1. PENGERTIAN BELANJA
Belanja sering juga disebut dengan beban PP Nomor 71 Tahun 2010 menggunakan
istilah beban dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 menggunakan istilah
belanja. Berdasarkan definisi PP Nomor 71 Tahun 2010, beban Negara adalah kewajiban
pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sementara itu, definisi
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai beriut : “Belanja
adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.”
Berdasarkan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang
menjadi lampiran dalam PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja diakui pada saat timbulnya
kewajiban, terjdinya konsumsi asset, atau terjadinya penurunan mamfaat ekonomi atau
potensi jasa. Konsep tersebut dijabarkan dalam Pernyataan Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
nomor 2 yang menjelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening kas umum Negara/daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara, pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawabn atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja
diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
Belanja diklasifikasikan menurut kalsifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan
fungsi. Kalsifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis
belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat
yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan social
dan belanja lain-lainnya. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi terdiri dari
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah dan bantuan social dan
belanja tak terduga.
Belanja
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah 1. Belanja pelayanan umum
2. Belanja pertahanan
3. Ketertiban dan keamanan
4. Ekonomi
1. Belanja pegawai 1. Belanja pegawai 1. Belanja 1. Belanja secretariat DPRD 5. Perlindungan lingkungan
2. Belanja barang 2. Belanja barang Kementrian dan 2. Belanja skretariat hidup
3. Belanja modal 3. Belanja modal unit kerja daerah/provinsi/kabupat 6. Perumahan dan
4. Belanja bunga 4. Belanja bunga dibawahnya en/kota permukiman
5. Belanja subsidi 5. Belanja subsidi 2. Belanja lembaga 3. Belanja dinas 7. Kesehatan
6. Belanja hibah 6. Belanja hibah 4. Belanja lembaga teknis 8. Pariwisata dan budaya
Negara dan unit
7. Belanja bantuan 7. Belanja bantuan
kerja dibawahnya daerah 9. Belanja fungsi lain-lain
social social
8. Belanja lain-lain 8. Belanja lain-lain
Belanja Operasi :
Belanja Pegawai xxx
Belanja Barang xxx
Bunga xxx
Subsidi xxx
Hibah xxx
Bantuan Sosial xxx
Belanja Modal :
Belanja Aset Tetap xxx
Belanja Aset Lainnya xxx
Belanja Lain-Lain/Tak Terduga xxx
Belanja :
- Pelayanan umum xxx
- Pertahana xxx
- Ketertiban dan keamanan xxx
- Ekonomi xxx
- Perlindungan lingkungan hidup xxx
- Perumahan dan permukiman xxx
- Kesehatan xxx
- Pariwasata dan budaya xxx
- Agama xxx
- Pendidikan xxx
- Perlindungan social xxx
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam
dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang
terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya. Koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Akuntansi belanja disusun, selain untuk memenuhi kebutuhan pertangjawab sesuai
dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi
manajemen dengan cara yang memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut.
2. PENDEKATAN AUDIT
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan transaksi-transaksi pengeluaran meliputi :
a. Seberapa banyakk volume transaksi yang ada
b. Kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak diotorisasi
c. Kemungkinan adanya pembelian asset yant tidak wajar
d. Dalam kasusu kapitalisasi kas atau penentuan biaya periodic, harus
mempertimbangkan aspek kesinambungan dalam akuntansi.
Keempat factor tersebut sangat menentukan tingkat risiko yang melekat dalam
transaksi siklus ini. Mengjadapi kemungkinan tersbut. Auditor harus merumuskan
trategi dengan mengabungkan tingkat risiko pengendalian yang rendah dan pengujian
subnstansi dalam siklus belanja.
Dalam Menentukan potensi salah saji dan penyimpangan, auditor harus cermat daam
melakukan pemahaman pengendalian internal dalam langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan pengujian pengendalian. Berikut ini adalah beberapa prosedur pengendalian yang
dapat dilakukan dalam siklus ini .
Dalam Menentukan potensi salah saji dan penyimpangan, auditor harus cermat daam
melakukan pemahaman pengendalian internal dalam langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan pengujian pengendalian. Berikut ini adalah beberapa prosedur pengendalian yang
dapat dilakukan dalam siklus ini
Prosedur
Jenis potensi Asersi Tujuan Pengendalian
N kesalahan Saldo Spesifikasi Untuk mencegah Test of
o dan audit Dan mendeteksi control
penyimpanga Transaksi Kesalahan
n Saldo Transaksi
1 Pengeluaran Keberadaan Apakah Apakah benar Setiap Review
kas Atau Benar ada terjadi pengeluaran kebenaran
Dilakukan keterjadian Pengeluara Transaksi belanja yang transaksi
tanpa n pengeluaran dilakukan
Surat belanja Belanja? terlebih
pertanggung tercatat dahulu
Jawaban (SP) dibuatkan
(SP) sebelum
seluruh dana
dicairkan
Kelengkapan Apakah transaksi Pembuatan Memeriksa
pengeluaran sudah spj kelengkapan
didukung buktu dilaksanakan keberadaan
yang lengkap oleh yang surat
berpotensi pertanggung
terhadap jawaban (SPJ)
pengeluaran belanja
belanja
Setiap Memeriksa
kegiatan bukti
pengeluaran pendukung
belanja harus
memperoleh
otorisasi
Penyajian Apakah transaksi Ada tim Melakukan
pengungkapa sudah disajikan dan verifikasi pengawasan
n diungkapkan sesuai untuk terhadap
dengan surat memeriksa transaksi belanja
pertanggungjawaba SPJ sebelum yang terjadi dan
n (SPJ) yang sudah diajukan pelaksanaan
ditetapkan? untuk pembuatan
mendapat surat
persetujuan pertanggungjaw
untuk aban (SPJ)
dicairkan
dananya
Tujuan audit atas transaksi belanja adalah menguji dan menilai apakah pengeolahan
belanja telah sesuai dengan peraturan/kebijakan perundang-undangan yang belaku atau
apakah penggunaan belanja telah dilakukan dengan hemat, efesien, dan efektif. Penilaian
tersebut dilakukan atas :
5. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian pada siklus belanja umumnya lebih diutamakan dibanding pengujian
subtantif karena adanya alasan, yaitu tingginya volume transaksi. Pada saat melakukan audit belanja,
terdapat beberapa langkah untuk melakukan pengujian sebagai berikut:
Tabel 28. Pengujian pengendalian atas belanja
No Prosedur Indeks Auditor Tanggal Keterangan
A. Uji Pengedalian
1. Cek dan amati apakah pemisahan fungsi telah
dilakukan dengan memadai antara pemegang kas,
pelaksanaan kegiatan, dan pejabat yang
memberikan otorisasi atas belanja
2. Teliti apakah pembayaran atas belanja telah
didasarkan pekerjaan nyata (bukan pekerjaan fisik).
Untuk itu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Review kebijakan yang terkait dengan
prosedur pengeluaran kas dalamm rangka
belanja dan cermati pelaksanaannya.
b. Bandingkan realisasi belanja dengan
dokumen penganggaran nya dan cermati
adanya belanja yang tidak dianggarkan.
Belanja Sosial
6. PENGUJIAN SUBTANTIF
Siklus belanja memiliki proses yang besar terjadinya mark up dan potensi korupsi sehinnga
umumnya auditor lebih memprioritaskan audit siklus pengeluara. Secara umum pengujian subtantif
dapat dilakukan sebagai berikut
Tabel 29. Pengujian Subtantif Pengeluaran
No Prosedur Indeks Auditor Tanggal Keterangan
A. Prosedur awal
1. Lakukan pengusutan anggaran versus
realisasi pada periode audit.
2. Lakukan review terhadap mutasi luar
biasa dalam jumlah dan posting dalam
akun belanja.
B. Prosedur analisis
3. Buatlah analisis perbedaan yang
signifikan antara anggaran dan realisasi
tahun lalu dan tahun berjalan.
4. Lakukan penjumlahan atas daftar tersebut
dan bandingkan dengan LRA.
5. Teliti realisasi belanja setiap bulan.
Apakah terdapat realisasi jumlah
meningkat sangat signifikan dibandingkan
dengan realisasi periode lainnya.
C. Uji Detail
1. Bandingkan dan hitung ulang saldo
belanja dalam laporan keuangan dengan
dokumen pendukung. Cek nilai total
realisasi belanja di LK pemda sama
dengan LK unit akuntansi dibawahnya
secara berjenjang atau tidak.
2. Telusuri saldo belanja ke daftar SP2D.
Lakuka voucing SP2D dan berkas
dokumen yang terkait secara uji petik.
Pemilihan sampel diarahkan pada
transaksi dengan jumlah yang besar atau
tidak biasa. Pertimbangan bukti
pembayaran yang memiliki risiko tidak
tercatat, seperti pada saat volume belanja
cukup banyak.
3. Lakukan uji pisah batas (cut off) terhadap
transaksi belanja periode audit yang
bersangkutan.
4. Lakuakan pemeriksaan secara fisik atas
realisasi, yaitu belanja barang dan belanja
modal.
D. Verifikasi Penyajian dan
Pengungkapan
5. Periksa penyajian atau pengungkapan
biaya telah sesuai dengan SAP atau
belum.
6. Pastikan bahwa pengungkapan masing-
masing dan akun belanja dalam laporan
realisasi anggaran telah dijelaskan secara
memadai dalam CaLK.
RINGKASAN
Beban, atau yang disebut juga dengan belanja, merupakan kewajiban pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Be;anja diakui saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonmi atau potensi jasa belanja yang
diklasifikasikan menurut klasifkasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Belanja memiliki
volume transaksi yang tinggi. Oleh karena itu, pengujian pengendalian pada siklus belanja umumnya
lebih diutamakan dibanding dengan pengujian subtantif.