Laporan Praktikum
Oleh :
Adi Tristianto
512017603
Salatiga
2018
I. Landasan Teori
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh,
karena sebagai bahan bakar, zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber protein
yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki lemak dan karbohidrat.
Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga. Penetapan protein secara akurat merupakan
pekerjaan yang sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
adalah protein membentuk grup yang sangat beragam dan luar biasa kompleksnya baik
dalam komposisi maupun dalam sifat sehingga sulit untuk memisahkan, memurnikan atau
mengekstrak, sifat amfoterik dari protein, kemampuan mengabsorbsi yang tinggi, dan
sensitifitas terhadap elektrolit, panas, pH, dan pelarut. Oleh karena itu analisa protein
dalam makanan pada umumnya lebih kepada kadar total protein dan bukan pada kadar
protein tertentu (Anwar & Sulaeman 1992) (Budianto, 2009)
Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan atas dua sumber yaitu protein
hewani dan nabati. Oleh karena struktur fisik dan kimia protein hewani sama dengan yang
dijumpai pada tubuh manusia, maka protein yang berasal dari hewan mengandung semua
asam amino dalam jumlah yang cukup membentuk dan memperbaiki jaringan tubuh
manusia. Kecuali pada kedelai, semua pangan nabati mempunyai protein dengan mutu
yang lebih rendah dibandingkan hewani. Dalam manusia atau hewan, protein berfungsi
sebagai sumber energi jika terjadi defisiensi dari karbohidrat atau lemak, pembentukan dan
perbaikan sel sebagai sintesis hormon, enzim, antibody, dan pengatur keseimbangan kadar
asam basa dalam sel (Budianto, 2009).
Telur merupakan salah satu produk unggas yang mengandung protein cukup tinggi
sebesar 12%. Telur terutama kaya akan asam amino esensial seperti lisin, triptofan, dan
khususnya metionin yang merupakan asam-asam amino esensial terbatas. Kuning telur
merupakan emulsi lemak dalam air dengan berat kering sebesar 50% yang terdiri atas 65%
lipid, 31% protein, dan 4% karbohidrat, vitamin, dan Mineral, Jenis protein yang terdapat
pada granula kuning telur yaitu lipovitelin (disusun oleh HDL) dan fosvitin, sedangkan
yang terdapat dalam plasma yaitu lipovitelenin (disusun oleh LDL) dan livetin (Belitz dan
Grosch, 2009).
Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki struktur primer, sekunder, tersier
dan kuartener. Penentuan konsentrasi protein merupakan proses yang rutin digunakan
dalam kerja Biokimia. Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka
penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-
masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan
tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya,
banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan
pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Karena itu,
pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan. Praktikum kali ini adalah untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan yaitu putih telur ayam kampong dan putih
telur ayam negeri. Metode yang digunakan adalah metode Lowry. Metode ini berdasarkan
prinsip reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptide dan reduksi asam fosfomolibdat dan
asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein) akan
menghasilkan warna biru. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali)
daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas
deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak
interferensinya akibat kesensitifannya (Anwar & Sulaeman 1992).
III. Metodologi
A. Waktu dan Tempat
Praktikum penentuan kadar protein dengan Metode Lowry dilaksanakan pada
hari jum’at, 26 Januari 2018, pukul 14.00-16.00 WIB. Tempat praktikum di
Labolatorium Biokimia gedung C Universitas Kristen Satya Wacana.
Alat :
Labu takar
Gelas breaker
Tabung reaksi
Spektofotometer
Pipet
Timbangan digital
Vortex
Pilius
Kuvet
Bahan :
Putih telur ayam kampung
Akuades
Reagen D
Reagen Foiin-ciocalteu
Larutan stok 1 mg/ml
C. Langkah Kerja
A. Pembuatan kurva standar
1. Larutan stok protein BSA (1000 mg/mL) berturut-turut sebanyak 0 ml; 0,25 ml;
0,50 ml; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Pada masing-masing larutan ditambahkan aquades sebanyak 10 ml.
3. Spektroskopi dilakukan pada panjang gelombang 660 nm.
Sampel Abs
Ayam kampung 0,352
Ayam potong 0,634
Bebek 0,270
Puyuh 0,686
Grafik
Deret Standar
0.01
0.01 0.01
0.01
0.01 0.01 Abs
0.01 0.01 Linear (Abs)
0.01 Linear (Abs)
0 R² ==00 x + 0
f(x) 0
0
0 0
0
0 0
0 50 100 150 200 250
VI. Pembahasan
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif dan secara
kuantitatif. Pada praktikum yang dilakukan menggunakan metode secara kuantitatif yaitu
metode Lowry untuk mengetahui kadar total protein pada suatu bahan pangan. Bahan pangan
yang digunakan pada percobaan ini adalah putih telur ayam kampung dan putih telur ayam
negeri. Hal ini disebabkan putih telur baik pada ayam kampung maupun ayam negeri
mengandung serum albumin yang tinggi serta mengandung protein dan vitamin yang berguna
untuk kesehatan tubuh.
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini
terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode
biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian
akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat,
menghasilkan heteropoly-molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai
samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat
dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan
residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100
kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas
deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak
interferensinya akibat kesensitifannya.
Komposisi telur dapat dikatakan sangat beragam tergantung pada beberapa faktor
antara lain bangsa, tingkat laktasi, pakan, interval pengetasan temperatur dan umur ayam.
Telur mengandung protein dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Protein merupakan
polimer dari molekul asam amino. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung
unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak. Putih telur ayam terdiri
dari empat lapisan yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam dan
khalazaferous.
Setelah diamsukkan ke dalam kuvet, maka dapat dibaca absorbansi proteinnya di dalam
spektrofotometri dengan pembacaan panjang gelombang sebesar 650 nm. Pembacaan
absorbansi yang telah dilakukan maka didapatkan kurva standar dari larutan standar yang
telah dibuat oleh praktikan.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum analsis kadar protein pada putih telur kampung,
menghasilkan kurva standart yang semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi juga
absorbansinya, karena mengindikasikan protein yang terlarut dalam larutan semakin banyak.
Dan menghasilkan persamaan y = 8E-07x + 0.0046 dengan nilai R² = 0.0004.
VII. Kesimpulan
1. Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat
2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret,
yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan
mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat,
menghasilkan heteropoly-molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai
samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat
dideteksi secara kolorimetri.
2. Pada telur ayam kampung ini dihasilkan absorbansi sebesar 0,352. kurva standart yang
semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi juga absorbansinya, karena
mengindikasikan protein yang terlarut dalam larutan semakin banyak.