FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
Substitusi Nukleofilik Aromatik
Pada kimia organik maupun anorganik, substitusi nukleofilik adalah suatu kelompok
dasar reaksi substitusi, dimana sebuah nukleofil yang "kaya" elektron, secara selektif
berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia atau atom yang
disebut gugus lepas (leaving group).
Senyawa aromatis merupakan senyawa yang kaya akan elektron sehingga dapat kita
katakan senyawa ini "bermuatan" negatif. Ketika zat yang bereaksi dalam reaksi subtitusi
nukleofilik merupakan senyawa aromatik, maka reaksi yang terjadi disebut dengan reaksi
substitusi nukleofilik aromatik.
• Senyawa aromatik yang mengikat gugus penarik elektron pada posisi orto atau para
terhadap gugus pergi.
• Senyawa aromatik yang dalam reaksinya dengan nukleofil tertentu di bawah pengaruh
basa kuat melalui pembentukan hasil antara benzuna atau aruna.
Mekanisme ini disertai oleh adisi pada nukleofil diikuti oleh eliminasi gugus
pergi, inilah yang disebut mekanisme adisi-eliminasi. Tidak hanya gugus karbonil –
setiap gugus penarik elektron dapat melakukannya. Syaratnya hanyalah bahwa elektron
harus dapat keluar dari cincin menuju gugus penstabil anion. Berikut adalah contoh
gugus nitro yang berada pada posisi para.
Hal-hal yang mempengaruhi berlangsungnya reaksi ini ialah Nukleofil (OH-),
gugus pergi (Cl-), gugus penstabil anion (NO2), dan posisi para-. Nukleofilnya adalah
nukleofil yang baik, muatan negatif dapat didorong melewati atom oksigen pada gugus
nitro, dan klorida adalah gugus pergi yang baik.
SEAr dan SNAr berlangsung 2 tahap, tahap 1 merupakan reaksi adisi dan
yakni reaksi adisi yang diikuti dengan reaksi eliminasi. Oleh karena itu reaksi ini
(electron-deficient ring).
: Efek Substituen
Berikut ini adalah urutan laju reaksi substitusi dengan natrium metoksida.
Sebagian besar reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik berlangsung dengan
mekanisme ion arenium. Ion Arrenium adalah jenis karbokation yang terstabilkan oleh
adanya resonansi .
Dalam mekanisme ini langkah pertamanya adalah serangan elektrofil pada inti benzena
menghasilkan zat – antara (intermediate) yang bermuatan positif yang disebut dengan ion
benzenonium. Pada langkah kedua terjadi proses lepasnya gugus pergi dari ion benzenonium
membentuk produk.
Tahap 1:
Pada tahap ini elektrofil mengambil dua elektron dari 6 elektron pada inti benzena dan
membentuk ikatan dengan salah satu atom karbon cincin benzena. Pembentukan ikatan ini
akan merombak sistem aromatik yang ada karena pada pembentukan ion benzenonium atom
karbon yang membentuk ikatan dengan elektrofil berubah dari hibridisasi sp2 menjadi sp3
dan tidak lagi memiliki orbital p. Keempat elektron ion benzenonium terdelokalisasi pada
kelima orbital p.
Struktur (1), (2) dan (3) adalah struktur resonansi penyumbang pada struktur ion
benzenonium yang sebenarnya. Struktur ion benzenonium yang sebenarnya merupakan
hibrida dari struktur-struktur resonansi tersebut. Struktur (1) sampai dengan (3) seringkali
digambarkan dengan struktur (4) sebagai berikut.
Ion arenium seringkali disebut juga dengan nama kompleks Wheland atau kompleks σ
(sigma).
Tahap 2:
Pada tahap 2 ion benzenonium melepaskan proton dari atom karbon yang mengikat elektrofil.
Atom karbon yang mengikat elektrofil berubah kembali menjadi hibridisasi sp2 dan inti
benzena memperoleh kestabilannya kembali.
Langkah dalam tahap 2 tersebut lebih cepat daripada tahap 1, karena itu langkah penentu laju
reaksinya adalah tahap 1 dan reaksinya merupakan reaksi orde kedua. Berikut diagram p
erubahan reaksi SEAr
Sebelum terjadinya mekanisme reaksi SEAr , harus memenuhi :
Gugus-gugus yang meningkatkan laju reaksi dinamakan gugus pengaktif sedangkan gugus
yang memperlambat laju reaksi disebut gugus pendeaktif. Gugus-gugus yang termasuk
kelompok pengarah orto-para sebagian bersifat pengaktif dan sebagian lainnya bersifat
pendeaktif, sedangkan gugus-gugus pengarah meta semuanya termasuk dalam kelompok
pendeaktif. Jika suatu gugus dikatakan sebagai pengaruh orto-para tidak mutlak diartikan
bahwa gugus yang baru seluruhnya diarahkan keposisi orto dan para. Contohnya reaksi
nitrasi pada toluena menghasilkan isomer orto = 59%, para = 37% dan meta = 4%.
Perbedaan gugus aktivasi dan deaktivasi cincin benzena
Benzena tersubstitusi yang mempunyai gugus aktivasi dapat melakukan reaksi SE lebih
cepat daripada benzena yang mempunyai gugus deaktivasi. Gugus aktivasi akan
mengakibatkan energi aktivasi menjadi lebih rendah sehingga laju reaksi lebih tinggi.
Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi merupakan pengarah orto dan para, sedangkan
gugus deaktivasi merupakan pengarah β.
-Bayangkan suatu siklik β-fluoro-enon bereaksi dengan amina sekunder dalam reaksi
substitusi konjugasi. Produk diperoleh melalui reaksi adisi untuk membentuk enolat, diikuti
oleh kembalinya muatan negatif untuk melepas ion fluorida.
-Sekarang bayangkan juga pada reaksi yang sama dengan dua tambahan ikatan rangkap pada
cincin. Substitusi konjugasi menjadi substitusi aromatik nukleofilik.
-Mekanisme ini disertai oleh adisi pada nukleofil diikuti oleh eliminasi gugus pergi, inilah
yang disebut mekanisme adisi-eliminasi. Tidak hanya gugus karbonil – setiap gugus penarik
elektron dapat melakukannya. Syaratnya hanyalah bahwa elektron harus dapat keluar dari
cincin menuju gugus penstabil anion.
•Pereaksinya adalah halobenzena yang tidak memiliki gugus penarik elektron pada
cincin benzen.
https://id.scribd.com/doc/254180550/Subtitusi-Nukleofilik-Aromatik-1.
CONTOH SOAL:
1.Sebutkan dua tahap umum berlangsungnya subtitusi nukleofilik pada senyawa aromatic?
a. SN Ar (adisi-eliminasi) mekanisme
b. Mekanisme aromatic SN1 yang ditemui dengan garam diazonium.
c. Mekanisme benzyne
d. Mekanisme radikal bebas S RN 1
e. Mekanisme ANRORC
f. Perwakilan subtitusi nukleofilik.