Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2356-1491

ANALISIS PENGARUH BESAR BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP


KUAT TEKAN BETON NORMAL
IKA SULIANTI
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya
E-mail : ikasulianti74@gmail.com

AMIRUDDIN
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya
E-mail : nafamart@gmail.com

RIO SHAPUTRA
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya
E-mail : rioshaputra@gmail.com

DARYOKO
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya
E-mail : daryoko11@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh besar butir agregat kasar berpengaruh terhadap
nilai kuat tekan yang ditargetkan, terhadap mutu kuat tekan beton. Penelitian ini bersifat penelitian
kuantitatif yang dimulai dari pengujian material-material yang digunakan sebagai bahan penyusun beton dan
pembuatan mix design Tata Cara Pembuatan Rancangan Beton Normal berdasarkan SNI 03-2834-2000.
Analisa data yang digunakan menggunakan metode statistic dengan membandingkan nilai rata-rata kuat
tekan dari berbagai bentuk sampel. Dari hasil analisa didapatkan adanya pengaruh kuat tekan beton yang
besar butiran agregat kasar berbeda-beda. Besar butir agregat kasar juga berpengaruh terhadap nilai kuat
tekan dengan kecenderungan semakin besar butir agregat kasar yang digunakan maka kuat tekan yang
dihasilkan akan semakin besar.

Kata kunci : Besar butir agregat kasar, sampel beton kubus, kuat tekan beton

Abstract

The purpose of this research is to know whether the influence of bulk aggregate grains influence the targeted
compressive strength value, test sample to concrete compressive strength. This research is a quantitative
research that starts from the testing of materials used as concrete materials and make the concrete mix design
based on the procedure to make normal concrete on SNI 03-2834-2000. The analyzing data using simple
statistical method by comparing the average value of compressive strength from various sample forms. From
the result of analysis, obtained data from of compressive strength achieved with the bulk of the granular
aggregate grains used differently. The coarse aggregate grain also affects the compressive strength value
with the greater tendency of coarse aggregate grains used, the greater the compressive strength.

Key Word : size of graved aggregates, cuboid concrete sample, concrete compressive strength

I. Latar Belakang penyusun dalam pelaksanaan pekerjaan kosntruksi


jalan, karena beton memiliki banyak fungsi inilah
Konstruksi adalah satu kata yang sangat
maka dalam proses pelaksaan pembuatannya perlu
familiar, mengingat pembangunan yang terus
diperhatikan berbagai macam hal, mulai dari
berkembang pesat saat ini. Konstruksi yang baik
perencanaan campuran beton itu sendiri hingga
dapat dilihat dari tahapan pelaksanaan yang
proses pelaksanaan dan perawatannya.
berkualitas. Seiring berkiembangnya teknologi
Untuk lebih mengenal karakteristik beton,
konstruksi bangunan maka makin sering pula
diperlukan pemahaman tentang beton itu sendiri.
digunakannya beton sebagai struktur konstruksi.
Hal ini berguna agar dalam pengerjaannya beton
Dalam pelaksanaannya beton banyak digunakan
dapat digunakan sesuai dengan ketentuan dan
sebagai bahan dalam pembuatan kolom, balok dan
keefektifan dari awal proses hingga selesai
plat lantai serta bendungan hingga material

Vol.7 No.1 Mei 2018 35 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

pengerjaan. Selain tahap pelaksanaan yang sesuai, 8. Tahun 1956, teori kekuatan batas di USA dan
konstruksi beton yang baik juga didukung oleh Inggris.
material-material yang digunakan untuk menyusun
konstruksi tersebut menjadi lebih berkualitas adalah Perkembangan lebih lanjut dari teknologi
penggunaan material beton sehemat mungkin beton adalah diperkenalkannya beton mutu tinggi
dengan kekuatan yang didapat cukup tinggi. dengan kuat tekan dapat mencapai 13,5 Mpa dan
Namun seiring dengan pelaksanaannya, hasil kuat tarik sebesar 12,5 Mpa. Selain itu dikenal pula
kekuatan pengujian beton di lapangan sering kali jenis-jenis beton lainnya seperti beton berserat
tidak sesuai dengan sampel beton yang diambil (fiber concrete), beton ringan (light weight
sebagai benda uji ukuran butir agregat kasar yang concrete), beton polimer (polymer concrete), latex
akan digunakan juga akan mempengaruhi kuat modified concrete, gap-graded concrete, no-fines
tekan beton tersebut. Maka dari itu dilakukan concrete dan lain-lain.
penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Besar
Butiran Agregat Kasar pada Sampel Beton Inti Material Penyusun Beton
Terhadap Kuat Tekan Beton Normal”. Berikut ini adalah material-material yang
merupakan komposisi campuran beton:
II. Landasan Teori 1. Semen Portland (PC)
Semen Portland adalah semen hidrolis yang
Beton
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
Beton merupakan sebuah elemen penting yang
terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
dapat dipakai hampir di setiap pekerjaan konstruksi
hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan.
dimasa sekarang ini. Beton sendiri merupakan
Semen Portland merupakan bahan ikat penting dan
sebuah satuan yang terdiri dari perhitungan
banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Fungsi
komposisi agregat halus, agregat kasar, semen
dari semen adalah mengikat butir-butir agregat
sebagai bahan pengikat, dan air sebagai bahan
hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi
utama yang mengaktifkan sifat mengikat pada
rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.
semen.
Walaupun sebagai bahan pengikat makan peranan
semen sangat penting. Semen yang digunakan untuk
Sejarah Perkembangan Beton
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana
Hingga bangunan yang paling banyak diminati
kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
adalah beton. Hal ini disebabkan karena lain oleh
Senyawa-senyawa kimia dari semen Portland
kemudahan untuk dibuat menjadi berbagai bentuk
adalah tidak stabil secara termodinamis, sehingga
dan dari segi ekonomi bahan beton adalah paling
sangat cenderung untuk bereaksi dengan air. Untuk
murah bila dibandingkan konstruksi baja atau kayu,
membentuk produksi hidrasi dan kecepatan bereaksi
lebih tahan terhadap bahaya kebakaran, serta relatif
dengan air dari setiap komponen adalah berbeda-
kaku.
beda, maka sifat-sifat hidrasi masing-masing
Di samping itu beton mempunyai beberapa
komponen perlu dipelajari.
kekurangan seperti kekuatan fisik tarik yang rendah,
1. Tricalsium Silikat (C3S) = 3CaO.SiO2
memerlukan bekisting dan penumpu saat
2. Dicalsium Silikat (C2S) = 2Cao.SiO2
konstruksi, perbandingan kekuatan terhadap berat
3. Tricalsium Alumnat (C3A) = 3Cao.Al2O3
yang relatif lebih rendah dan stabilitas volumenya
4. Tetracalsium Aluminoferit (C4AF) =
relatif rendah.
4CaO.Al2 O3FeO3
Pemakaian beton telah dimulai sejak zaman
Dua unsur pertama yakni Tricalsium Silikat
Romawi. Namun baru pada awal abad 19 bahan
dan Dicalsium Silikat peda semen merupakan
beton mengalami banyak perkembangan.
penyusun utama dalam pembuatan semen sehingga
1. Tahun 1801, F. Coignet menemukan bahan
merupakan bagian paling dominan dalam
beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah.
memberikan sifat semen. Bila semen terkena air,
2. Tahun 1824, Aspidin penemu Portland semen.
C3S segera mulai berhidrasi dan menghasilkan
3. Tahun 1850, J.L. Lambot berhasil membuat
panas. Selain itu juga berpengaruh besar terhadap
perahu kecil dari bahan semen.
pengeresan semen, terutama sebelum mencapai
4. Tahun 1867, J. Monier, petani Perancis,
umur 14 hari. Sebaliknya C2S bereaksi dengan air
mempatenkan rangka baja sebagai tulangan
lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap
untuk gentong beton yang ia buat.
pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari.
5. Tahun 1888, Kolnen untuk pertama kali
Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap
memperkenalkan teori dan perencanaan
serangan kimia dan juga mengurangi besar susutan
struktur beton.
pengeringan. Unsur C3 A berhidrasi secara
6. Tahun 1906, C.A.P. Turner memperkenalkan
exothermic dan bereaksi sangat cepat memberikan
pelat rata tanpa balok.
kekuatan sesudah 24 jam. Semen yang mengandung
7. Tahun 1938, teori kekuatan batas (ultimate
unsur ini lebih dari 10% akan kurang tahan terhadap
strength design) di USSR.
serangan asam sulfat. Oleh karena itu, semen tahan

Vol.7 No.1 Mei 2018 36 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

sulfat tidak boleh mengandung C3A terlalu banyak Sifat yang paling penting dari suatu agregat
(maksimum 5%). Semen yang terkena asam sulfat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain) ialah
di dalam air atau tanah disebabkan karena keluarnya kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan,
C3A yang bereaksi dengan sulfat dan mengembang yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta
sehingga terjadi retak-retak pada betonnya. semen, porositas dan karakteristik penyerapan air
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
dengan cara mengubah presentase empat komponen pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia,
utama sehingga dapat menghasilkan beberapa tipe serta ketahanan terhadap penyusutan.
semen yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Untuk menghasilkan beton dengan
kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
2. Air yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran
Dalam pembuatan beton, air menjadi sangat kekerasan butiran agregat. Gradasi diambil dari
penting karena air dapat bereaksi dengan semen hasil pengayakan. Cara membedakan jenis agregat
yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga yang paling banyak dilakukan adalah dengan
berpengaruh terhadap kuat tekan beton karena berdasarkan pada ukuran butiran-butirannya yang
kelebihan air akan mengakibatkan beton menjadi diuji melalui analisa saringan. Agregat yang
bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan naik mempunyai butiran-butiran yang besar disebut
keatas permukaan beton segar yang baru saja agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari 4,75
dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekat mm atau tertahan pada saringan no. 4 yang berupa
antara lapisan-lapisan beton dan membuat menjadi batu pecah (split) dan kerikil. Sedangkan butiran
lemah. agregat yang kecil disebut agregat halus yang
Air pada campuran beton akan berpengaruh memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm atau lolos
terhadap: saringan no. 4 yang berupa pasir dan material halus
a) Sifat workability adukan beton. lolos saringan lainnya.
b) Besar kecilnya nilai susut beton. Pasir yang digunakan dalam adukan beton
c) Kelangsungan reaksi dengan semen Portland harus memenuhi syarat sebagai berikut:
sehingga dihasilkan dan kekuatan selang a) Butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
beberapa waktu. b) Tidak mengandung tanah atau kotoran lain.
d) Perawatan keras adukan beton guna menjamin Jumlah kandungan kotoran ini (lewat ayakan
pengerasan yang baik. 0,15 mm) harus tidak lebih dari 5% untuk
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air pasir dan untuk kerikil maksimum 1%.
memenuhi persyaratan sebagai berikut: c) Tidak berisi garam yang menghisap air dan
a) Tidak mengandung lumpur atau benda udara.
melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter. d) Tidak mengandung zat-zat yang bereaksi
b) Tidak mengandung garam-garam yang dengan kapur atau semen. Kandungan zat
merusak beton (asam dan zat organik) lebih organik dapat mengurangi mutu beton. Bila
dari 15 gram/liter. direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan
c) Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 5 diatas endapan tidak boleh lebih gelapdari
gram/liter. warna pembanding.
d) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 e) Memiliki variasu besar butir (gradasi) yang
gram/liter. baik sehingga rongganya sedikit (untuk pasir
modulus halus antara 1,5 – 3,8). Pasir yang
Agregat seperti ini hanya memerlukan bahan ikat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu sedikit saja.
pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik f) Bersifat kekal, tidak hancur atau berubah
berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737- karena cuaca.
1989-F). Agregat adalah material granular, Agregat halus adalah pasir alam sebagai
misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai disintegrasi alami dari batuan atau pasir yang
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
membentuk suatu beton semen hidraulik atau mempunyai ukuran terbesar 4,8 mm.
adukan. Agregat halus dapat digolongkan menjadi 5
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (lima) macam yaitu:
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini a) Pasir Sungai
kira-kira menempati sebanyak 70% dari volume Pasir ini biasanya dengan kandungan lumpur
mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan yang lebih tinggi. Bentuk butirannya
pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh membulat.
terhadap sifat-sifat betonnya, sehingga pemilihan b) Pasir Gunung
agregat merupakan suatu bagian penting dalam Jenis pasir ini biasanya berupa hasil letusan
pembuatan beton. gunung berapi, mempunyai bentuk butiran

Vol.7 No.1 Mei 2018 37 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

yang menyudut dan biasanya mempunyai Persen bahan butiran yang lewat
kadar lumpur yang lebih rendah. Lubang ayakan ayakan
(mm) Besar butiran maksimum
c) Pasir Laut
40 mm 20 mm
Bila akan memakai pasir laut, perlu dicuci
dahulu dan untuk pekerjaan-pekerjaan 40 95-100 100
tertentu perlu diadakan penelitian. 20 30-70 95-100
d) Pasir dari Batu Pecah 10 10-35 25-55
Pasir ini biasanya diperoleh dari pemecahan 4.8 0-5 0-10
bongkahan batu saat membuat batu pecah (Sumber: Tri Mulyono, 2005)
alami (natural crushed stone). Bentuk
butirannya pipih dan lebih tajam sehingga - Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh
mengurangi workability dan menghasilkan lebih besar dari 1/5 kali jarak terkecil antara
beton yang lebih berat. bidang samping cetakan.
e) Pasir Kwarsa
Pasir kwarsa biasanya diperoleh dari suatu Agregat yang dapat dipakai harus memenuhi
penambangan di darat dan kandungan syarat-syarat :
terbesarnya adalah silika. Beton dari pasir 1. Kerikil harus merupakan butir yang keras dan
kwarsa akan memberikan bleeding yang tidak berpori. Kerikil tidak boleh hancur
berlebihan dan harus diperiksa kemungkinan adanya pengaruh cuaca. Sifat keras diperlukan
terjadinya AAR (Alkali Aggregate Reaction). agar diperoleh beton yang keras juga. Sifat
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan tidak berpori untuk menghasilkan beton yang
kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran tidak mudah tembus air.
minimal 15 mm dan ukuran butiran maksimal 40 2. Kerikil harus bersih dari unsur organik.
mm. Ukuran maksimal dari beton bertulang diatur 3. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih
berdasarkan kebutuhan agregat tersebut harus dari 10% berat kering,lumpur yang dimaksud
dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari adalah agregat yang melalui ayakan diameter
celah-celah yang terdapat diantara batang-batang 0,063 mm, bila lumpur melebihi 1& berat
baja tulangan. Berdasarkan berat jenisnya, agregat kering maka kerikil harus dicuci terlebih
kasar dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan [9] yaitu: dahulu.
a) Agregat Normal 4. Kerikil mempunyai bentuk yang tajam.
Agregat normal adalah agregat yang berat Dengan bentuk yang tajam maka timbul
jenisnya antara 2,5-2,7 gram/cm3. Agregat ini gesekan yang lebih besar pula yang
biasanya berasal dari agregat basalt, granit, menyebabkan ikatan yang lebih baik, selain itu
kwarsa dan sebagainya. Beton yang dihasilkan dengan bentuk yang tajam akan membuat
mempunyai berat jenis sekitar 2,3 gram/cm3. pasta semen mengikat agregat dengan baik.
b) Agregat Berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai Besar ukuran maksimum agregat
berat jenis lebih dari 2,8 gram/cm3, misalnya mempengaruhi kuat tekan betonnya. Pada
magnetic (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang pemakaian ukuran butir agregat maksimum lebih
dihasilkan mempunyai berat jenis tinggi besar memerlukan jumlah pasta semen lebih sedikit
sampai 5 gram/cm3. Penggunaannya sebagai untuk mengisi rongga-rongga butirannya, bearti
pelindung dari radiasi. sedikit pula pori-pori betonnya (karena pori-pori
c) Agregat Ringan beton sebagian besar berada dalam pasta, tidak
Agregat ringan adalah agregat yang dalam agregat) sehingga kuat tekannya lebih tinggi.
mempunyai berat jenis kurang dari 2,3 Namun sebaliknya, karena butir-butir agregatnya
gram/cm3, yang biasanya dibuat untuk beton besar maka luas permukaannya menjadi lebih
non structural atau dinding beton. sempit sehingga lekatan antara permukaan agregat
Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah dan pastanya kurang kuat. Indeks yang dipakai
sehingga structural ringan dan pondasinya untuk ukuran kehalusan dan kekerasan butir agregat
lebih ringan. ditetapkan dengan modulus halus butir. Pada
Dalam pelaksanan pekerjaan beton, besar butir umumnya pasir mempunya modulus halus 1,5
agregat selalu dibatasi oleh ketentuan maksimal sampai 3,8 dan kerikil antara 5 sampai 8. Modulus
persyaratan agregat, ketentuan itu antara lain : halus butir campuran dihitung dengan rumus:
- Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh
lebih dari 3/4 kali jarak bersih antara baja k–c
tulangan atau antar tulangan dan cetakan. w = c – p x 100%
- Ukuran maksimum butiran agregat tidak boleh
lebih besar dari 1/3 kali tebal plat. Keterangan :
w : Persentase berat pasir terhadap berat kerikil
Tabel 1. Gradasi Agregat Kasar k : Modulus halus butir kerikil

Vol.7 No.1 Mei 2018 38 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

p : Modulus halus butir pasir segar yang mewakili campuran beton. Hasil
c : Modulus halus butir campuran pengujian ini digunakan dalam pekerjaan:
1. Perencanaan campuran beton.
Rencana Campuran Beton 2. Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan
Tujuan dari perencanaan campuran beton pembetonan.
adalah untuk menentukan proporsi semen, agregat Pengukuran slump harus segera dilakukan
halus dan agregat kasar serta air yang memenuhi dengan cara mengukur tegak lurus antara tepi atas
syarat sebagai berikut: cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji. Untuk
1. Kekuatan desak: kuat desak yang dicapai pada mendapatkan hasil yang lebih teliti, dilakukan dua
usia 28 hari (atau usia yang ditentukan) harus kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan
memenuhi persyaratan yang diberikan oleh dilaporkan hasil rala-rata.
perencana kontruksinya.
2. Workabilitas: workabilitas sering diartikan Kuat Tekan Beton
sebagai tingkat kemudahan pengerjaan Kuat tekan beton adalah perbandingan antara
campuran beton untuk diaduk, dituang, tingkatan beban yang diberikan dengan luas
diangkut, dan dipadatkan. Untuk memenuhi penampang. Kuat tekan beton biasanya
workabilitas yang cukup guna pengangkutan, berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya
pencetakan dan pemadatan beton sepenuhnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya
dengan peratalan yang tersedia. Pemilihan juga baik. Kekuatan tekan beton dapat dicapai
workabilitas yang paling sesuai biasanya sampai atau lebih, tergantung pada
merupakan tanggung jawab pemborong jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta kualitas
sepenuhnya dan hal ini penting, terutama bila perawatan.
beton dipompa atau digetarkan. Kekuatan tekan beton yang paling umum
3. Durabilitas: durabilitas atau sifat awet digunakan adalah sekitar 2 .
berhubungan dengan kekuatan desak; semakin Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara
besar kekuatan, maka semakin awet betonnya. pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan
Meskipun demikian, sering terjadi kekuatan cara memberikan beban ttekan bertingkat dengan
yang dipersyaratkan dapat tercapai dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda
campuran yang besar faktor air/semennya uji berupa kubus 150 x 150 mm. Selanjutnya, benda
daripada yang dapat memberikan durabilitas uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah.
yang cukup terhadap lingkungan yang dialami Beban tekan maksimum sampai benda uji pecah
beton. Dalam hal ini, faklor air/semen yang dibagi dengan luas penampang benda uji
sebenarnya dan kepadatan beton merupakan merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan
faktor yang menentukan, dan kekuatannya dalam Mpa atau Tata cara pengujian yang
mungkin akan lebih besar daripada yang umum dipakai adalah ASTMC39 atau menurut
dipersyaratkan dengan ketat untuk tujuan yang disyaratkan Peraturan Beton Indonesia (PBI)
strukturil. tahun 1989.
Pada penelitian ini, rancangan pembuatan Kuat tekan sangat dipengaruhi oleh beberapa
campuran beton dibuat berdasarkan pada SNi-09- factor, antara lain:
2834-2000 mengenai Tata Cara Pembuatan 1. Pengaruh mutu semen Portland
Rencana Campuran Beton Normal dimana tata cara 2. Pengaruh dari perbandingan adukan beton
ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan 3. Pengaruh air untuk membuat adukan
teknis perencanaan campuran beton untuk 4. Pengaruh umur beton
digunakan sebagai salah satu acuan bagi para 5. Pengaruh waktu pencampuran
perencana dan pelaksana dalam merencanakan 6. Pengaruh perawatan
proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan 7. Pengaruh bahan campuran tambahan
tambah untuk menghasilkan mutu beton sesuai Rumus yang digunakan untuk perhitungan
dengan rencana. kuat tekan beton adalah;
(2)
Slump
Keterangan :
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan
f’c = Kuat tekan beton (Mpa)
adukan beton, dinyatakan dalam satuan mm
ditentukan dengan alat kerucut abram sesuai dengan = Beban maksimum (kN)
ketentuan SNI 1972-2008 mengenai Cara Uji = Luas penampang benda uji (cm2 )
Slump. Slump merupakan pedoman yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kecelakaan sualu adukan Mix Design
beton, semakin tinggi tingkat kekenyalan maka Dalam perancangan beton diperlukan adanya
semakin mudah pengerjaannya (nilai workability formula umuk menghitung komposisi yang akan
tinggi). Pengujian ini dilakukan terhadap beton digunakan dalam pencampuran beton, formula ini
disebut mix design atau job mix formula. Dengan

Vol.7 No.1 Mei 2018 39 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

adanya job mix formula maka diharapkan kuat Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabrada,
karakteristik beton yang dikerjakan sesuai dengan Yogyakarta tahun 2011.
yang direncanakan. Pembuatan job mix design ini
berdasarkan tata cara yang ada pada SNI-09-2834- Studi Literatur
2000. Studi Literatur adalah teknik yang dilakukan
untuk menghimpun data – data terkait mengenai
III. Metodologi Penelitian penelitian yang dilakukan yang didapat melalui
studi pustaka. Studi Literatur digunakan untuk
Lokasi dan Tempat Penelitian
mendapatkan gambaran dan acuan yang jelas
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
terhadap penelitian dan penyusunan laporan akhir
laboratorium, harus mengetahui pengaruh –
berdasarkan buku – buku maupun sumber tertulis
pengaruh besar butiran agregat kasar pada sampel
lain dan relevan dengan penelitian yang dilakukan.
beton ini terhadap kuat tekan beton normal. Bahan –
bahan yang akan digunakan dan teknis pelaksanaan
Tahapan Penelitian
dalam penelitian mengacu pada Tata Cara
Pelaksanaan penelitian diawali dengan
Pembuatan Rancangan Beton Normal berdasarkan
penyediaan material akan digunakan, selanjutnya
SNI 03-2834-2000. Metode yang digunakan pada
dilakukan pengujian terhadap material yang telah
penelitian ini merupakan penelitian laboratorium
tersedia apakah telah sesuai dengan Standar
dengan pengujian benda uji yang dilakukan di
Nasional Indonesia kemudian dilakukan pengolahan
laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Sipil
data untuk mengetahui apakah material yang telah
Politeknik Negeri Sriwijaya.
diuji tersebut dapat digunakan sebagai material
penyusun beton. Setelah itu dilakukan perhitungan
2.1 Teknik Pengumpulan Data
mix design beton dan dilanjutkan dengan
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
pembuatan benda uji beton, yang nantinya akan
yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan
dilakukan uji kuat tekan dan berdasarkan nilai kuat
utama dari penelitian adalah mendapatkan data
tekan beton tersebut didapat data yang nantinya
(Sugiyono 2008:62). Karena berdasarkan sifatnya
akan dianalisa dan ditarik kesimpulan berdasarkan
merupakan penelitian kuantitatif, maka data yang
penelitian yang telah dilakukan.
diperoleh pada penelitian ini berdasarkan dua
sumber, yakni data primer dan data sekunder. Selain
Persiapan Material
itu peneliti juga melakukan studi literatur yang
Langkah awal dalam pelaksanaan penelitian
bersumber dari buku – buku sebagai acuan terkait
adalah penyiapan material yang digunakan, dimulai
dengan penelitian yang peneliti lakukan
dari proses pengangkutan, penyimpanan material
dan pengujian terhadap material. Material –
1. Data Primer
material yang digunakan pada penelitian ini adalah
Data primer merupakan data yang diperoleh
sebagai berikut:
dari hasil pengujian fisik material di laboratorium,
1. Semen
yang terdiri dari pengujian terhadap agregat kasar,
Semen yang digunakan adalah Semen Portland
pengujian agregat halus dan pengujian semen
type I dengan merk dagang Semen Baturaja.
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
2. Agregat Kasar
material yang digunakan memenuhi sfesifikasi yang
Agregat Kasar yang digunakan dalam
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
penelitian adalah batu pecah yang berasal dari
Lahat.
2. Data Sekunder
3. Agregat Halus
Data Sekunder yang digunakan adalah jurnal –
Agregat halus yang digunakan dalam
jurnal penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian berasal dari Tanjung Raja.
pengujian pengujian yang dilakukan.
4. Air
Adapun jurnal – jurnal terkait yang dijadikan
Air yang digunakan dalam penelitian berasal
sebagai referensi adalah sebagai berikut:
dari Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
a. Perbandingan Mutu Beton Hasil UPVT
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Metode Indirect terhadap Mutu Beton Hasil
Hammer test dan Core Drill oleh Faisal Ridho
IV. Analisis dan Pembahasan
dan Heri Khoeri dalam penelitian yang
dilakukan di Jurusan Teknik Sipil Universitas Komposisi Material Campuran Beton
Muhammadiyah Jakarta tahun 2015. Berdasarkan perhitungan mix design beton
b. Pengaruh Kadar Air Agregat terhadap Kuat yang direncanakan, didapat jumlah material yang
Tekan Beton oleh Arusmalem Ginting, dibutuhkan untuk tiap m3 benda uji dengan jumlah
Wawan Gunawan dan Ismirrozi dalam sebagai berikut:
penelitian yang dilakukan di Fakultas Teknik 1. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
kasar ½ (20 mm)

Vol.7 No.1 Mei 2018 40 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

- Semen Portland :391,30 Kg campuran beton yang menggunakan agregat ukuran


- Agregat Halus :686,154 Kg ½ dan 2/3 yaitu 7.66, hasil slump tersebut telah
- Agregat Kasar ½ :947,546 Kg memenuhi persyaratan ukuran slump yang telah
- Air :225Kg/It direncanakan pada job mix sebelumnya.
2. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
kasar 2/3 (40 mm) Hasil Perhitungan Mutu Beton
- Semen Portland :356,52 Kg
Berdasarkan Perhitungan mutu beton untuk
- Agregat Halus :654,8 Kg
tiap – tiap benda uji pada usia 28 hari dengan
- Agregat Kasar :1114,93 Kg
bentuk benda uji berupa kubus berukuran 15x15x15
- Air :205 Kg/It
didapatkan nilai seperti pada lampiran dengan nilai
3. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
rata – rata mutu beton sebagai berikut:
kasar ½ -2/3 (20 mm)
1. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
- Semen Portland :356,52 Kg
kasar ½ (20 mm)
- Agregat Halus :815,19 Kg
Kubus ukuran 15x15x15 cm :174.6 Kg/cm2.
- Agregat kasar :1389,24 Kg
2. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
- Air :205 Kg
kasar 2/3 (40 mm)
Kubus ukuran 15x15x15 cm :247.76 Kg/cm2.
Analisa Perhitungan Pengujian Beton
3. Benda uji dengan ukuran besar butir agregat
Pengujian Slump Campuran beton kasar ½ dan 2/3 (20 mm)
Berikut ini merupakan hasil yang didapat dari Kubus ukuran 15x15x15 cm :138.53 Kg/cm2.
pengujian slump pada masig-masing campuran
beton yang dipakai. Berdasarkan hasil pengujian yang didapat
menunjukkan adanya perbedaan kuat tekan yang
Tabel 2. Hasil Pengujian Slump pada Campuran Beton signifikan 27% untuk butir agregat kasar
Menggunakan Agregat Kasar ukuran ½ maksimum 20 mm (agregat kasar 12), 37% untuk
butir agregat kasar maksimum 40 mm (agregat
No Nilai Slump (cm) Rata – rata Slump Beton (cm)
kasar 2/3) dan 38% untuk butir agregat maksimum
1. 10 40 mm (agregat kasar campuran ½ dan 2/3).
2. 8 Ini menandakan bahwa hasil pengujian core
8.33
3. 7
drill akan didapat mutu lebih rendah dari
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil
semestinya yang didapat sampel kubus. Dari hasil
Pengujian Material, 2017) pengujian kuat tekan tersebut, dapat dibuat grafik
hasil pengujian mutu beton sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Pengujian Slump pada Campuran Beton
Menggunakan Agregat Kasar ukuran 2/3.

Rata – rata Slump Beton


No Nilai Slump (cm)
(cm)
1. 12
2. 10
10.16
3. 8.5
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil
Pengujian Material, 2017)

Tabel 4. Hasil Pengujian Slump Pada Campuran Beton


Menggunakan Agregat Kasar Ukuran ½ dan 2/3.
Gambar 1. Kuat Tekan Sampel Kubus terhadap Ukuran
Agregat Kasar.
No Nilai Slump (cm) Rata – rata Slump Beton (cm)
1. 9 Kesimpulan akhir dari penelitian yaitu
2. 8
7.66
terdapat pengaruh yang sangat besar dengan
3. 6 berbagai jenis ukuran butir agregat kasar. Hal yang
(Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil sama terdapat peningkatan mutu beton yang
Pengujian Material, 2017) berbanding lurus dengan besaran butir agregat kasar
yang digunakan seperti pada grafik.
Berdasarkan data pengujian slump beton
diatas didapat nilai slump rata – rata untuk Kesimpulan
campuran beton menggunakan agregat ukuran ½ 1. Pemilihan material yang berkualitas baik perlu
yaitu 8.33 cm, untuk campuran beton menggunakan dilakukan agar beton yang hendak dibuat
agregat ukuran 2/3 yaitu 10.16, dan untuk agregat

Vol.7 No.1 Mei 2018 41 Jurnal Forum Mekanika


ISSN : 2356-1491

mampu mencapai nilai kuat tekan yang [2] Pramono Didiek dan Suryadi H.S. 2008.
direncanakan. Bahan Konstruksi Beton. Depok: Gunadarma
2. Hasil pengujian kuat tekan beton dilakukan [3] Sageling R, dkk. 1993. Pedoman Pengerjaan
pada usia beton mencapai 28 hari agar Beton. Jakarta: Erlangga
mendapatkan hasil kuat tekan yang maksimal. [4] Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971.
3. Besar butiran agregat kasar mempengaruhi Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan
nilai kuat tekan beton yang dicapai baik untuk Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
beton berbentuk kubus maupun agregat kasar Listrik
yang memiliki ukuran butir maksimum lebih [5] SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara
besar memiliki nilai kuat tekan yang besar Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
daripada agregat kasar yang memiliki ukuran [6] SNI-2492-2002 tentang Metode Pengambilan
lebih kecil. dan Pengujian Beton Inti
4. Jumlah pemakaian semen untuk mutu yang [7] SNI-1974-2011 tentang Cara Uji Kuat Tekan
sama dengan ukuran agregat yang berbeda Beton dengan Benda Uji Silinder
membutuhkan jumlah semen yang berbeda [8] Mark Fintel. Buku Pegangan untuk Teknik
pula, ada kecenderungan bahwa semakin kecil Beton
agregat yang dipakai maka kebutuhan semen [9] Ir. Tri Mulyono, MT. 1987. Teknologi Beton.
yang diperlukan semakin banyak. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
[10] Drs. Daryanto. 2009. Pengetahuan Teknik
Daftar Pustaka Bangunan. Jakarta: Rineka Cipta
[1] L.J. Murdock, dkk. 1999. Bahan dan Praktek
Beton (Edisi keempat). Jakarta: Erlangga

Vol.7 No.1 Mei 2018 42 Jurnal Forum Mekanika

Anda mungkin juga menyukai