Adams and Moss 2008). Terlihat adanya karena telah mengindikasikan terjadinya
aktivitas penghambatan dimana pada hari proses pembusukan. Suhu ruang selama
ketiga penyimpanan jumlah E. coli menjadi penelitian berlangsung berkisar antara 28oC
<3 APM/G (Tabel 2). hingga 38oC, yang merupakan kisaran suhu
Badan Standardisasi Nasional Indonesia optimal pertumbuhan berbagai jenis bakteri
(2006a) menetapkan standar mutu dan sehingga memungkinkanproses perombakan
keamanan pada ikan segar pada SNI 01- oleh bakteri maupun enzim (bakteri dan ikan)
2729.1-2006 untuk Escherichia coli adalah dan perubahan biokimia lainnya berlangsung
maksimal < 3 APM/G. Dengan demikian lebih cepat. Buckle et al. (2007) menyatakan
aplikasi anggur laut (yang telah dihancurkan) bahwa suhu adalah salah satu faktor
pada ikan segar, telah menunjukkan lingkungan terpenting yang mempengaruhi
kemampuannya dalam menghambat kehidupan dan pertumbuhan karena suhu
pertumbuhan dan perkembangan kelompok mempengaruhi kecepatan metabolisme dan
bakteri Coliform dan bakteri Escherichia coli. pertumbuhan.
Kemampuan menghambat ini telah terlihat Aplikasi anggur laut C. lentilliera 10%
walaupun anggur laut segar yang digunakan hingga 30% menunjukkan kemampuan
masih didominasi oleh air sehingga senyawa menghambat pertumbuhan dan
antibakteri hanya terdapat dalam jumlah perkembangan kelompok bakteri Coliform dan
yang sangat kecil. Sedangkan kemungkinan Escherichia coli dan sesuai standard keamanan
lain adalah bahwa suatu antibakteri memiliki SNI ikan segar. Standard Nasional Indonesia
kemampuan menghambat jenis bakteri (SNI) untuk Escherichia coli ikan segar yaitu
tertentu saja. < 3 APM/G (BSN. 2006a). Dengan demikian

304 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Tabel 3 Hasil analisa bakteri Salmonella sp. pada ikan segar yang
diaplikasi C. lentillifera segar
Salmonella sp. (APM/25 G)
Variabel
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Suhu Ruang
Kontrol Negatif Negatif -
10 % Negatif Negatif -
20 % Negatif Negatif -
30 % Negatif Negatif -
Suhu Dingin
Kontrol Negatif Negatif Negatif
10 % Negatif Negatif Negatif
20 % Negatif Negatif Negatif
30 % Negatif Negatif Negatif
Keterangan : (-) = Tidak dianalisa

ikan selar segar yang diaplikasi C. lentillifera penggunaan es tabung yang berstandar
layak dikonsumsi hingga penyimpanan hari pangan pada penyimpanan suhu dingin saat
kedua pada suhu ruang dan hari ketiga pada penelitian berlangsung, tidak terkontaminasi
suhu dingin. bakteri Salmonella.
Pencemaran oleh Salmonella dapat
Bakteri Salmonella sp. terjadi dimana saja terutama pada daerah
Salmonella merupakan salah satu genus yang beriklim tropis dengan suhu lingkungan
dari Enterobactericiae, berbentuk batang gram yang tinggi atau musim panas. Duta et al.
negatif, anaerobik fakultatif dan anaerobik. (2015) menyatakan bahwa suhu lingkungan
Bakteri tumbuh pada suhu 5oC–47oC dengan yang tinggi akan menstimulir perkembangan
suhu optimum 35oC–37oC (beberapa sel Salmonella.
masih tetap hidup pada penyimpanan beku), Kehadiran bakteri Salmonella sp. tidak
kondisi pH 4,1–9,0 dengan pH optimum diharapkan pada produk hasil perikanan
6,5–7,5 serta Aw 0,945–0,999 (Sopandi karena merupakan bakteri patogen yang dapat
dan Wardah 2014; Adams and Moss 2008). membahayakan kesehatan konsumen yang
Salmonella sp. merupakan bakteri penyebab mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
infeksi yang disebut salmonelosis dengan bakteri ini. Badan Standardisasi Nasional
gejala gastroenteristis maupun gejala penyakit Indonesia menetapkan standar mutu dan
lainnnya misalnya demam tifoid dan demam keamanan untuk Salmonella sp. pada ikan
tifoid dan demam paratifoid serta infeksi segar pada SNI 01-2729.1-2006 adalah negatif
lokal. (BSN. 2006a).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat bakteri Salmonella pada Vibrio cholerae
sampel ikan segar yang diaplikasi anggur laut Vibrio cholerae merupakan bakteri gram
Caulerpa lentillifera (Tabel 3). Hal ini berarti negatif, berbentuk batang melengkung seperti
perairan tempat ikan tersebut ditangkap koma atau lurus dan hidup secara anaerobik
merupakan perairan belum terkontaminasi fakultatif, dapat tumbuh pada suhu optimum
bakteri Salmonella. Selain itu penanganan 18oC–37oC dan kisaran pH 6,4–9,6 dengan
ikan setelah penangkapan yang dilakukan pH optimum 7,8–8,0. Vibrio sp. merupakan
oleh nelayan telah dilakukan dengan cukup jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air,
baik dan memenuhi syarat penanganan ikan air laut, dan tanah namun dapat juga hidup
yang tepat sehingga tidak terjadi kontaminasi pada salinitas yang relatif tinggi (Sopandi dan
Salmonella sp. Demikian pula dengan Wardah 2014; Adams and Moss 2008).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 305


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

Tabel 4 Hasil analisa bakteri Vibrio cholerae pada ikan segar yang
diaplikasi C. lentillifera segar
Vibrio cholerae (APM/25 G)
Variabel
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Suhu Ruang
Kontrol Negatif Negatif -
10% Negatif Negatif -
20% Negatif Negatif -
30% Negatif Negatif -
Suhu Dingin
Kontrol Negatif Negatif Negatif
10% Negatif Negatif Negatif
20% Negatif Negatif Negatif
30% Negatif Negatif Negatif
Keterangan : (-) = Tidak dianalisa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dingin saat penelitian berlangsung terbukti
tidak terdapat bakteri Vibrio cholerae pada tidak menimbulkan kontaminasi bakteri V.
semua sampel ikan segar yang diaplikasi lat cholerae pada ikan yang diaplikasi lat selama
selama penyimpanan pada suhu yang berbeda penyimpanan dingin karena merupakan es
(Tabel 4). Hal ini berarti perairan tempat berstandar pangan.
ikan tersebut ditangkap merupakan perairan Bakteri Vibrio cholerae menyebabkan
belum terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae, penyakit kolera (cholera) yaitu penyakit
dan perlakuan pascatangkap oleh nelayan infeksi saluran usus bersifat akut. Vibrio
telah memenuhi syarat penanganan ikan cholerae mengeluarkan enterotoksin pada
yang baik sehingga tidak terjadi kontaminasi saluran usus sehingga terjadi diare disertai
bakteri Vibrio cholerae. muntah yang akut dan hebat, akibatnya
Habitat Vibrio cholerae adalah laut namun seseorang dalam waktu hanya beberapa hari
dapat juga dapat ditemukan pada bahan kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk
pangan lainnya termasuk es. Penggunaan es pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi
dengan bahan baku air yang memenuhi syarat tidak segera ditangani, maka akan berlanjut
kesehatan merupakan syarat utama pembuatan kearah hipovolemik dan asidosis metabolik
es untuk pangan karena kontaminasi bakteri dalam waktu yang relatif singkat dan dapat
dapat terjadi melalui es yang digunakan untuk menyebabkan kematian (Sopandi dan Wardah
menurunkan suhu ikan selama penyimpanan. 2014; Adams and Moss 2008).
Tapotubun (2000) menemukan adanya Kehadiran bakteri Vibrio cholerae tidak
kontaminasi bakteri Vibrio cholerae pada diharapkan pada produk hasil perikanan
ikan selama penyimpanan ikan kembung, karena merupakan bakteri patogen yang
yang bersumber dari es yang digunakan dapat membahayakan kesehatan konsumen
untuk menurunkan suhu ikan sehingga yang mengkonsumsi ikan yang telah
mengkontaminasi ikan tersebut. Hasil terkontaminasi. Penyakit yang disebabkan oleh
penelitian ini menunjukkan bahwa perairan Vibrio maupun bakteri patogen lainnya telah
Desa Hative Besar Kota Ambon yang menjadi isu global yang mendapat perhatian
merupakan tempat pengambilan ikan selar serius (Shannen and Abu-Ghannam 2016).
dan perairan Desa Letman Kepulauan Kei Standar mutu dan keamanan untuk Vibrio
Maluku yang merupakan tempat pengambilan cholerae pada ikan segar pada SNI 01-2729.1-
C. lentillifera tidak tercemar bakteri V. 2006 adalah negatif (BSN. 2006a). Dengan
cholerae. Demikian pula dengan es curai demikian ikan selar (Selar crumenopthalmus)
yang digunakan pada penyimpanan suhu segar yang diaplikasi anggur laut Caulerpa

306 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

lentillifera dalam penelitian ini bebas dari 2006b. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 1:
kontaminasi Vibrio cholerae. Penentuan Coliform dan Escherichia coli
pada Produk Perikanan: SNI 01-2332-
KESIMPULAN 1-2006. Jakarta: Badan Standardisasi
Anggur laut C. lentillifera dapat Nasional.
menghambat keberadaan bakteri patogen [BSN] Badan Standardisasi Nasional.
pada ikan segar, dan konsentrasi 10% cukup 2006c. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian
efektif diaplikasikan untuk menghambat 2: Penentuan Salmonella pada Produk
aktivitas Escherichia coli dan mencegah Perikanan: SNI 01-2332-2-2006. Jakarta:
kontaminasi Vibrio cholerae dan Salmonella Badan Standardisasi Nasional.
sp. selama penyimpanan 2 x 24 jam pada suhu [BSN] Badan Standardisasi Nasional.
ruang dan 3 x 24 jam pada suhu pengesan. 2006d. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 4:
Penentuan Vibrio cholerae pada Produk
UCAPAN TERIMAKASIH Perikanan: SNI 01-2332-4-2006. Jakarta:
Terima kasih kepada Pemerintah Badan Standardisasi Nasional.
Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Buckle KA, Edwards RA, Fleet GA, Wootton
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. 2007. Ilmu pangan. Penerjemah
melalui Direktorat Jenderal Penguatan Riset H.Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI
dan Pengembangan, yang telah membiayai Press.
penelitian ini melalui skema penelitian Hibah Chandrasekaran M, Venkatesalu V, Raj GA.
Bersaing. 2014. Antibacterial activity of selected
marine macro algae against vancomycin
DAFTAR PUSTAKA resistand Enterococccus faecalis. Journal of
Abdel-Raouf N, Ibraheem IBM, Abdel- Coastal Life Medicine 2(12):940-946.
Hameed MS, El-Yamany KN. 2008. Choudhury S, Sree A, Mukherjee SC, Pattnaik
Evaluation of Antibacterial, Antifungal P, Bapuji M. 2005. Antibacterial activity of
anda Antiviral Activities of Ten Marine organic extracts of selected marine algae
Macroalgae from read Sea, Egypt. and mangroves against fish patogens.
Egyptian Journal of Biotechnology 29:157- Asian Fisheries Sci 18:285-294.
172. Devi GK, Manivanan K, Thirumaran G,
Adams MR, Moss MO. 2008. Food Rajathi FAA, Anantharaman P. 2011. In
microbiology. Third Ed. Royal Society of vitro antioxidant activities of selected
Chemistry. Cambridge CB. WF: UK. seaweeds from South East Coast India.
Bansemir A, Blume M, Schröder S, Lindequist Asia Pacific Journal of Tropical Medicine
U. 2006. Screening of cultivated seaweeds 4:2015-2011.
for antibacterial activity against fish Dutta C, Panigrahi AK, Sengupta C. 2015.
patogenic bacteria. Aquaculture 252:79– Prevalence of pathogenic bacteria in
84. finfish and shellfish obtained from
Bhadury P, Wright CP. 2004. Exploitation domestic markets of West Bengal, India.
of marine algae: biogenic compound Frontiers in Enviromental Microbiology
for potential antifouling application. In 1(2):14-18.
Planta 219:561-578 Dwiyitno 2010. Identifikasi bakteri patogen
Blunt JW, Copp BR, Keyzers RA, Munro pada produk perikanan dengan teknik
MHG, Prinsep MR. 2016. Marine Natural molekuler. Jurnal Squalen 5(2):67-78.
Products. Journal Natural Product Report Etcherla M, Rao GMN. 2014. In vitro study
(33):382-341. of antimicrobial activity in marine algae
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006a. Caulerpa taxifolia and Caulerpa racemosa
Ikan Segar-Bagian 1:Spesifikasi : SNI 01- (J.Agardh). International Journal of
2729-1-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Applied Biology and Pharmaceutical
Nasional. Technology 5(2): 57-62.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. Hiariej S, Lekahena V. 2015. Pengaruh

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 307


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Penghambatan Bakteri Patogen pada Ikan Segar, Topotubun et al.

pemberian ekstrak biji atung sebagai Santoso J, Maulida R, dan Suseno SH. 2010.
pengawet alami terhadap perubahan Aktivitas antioksidan ekstrak metanol,
nilai mutu ikan tongkol asap. Jurnal etil asetat dan heksana rumput laut hijau
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Caulerpa lentilliera. Jurnal Ilmu Kelautan
18(3): 329-340. 1-10.
Husni A, Brats AK, Budhiyanti SA. 20015. Shannon E and Abu-Ghannam N. 2016.
Peningkatan daya simpan ikan kembung Review antibacterial derivatives of marine
dengan ekstrak etanolik Padina sp. algae: an overview of pharmacological
selama penyimpanan suhu kamar. Jurnal mechanisms and applications. Marine
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Drugs 14(4):81.
18(1):1-10. Singkoh MFO. 2011. Aktivitas antibakteri
Kandhasamy M, Arunachalan KD. 2008. ekstrak alga laut Caulerpa racemosa dari
Evaluation of invitro antibacterial perairan pulau nain. Jurnal Perikanan
property of seaweeds of southeast coast dan Kelautan Tropis VII(3):123–127.
of India. African Journal of Biotechnology Sopandi T, Wardah. 2014. Mikrobiologi
7(12): 1956-1961. pangan (Teori dan Praktik). Yogyakarta:
Manilal A, Sujith S, Selvin J, Kiran GS, Shakir Penerbit Andi.
C, Lipton AP. 2010. Antimicrobial Tapotubun AM. 2011. Kombinasi suhu tinggi
potential of marine organisms collected dan asap untuk menghambat aktivitas
from the southwest coast of India against mikroorganisme pada produk ikan asap.
multiresistant human and shrimp Inopstek, Jurnal Inovasi Pembelajaran
patogens. Scientia Marina 74(2): 287-296. Sains dan Teknologi 4(1):10-18.
Prasetiawan NR. 2013. Penghambatan Tapotubun AM. 2000. Pengaruh penambahan
pembentukan histamin pada daging ikan garam pada es dan lama penyimpanan
tongkol (Euthynus affinis) oleh quercetin terhadap pertumbuhan bakteri dan
selama penyimpanan. Jurnal Pengolahan beberapa komponen mutu ikan kembung
Hasil Perikanan Indonesia 16(2): 150-158. (Rastrelliger negletus) [Tesis]. Bandung:
Sabirin F, Jamil A, Kazi IS, Ibrahim and Program Pascasarjana, Universitas
Muhamad MA. Rashit. 2015. Screening of Padjadjaran.
seaweeds potential against oral infections. Tuney I, Cadirci BH, Unal D, Sukatar A. 2006.
Journal of Applied Sciences Research Antimicrobial activities of the extracts of
11(15):1-6 marine algae from the coast of Urla (zmir,
Sabono I. 2015. Studi pendahuluan mutu Turkey). Turk. J. Biol. 30: 1-5
ikan layang (Decapterus macrosoma) Zainuddin EN, dan Malina AC. 2009. Skrining
segar yang diaplikasi hancuran anggur rumput laut komersil asal Sulawesi
laut (Caulerpa spp.) selama penyimpanan Selatan sebagai antibiotik melawan
dingin [Skripsi]. Ambon. Fakultas bakteri patogen pada ikan. Penelitian
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Research Grant, Biaya IMHERE-DIKTI.
Pattimura. Zamzami I, Andayani S, Maftuch 2015.
Salem WM, Galal H, Nasr El-deen, F. 2011. Characterization of Caulerpa racemosa
Screening for antibacterial activities fraction as Aeromonas hydrophila anti-
in some main algae from the Red Sea bacterial. Journal of Life Science And
(Hurgada, Egypt). African Journal of Biomedicine 5(2):30-33.
Microbiology Research 5(15):2160-2167. .

308 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai