Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan
menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu
bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia
sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan
kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus diatasi karena sangat
meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak penyimpangan perilaku maupun
semakin tingginya jumlah penderita gangguan jiwa. Gangguan atau masalah
kesehatan jiwa yang berupa gangguan sensori persepsi yang sering adalah halusinasi.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penciuman. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2008).
Hasil riset WHO diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang di seluruh dunia
terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku dan jumlahnya terus
meningkat. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa satu dari lima orang dewasa pernah
mengalami gangguan jiwa dari jenis biasa sampai yang serius (Rizki, 2012).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya
halusinasi cukup tinggi.
Di Ruang Cempaka (PICU wanita) RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan jumlah
pasien sebanyak 34 orang di bulan Desember 2017, dengan diagnosa keperawatan
halusinasi 31 orang, risiko perilaku kekerasan 2 orang dan waham 1 orang.

1
Berdasarkan data yang tertera di atas maka kami mengambil judul makalah ini
tentang Halusinasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
3. Apa saja tanda dan gejala dari halusinasi?
4. Apa saja mekanisme koping yang dapat digunakan pada klien dengan halusinasi?
5. Apa saja jenis-jenis dari halusinasi?
6. Bagaimana tahapan halusinasi?
7. Bagaimana rentang respon halusinasi?
8. Bagaimana prinsip tindakan yang dapat kita lakukan pada klien dengan halusinasi?
9. Bagaimana pohon masalah halusinasi?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah utama halusinasi
2. Tujuan Khusus:
a Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari halusinasi
b Mahasiswa mampu menyebutkan proses terjadinya halusinasi
c Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
d Mahasiswa mampu menyebutkan mekanisme koping yang digunakan pada klien
dengan halusinasi
e Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis halusinasi
f Mahasiswa mampu menyebutkan tahap halusinasi
g Mahasiswa mampu menyebutkan rentang respon halusinasi
h Mahasiswa mampu menyebutkan prinsip tindakan keperawatan yang digunakan
pada klien dengan halusinasi
i Mahasiswa mampu menyebutkan pohon masalah halusinasi
j Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi
pendengaran

2
k Mahasiwa mampu membuat diagnosis keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
l Mahsiswa mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
m Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan pada
klien dengan halusiansi pendengaran
n Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
halusinasi pendengaran

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

B. Konsep Dasar Halusinasi


1. Pengertian
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (Nanda-I, 2012)
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Direja, 2011).
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai
adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penciuman. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2008).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar) yang mengakibatkan klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penciuman namun sebetulnya hal tersebut tidak ada.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Perilaku yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran
adalah pasien merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara.
Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang
atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi
penghidu pasien mengatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak
merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan
makan atau minum sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien
mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di
permukaan kulit.

4
2. Proses Terjadinya Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi adalah:
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini.

b. Faktor Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok
dapat menimbulkan halusinasi.

5
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

3. Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. Berbicara, tersenyum dan tertawa sendiri
b. Menggerakan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Menarik diri, berusaha untuk menghindari dan sulit berhubungan dengan orang
lain
f. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
g. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah
h. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
i. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
j. Ekspresi muka tegang, Tampak tremor dan berkeringat
k. Mudah tersinggung, jengkel, dan marah
l. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
m. Perilaku panik, curiga, ketakutan dan bermusuhan
n. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
o. Tidak dapat mengurus diri
p. Biasa terdapat orientasi waktu, tempat, dan orang

6
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10)Muntah
11)Menggaruk-garuk permukaan kulit

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi
(Muhith, 2015):
a. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda
c. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

7
5. Jenis - Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara
detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata
atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita
sehingga tidak jarang pendrita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara
tersebut.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap pendrita sebagai suatu
kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih
jarang dari halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi perabaan (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penserita merasa diraba dan diperkosa sering terjadi pada skizofrenia
dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
g. Halusinasi kinistetik
Penserita merasa badannya bergerak-gerak dala suatu ruang atau anggota
badannta bergerak-gerak. Misalnya “phantom phenomenom” atau tungkai yang
diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia
dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.

8
h. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus parietalis. Misalnya sering
merasa dirinya terpecah dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya
seperti dalam impian.

6. Tahap Halusinasi
Halusinasi berkembang melaui empat fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase pertama
 Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
termasuk dalam golongan nonpsikotik.
 Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara.
 Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik
dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
 Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
 Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, malamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
 Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.

9
c. Fase ketiga
 Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
 Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
 Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor,
dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
 Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebir dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
 Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
 Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

7. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran (pikiran kotor) Gangguan pikir
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dg pengalaman Reaksi emosi berlebihan/ kurang Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh dan tidak biasa Isolasi sosial
Hubungan sosial Menarik diri

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budayayang berlaku. Dengan kata lain indivisu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
10
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah lau yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir tergangu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilak tidak terorganisir merupaan suatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.

8. Prinsip Tindakan Keperawatan

11
a. Katakan “iya” pada halusinasi klien namun katakan pula “tidak” untuk orang lain.
b. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/ dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan
respon pasien saat halusinasi muncul.
c. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi yaitu sebagai berikut:
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Menggunakan obat secara teratur

9. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan
(diri sendiri, orang lain, lingkungan & verbal)

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi

Isolasi Sosial

12
13
14
15
16
17
18
19
11. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
20
SP I
1. Mengidentifikasi halusinasi jenis halusinasi klien.
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
7. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan.
8. Melatih menghardik
9. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi kedalam jadwal
kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar
3. Menjelaskan manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat
4. Menganjurkan klien memasukkan aktivitas minum obat ke dalam jadwal kegiatan
klien
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan dan melatih bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan
klien
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai dengan
2 kegiatan)
3. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan klien

BAB III
TINJAUAN KASUS

21
A. Pengkajian
Ruangan Rawat : Ruang Cempaka (PICU Wanita)
Tanggal Dirawat : 10 Januari 2018

1. Identitas Klien
Inisial : Nn.A
Umur : 21 Tahun
Informan : Pasien
Tanggal Pengkajian : 11 Januari 2018
No.RM : 02.93.43

2. Alasan Masuk
Klien mengatakan dibawa ke RSJ Soeharto Heerdjan oleh kakak kandungnya
karena klien sering marah-marah, membanting motor dan bertengkar dengan tetangga.
Klien mengatakan sering marah karena sering mendengar suara makhluk halus dan
sering melihat wujudnya yang berbeda-beda sehingga klien merasa takut dan ingin
marah. Pada saat dilakukan pengkajian, klien juga mengatakan bahwa tetangga dan
orang disekitarnya sering membicarakan hal buruk tentang dirinya, sehingga membuat
dirinya marah dan kesal.

3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Gangguan Jiwa di masa lalu:
Klien mengatakan pernah beberapa kali dirawat di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan
sebelumnya dan terakhir adalah 03 Januari 2018.
Masalah Keperawatan:
Regimen terapeutik inefektif & Koping keluarga inefektif
b. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil. Klien pengatakan ketika diperbolehkan
pulang, obat yang diberikan jarang diminum karena merasa pusing ketika minum
obat tersebut.
Masalah Keperawatan:
Regimen terapeutik inefektif & Koping keluarga inefektif
c. Riwayat Aniaya Seksual di masa lalu:
Klien mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan mantan pacarnya,
padahal hal tersebut tidak ia sukai dan klien menganggapnya sebagai aib.

22
Masalah Keperawatan:
a Resiko Perilaku Kekerasan
d. Riwayat Gangguan Jiwa Keluarga:
Klien mengatakann anggota keluarganya, yaitu Ibunya mengalami gangguan
jiwa. Ibu klien sering melamun dan pernah ingin minum Byclin (Pemutih Pakaian).
Klien mengatakan bahwa ibunya tidak pernah mendapatkan pengobatan dan saat
ini ibu klien sudah tidak depresi dan sudah sehat.
e. Pengalam masa lalu yang tidak menyenangkan:
Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang buruk baginya yaitu ketika
klien mencari lowongan pekerjaan lalu ditolak, padahal terpampang bahwa sedang
membutuhkan karayawan. Hal tersebut membuat klien merasa lelah dan putus asa
dalam mencari pekerjaan
Masalah Keperawatan:
Harga Diri Rendah

4. Fisik
a. Tanda Vital:
TD: 99/77 mmHg S : 37,1ºC
N : 99x/ menit RR: 20 x/ menit
b. Ukur:
TB : 148 cm
BB : 58 kg
c. Keluhan Fisik: Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak ada
keluhan fisik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

5. Psikososial
a. Genogram

23
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

------------: Tinggal bersama

: Meninggal

Pasien mengatakan bahwa ia adalah anak terakhur dari 6 bersaudara, ayahnya


telah meninggal dan ia hanya tinggal bersama ibu, kakak perempuan dan kakak
laki-lakinya. Pasien mengatakan bahwa ibunya bersaudara dan ibunya 5
bersaudara.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

b. Konsep Diri
1) Gambaran : Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah rambutnya
diri karena bawahnya terlihat ikal dan bagus. Dan bagian tubuh
yang tidak disukai adalah payudara karena terlihat besar.
2) Identitas : Klien mengatakan bahwa ia adalah adalah seorang perempuan
yang belum menikah, dirinya hanya lulusan sekolah dasar dan
sudah bekerja tetapi sekarang tidak bekerja.
3) Peran : Klien mengatakan bahwa ia adalah seorang anak yang sangat
disayang ibunya dan selalu patuh jika diminta tolong oleh
ibunya.
4) Ideal Diri : Klien mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang pramugari,

24
sehingga ia ingin bekerja agar bisa melanjutkan sekolah dan
bisa diwisuda.
5) Harga Diri : Klien mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya tidak
menukainya dan menganggap dirinya perempuan yang tidak
baik, karena klien sering mendengar tetangganya selalu
membicarajab hal buruk tentangnya.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti: Ibu dan kak perempuan
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: KLien mengatakan lebih
baik di rumah karena sering mendengar tetangganya selalu membicarakannya.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada hambatan, klien
tampak sering bersosialisasi dengan klien lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

d. Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan:
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan bahwa ia beragama
islam. Klien mengatakan bahwa Allah itu satu, Allah itu Maha Besar dan
sebagai umatnya kita harus selalu mengingatnya dimana pun dan kapan pun,
ketika ibadah ataupun tidak.
2) Kegiatan Ibadah:
Klien mengatakan bahwa ia ingat waktu solat tetapi klien mengatakan
bahwa ia sering tidak solat karena klien lupa membawa mukena dan sajadah
ketika dibawa ke RSJ sehingga ia tidak melakukan solat, karena kakaknya
berpesan tidak boleh meminjam barang orang lain.
Masalah Keperawatan: Distres Spiritual

6. Status Mental
a. Penampilan

25
Klien tampak mengenakan baju seragam yang diberikan RSJ, klien dapat memakai
baju secara mandiri, baju yang dipakai sesuai dan tidak terbalik , dengan rambut
diikat dengan rapi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Cara bicara klien sedikit cepat dan keras, tetapi tetap jelas.
Masalah Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
c. Aktivitas Motorik
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak bersemangat ketika akan diajak
untuk bercakap-cakap
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan merasa takut dan khawatir ketika mendengar suara dan melihat
bayangan makhluk halus yang aneh.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan
Penglihatan
e. Afek
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak marah ketika membicarakan hal
yang tidak menyenangkan bagi dirinya dan tidak ingin membicarakannya.
Masalah Keperawatan: Risiko Perilaku kekerasan
f. Interaksi Selama Wawancara
Pada saat dilakukan pengkajian, klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan,
kontak mata (+), dan klien cukup kooperatif.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
g. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara dan bisikan yang terkadang baik
untuknya dan terkadang buruk. Suara yang didenger adalah suara laki-laki, dan
terkadang suara perempuan. Suara tersebut seperti menertawakannya, kadang
berkata “Ny.A tidak boleh banyak diam” atau menyuruhnya untuk melempar-
lempar barang. Klien juga mengatakan sering melihat bayangan-bayangan yang
aneh, bayangan aneh berupa kuntilanak, bidadari/bidadara dan kepala buntung.
Suara dan bayangan tersebut datang diwaktu yang tidak tentu namun lebih
sering di malam hari ketika klien sedang sendiri. Saat halusinasi penglihatan dan

26
pendengaran itu datang klien merasa takut dan khawatir, yang dilakukan adalah
menjauhi suara atau penglihatan tersebut.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran &
Penglihatan.
h. Proses Pikir
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien tampak tidak focus dan berpindah-pindah
topik pembicaraan.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran &
Penglihatan.
i. Isi Pikir
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengalami gangguan isi pikiran dan
waham.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
j. Tingkat Kesadaran
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak tenang. Klien dapat mengingat hari
dan tanggal, mampu mengenali teman sekamar dan nama perawat, dan mengingat
alamat rumahnya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
k. Memori
Pada saat dilakukan pengkajian, daya ingat jangka panjang klien baik dibuktikan
dengan klien mampu mengingat kegiatan selama di rumah. Dan daya ingat janagka
pendek klien juga baik, dibuktikan dengan klien mampu mengingat nama perawat.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada saat diberikan soal perhitungan, klien tidak dapat berkonsentrasi untuk
menghitung.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
m. Kemampuan Menilai
Pada saat dilakukan pengkajian, ketika diberi kesempatan untuk memilih, klien
dapat mengambil keputusan secara mandiri.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

n. Daya Tilik Diri


Pada saat dilakukan pengkajian, klien menegtahui penyakit yang dideritanya.
27
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

7. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan √ Bantuan Minimal
Klien mampu makan dan minum secara mandiri, klien dapat mencuci tangan
sesudah dan sebelum makan. Klien perlu dimotivasi untuk menghabiskan
makannya
b. BAB/BAK √ Bantuan Minimal
Klien mampu BAB/BAK secara mandiri. Klien tau tempat untuk BAK/BAK
danklien mampu melalukan vulva hygiene setelah BAB/BAK.
c. Mandi √ Bantuan Minimal
Klien mengatakan dapat mandi secara mandiri, dengan frekuensi 3x sehari, sikat
gigi 3x sehari, dank lien sering mencuci rambutnya 1x sehari.
d. Berpakaian/ Berhias √ Bantuan Minimal
Klien mengatakan mampu berpakaian secara mandiri dan menggantinya setiap
selesai mandi, klien tampak menyisir dan mengikat rambutnya secara mandiri.
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : Klien mengatakan tidak pernah tidur siang
Tidur malam lama : 24.00 WIB s.d 05.30 WIB
Kegiatan sebelum tidur : Kegiatan yang dilakukan yaitu mencuci muka
f. Penggunaan Obat √ Bantuan Total
Klien mengatakan perlu bantuan ketika minum obat karena klien agak susah
untuk minum obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjut √ Ya
Perawatan Pendukung √ Ya
h. Kegiatan di dalam rumah
- Mempersiapkan makan √ Ya
Klien mengatakan sering membantu ibunya memasak.
- Menjaga kerapihan rumah √ Ya
Klien mengatakan sering membantu ibunya dalam merapikan rumah.
- Mencuci pakaian √ Ya
Klien mengatakan selalu mencuci pakaiannya sendiri.
- Pengaturan keuangan √ Ya
Klien mengatakan ketika diberikan uang, klien selalu menabung untuk membeli
sesuatu yang ia inginkan.
i. Kegiatan di luar rumah
- Belanja √ Ya
- Transportasi √ Ya
Klien mengatakan ketika keluar dari RSJ bulan lalu klien sering berbelanja ke pasar dan

28
ke mall dengan menggunakan motor.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

8. Mekanisme Koping
Adaptif:
Klien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah, klien akan berbicara kepada
orang lain yaitu ibu atau kakak perempuan. Terkadang klien juga akan menulis puisi
untuk meluapkan emosinya.
Maladaptif:
Klien mengatakan jika kesal dirinya bisa sampai mencederai orang lain.

9. Masalah Psikososial & Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok:
Klien mengatakan sering merasa dijauhi dan dibicarakan oleh tetangganya dan
orang disekitarnya terutama keluarga yang merasa sudah lelah dengan pengobatan
klien.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan:
Klien mengatakan lebih sering di rumah karena malas berkomunikasi dengan
tetangga yang jahat.
c. Masalah dengan pendidikan:
Klien mngatakan hanya lulus sekolah dasar, padahal ia ingin sekali di wisuda.
d. Masalah dengan pekerjaan:
Klien mengatakan sering ditolak ketika melamar pekerjaan, sehingga membuatnya
putus asa.
Masalah Keperawatan: Harga Diri rendah
e. Masalah dengan perumahan:
Klien mengatakan lebih sering tinggal atau berdiam di rumahnya karena anggota
keluarga yang sayang dengannya.
f. Masalah ekonomi:
Klien mengatakan ketika ia masih bekerja menjadi SPG klien cukup memiliki
uang, tetapi ketika tidak bekerja klien mendapat uang dari ibu dan kakak-kakaknya
lalu ia kumpulkan.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan:

29
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan karena pelayanan
kesehatan sangat membantunya untuk sembuh, seperti perawatnya yang baik-baik.

10. Pengetahuan Kurang Tentang


Saat dilakukan pengkajian klien kurang pengetahuan tentang mekanisme
Koping yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Akibatnya
klien sering melampiaskan masalahnya kepada perilaku kekerasan seperti melempar
barang atau berkata kasar.
Sehingga klien diajarkan dan dianjurkan untuk melakukan teknik untuk
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam, memukul kasur dan
bantal atau benda lain yang lunak (tidak membahayakan diri), mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara bicara baik-baik dll.
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan

11. Aspek Medis


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
Terapi Medikasi : 1. Risperidon 2 mg (2 x sehari 1 tablet/kapsul) → Peroral
2. Trifluperazin 5 mg (2 x sehari 1 tablet/kapsul) → Peroral
3. Clozapin 100 mg (2 x sehari 1 tablet/kapsul) → Peroral
4. Trihexylphenidil 2 mg (2 x sehari 1 tab/,blet/kapsul) → Peroral
5. Serequel 300 mg (2 x sehari 1 tablet/kapsul) → Peroral

Analisa Data
N DATA MASALAH
O
1. Data Subjektif: Gangguan Persepsi Sensori:
 Klien mengatakan sering mendengar suara dan Halusinasi Pendengaran dan
bisikan yang terkadang baik untuknya dan Penglihatan
terkadang buruk. Suara yang didenger adalah
suara laki-laki, dan terkadang suara perempuan.

30
 Suara tersebut seperti menertawakannya,
kadang berkata “Ny.A tidak boleh banyak
diam” atau menyuruhnya untuk melempar-
lempar barang.
 Klien juga mengatakan sering melihat
bayangan-bayangan yang aneh, bayangan aneh
berupa kuntilanak, bidadari/bidadara dan
kepala buntung.
 Suara dan bayangan tersebut datang diwaktu
yang tidak tentu namun lebih sering di malam
hari ketika klien sedang sendiri. Saat halusinasi
penglihatan dan pendengaran itu datang klien
merasa takut dan khawatir, yang dilakukan
adalah menjauhi suara atau penglihatan
tersebut.
Data Objektif:
 Klien tampak berbicara sendiri
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien tampak menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
 Klien tampak ketakutan pada suatu hal yang
tidak jelas
2. Data Subjektif: Risiko Perilaku Kekerasan
 Klien mengatakan bahwa tetangga dan orang
disekitarnya sering membicarakan hal buruk
tentang dirinya, sehingga membuat ia marah dan
kesal.
 Klien mengatakan sering marah karena sering
mendengar suara makhluk halus dan melihat
bayangan, sehingga klien mrasa takur, khawatir
dan ingin marah.
Data Objektif:
 Klien tampak tegang dan gelisah
 Pasien tampak takut dan khawatir

31
12. Daftar Masalah Keperawatan
a. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Pengelihatan
b. Risiko Perilaku Kekerasan

13. Pohon Masalah


Risiko Perilaku Kekerasan
(diri sendiri, orang lain, lingkungan, verbal)

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
Regimen Terapeutik Inefektif
Isolasi Sosial

Koping Keluarga Inefektif


Harga Diri Rendah

B. Diagosis Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Pengelihatan
2. Risiko Perilaku Kekerasan

32
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


HALUSINASI
SP I
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Juma’at, 12 Januari 2018
Pertemuan ke- : 1

33
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Masalah
Data yang Perlu Dikaji
Keperawatan
Gangguan Persepsi Subjektif:
Sensori: Halusinasi  Klien mengatakan sering mendengar suara atau bisikan yang
terkadang baik dan terkadang buruk untuknya. Suara yang
didenger adalah suara laki-laki & terkadang suara perempuan.
 Suara tersebut seperti menertawakannya, kadang berkata
“Ny.A tidak boleh banyak diam” atau menyuruhnya untuk
melempar-lempar barang.
 Klien juga mengatakan sering melihat bayangan-bayangan
yang aneh, bayangan aneh berupa kuntilanak, bidadari/bidadara
dan kepala buntung.
 Suara dan bayangan tersebut datang diwaktu yang tidak tentu
namun lebih sering di malam hari ketika klien sedang sendiri.
Saat halusinasi datang klien merasa takut dan khawatir, yang
dilakukan adalah menjauhi suara atau penglihatan tersebut.
Objektif:
a. Klien tampak berbicara dan tertawa sendiri
b. Klien tampak menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
c. Klien tampak ketakutan pada suatu hal yang tidak jelas

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenali halusinasinya
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
b. Mengdentifikasi isi halusinasi klien

34
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengdentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
h. Melatih menghardik
i. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mba, perkenalkan nama saya Rista Safitri, saya mahasiswi
keperawatan dari Poltekkes Banten yang dinas di ruangan ini dari jam 07.00-14.00
WIB. Nama mba siapa? Senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana tidurnya semalam?”
“Bagaimana perasaan mba saat ini?”
c. Kontrak:
 Topik : “Mba hari ini kita akan berbincang-bincang mengenai suara yang mba
dengar.”
 Waktu : “Mau berapa lama kita berbincang-bincangnya?”
 Tempat : “Dimana kita mau berbincang-bincangnya?”
 Tujuan : “Tujuannya agar mba dapat mengenali suara-suara yang mba dengar dan
agar mba dapat mengontrol suara-suara tersebut.”

2. Fase kerja
“Apakah mba mendengar suara yang mengganggu mba?”
“Kalau boleh tahu apa yang dikatakan suara itu?”
“Dalam satu hari, berapa kali suara itu datang?
“Kapan suara itu datang?”
“Ketika suara itu datang, biasanya mba sedang apa?”

35
“Bila suara itu datang, apa yang mba lakukan?”
“Selain cara yang mba lakukan, ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk mengusir
suara tersebut yaitu pertama dengan cara menghardik, kedua dengan minum obat secara
benar dan teratur, ketiga dengan bercakap-cakap seperti yang sedang kita lakukan dan
keempat dengan melakukan kegiatan.”
“Sekarang kita belajar cara pertama yaitu dengan cara menghardik. Caranya adalah bila
suara itu datang, tutup telinga mba dan katakan pergi kamu, aku tidak mau mendengar
kamu, kamu suara palsu. Seperti itu caranya mba, apakah mba sudah mengerti?”
“Coba, sekarang mba ulangi kembali cara menghardik yang telah saya praktekan.”
“Bagus mba memang hebat.”
“Mba bisa melakukan cara menghardik berulang-ulang sampai suara itu hilang.”
“Sekarang kita masukan cara menghardik ke dalam jadwal harian ya.”
“Mba mau berapa kali latihan menghardik?Jam berapa saja?”
“Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu maka ibu tulis B, dan jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
 Subjektif: “Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bincang mengenai
suara yang mengganggu mba?”
 Objektif: “Nah, kan tadi kita sudah belajar cara mengusir suara yang mengganggu
mba dengan cara menghardik, sekarang mba bisa mengulangi kembali cara yang
telah kita pelajari?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal harian, mba bisa latihan cara
menghardik seduai jadwal yang telah kita buat.”
”Lalu ibu masukan ke dalam jadwal kegiatan seperti yang tadi saya ajarkan.”
“Besok kita akan latihan cara kedua yaitu meminum obat dengan prinsip 6 benar.”
c. Kontrak yang akan datang
“Mba mau kapan latihan cara keduanya?”
“Dimana kita akan latihannya?”

36
“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, saya permisi dulu ya mba,
semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok.”

TTD

( )

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran


dan Penglihatan
Pertemuan Ke- : 1 (SP I)
Hari/Tanggal : Jum’at, 12 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S:

37
- Klien mengatakan sering mendengar - Klien mengatakn masih mendengar suara
suara makluk halus dan sering melihat dan melihat bayangan, yang terkadang
wujudnya yang berbeda-beda. suara tersebut berisi ajakan dan
- Klien mengatakan merasa takut dan menertawainya
khawatir ketika mendengar suara dan - Klien mengatakan halusinasi itu datang di
melihat bayangan makhluk halus yang jam yang tidak menentu, terutama malam
aneh hari
- Klien mengatakan bahwa suara yang - Klien mengatakan ketika sendiri halusinasi
didengar baik untuknya dan terkadang lebih sering muncul dan ketika halusinasi
buruk untuknya, suara dan bayangan itu itu datang biasanya klien akan berteriak dan
sering muncul di malam hari. marah
- Klien mengatakan halusinasi berkurang
Data Objektif:
setelah bercakap-cakap dan merasa senang
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien mengatakan akan melakukan cara
- Klien tampak tertawa sendiri
menghardik jika bayangan dan suara itu
- Klien tampak menunjuk-nunjuk ke arah
datang
tertentu
- Klien tampak ketakutan pada suatu hal O:
yang tidak jelas - Klien masih tampak bingung dengan
halusinasinya
Diagnosa Keperawatan: - Klien tampak tertawa sendiri
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi - Klien tampak mempraktikan cara
Pendengaran dan Pengelihatan menghardik ketika halunasi itu datang
dengan bantuan perawat
Tindakan Keperawatan: - Klien tampak marah-marah ketika sendiri
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
A:
2. Mengdentifikasi isi halusinasi klien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
Pendengaran dan Penglhatan masih ada (+)
klien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
P:
klien
- Anjurkan klien latihan kembali cara
5. Mengidentifikasi situasi yang
mengontrol dengan menghardik
menimbulkan halusinasi
- Anjurkan klien memasukkan ke dalam
6. Mengdentifikasi respon klien terhadap

38
halusinasi jadwal kegiatan harian sesuai dengan
7. Menjelaskan cara mengontrol munculnya bisikan-bisikan atau bayangan-
halusinasi: menghardik, minum obat, bayanagan yang tidak nyata.
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
8. Melatih menghardik
9. Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut:


1. Evaluasi jadwal kegitan harian klien
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-capak TTD
3. Latih bercakap-cakap
4. Anjurkan klien memasukkan latihan
bercakap-cakap ke dalam jadwal ( )
kegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
SP II

Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Januari 2018
Pertemuan ke- : 2

A. Proses Keperawatan

39
1. Kondisi Pasien
Masalah
Data Pasien
Keperawatan

Gangguan Persepsi Subjektif:


Sensori: Halusinasi  Klien mengatakan masih mendengar suara dan bayangan
yang berisi ajakan dan menertawainya.
 Klien mengatakan halusinasi itu datang jam berapapun
terutama di malam hari.
 Klien mengatakan ketika sendiri halusinasi lebih sering
muncul dan ia akan berteriak dan marah.
 Klien mengatakan halusinasi berkurang ketika bercakap-
cakap dan merasa senang.
 Klien mengatakan akan melakukan cara menghardik jika
bayangan dan suaranya datang.
Objektif:
 Klien tampak masih bingung dengan halusinasinya.
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien terlihat mencontohkan cara menghardik ketika
halusinasi itu datang dengan bantuan.
 Klien tampak terlihat marah ketika sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan.

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenali halusinasinya
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
c. Latih bercakap-cakap ketika terjadi halusinasi

40
d. Anjurkan klien memasukkan cara bercakap-caka ke dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mba, perkenalkan kembali nama saya Rista, saya mahasiswi
keperawatan dari Poltekkes Banten yang dinas di ruangan ini dari jam 08.00-14.00
WIB, sesuai kontrak waktu sebelumnya kita bertemu jam 10.00WIB diruang
cempaka ini”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana tidurnya semalam?”
“Bagaimana perasaan mba saat ini?”
“Apakah mba masih mendengar suara bisikan - bisikan atau bayangan-bayangan
aneh hari ini ?
“Sebelumnya apakah mba sudah melakukan menghardik ketika halusinasi datang
kembali?, coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya”
c. Kontrak:
1) Topik
“Baiklah sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
mengenai cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.”
2) Waktu
“Mau berapa lama kita berbincang-bincangnya?”
“Bagaimana jika 20 menit ?”
3) Tempat
“Diruangan cempaka ini, dimana kita mau berbincang-bincangnya?”
4) Tujuan
“Tujuannya agar mba dapat mengontrol suara-suara tersebut dengan cara
bercakap-cakap.”

2. Fase kerja
“Sekarang kita belajar cara kedua yaitu dengan cara bercakap-cakap. Caranya adalah
bila mba mendengar suara-suara atau bisikan-biskan kembali, mba langsung
menghampiri atau mencari orang lain seperti teman mba atau suster untuk di ajak
bercakap-cakap, kemudian mba bilang. Contohnya begini: “suster atau mba saya

41
sedang bingung dan halusinasi saya mulai muncul kembali, mari mengobrol dengan
saya! Kita mengobrol hal-hal yang menyenangkan. Seperti itu caranya mba, apakah
mba sudah mengerti?”
“Coba, sekarang mba ulangi kembali cara bercakap- cakap yang telah saya
praktekan.”
“Bagus mba memang hebat.”
“Mba bisa melakukan cara bercakap-cakap dengan siapapun sampai suara itu hilang.”
“Sekarang kita masukan cara bercakap-cakap ke dalam jadwal harian ya. Mba mau
kapan saja latihan bercakap-cakapnya?”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien
1) Subjektif:
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bincang mengenai latihan
menghilangkan halusinasi dengan cara berbincang-bincang?”
2) Objektif:
“Nah, kan tadi kita sudah belajar cara mengusir suara yang mengganggu mba
dengan cara berbincang-bincang, sekarang mba bisa mengulangi kembali cara
yang telah kita pelajari?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal harian, mba bisa mempraktekan
cara bercakap-cakap sesuai jadwal yang telah kita buat.”
“Besok kita akan latihan cara ketiga yaitu malakukan kegiatan yang mba sukai.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik :
“Mba besok kita akan berbincang-bincang kembali untuk melakukan latihan
ketiga yaitu dengan melakukan kegiatan”
2) Waktu :
“Mba mau berapa lama untuk latihan melakukan ketiganya ?”
“Bagaimana jika 20 menit ?”
3) Tempat :
“Di ruang cempaka ini, dimana kita akan latihannya?”

42
“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, saya permisi dulu ya mba,
semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok. Wassalamualaikum”

TTD

( )

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran


dan Penglihatan
Pertemuan Ke- : 2 (SP II)
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Januari 2018

Implementasi Evaluasi
Data Subjektif : S:

43
 Klien mengatakan masih mendengar  Klien mengatakan masih sering lupa untuk
suara dan bayangan, yang terkadang melakukan menghardik ketika bayangan
suara tersebut berisi ajakan dan dan suara itu datang.
menertawainya.
 Klien mengatakan merasa lebih tenang dan
 Klien mengatakan halusinasi itu datang halusinasi tidak muncul ketika bercakap-
di jam berapapun terutama dimalam cakap.
hari.
 Klien mengatakan malam hari tadi masih
 Klien mengatakan jika sendiri mendengar suara-suara yang
halusinasinya lebih sering muncul, dan menertawainya.
ketika halusinasi itu muncul biasanya
 Klien mengatakan akan memasukan
klien akan berteriak dan marah.
bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan
 Klien mengatakan merasa senang harian.
ketika bercakap-cakap dan halusinasi
berkurang.
O:
 Klien mengatakan akan melakukan  Klien tampak lebih tenang dan kooperatif
cara menghardik jika halusinasi itu ketika di ajak bicara.
datang.  Klien tampak mempraktikan cara
bercakap-cakap dengan perawat dan teman
diruangannya.
Data Objektif :
 Klien terkadang masih terlihat tertawa
 Klien masih tampak bingung dengan
sendiri.
halusinasinya
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien terlihat mencontohkan cara
A:
menghardik ketika halusinasi itu datang
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
dengan bantuan.
pendengaran dan penglihatan masih ada (+)
 Klien tampak terlihat marah ketika
sendiri.
P:
 Anjurkan klien latihan kembali cara
Diagnosa Keperawatan:
mengontrol halusinasi dengan bercakap-
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
cakap.
pendengaran dan penglihatan.

44
 Anjurkan klien memasukan ke dalam
Tindakan Keperawatan: jadwal kegiatan harian sesuai dengan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian munculnya suara atau bayangan maupun
klien tidak.

2. Menjelaskan cara mengontrol


halusinasi dengan bercakap-cakap

3. Melatih bercakap-cakap ketika terjadi


halusinasi

4. Menganjurkan klien memasukkan cara


bercakap-caka ke dalam jadwal
kegiatan harian

TTD
Rencana Tindak Lanjut:
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Latih cara mengontrol halusinasi ( )


dengan melakukan kegiatan harian

3. Anjurkan klien memasukkan kegiatan


untuk mengendalikan halusinasi
kedalam jadwal kegiatan klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
SP III
Nama : Nn.A

45
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Senin, 15 Januari 2018
Pertemuan ke- : 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Masalah
Data Pasien
Keperawatan

Gangguan Persepsi Subjektif:


Sensori: Halusinasi  Klien mengatakan masih sering lupa untuk melakukan
menghardik ketika bayangan dan suara itu datang.
 Klien mengatakan merasa lebih tenang dan halusinasi tidak
muncul ketika bercakap-cakap.
 Klien mengatakan malam hari tadi masih mendengar suara-
suara yang menertawainya.
 Klien mengatakan akan memasukan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian.
 Objektif:
 Klien tampak lebih tenang dan kooperatif ketika di ajak bicara.
 Klien tampak mempraktikan cara bercakap-cakap dengan
perawat dan teman diruangannya.
 Klien terkadang masih terlihat tertawa sendiri.

5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan.

6. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan jadwal kegiatan harian
b. Klien mampu melakukan kegiatan harian untuk mengontrol halusinasi.
c. Klien mampu memasukkan kegiatan harian untuk mengendalikan halusinasi
kedalam jadwal kegiatan harian

7. Tindakan Keperawatan

46
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
c. Anjurkan klien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan halusinasi kedalam
jadwal kegiatan klien.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamua’alaikum wr.wb mba”
“Masih ingat dengan saya ? , iyah betul sekali mba saya Rista, mahasiswi dari
Poltekkes Banten yang dinas diruang ini dari jam 08.00 – 14.00 WIB, sesuai
kontrak waktu sebelumnya kita bertemu jam 10.00WIB di ruang cempaka ini.”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimna mba tidurnya semalam ?”
“Bagaimna perasaan mba pagi ini ?”
“Apakah mba masih mendengar suara-suara atau meliahat bayangan-bayangan
aneh ?”
“Aktivitas apa saja yang sudah mba lakukan hari ini ?”
“Bagaimana jadwal latihan menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang
lain saat terjadi halusinasi ?”
“Apakah mba sudah lakukan secara mandiri?”
“Ya, bagus sudah dilakukan mandiri. Lanjutkan sesuai jadwal ya mba”

c. Kontrak
1) Topik
“Sebelumnya kita sudah berbincang-bincang dan mempraktikan untuk
menghilangkan halusinasi dengan cara menghardik dan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.”
“Hari ini kita akan berbincang-bincang mengenai melakukan kegiatan untuk
menghilangkan halusinasi.”

2) Waktu

47
“Mba mau berapa lama kita berbincang-bincang & melakukan aktivitas hari
ini?”
“Bagaimana jika 15 menit ?”
3) Tujuan
“Tujuannya agar mba dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegitan
harian mba.”

2. Fase kerja
“Sebelumnya apakah mba sudah melakukan menghardik dan bercakap-cakap dengan
orang lain ketika halusinasi datang kembali?”
“Sekarang kita belajar cara ketiga yah mba yaitu dengan cara melakukan kegiatan
harian yang mba senangi.”
“Apa saja yang biasa mba lakukan ?”
“Apa saja kegiatan yang biasa dilakukan mba dari pagi sampai malam hari ?”
“Wah. . . . banyak sekali yah kegiatan mba”
“Bagaimana jika sekarang kita latih dua kegiatan yang mba senangi”
“Bagus sekali, seperti itu . . . ternyata mba dapat melakukannya dengan baik”
“Nah . . . kegiatan ini dapat mba lakukan untuk mencegah terjadinya halusinasi
tersebut muncul”
“Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam mba ada
kegiatan”
“Sekarang kita masukan kegiatan yang mba senangi ke dalam jadwal harian ya. ”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien
1) Subjektif:
“Bagaimana perasaan mba setelah kita melakukan kegiatan harianyang mba
senangi?”
2) Objektif:
“Cobamba sebutkan kembali 3 cara yang telah kita latih selama ini untuk
mencegah halusinasi tersebut muncul?”
“Bagus sekali”

48
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah kalau begitu, mba bisa melakukan cara mengkontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian mba sesuai dengan jadwal aktivitas mba dan beri tanda
jika sudah melakukannya sesuai dengan pilihan seperti M (mandiri) apabila
dilakukan sendiri tanpa bantuan, B (bantuan) apabila diingatkan dan baru
dilakukan, T (tidak) apabila Ibu tidak melakukannya.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik :
“Mba besok kita akan berbincang- bincang kembali mengontrol halusinasi
mba dengan cara meminum obat .”
2) Waktu :
“Mba mau jam berapa besok ? Berapa lama kita akan berbincang-
bincangnya ?”
“Bagaimana jika 15 menit ?”
3) Tempat :
“Di ruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincaangnya?”

“Baiklah pertemuan kita hari ini sudah selesai. Kalau begitu saya permisi dulu ya
bu semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok. Wassalamualaikum”

TTD

( )

49
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran


dan Penglihatan
Pertemuan Ke- : 3 (SP III)
Hari/Tanggal : Senin, 15 Januari 2018

Implementasi Evaluasi
Data Subjektif : S:
 Klien mengatakan masih sering lupa  Klien mengatakan sangat senang karena
untuk melakukan menghardik ketika bisa melakukan kegiatan yang ia sukai,
bayangan dan suara itu datang. yaitu menulis puisi dan menggambar
 Klien mengatakan merasa lebih tenang sehingga halusinasi itu berkurang dan tidak
dan halusinasi tidak muncul ketika kembali muncul.
bercakap-cakap.  Klien mengatakan malam ini tidak
 Klien mengatakan malam hari tadi mendengar suara-suara atau melihat
masih mendengar suara-suara yang bayangan yang aneh.
menertawainya.  Klien mengatakan ingin melakukan
 Klien mengatakan akan memasukan kegiatan lain yang ia sukai seperti
bercakap-cakap ke dalam jadwal menyapu.
kegiatan harian.  Klien mengatakan akan memasukan ke
dalam jadwal kegiatan harian.
Data Objektif :
O:
 Klien tampak lebih tenang dan
 Klien tampak senang ketika melakukan
kooperatif ketika di ajak bicara.
kegiatan yang ia sukai seperti menggambar
 Klien tampak mempraktikan cara dan membuat puisi.
bercakap-cakap dengan perawat dan
 Klien tampak tenang dan kooperatif ketika
teman diruangannya.
melakukan hal yang ia sukai.
 Klien terkadang masih terlihat tertawa
sendiri. A:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran dan penglihatan masih ada (+)
Diagnosa Keperawatan: P:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
 Anjurkan klien latihan kembali cara

50
pendengaran dan penglihatan. mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang disukai.
Tindakan Keperawatan:  Anjurkan klien memasukan ke dalam
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian kegiatan yang
klien disukai seperti menggambar dan menulis
puisi.
2. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan

3. Menganjurkan klien memasukkan


kegiatan yang disukai untuk
mengendalikan halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan harian

TTD
Rencana Tindak Lanjut:
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien

2. Jelaskan cara minum obat dengan


prinsip 6 benar ( )

3. Jelaskan manfaat/ keuntungan minum


obat dan kerugian tidak minum obat

4. Anjurkan klien memasukkan aktivitas


minum obat kedalam jadwal harian

51
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
SP IV
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Januari 2018
Pertemuan ke- : 4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Masalah
Data Pasien
Keperawatan
Gangguan Persepsi Subjektif:
Sensori: Halusinasi  Klien mengatakan sangat senang karena bisa melakukan
kegiatan yang ia sukai, yaitu menulis puisi dan menggambar
sehingga halusinasi itu berkurang dan tidak kembali.
 Klien mengatakan malam ini tidak mendengar suara-suara
atau melihat bayangan yang aneh.
 Klien mengatakan ingin melakukan kegiatan lain yang ia
sukai seperti menyapu.
 Klien mengatakan akan memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian kegiatan hari ini.
Objektif:
 Klien tampak senang ketika melakukan kegiatan yang ia sukai
seperti menggambar dan membuat puisi.
 Klien tampak tenang dan kooperatif ketika melakukan hal
yang ia sukai.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan penglihatan.

52
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat minum obat sesua jadwal
b. Klien dapat mengetaui manfaat/ keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat
c. Klien dapat memasukkan aktivitas minum obat ke dalam jadwal kegiatan klien

4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar
c. Jelaskan manfaat/ keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat
d. Anjurkan klien memasukkan aktivitas minum obat kedalam jadwal harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamua’alaikum wr.wb mba”
“Masih ingat dengan saya ? , iyah betul sekali mba saya Rista, mahasiswi dari
Poltekkes Banten yang dinas diruang ini dari jam 08.00 – 14.00 WIB, sesuai
kontrak waktu sebelumnya kita bertemu jam 10.00WIB di ruang cempaka ini.”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana tidurnya semalam?”
“Bagaimana perasaan mba saat ini?”
“Apakah mba masih mendengar suara bisikan - bisikan atau bayangan-bayangan
aneh hari ini ?”
“Apakah mba sudah melakukan secara mandiri jika halusinasi datang ?”

c. Kontrak:
1) Topik
“Sebelumnya kita sudah berbincang-bincang dan mempraktikan untuk
menghilangkan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, dan hari ini kita
akan berbincang-bincang mengenai cara minum obat dengan benar.”
2) Waktu: “Ingin berapa lama kita akan berbincang-bincangnya?”

53
3) Tempat: “Diruangan cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincang?”
4) Tujuan : “Tujuannya agar mba dapat mengontrol suara-suara tersebut dengan
cara minum obat.”
2. Fase kerja
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan bercakap-cakap tentang cara minum obat
dengan benar”
“Sebelum mba minum obat, mba harus teliti terlebih dahulu. Pertama baca nama
kemasannya, baca juga apakah nama mba tertera pada kotak obat, pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya. Mba juga harus cukup perhatikan berapa jumlah obat sekali minum.”
”Harus mba ketahui bahwa minum obat sangat penting agar bisikan-bisikan yang mba
dengar dan bayangan-bayangan yang mba lihat yang mengganggu selama ini akan
berkuranf. Berapa macam obat yang mba minum?
“Iyah betul sekali mba, obat yang mba minum ada 4, ada Risperidone berfungsi untuk
mengatasi gangguan mental/ mood, agar mba dapat berfikir jernih dan dapat
beraktifitas, yang kedua ada Trifluferazin berfungsi untuk mengurangi halusinasi dan
mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk melukai orang lain atau diri sendiri,
yang ketiga yaitu Clozapin berfungsi untuk menyeimbangkan dan menekan efek dari
reaksi kimia dalam otak sehingga dapat mengurangi halusiansi, yang keempat yaitu
Trihexylpenidil berfungsi untuk mengatasi gangguan gerak yang tidak normal dan
tidak terkendali. Semua obat ini diminum 2 kali sehari 1 tablet kecuali Clozapin hanya
1 kali sehari ½ tablet, diminum sesudah makan melalui mulut, obat ini diminum pukul
7 pagi dan 7 malam.
“Kalau bayangan-bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan yah, harus
tetap diminum. Nanti konsultasikan dengan dokter jika obatnya habis, sebab kalau
putus obat, mba akan kambuh dan sulit sembuh. Bagaimana apakah mba mengerti ?”.
“Coba, sekarang mba ulangi kembali cara minum obat yang telah saya jelaskan tadi.”
“Bagus mba memang hebat.”
“Sekarang kita masukan minum obat ke dalam jadwal harian ya. Mba bisa
meminumnya sesuai jadwal yang telah dentukan dokter.”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien
1) Subjektif:
54
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bincang mengenai latihan
menghilangkan halusinasi dengan cara minum obat?”

2) Objektif:
“Nah, kan tadi kita sudah belajar cara mengusir suara yang mengganggu mba
dengan cara minum obat, sekarang mba bisa mengulangi kembali bagaimana
cara minum obat yang benar?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal harian, mba bisa mempraktekan
cara minum obat sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.”
“Nah kita kan sudah latihan menghilangkan halusianasi dengan 4 cara, yaitu yang
pertama menghardik, lalu bercakap-cakap, melakukan kegiatan dan yang terakhir
yaitu minum obat. Mba bisa melakukan keempat kegiatan tadi untuk mengusir
halusinasi jika halusinasi itu datang, dan saya harap mba selalu mempraktikannya
jika halusinasi itu datang, agar mba tidak lupa dengan keempat cara dalam
menghilangkan halusinasi.”

c. Kontrak yang akan datang


1) Topik : “Mba besok kita akan berbincang- bincang kembali untuk melakukan
latihan cara mengontrol marah yang mba alami dan membahas mengenai
marah yang mba rasakan.”
2) Waktu : “Mba mau jam berapa besok ? Berapa lama kita akan berbincang-
bincangnya ?”
3) Tempat : “Di ruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincaangnya?”
“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, saya permisi dulu ya
mba, semoga cepat sembuh. Wassalamualaikum”

TTD

( )

55
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran


dan Penglihatan
Pertemuan Ke- : 4 (SP IV)
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Januari 2018

Implementasi Evaluasi
Data Subjektif : S:
 Klien mengatakan sangat senang karena  Klien mengatakan dari tadi malam sampai
bisa melakukan kegiatan yang ia sukai, pagi ini tidak mendengar suara-suara dan
yaitu menulis puisi dan menggambar melihat bayangan-bayangan yang tidak
sehingga halusinasi itu berkurang dan nyata.
tidak kembali muncul.  Klien mengatakan tidak akan putus obat
 Klien mengatakan malam ini tidak dan akan selalu meminum obatnya.
mendengar suara-suara atau melihat  Klien mengatakan lebih tenang ketika
bayangan yang aneh. sudah minum obat.
 Klien mengatakan ingin melakukan
kegiatan lain yang ia sukai seperti O:
menyapu lantai.  Klien dapat mengingat nama obat yang
 Klien mengatakan akan memasukan ke diberikan, waktu untuk minum obat dan
dalam jadwal harian kegiatan yang berapa jumlahnya serta fungsinya.
telah dilakukan seperti menggambar  Klien tampak senang dan ceria ketika
dan membuat puisi. bercakap-cakap
 Klien tampak kooperatif ketika diajak
Data Objektif :
berbincang-bincang
 Klien tampak senang ketika melakukan
 Klien dapat mencontohkan minum obat
kegiatan yang ia sukai seperti
yang benar.
menggambar dan menulis puisi.
 Klien tampak tenang dan kooperatif
A:
ketika melakukan hal yang ia sukai.
Gangguan persepsi sensori: halusinasi

56
pendengaran dan penglihatan berkurang(-)

DiagnosaKeperawatan: P:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi  Anjurkan klien untuk mempraktikan
pendengaran dan penglihatan. kembali cara minum obat sesuai waktu
yang ditentukan dokter
Tindakan Keperawatan:  Anjurkan klien memasukan ke dalam
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan harian minum obat secara
klien teratur.

2. Menjelaskan cara minum obat dengan


prinsip 6 benar

3. Menjelaskan manfaat/ keuntungan


minum obat dan kerugian tidak minum
obat
TTD
4. Mengnjurkan klien memasukkan
aktivitas minum obat kedalam jadwal
harian

( )
Rencana Tindak Lanjut:
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien

2. Melatih kembali cara mengusir


halusinasi dengan menghardik,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan,
dan minum obat secara teratur.

57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
SP I
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018
Pertemuan ke- : 5

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
 Pasien mengatakan sering marah – marah dan membanting
motor dan bertengkar dengan tetangga ketika dirumah
sehingga ia dibawa ke RSJ.
 Pasien mengatakan bahwa tetangga dan orang disekitarnya
sering membicarakan hal buruk tentang dirinya sehingga
membuatnya marah dan kesal.
 Pasien mengatakan penyebab ketika ia sering marah karena
sering mendengar suara makhluk halus dan melihat
bayangannya sehingga ia merasa takut dan ingin marah.

b. Data Objektif
 Pasien tampak memukul teman sekamarnya karena merasa
dirinya sedang dibicarakan.
 Tangan pasien tampak mengepal.
 Pasien sering berkata kasar jika marah.
 Wajah terlihat tegang dan pandangan pasien tajam.

58
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
c. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau menontrol
perilaku kekerasannya.
d. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, verbal, dan dengan terapi pesikotarmuka.

4. Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
b. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan.
d. Identifikasi akibat perilaku kekerasan.
e. Latih-latihan fisik 1 (tarik napas dalam)
f. Anjurkan Pasien memasukan latihan kedalam kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb / selamat pagi mba..”
“Masih ingat dengan saya mba ?”
b. Evaluasi / Validasi
“Mba bagaimana tidurnya semalam ?”
“Bagaimana perasaan mba saat ini ?”
“Apakah masih ada perasaan kesal atau marah ?”
c. Kontrak
1) Topik : “Mba kita akan berbincang - bincang tentang
masalah yang sedang mba hadapi dan latihan cara

59
mengontrol marah dengan latihan fisik 1 yaitu tarik napas
dalam”
2) Waktu : “Mba ingin berapa lama waktunya untuk berbincang –
bincangnya ?”
3) Tempat : “Diruang cempaka ini, dimana kita akan
berbincang-bincangnya ?”
4) Tujuan : “Tujuannya untuk mengontrol kemarahan mba
dan mencegah agar mba tidak melakukan kekerasan bagi diri
sendiri maupun orang lain”

2. Fase Kerja
“Mba, kalau boleh tahu apa yang mba rasakan ketika mba sedang
marah ?”
“Memangnya apa yang menyebabkan mba menjadi marah ?”
“Biasanya setelah mba marah apa yang mba rasakan ?, dan adakah
kerugian dari kemarahan mba itu ?”
“Kalau begitu mba mau tidak belajar untuk menyualurkan
kemarahan mba dengan baik tanpa menimbulkan kerugian bagi
mba ?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan mba, salah
satunya dengan latihan fisik yang yang pertama yaitu tarik napas
dalam.”
“Caranya adalah jika tanda-tanda marah tadi sudah mba rasakan
maka mba cari tempat duduk, lalu mba tarik napas dari hidung
dalam-dalam tahan 3 detik, lalu keluarkan / tiup perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Bagaimana mba, apakah
mba mengerti ?
Coba mba tolong praktikan apa yang sudah saya sampaikan”
“Nah bagus mba, mba bisa melakukannya dengan baik”
“Mba bisa melakukan teknik ini ketika muncul tanda-tanda marah
yang bisa mba rasakan. Mba bisa melakukannya 5 kali atau lebih
sampai perasaan marah mba hilang”
“Baiklah sekarang, kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian.”

60
“Mba mau latihan nafas dalam berapa kali sehari ? dan jam
berapa ?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
1) Data subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita bercakap-cakap
mengenai latihan mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
?”
2) Data objektif
“Nah kan tadi kita sudah latihan cara mengontrol marah
dengan tarik nafas dalam, sekarang mba bisa ulangi kembali
cara yang sudah kita pelajari tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah mba karena kita sudah membuat jadwal harian, mba
bisa latihan mengontrol marah dengan nafas dalam sesuai jadwal
yang telah kita buat”
“Besok kita akan latihan cara kedua yaitu latihan fisik 2 dengan
pukul bantal / kasur”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Mba besok kita akan berbincangbinvang kembali untuk
melakukan latihan cara mengontrol marah dengan
pukul bantal / kasur.”

2) Waktu
“Mba ingin kapan latihan cara keduanya dan berapa
lama ?”
3) Tempat
“Diruang cempaka ini, dimana kita akan latihannya ?”

61
“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, saya
permisi dulu yah mba, semoga cepat sembuh, sampai jumpa
besok. Wassalamualaikum...

TTD

(
)

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

62
Pertemuan Ke- : 5 (SP I)
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif : S:
 Pasien mengatakan sering  Pasien mengatakan masih sering
marah-marah dan kesal dan marah jika ingat
membanting motor, dan tetangganya, karena penyebab
bertengkar dengan tetangga marahnya adalah tetangganya
ketika dirumah sehingga ia di yang sering memicarakan hal
bawa ke RSJ. buruk tetntangnya.
 Pasien mengatakan bahwa  Pasien mengatakan jika ia marah
tetangga dan orang dadanya merasa sesak nafas, dan
disekitarnya sering rasanya ingin berkata kasar dan
membicarakan hal yang buruk memukul apapun disekitarnya.
tentang dirinya sehingga  Pasien mengatakan jika ia marah ia
membuatnya marah dan akan membanting apapun
kesal. didekatnya dan memukul
 Pasien mengatakan penyebab seseorang yang membuatnya
ketika ia sering marah karena marah dan akan ia caci maki.
sering mendengar suara  Pasien mengatakan akibat
makhluk halus dan melihat marahnya ia dijauhi oleh orang
bayangannya sehingga pasien lain, barang-barang miliknya
merasa takut dan kuatir dan menjadi rusak dan karena ia
ingin marah. memukul pasien lain ia dimasukan
ke ruang isolasi.
Data Objektif:
 Pasien mengatakan lebih tenang
 Pasien tampak memukul
setelah tarik nafas dalam yang
teman sekamarnya karena
telah diajarkan perawat.
merasa dirinya sedang
dibicarakan.
O:
 Tangan pasien tampak
 Pasien tampak melotot dan
mengepal
pendengarannya tajam
 Pasien sering berkata kasar
 Pasien tampak kesal dan marah

63
dan marah karena di pindahkan keruang
 Wajah terlihat tegang dan isolasi
pandngan pasien tajam.  Pasien tampak marah ketika
sendiri
Diagnosa Keperawatan:  Pasien tampak bingung
Risiko perilaku kekerasan  Pasien belum dapat menahan
marah jika pasien lain tidak suka
Tindakan Keperawatan:
dengannya
1. Mengidentifikasi penyebab
 Pasien mampu memperhatikan
perilaku kekerasan
latihan tarik nafas dalam ketika
2. Mengidentifikasi tanda dan
marah
gejala perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perlaku
A:
kekerasan yang dilakukan
Perilaku kekrasan masih ada +
4. Mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan
P:
5. Menyebutkan cara
 Anjurkan kembali pasien untuk
mengontrol perlaku
latihan cara mengontrol marah
kekerasan
dengan latihan fisik 1 : yaitu tarik
6. Membantu pasien
nafas dalam
mempraktikan latihan cara
 Anjurkan memasukkan ke dalam
mengontrol perilaku
jadwal kegiatan harian sesuai
kekerasan secara fisik 1 :
munculnya kembali rasa marah
latihan nafas dalam
7. Menganjurkan pasien
memasukan cara latihan
nafas dalam ke dalam jadwal
kegiatan harian.

Rencana tindak lanjut :


1. Evaluasi jadwal kegiatan TTD
harian pasien
2. Latih pasien dengan
mengontrol perilaku ( )

64
kekerasan dengan cara fisik
2 : yaitu pukul bantal / kasur
3. Anjurkan pasien
memasukkan latihan fisik 2
dengan pukul bantal / kasur
ke dalam jadwal kegiatan
harian.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


RISIKO PERILAKU KEKERASAN
SP II
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Januari 2018
Pertemuan ke- : 6

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
 Pasien mengatakan masih sering kesal dan marah jika ingat tetangganya yang
sering membicarakan hal buruknya
 Pasien mengatakan jika ia marah dadanya terasa sesak nafas, ingin berkata
kasar dan memukul apapun disekitarnya
 Pasien mengatakan jika ia marah akan membanting sesuatu, memukul orang
yang membuatnya marah
 Pasien mengatakan akibat marah maka barangnya jadi rusak, dijauhi teman
dan dimasukan diruang isolasi
 Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah tarik nafas dalam yang
diajarkan perawat

b. Data Objektif
 Pasien tampak melotot dan pandangannya tajam

65
 Pasien masih tampak kesal dan marah karena dipindahkan keruang isolasi dan
tampak marah sendiri
 Pasien tampak bingung
 Pasien belum dapat menahan marah jika pasien lain tidak suka dengannya
 Pasien mampu mempraktikan latihan tarik nafas dalam ketika marah

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 : pukul kasur
dan bantal
b. Pasien mampu menyebutkan jadwal kegiatan harian
c. Pasien dapat menerapkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 :
pukul bantal dan kasur

4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 : pukul bantal /
kasur
c. Anjurkan pasien memasukan latihan kedalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi mba..”
“Masih ingat dengan saya mba ?”
b. Evaluasi / Validasi
“Mba... bagaimana tidurnya semalam ?”
“Bagaimana perasaan mba hari ini ?, Apakah masih ada perasaan kesal atau marah
?”
“Bagaimana jadwal latihan tarik nafas dalam ketika mba sedang marah, Apakah
sudah dilakukan ?”

66
“Coba saya lihat jadwal harian mba ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Mba kita akan berbincang – bincang tentang cara mengontrol marah dengan
latihan fisik 2 yaitu pukul kasur / bantal jika marah
2) Waktu: “Mba ingin berapa lama waktunya untuk berbincang – bincangnya ?”
3) Tempat
“Diruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincangnya ?”

4) Tujuan
“Tujuannya agar mba dapat mengontrol marah dengan cara pukul kasur dan
bantal, sehingga dengan cara ini tidak akan melukai mba ataupun orang lain”

2. Fase Kerja
“Mba ... sekarang kita akan belajar cara yang kedua dalam mengontrol marah yaitu
dengan cara pukul kasur / bantal. Caranya adalah bila mba ... merasa marah atau
kesal, mba langsung pergi ke kamar untuk mengambil bantal atau kasur lalu mba
lampiaskan rasa kesal mba ke bantal / kasur tersebut dengan cara memukul bantal /
kasur tersebut mba ... seperti itu mba caranya, apakah mba sudah mengerti ?”
“Coba , sekarang mba ulangi cara mengontrol marah dengan pukul bantal / kasur yang
telah saya praktekan.”
“Bagus sekali mba, mba memang hebat”
“Mba bisa melakukan pukul bantal / kasur sampai rasa marah mba hilang”
“Sekarang kita masukkan cara pukul kasur dan bantal kedalam jadwal harian yah,
mba mau kapan saja latihan pukul bantal/kasurnya ?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
1) Subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bincang mengenai latihan
mengontrol marah dengan cara pukul kasur / bantal ?”
2) Objektif

67
“Nah, kan tadi kita sudah belajar cara mengontrol marah dengan pukul bantal /
kasur, sekarang mba bisa ulangi kembali cara yang telah kita pelajari ?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal harian, mba bisa mempraktikan
cara pukul bantal / kasur sesuai jadwal yang telah kita buat maupun mba sedang
marah”
“Besok kita akan latihan cara ketiga yah mba yaitu cara mengontrol amarah
dengan verbal atau dengan bicara baik-baik”

c. Kontrak yang akan datang


1) Topik
“Mba besok kita akan berbincang-bincang kembali untuk latihan cara ketiga
yaitu dengan cara verbal yaitu dengan bicara baik-baik”
2) Waktu
“Mba mau kapan latihan cara ketiganya dan ingin berapa lama ?”
3) Tempat
“Di ruang cempaka ini, dimana kita akan latihannya ?”

“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, saya akan permisi dulu ya
mba, semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok. Wassalamualaikum.

TTD

( )

68
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan Ke- : 6 (SP II)
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data subjektif: S:
 Pasien mengatakan masih sering kesal  Pasien mengatakan merasa lebih tenang
dan marah jika ingat tetangganya, dan rasa marahnya terlampiaskan ketika
karena penyebab marahnya adalah pukul bantal dan kasur.
tetangganya yang sering membicarakan  Pasien mengatakan terkadang masih
hal buruk tentangnya. susah untuk mengontrol amarahnya,
 Pasien mengatakan jika ia marah sehingga tidak terkendali.
dadanya merasa sesak nafas, dan  Pasien mengatakn jika merasa sedang
rasanya ingin berkata kasar dan kesal / marah lupa melakukan tarik napas
memukul apapun disekitarnya. dalam, karena emosinya tidak bisa di
 Pasien mengatakan jika ia marah, ia kontrol.
akan membanting apapun didekatnya  Pasien mengatakan akan mencoba dan
dan memukul orang yang membuatnya mengingat tarik napas dalam, dan pukul
marah dan akan ia caci maki. bantal / kasur ketika ia sedang kesal
 Pasien mengatakan akibat marah ia di nanti.
jauhi oleh orang lain, barang-barangnya
O:
menjadi rusak dan pasien karena ia
memukul pasien lain ia dimasukan  Pasien tampak marah dan berkata kasar

69
keruang isolasi. ketika meminta dikeluarkan dari ruang
 Pasien mengatakan lebih senang ketika isolasi.
diajarkan tarik napas dalam oleh  Pasien tampak senang ketika dikeluarkan
perawat. dari ruang isolasi dan melakukan tarik
napas dalam.
Data Objektif :
 Pasien sedikit mampu menahan marah
 Pasien tampak melotot dan
jika pasien lain tidak suka dengannya.
pendengarannya tajam.
 Pasien mampu mempraktikan latihan
 Pasien masih tampak kesal dan marah
mepukul bantal / kasur ketika marah.
karena dipindahkan keruang isolasi.
A:
 Pasien tampak marah ketika sendiri. Perilaku kekerasan masih ada +
 Pasien tampak bingung.
 Pasien belum dapat menahan marah jika P:
pasien lain tidak suka dengannya.  Anjurkan pasien untuk latihan kembali
 Pasien mampu mempraktikan tarik cara mengontrol marah dengan pukul
napas dalam ketika marah. kasur atau bantal.
 Anjurkan untuk memasukan kedalam
Tindakan Keperawatan : jadwal kegiatan harian cara mengontrol
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian marah dengan pukul kasur / bantal.
pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan cara fisik 2 : yaitu pukul
kasur / bantal
3. Menganjurkan pasien memasukkan
latihan fisik 2 : yaitu pukul kasur /
bantal kedalam jadwal kegiatan
harian.

Rencana Tindak Lanjut :


1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Latih pasien dengan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal TTD
/ bicara dengan baik-baik
70
3. Anjurkan pasien memasukkan latihan
cara verbal / bicara dengan baik-baik
kedalam jadwal kegiatan harian. ( )

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


RISIKO PERILAKU KEKERASAN
SP III
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Jum’at, 19 Januari 2018
Pertemuan ke- : 7

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
 Pasien mengatakan merasa lebih tenang dan rasa marahnya
tersalurkan ketika pukul bantal / kasur
 Pasein mengatakan terkadang masih sulit untuk mengontrol
amarahnya, sehingga tidak terkendali
 Pasien mengatakan jika merasa sedang kesal / marah lupa
melakukan tarik nafas dalam, karena emosinya tidak dapat
dikontrol
 Pasien mengatakan akan mencoba dan mengingat tarik nafas
dalam dan pukul bantal / kasur ketika marah nanti

b. Data Objektif
 Pasien mengatakan marah dan berkata kasar ketika meminta
dikeluarkan dari ruang isolasi

71
 Pasien tampak tenang ketika dikeluarkan daru ruang isolasi
dan melakukan tarik nafas dalam
 Pasien sedikit mampu menahan marah jika pasien lain tidak
suka dengannya
 Pasien mempu mempraktikan latihan fisik 2 : pukul bantal /
kasur ketika marah
 Pasien tampak bingung dan menangis

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal / bicara baik-baik
b. Pasien mampu menyebutkan jadwal kegiatan harian
c. Pasien dapat menerapkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal / bicara baik-baik

4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal /
bicara baik-baik
c. Anjurkan pasien memasukan latihan ketiga kedalam kegiatan
harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi mba..”
“Apakah mba masih ingat dengan saya mba ?”
b. Evaluasi / Validasi
“Mba ... bagaimana tidurnya semalam ?”
“Bagaimna perasaan Mba saat ini ?”

72
“Bagaimana jadwal latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal /
kasur ? Apakah mba sudah melakukannya ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Mba hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan cara verbal / dengan bicara baik-
baik jika mba marah”
2) Waktu
“Mba ingin berapa lama waktunya untuk berbincang-
bincang ?”
3) Tempat
“Diruang Cempaka ini, dimana kita akan berbincang-
bincangnya ?”
4) Tujuan
“tujuannya agar mba dapat mengontrol marah dengan cara
yang baik yaitu dengan verbal / bicara baik-baik, sehingga
mba merasa lebih tenang ketika sudah mengungkapkannya.”
2. Fase Kerja
“Mba jika marah mba sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam
atau pukul bantal / kasur, dan mba merasa sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya :”
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Contohnya
mba ingin sesuatu, mba bisa memintanya secara baik-
baik :”ka ... saya ingin sesuatu, boleh saya memintanya”, seperti
itu mba caranya. Mba sudah mengerti ? coba mba praktikan”
b. Menolak dengan baik, nah ... jika ada yang meminta mba
melakukan sesuatu tetapi mba tidak ingin melakukannya,
katakan saja :”Maaf sebelumnya, tetapi saya tidak bisa
melakuknnya karena saya sedang ada kerjaan.” Seperti itu mba
caranya, mba ... sudah mengerti ?, coba mba praktikan.”

73
c. Mengungkapkan perasaan kesal yang mba rasakan, jika ada
perilaku orang lain yang membuat mba kesal, mba dapat
mengatakan :”Maaf ... perkataanmu menyakiti hati saya,
sehingga saya ingin marah” atau ”atau saya jadi ingin marah
karena perkataan mu itu, lain kali jangan seperti itu yah.”
Apakah mba mengerti?, Coba mba praktekan sekarang”.
“Bagus sekali mba, mba mempraktekkan semuanya dengan
hebat”
“Mba bisa melakukan dengan bicara baik-baik ketika mba
sedang marah, sehingga marah mba menjadi berkurang atau
hilang”
“Sekarang kita masukkan cara verbal kedalam jadwal kegiatan
harian mba yah, mba mau kapan saja latihan cara verbal /
bicara baik-baik ?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
1) Subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bincang
mengenai latihan mengontrol marah dengan cara verbal /
bicara baik-baik ?”
2) Objektif
“Nah ... kan tadi kita sudah belajar cara mengontrol marah
dengan cara verbal / bicara baik-baik, sehingga mba bisa
ulangi kembali cara yang telah kita pelajari.”

b. Rencana tindak lanjut


“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal kegiatan
harian, mba bisa mempraktekkan cara verbal / bicara baik-baik
sesuai jadwal yang telah kita buat maupun ketika sedang
marah.”
c. Kontrak yang akan datang

74
1) Topik
“Mba besok kita akan berbincang-bincang kembali untuk
latihan cara keempat yaitu dengan cara spiritual
2) Waktu
“Mba mau kapan latihan cara keempatnya dan berapa lama
waktunya ?”
3) Tempat
“Diruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-
bincangnya ?”

“Baiklah karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai, sya permisi
dulu yah mba, semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum”

TTD

( )

IMPLEMENTASI & EVALUASI

75
Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan Ke- : 7 (SP III)
Hari/Tanggal : Jumat, 19 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S:
 Pasien mengatakan merasa  Pasien mengatakan sudah lebih
lebih tenang dan rasa tenang, karena jika ia marah ia
marahnya tersalurkan ketika langsung tarik nafas dalam
pukul bantal dan kasur  Pasien mengatakan lebih senang di
 Pasien mengatakan gabung dengan pasien lain
terkadang masih sulit untuk kamarnya karena jika di isolasi
mengontrol amarahnya, halusinasi muncul sehingga ia ingin
sehingga tidak terkendali marah
 Pasien mengatakan jika  Pasien mengatakan bahwa ia ingin
merasa sedang kesal / marah pulang jadi ia harus bisa
lupa melakukan tarik nafas mengontrol rasa marahnya
dalam, karena emosinya tidak  Pasien mengatakan merasa tenang
bisa dikontrol jika apa yang ada didalam hatinya
 Pasien mengatakan akan sudah tersampaikan dengan baik
mencoba dan mengingat tarik
O:
nafas dalam dan pukul
 Pasien tampak tenang
bantal / kasur ketika ia
 Pasien tampak kooperatif ketika
sedang kesal nanti
dajak bicara
 Pasien tampak terlihat senang
Data Objektif:
ketika bisa berkumpul dengan
 Pasien tampak marah dan
teman-temannya
berkata kasar ketika meminta
 Pasien cukup mampu menahan
dikeluarkan dari ruang isolasi
emosinya ketika pasien lain tidak
 Pasien tampak tenang ketika
suka dengannya
dikeluarkan dari duang isolasi
 Pasien mampu mempraktikan cara
dan melakukan tarik nafas
berbicara dengan baik ketika ia
dalam
marah
 Pasien sedikit mampu

76
menahan marah jika pasien A:
lain tidak suka dengannya Perilaku kekrasan sudah berkurang (-)
 Pasien mampu memperoleh
latihan fisik 2 : pukul bantal / P:
kasur ketika marah  Anjurkan pasien kembali untuk
latihan cara mengontrol marah
Diagnosa Keperawatan: dengan cara verbal / berbicara
Risiko perilaku kekerasan dengan baik-baik
 Anjurkan pasien untuk
Tindakan Keperawatan: memasukkan kedalam jadwal
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian cara mengontrol
kegiatan harian pasien marah dengan berbicara baik-baik /
2. Melatih pasien mengontrol cara verbal
perilaku kekerasan dengan
cara verbal / bicara dengan
baik-baik
3. Menganjurkan pasien
memasukkan latihan cara
verbal / berbicara dengan
baik –baik kedalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut:


1. Evaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Latih cara mengontrol TTD
perilaku kekerasan dengan
cara spiritual
3. Anjurkan pasien ( )
memasukkan latihan cara
spiritual kedalam jadwal
kegiatan harian

77
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
SP IV
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Januari 2018
Pertemuan ke- : 8

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjekstif
 Klien mengatakan sudah lebih tenang, karena jika ia marah ia langsung tarik
nafas dalam
 Klien mengatakan lebih senang rawat gabung karena jika di isolasi halusinasi
muncul ketika ia akan marah
 Klien mengatakan bahwa ia ingin pulang jadi ia harus bisa mengontrol rasa
marahnya
 Klien mengatakan merasa tenang jika apa yang ada didalam hatinya setelah
tersampaikan dengan baik dengan cara bicara baik-baik

b. Data Objektif
 Klien tampak tenang
 Klien tampak kooperatif ketika diajak bicara
 Klien tampak trelihat senang ketika bisa berkumpul dengan teman-temannya
 Klien cukup mampu menahan emosinya ketika Klien lan tidak suka
dengannya
 Klien mampu mempraktikan cara berbicara dengan baik ketika ia marah

78
2. Daignosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
b. Klien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan nya secara spiritual
c. Klien dapat mempraktekan cara spiritual

4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
c. Anjurkan klien memasukkan latihan spiritual kedalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Kekerasan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi mba”
“apakah mba masik ingat dengan saya?”
“iya betul mba”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana tidurnyasemalam, mba?”
“Bagaimana perasaan mba saat ini?”
“Bagaimana mba, latihan apa yang sudah dilakukan hari ini?”
“Apa yang telah dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Bagaimana rasa marahnya? Apakah sudah berkurang?”
c. Kontrak
1) Topik
“Sebelumnya kita sudah latihan cara mengontrol rasa marah dengan tarik
nafas dalam, pukul bantal/kasur, dan berbicara dengan baik”
“Sekarang kita akan latihan cara yang keempat yaitu dengan cara spiritual
untuk mengontrol rasa marah.”
79
2) Waktu
“Mau berapa lama kita berbincang-bincangnya dan berlatihnya?”
3) Tempat
“Diruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincangnya?”

4) Tujuan
“Tujuannya agar mba dapat mengontrol/mencegah perilaku kekerasan dengan
cara spiritual.”

2. Fase Kerja
“Mba, sekarang kita akan belajar cara yang keempat dalam menhontrol marah yaitu
dengan cara spiritual”
“Kalau boleh tahu kegiatan 9ibadah apa saja yang bisa mba lakukan?”
“Bagus... jadi mba, selain cara mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam,
pukul bantal atau kasur, berbicara dengan baik, kita jugabisa mengontrol amarah kita
dengan cara mendekatkan diri pada Allah SWT seperti sholat, mengaji, membaca
istigfar, mengambil air wudhu dan lain sebagainya.”
“Sekarang untuk cara spiritual, mba mau pilih yang mana untuk mengatasi amarah
mba?
“Baik jika pilihan mba itu. Nah, jika mba sedang marah mba langsung duduk dan
tarik nafas dalam, setelah itu mba baca istigfar sebanyak yang mba inginkan, sampa
amarah mba reda. Apakah mba sudah mengerti?
“Coba sekarang mba ulangi cara mengontrol marah dengan cara spiritual yaitu dengan
beristigfar yang tadi saya sudah praktikan”
“Bagus sekali mba, mba memang hebat”
“Selan dengan beristigfar cara spiritual lain yaitu dengan cara mengambil wudhu
karena dengan berwudhu dapat menenangkan hati kita. Caranya yatu ketika mba
sedang ,marah mba bisa langsung mengambil wudhu”
“Apakah mba masih hapal cara mengambil wudhu?”
“Bagus sekali kalau ebgitu mba”
“Sekarang mba bisa coba praktikan cara mengambil wudhu?”
“Bagus sekali mba, mba memang hebat”

80
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
1) Subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berlatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual?”

2) Objektif
“Nah, kan tadi kita sudah berlatih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual, sekarang mba bisa mengulangi kembali cara yang
telah kita pelajari?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah mba, karena kita sudah membuat jadwal kegiatan harian, mba bisa
melakukan cara mengontrol marah dengan cara spiritual, (Beristigfar dan
berwudhu) sesuai jadwal yang telah kita buat”
“Besok kita akan latihan cara yang ke lima yaitu mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Mba, besok kita akan berbincang-bincang kembali untuk melakukan latihan
yang kelima yaitu dengan minum obat”
2) Waktu
“Mba, mau jam berapa latihannya, dan berapa lama?”
3) Tempat
“Diruang cempaka ini, dimana kita akan berlatih?”
“Baiklah, karena pertemuan untuk hari ini sudah selesai , saya permisi dulu ya
mba, semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok, wassalamualaikum.”

TTD

( )
81
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan Ke- : 8 (SP IV)
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S:
 Klien mengatakan sudah lebih  Klien mengatakan perasaannya hari ini
tenang karena jika ia marah ia sangat senang dan lebih tenang
langsung tarik nafas dalam  Klien mengatakan sudah melakukan tarik
 Klien mengatakan lebih senang nafas dalam, pukul bantal/kasur ketika ia
rawat gabung dengan klien lain marah/sedang kesal
kamarnya, karena jika di isolasi  Klien mengatakan belum melakukan cara
halusinasinya muncul sehingga ia verbal ketika ia marah karena ia lupa
ingin marah  Klien mengatakan lebih tenang ketika
 Klien mengatakan bahwa ia ingin beristigfar dan mengambil wudhu
pulang jadi ia harus bisa  Klien mengatakan tidak solat dan mengaji
mengontrol rasa marahnya karena tidak ada mukena dan al-quran
 Klien mengatakan merasa tenang sehingga ia cukup ambil wudhu dan berdoa
jika apa yang ada didalam didalam hati.
hatinya sudah tersampaikan
dengan baik O:
 Klien tampak lebih tenang dan kooperatif
Data Objektif: ketika diajak berbicara
 Klien tampak tenang  Klien tampak sudah bisa mengontrol
 Klien tampak kooperatif ketika diajak emosinya terlihat ketik klien lain marah
bicara dengannya, ia tetap tenang dan menahan diri
 Klien tampak terlihat senang ketika agar tidak marah.

82
bisa berkumpul dengan teman-  Klien tampak mempraktikan beristigfar dan
temannya mengambil wudhu dengan urutan yang
 Klien cukup mampu menahan benar
emosinya ketika klien lain tidak suka
dengannya A:
 Klien mampu mempraktikan cara Perilaku Kekerasan sudah tidak ada (+)
berbicara dengan baik ketika ia marah
P:
Diagnosa Keperawatan:  Anjurkan klien kembali untuk melakukan
Risiko Perilaku Kekerasan cara mengontrol marah dengan cara spiritual
yaitu beristigfar dan mengambil wudhu dan
Tindakan Keperawatan: berdoa didalam hati
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian  Anjurkan klien memasukkan kedalam
klien jadwal kegiatan harian cara spiritual yaitu
2. Melatih cara mengontrol perilaku beristigfar, mengambil wudhu dan berdoa
kekerasan dengan cara spiritual didalam hati
3. Menganjurkan klien memasukkan
latihan cara spiritual kedalam jadwal
kegiatan harian

Rencara Tindak Lanjut:


1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Jelaskan cara minum obat dengan
prinsip 6 benar
3. Jelaskan keuntungan minum obat dan TTD
kerugian jika tidak minum obat
4. Anjurkan klien memasukkan aktivitas
minum obat kedalam jadwal kegiatan ( )
harian

83
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
SP V
Nama : Nn.A
Ruangan : Cempaka (PICU Wanita)
Hari/Tanggal : Senin, 22 Januari 2018
Pertemuan ke- : 9

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
 Klien mengatakan perasaannya hari ini sangat senang dan lebih tenang
 Klien mengatakan sudah melakukan tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
ketika ia sedang marah
 Klien mengatakan belum melakukan cara verbal ketika ia marah karena ia
lupa
 Klien mengatakan lebih tenang ketika beristigfar dan mengambil wudhu
 Klien mengatakan tidak solat dan mengaji karena tidak ada mukena dan al-
quran sehingga ia cukup berdoa didalam hati dan megambil wudhu
b. Data Objektif
 Klien tampak lebih tenang dan lebih kooperatif ketika diajak bicara
 Klien tampak sudah bisa mengontrol emosinya terlihat ketika klien lain makan
dengannya dan ia tetap tenang dan menahan diri agar tidak marah
 Klien tampak mempraktikan beristigfar dan mengambil wudhu dengan urutan
yang benar

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

84
3. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
b. Klien dapat minum obat sesuai jadwal
c. Klien dapat mengetahui keuntungan minum obat & kerugian tidak minum obat
d. Klien dapat memasukkan minum obat kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar
c. Jelaskan keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat
d. Anjurkan klien memasukkan aktivitas minum obat kedalam jadwal kegiatan
harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Assalamualaikum wr wb, selamat pagi mba”
“Apakah mba masih ingat dengan saya?”
“Iya betul sekali mba”
b. Evaluasi Validasi
“Mba, bagaimana tidurnya semalam?”
“Bagaimana perasaan mba hari ini? Apakah masih ada perasaan kesal/marah?”
“Bagaimana jadwal latihan fisik tarik nafas dalam, pukul bantal/kasur, latihan cara
verbal dan spiritul, apakah mba sudah lakukan?”
“Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Bagaimana sekarang perasaan marahnya?”
c. Kontrak
1) Topik
“Sebelumnya kita sudah latihan cara mengontrol marah dengan cara
spiritual dan hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan cara minum obat sesuai jadwal yang ditentukan
dokter”
2) Waktu : “Mba mau berapa lama kita berbincang-bincangnya?”
3) Tempat: “Diruang cempaka ini, dimana kita akan berbincang-bincangnya?”
4) Tujuan

85
“Tujuannya agar mba dapat mengontrol marah dengan cara minum obat yang
teratur, sehingga dengan cara ini mba bisa lebih tenang dan mengontrol
amarah mba”

2. Fase Kerja
“Mba apakah sudah minum obat hari ini?”
“Berapa macam obat yang mba minum? Apakah mba ingat warnanya apa saja?”
“Sebelumnya saya sudah memberi tahu mba obat apa saja yang mba harus minum,
fungsinya dan waktunya, nah sekarang apakah mba masih ingat?”
“Iya betul mba”
“Baiklah mba, saya akan menjelaskan kembali, bahwa obat yang mba minum ada 4
yaitu ada Resperidone yang warnanya abu-abu dan fungsinya untuk mengatasi
gangguan mood shingga mba dapat berfikir jernih dan dapat beraktivitas, yang kedua
ada Trifluferazine yang berwarna biru nah Trifluferazine berfungsi untuk mengurangi
hakusinasi dan mengurangi perilaku agresif dan keinginan melukai orang lain atau
diri sendiri, yang ketiga yaitu Clozapine yanag warnanya kuning untuk mengurangi
halusinasi dan meningkatkan konsentrasi yang kekempat itu Serequel yang warnanya
putih berfungsi untuk mengurangi halusinasi dan tidur nyenyak, yang kelima ada
Trihexylpenidilberfungsi untuk mengatasi gangguan gerak yang tidak normal dan
tidak terkendali. Untuk waktunya yang Serequel diminum 2x sehari 1 tablet yaitu jam
06.00 pagi dan jam 18.00 sore, untuk Clozapine diminum 2x sehari 1 tablet yaitu jam
06.00 pagi dan jam 18.00 sore dan untuk Trifluperazine diminum 3x1 tablet yaitu jam
06.00 pagi, jam 14.00 dan jam 22.00 dan obatnya diminum sesudah makan semua ya
mba”
“Sebelum mba minum obat, dilihat terlebih dahuku label dikotak obat, apaka nama
mbabenar, berapa dosis yang harus diminum, pukul berapa saja obat harus diminum
danapakah nama obatnya sudah benar dan obatnya diminum melalui mulut atau
dengan cara lain pemberiannya? Nah mba harus mengetahui itu semua sebelum
minum obat”
“Nah apakah mba sudah mengerti apa yang sudah saya jelaskan mengenai obat
yangharus mba minum?”

86
“Sekarang boleh tolong sebutkan kembali obat yang mba minum, waktu dan
fungdinya?”
“Wah, mba memang hebat”
“Mba apakah mba tahu keuntungan bila kita teratur minum obat sesuai jadwal?”
“Iya betul sekali.. proses sembuhnya akan lebih lama dan rasa marah sertahalusinasi
mba akan muncul kembali jika mba tidak minum obatnya”
“Nah sekarang mba bisa sebutkan kembali kerugian dan keuntungaa minum obat yang
teratur?”
“Bagus sekali mba.. saya harap mba minum obatnya secara teratur.”
“Sekarang kita masukkan kegiatan minum obat kedalam jadwal kegiatan harian mba”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien
1) Subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita berbincang-bingcang mengenai
cara minum obat yang teratur?”
2) Objektif
“Kita sudah belajar car mengontrol marah dengan minum obat yang teratur
sekarang mba bisa ulangi cara minum obat yang benar?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah mba karena kita sudah membuat jadwal harian, mba bisa minum obat
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.”
“Saya harap mba selalu mmpraktikan kelima cara untuk mengontrol marah yang
pertama tarik nafas dalam, yang ke2 pukul bantal/kasur, yang ke3 dengan cara
berbicara baik, yang kekempat beristigfar/ mendekatkan diri kepadaTuhan &yang
kelima minum obat. Mba bisa mempraktikan itu sesuai jadwalyang telah kita
buat.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik :“Mba, besok kita akan berbinvang-bincang kembali untuk melakukan
latihan
2) Waktu : “Mba ingin berapa lama untuk latihan
3) Tempat : “Diruang cempaka ini, dimana kita akan latihannya?”

87
“Baiklah karena pertemuan hari ini sudah selesai, saya permisi dulu
ya mba, semoga cepat sembuh, sampai jumpa besok,
wassalamualaikum.”

TTD

( )
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan Ke- : 9 (SP V)
Hari/Tanggal : Senin, 22 Januari 2018

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: S:
 Klien mengatakan perasaannya hari ini  Klien mengatakan perasaannya hari
sangat senang dan lebih tenang ini senang dan tenang
 Klien mengatakan sudah melakukan tarik  Klien mengatakan bisa tidur
nafas dalam, pukul bantal/kasur ketika ia nyenyak tadi malam
sedang kesal  Klien mengatakan sering beristigfar
 Klien mengatakan belum melakukan cara dan mngembil wudhu serta tarik
verbal ketika ia marah karena ia lupa nafas dalam agar pikirannya menjadi
 Klien mengatakan lebih tenang ketika tenang
beristigfar dan mengambil wudhu  Klien mengatakan bahwa ia sedikit
 Klien mengatakan tidak sholat dan mengaji hafal obat yang diminumnya ketika
karena tidak ada mukena dan al-quran klien dijelaskan sebelumnya
sehingga ia cukup ambil air wudhu da berdoa  Klien mengatakan akan selalu
didalam hati minum obatnya agar cepat sembuh
dan cepat pulang
Data Subjektif:
 Klien tampak lebih tenang dan kooperatif O:
ketika diajak berbicara  Klien masih dapat menyebutkan obat
 Klien tampak sudah bisa mengontrol yang diberikan untuknya
emosinya terlihat ketika klien lain marah  Klien tampak tenang, ceria dan
88
dengannya ia tetap tenang dan menahan diri kooperatif ketika diajak berbicara
agar tidak marah  Klien dapat mencontohkan minum
 Klien tampak mempraktikan beristigfar dan obat yang benar
mengambil wudhu dengan urutan yang benar  Klien dapat mengingat obat yang
diberikan, warna, waktu dan
fungsinya.
Daignosa Keperawatan: A:
Risiko Perilaku Kekerasan Risiko perilaku kekerasan sudah
berkurang
Tindakan Keperawatan:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien P:
2. Menjelaskan cara minum obat dengan  Anjurkan klien untuk mempraktikan
prinsip 6 benar kembali cara minum obat sesuai
3. Menjelaskan keuntungan dn kerugian minum waktu yang telah ditentukan dokter
obat dan kerugian jika tidak minum obat  Anjurkan klien memasukkan
4. Menganjurkan klien memasukkan aktivitas kedalam jadwal kegiatan harian
minum obat kedalam jadwal kegiatan harian inum obat yang teratur

Rencana Tindak Lanjut:


1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Latih kembali cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan tarik nafas dalam, pukul TTD
batal/kasur, cara verbal (berbicara dengan
baik-baik), cara spiritual (beristigfar dan
mengambil wudhu), dan minum obat secara ( )
teratur.

89
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) yang mengakibatkan klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman namun sebetulnya hal tersebut tidak
ada.
Pada tanggal 10 Januari 2018 Nn. A dibawa ke RSJ. Dr. Soeharto Heerdjan oleh
kakaknya, dengan alasan klien sering marah-marah, membanting motor dan bertengkar
dengan tetangga. Klien mengatakan sering marah karena sering mendengar suara makhluk
halus dan sering melihat wujudnya yang berbeda-beda sehingga klien merasa takut dan
ingin marah.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 Januari 2018 di ruang cempaka, klien
mengatakan bahwa tetangga dan orang disekitarnya sering membicarakan hal buruk
tentang dirinya, sehingga membuat dirinya marah dan kesal dan malas berkomunikasi
dengan tetangganya yang jahat menurut klien, klien mengatakan rasa marahnya juga
muncul karena sering mendengar suara dan bisikan yang terkadang baik untuknya dan
terkadang buruk, suara yang didengar adalah suara laki-laki, dan terkadang suara
perempuan, suara tersebut seperti menertawakannya, kadang berkata “Ny.A tidak boleh
banyak diam” atau menyuruhnya untuk melempar-lempar barang, klien juga mengatakan
sering melihat bayangan-bayangan yang aneh, bayangan aneh berupa kuntilanak,
bidadari/bidadara dan kepala buntung, suara dan bayangan tersebut datang diwaktu yang
tidak tentu namun lebih sering di malam hari. Saat halusinasi penglihatan dan pendengaran
itu datang klien merasa takut dan khawatir, yang dilakukan adalah menjauhi suara atau
penglihatan tersebut. Klien juga mengatakan ketika mencari lowongan pekerjaan selalu
ditolak, sehingga ia merasa lelah dan putus asa dalam mencari kerja, klien mengatakan
bahwa orang-orang disekitarnya tidak menyukai dan menganggapnya tidak baik. Klien

90
mengatakan bahwa ia hanya lulusan sekolah dasar, padahal ia ingin sekali merasakan
diwisuda. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, diagnosa yang ditegakkan meliputi
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan pengelihatan, harga diri rendah,
isolasi sosial, dan risiko perilaku kekerasan sehingga kami membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan sesuai diagnosa yang ditegakkan. Kami telah melakukan
implementasi selama 13 hari mulai tanggal 12 Januari 2018 jam 10.00 WIB sampai
dengan 26 Januari 2018 jam 13.00 WIB.
Pada tanggal 26 Januari 2018 dilakukan evaluasi pada Nn. A didapatkan adanya
perkembangan yaitu ketika ditanyakan kembali bagaimana perasaan klien, klien
mengatakan perasaannya hari ini sangat senang dan tenang, klien mengatakan dari tadi
malam sampai pagi ini tidak mendengar suara-suara dan melihat bayangan-bayangan yang
tidak nyata dan dapat tidur nyenyak, klien mengatakan sekarang ia sudah dapat
mengontrol emosinya agar ia tidak melukai dirinya maupun orang lain, klien mengatakan
sering beristigfar dan mengembil wudhu serta tarik nafas dalam agar pikirannya menjadi
tenang. Klien tampak kooperatif ketika diajak berbincang-bincang, klien sudah tampak
memulai pembicaraan terlebih dahulu, klien juga tampak sering mengobrol dengan
perawat maupun temannya. Sehingga klien direncanakan pulang oleh dokter di minggu
berikutnya.

B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan kedepannya Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan dapat
meningkatkan pelayanan serta fasilitasnya. Rumah Sakit juga dapat menempatkan
mahasiswa yang sedang praktik tidak hanya di ruangan perawatan saja selama praktik
tetapi alangkah lebih baiknya ditempatkan terutama di ruang tindakan seperti di ruang
ECT, ruang rehabilitasi, dan lain-lain. Agar ilmu dan pengalaman yang didapatkan oleh
mahasisiwa lebih banyak dan menjadi suatu pembelajaran dan bekal ketika di dunia
kerja nanti.

2. Untuk Institusi
Diharapkan kedepannya Institusi dapat memantapkan lagi mahasiswa DIV
Keperawatan sebelum diterjunkan langsung ke lahan praktek seperti pengadaan pra
klinik sebelum terjun ke lahan sehingga pihak RS dapat mengetahui kualitas dari tiap-

91
tiap mahasiswa dan nantinya dapat menentukan kepercayaan pihak RS dalam
mendelegasikan tindakan keperawatan kepada mahasiswa DIV Keperawatan.

3. Untuk Mahasiswa
Diharapkan kedepannya sebelum dimulai praktek klinik hendaknya mahasiswa
mengulang kembali baik teori maupun praktek yang berkaitan dengan mata kuliah
praktek klinik agar ketika di Rumah Sakit mahasiswa dapat memahami dan mengerti
apa yang telah dipelajari dengan praktek realnya di RS yang langsung pada pasien dan
diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan hubungan interpersonal baik dengan
mahasiswa Poltekkes Banten maupun dengan mahasiswa luar Poltekkes Banten agar
terjalin hubungan yang baik dengan semua. Diharapkan untuk mahasiswa agar selalu
menjaga perilaku dan sikap selama dinas di RS serta tetap mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan oleh pikah RS, agar tetap menjaga nama baik secara individu maupun
istitusi.

92
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah; Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Yusuf, Ah; Rizky Fitryasari PK & Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

93

Anda mungkin juga menyukai