Anda di halaman 1dari 13

45

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Distribusi jumlah responden berdasarkan umur

Tabel 5.1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur mahasiswa di Stikes Panrita
Husada Bulukumba

Umur Frekuensi(f) Presentase(%)


19 1 2.1
20 5 10.4
21 12 25.0
22 21 43.8
23 9 18.8
Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah


distribusi responden berdasarkan umur terbagi atas umur 19 tahun
sebanyak 1 orang (2.1%), umur 22 tahun sebanyak 21 orang (43.8%).
2. Analisa Univariat
a. Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat stres

Tabel 5.2.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stresmahasiswa di
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Tingkat stress Frekuensi(f) Persentase(%)


tidak stress 12 25.0
Stress 36 75.0
Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah

distribusi responden berdasarkan stress terbagi atas tidak stress dan

stress. Responden yang dikategorikan stress sebanyak 36 orang (75.0


46

%) dan responden yang tidak mengalami stress sebanyak 12 orang

( 25.0 %).

b. Distribusi jumlah responden berdasarkan pemakaian kosmetik

Tabel 5.3.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemakaian kosmetik
mahasiswa di Stikes Panrita Husada Bulukumba

kosmetik Frekuensi (f) Persentase (%)


tidak menggunakan
12 25.0
menggunakan
36 75.0
Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa jumlah distribusi

responden berdasarkan pemakaian kosmetik. Dari hasil presentase

diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak

menggunakan kosmetik sebanyak 12 orang (25.0%), sedangkan yang

menggunakan kosmetik sebanyak 36 orang (75.0%).

c. Distribusi jumlah responden berdasarkan kejadian menstruasi.

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian menstruasi
mahasiswa di Stikes Panrita Husada Bulukumba

Mestruasi Frekuensi (f) Persentase (%)


Menstruasi tidak terjadi acne 23 47.9
Menstruasi Terjadi acne
25 52.1
Total 48 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa jumlah distribusi

responden berdasarkan kejadian acne vulgaris yang disebabkan karena

menstruasi.terdapat 23 orang (47.9%) yang mengalami menstruasi


47

tetapi tidak mengalami acne vulgaris, dan terdapat 25 orang (52.1%)

yang mengalami menstruasi dan terjadi acne vulgaris.

3. Analisa Bivariat

a. analisa responden berdasarkan tingkat stres dengan kejadian acne

vulgaris.

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stress dengan kejadianacne
vulgaris mahasiswa di Stikes Panrita Husada Bulukumba

    kejadiancne  
Total
    tidak acne acne p
1 2 3
tidak stres
1.50% 1.5% 3%
stres
23 22 45 0.500
stres
22.50% 22.50% 45%
  TOTAL 24 24 48  

Berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan stress

dengan kejadianAcne Vulgarismenunjukkan bahwa terdapat

1responden (1.5%) yang tidak stress dan tidak mengalami acne

vulgaris sedangkan responden yang tidak stress dan mengalami acne

sebanyak 2responden (1.5%). serta responden yang mengalami stres

tetapi tidak mengalami acne vulgaris sebanyak 23responden (22.5%)

sedangkan jumlah responden yang mengalami stress dan mengalami

acne vulgarissebanyak 22 responden (22.5%).Dapat dimaknai bahwa

tidak terdapat hubungan anrata stress dengan Acne Vulgaris

ditunjukkan dengan nilai ρ = 0.500>0.05.

b. analisa responden berdasarkan pemakaian kosmetik dengan kejadian

acne vulgaris.
48

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemakaian kosmetikdengan pemakaian
kosmetik mahasiswa di Stikes Panrita Husada Bulukumba

    kejadiancne  
Total
    tidak acne acne p

tidak 3 5 8
menggunakan 4% 4% 8%
kosmetik
21 19 40 0.350
menggunakan
20% 20% 40%
  TOTAL 24 24 48  

Berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan

pemakaian kosmetik dengan kejadianacne vulgaris menunjukkan

bahwa terdapat 3responden (4.0%) yang tidak menggunakan kosmetik

dan tidak mengalami acne vulgaris.Sedangkan responden yang tidak

menggunakan kosmetikdan mengalami acne sebanyak 5responden

(4.0%). serta responden yang menggunakan kosmetik tetapi tidak

mengalami acne vulgaris sebanyak 21responden (20.0%)

sedangkanjumlah responden yang menggunakan kosmetikdan

mengalami acne vulgarissebanyak 19responden (20.0%). Dapat

dimaknai bahwa tidak terdapat hubungan anrata pemakaian kosmetik

dengan Acne Vulgaris ditunjukkan dengan nilai ρ= 0.350>0.05.

c. analisa responden berdasarkan menstruasi dengan kejadian acne

vulgaris.
49

Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian menstruasidengan acne vulgaris
mahasiswa di Stikes Panrita Husada Bulukumba

    kejadiancne  
    tidak acne acne p
menstruasi tidak 3 4
acne 3.5% 3.5%
menstruasi 0.500
21 20
menstruasi acne
20.5% 20.5%
24 24  
Total
24 24  

Berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan keSjadian

menstruasi dengan kejadian acne vulgaris menunjukkan bahwa

terdapat 3 (3.5%) responden yang mengalami menstruasitetapi tidak

mengalami acne vulgaris, dan 4 (3.5%) responden mengalami

menstruasidan juga mengalami acne vulgaris.Sedangkan responden

yang mengalami menstruasi dan mengalami acne sebanyak 21

(20.5%). Dapat dimaknai bahwa tidak terdapat hubungan anrata

menstruasi dengan Acne Vulgaris ditunjukkan dengan nilai ρ= 0.500

>0.05.

B. Pembahasan

1. Analisa hubungan stress dengan kejadian acne vulgaris di stikes panrita

husada bulukumba.

Berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan stress dengan

kejadianAcne Vulgaris menunjukkan bahwa terdapat 1 responden (1.5%)

yang tidak stress dan tidak mengalami acne vulgaris sedangkan responden

yang tidak stress dan mengalami acne sebanyak 2 responden (1.5%).

serta responden yang mengalami stres tetapi tidak mengalami acne


50

vulgaris sebanyak 23 responden (22.5%) sedangkan jumlah responden

yang mengalami stress dan mengalami acne vulgarissebanyak 22

responden (22.5%). Pada sebuah penelitian di departemen dermatologi

klinik fakultas kedokteran di Carolina Utara, Amerika tahun 2007

dengan sampel siswa sekolah menengah yang berumur 14-15 tahun di

Singapura, disebutkan pada keadaan stres tinggi terjadi serangan

jerawat yang cukup signifikan yaitu 95% pada siswa laki-laki dan 92%

pada siswa wanita (Yosipovitch, et al.,2007).

Hasil penelitian dari Yosipovitch (2007)pada siswa-siswi SMA di

Singapura disebutkan bahwa stres dapat menimbulkan eksaserbasi acne

vulgaris dan juga peningkatan asam lemak bebas dalam wajah. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Nitya pada mahasiswa kedokteran

diSumatera Utara disebutkan bahwa terdapat hubungan stres dengan angka

kejadian acne vulgaris.Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis

dengan uji analisis Fisher’s exact test dengan hasil sebagai berikut : harga

p hitung adalah 0,037. Oleh karena itu, H0 ditolak dan H1 diterima (p

< 0,05).

Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak

menyenangkan.Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu

mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu

mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul

keinginan untuk menghindarinya [ CITATION Nas11 \l 1033 ].


51

Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah

hormon androgen. Aktivitas korteks yang meningkat akan mengakibatkan

peningkatan kadar hormon androgen yang berperan penting dalam

timbulnya jerawat. Hormon yang diproduksi tubuh saat stres juga dapat

memicu munculnya jerawat di wajah. Karena stres, hormon di dalam

tubuh akan memproduksi hormon yang menambah subur perkembangan

jerawat (Mumpuni dan Wulandari, 2010).

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti dapat berasumsi bahwa

jerawat disebabkan oleh banyak faktor.salah satu diantara semua faktor

yang menyebabkan timbulnya jerawat adalah stress. Stress merupakan

reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi ketika seseorang merasakan

keseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya

untuk mengatasi tuntutan tersebut.

Stresor psikologis menghasilkan perasaan emosional seperti

gelisah, takut, marah, frustasi, depresi, dan sebagainya, dimana

timbulnya dan besarnya perasaan tersebut bergantung pada penilaian

seseorang terhadap suatu keadaan. Kondisi stres tersebut selain dapat

memicu timbulnya akne vulgaris juga dapat memperberat kondisi akne

vulgaris yang sudah ada. Stresor fisiologis seperti rasa lapar, haus,

aktivitas fisik ataupun trauma bersifat umum, mengancam homeostasis

dan respon fisiologis yang akan terjadi merupakan suatu tindakan

untuk mempertahankan atau mengembalikan homeostasis.


52

Stress juga disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor

pribadi. kepribadian seseorang dapat menyebabkan stress yang diakibatkan

karena reaksi fisiologis maupun psikologis sehingga hal tersebut dapat

memicu timbulnya Acne Vulgaris.Adapun yang mengalami stress tapi

tidak mengalami acne, hal ini biasanya disebabkan karena perilaku

individu dalam menjaga kebersihan wajah, meskipun individu mengalami

stress tetapi masih bisa melakukan perawatan wajah agar tidak

menimbulkan jerawat, hal ini bisa saja tidak menimbulkan acne. maka

dapat disimpulkan bahwa meskipun seseorang mengalami stress, tetapi

rutin melakukan perawatan diri, munculnya Acne tidak dapat terjadi.

2. Analisa hubungan pemakaian kosmetik dengan kejadian acne vulgaris di

stikes panrita husada bulukumba.

Berdasarkan Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemakaian

kosmetik dengan kejadianacne vulgaris menunjukkan bahwa terdapat 3

responden (4.0%) yang tidak menggunakan kosmetik dan tidak mengalami

acne vulgaris. Sedangkan responden yang tidak menggunakan kosmetik

dan mengalami acne sebanyak 5 responden (4.0%). serta responden yang

menggunakan kosmetik tetapi tidak mengalami acne vulgaris sebanyak 21

responden (20.0%) sedangkanjumlah responden yang menggunakan

kosmetik dan mengalami acne vulgaris sebanyak 19 responden (20.0%).

Dapat dimaknai bahwa tidak terdapat hubungan anrata pemakaian

kosmetik dengan Acne Vulgaris ditunjukkan dengan nilai ρ= 0.350 >0.05.


53

Penelitian yang dilakukan oleh Andriana, R yang berjudul“Hubungan

Antara Penggunaan Kosmetik Wajah Terhadap Kejadian Akne Vulgaris

Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”.penelitian ini

dilakukan menggunakan uji analisis chi square didapatkan nilai ρ< 0.05

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan

kosmetik dengan kejadian acne vulgaris.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sehat Kabau yang berjudul “Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik

Dengan Kejadian Acne Vulgaris Tahun 2012”.Berdasarkan ujifisher

didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pemakaian jenis

kosmetik dengan kejadian acne vulgaris (ρ=0.204).

Acne umumnya disebabkan oleh perubahan hormon dan

peningkatan produksi sebum yang berlebihan. Akan tetapi, penggunaan

kosmetik yang tebal dan bergantiganti dapat menjadi salah satu

faktor resiko terjadinya AV. Kosmetik dapat menyebabkan timbulnya

acne pada wanita dewasa, karena bahan yang digunakan bersifat

komedogenik atau aknegenik, seperti: lanolin, petrolatum, beberapa

minyak tumbuhtumbuhan, butil stearat, laurel alkohol dan asam oleat.

Salah satu faktor yang sering mempersulit penanganan acne adalah

penggunaan kosmetik yang banyak bersifat komedogenik atau aknegenik.

Bahan-bahan kimia yang ada dalam kosmetik dapat langsung

menyebabkan akne dalam bentuk ringan terutama komedo tertutup

dengan beberapa lesi papulopustul di daerah pipi dan dagu. Bahan-


54

bahan kimia tersebut akan makin berbahaya ketika penggunaannya

berganti-ganti dari satu kandungan dengan kadar tertentu ke

kandungan dan kadar yang lain seperti pada penggunaan kosmetik

yang berganti-ganti. Karena kulit selalu harus melakukan penyesuaian

dengan kandungan dan kadar baru.

Dari Beberapa hasil penelitian diatas, peneliti dapat berasumsi

bahwa pada penderitaacne, terutama wanita sering merasa sulit untuk

meninggalkan kebiasaannya dalam memakai produk kosmetik,

Penderita acne sering menginginkan produk kosmetik yang bisa

dipakai tanpa menimbulkan atau memperburuk aknenya. Oleh karena

itu, perlu diberikan edukasi yang baik mengenai bahaya pengunaan

kosmetik dan menghindari pemakaian produk kosmetik yang meyebabkan

timbulnya acne terutama kosmetik yang cenderung tebal dan menutup

kelenjar sebasea kurang dianjurkan.

pemakaian kosmetik dapat menyebabkan timbulnya acne, namun

tidak semua yang menggunakan kosmetik dapat mengalami acne. hal ini

disebabkan karena acne tidak dapat timbul di semua jenis kulit. salah satu

jenis kulit yang mudah berjerawat yaitu kulit berminyak. acne dapat

timbul karena adanya bakteri, dan bakteri dapat dengan mudah berada

pada keadaan kulit yang berminyak, sehingga memudahkan timbulnya

jerawat.sehingga orang yang menggunakan kosmetik tetapi memiliki kulit

wajah yang tidak berminyak, hal ini dapat menghambat timbulnya jerawat,
55

maka dapat disimpulkan bahwa orang yang menggunakan kosmetik bisa

timbul jerawat dan begitupun sebaliknya.

3. Analisa hubungan terjadinya menstruasi dengan kejadian acne vulgaris di

stikes panrita husada bulukumba.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian menstruasi

dengan kejadian acne vulgaris menunjukkan bahwa terdapat 3 (3.5%)

responden yang mengalami menstruasi tetapi tidak mengalami acne

vulgaris, dan 4 (3.5%) responden mengalami menstruasidan juga

mengalami acne vulgaris.Sedangkan responden yang mengalami

menstruasi dan mengalami acne sebanyak 21 (20.5%). Dapat dimaknai

bahwa tidak terdapat hubungan anrata menstruasi dengan Acne Vulgaris

ditunjukkan dengan nilai ρ= 0.500 >0.05.

Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dipta Wahyuning Astuti dengan judul Hubungan Antara Menstruasi

Dengan Angka Kejadian Acne Vulgaris Pada Remaja Tahun 2015.Dari

penelitian ini dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan bahwa ada

hubungan yang bermaknaantara menstruasi dengan angka kejadianacne

vulgaris pada remaja (ρ=0.004)

Pada umumnya acne vulgaris terdapat pada masa remaja,

meskipun kadangkadang dapat menetap sampai dekade ketiga atau bahkan

pada usia yang lebih lanjut. Pada wanita, acne berkembang lebih awal

daripada pria, yaitu pada saat premenarke.Pada masa remaja, jerawat

biasanya disebabkan oleh peningkatan hormone seks, terutama hormon


56

androgen yang meningkat selama masa pubertas.Peningkatan hormon

sebelum menstruasi dapat mempengaruhi eksaserbasi serta memperburuk

Acne vulgaris.

Dari penjelasan diatas, peneliti dapat berasumsi bahwaAcne

Vulgaris juga dapat disebabkan oleh faktor menstruasi.Pada periode

menstruasi terjadi peningkatan aktivitas kelenjar sebasea atau disebut juga

dengan kelenjar minyak yang dipengaruhi oleh hormon androgen.

hormone inilah yang menghasilkan minyak pada wajah sehingga dapat

menyebabkan kulit menjadi lebih berminyak dan dapatmenimbulkan

Acne jadi bukan hanya tingkat sres, dan kosmetik saja yang dapat

menimbulkan terjadinya Acne Vulgaris, namun dapat juga disisebabkna

oleh menstruasi.

Jerawat sebelum menstruasi mungkin tidak dapat kita hindari,

karena itu memang suatu siklus yang besifat alamiah.namun yang paling

penting adalah kita tidak memperparah keadaan tersebut dengan tetap

menjaga kebersihan kulit wajah atau personal hyginekita. penggunaan

produk-produk anti Acne mungkin tidak mutlak dapat mencegah

timbulnya hal ini, namun paling tidak dapat mengurangi gejala dan

menekan komplikasi yang mungkin terjadi.

C. Keterbatasan Penelitian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Acne Vulgaris dalam

penelitian ini hanya terdiri dari tiga, yaitu stress, pemakaian kosmetik dan

menstruasi, sedangkan masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan


57

kejadian acne yang bisa diteliti oleh peneliti selanjutnya dan tidak ada

kuesioner yang baku sehingga peneliti membuat kuesioner sesuai dengan

teori.

Anda mungkin juga menyukai