Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera serebrovaskuler atau stroke terjadi akibat
iskemik atau perdarahan (Tambayong, 2000). Stroke
dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya
perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan
stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan
pada pembuluh darah otak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu


tahun di sebuah rumah sakit di Amerika, menyebutkan
bahwa dari 757 pasien penderita stroke yang terdiri dari
41,9% stroke hemoragik dan 58,1% stroke iskemik. Hal ini
menunjukkan peningkatan angka penderita stroke
hemoragik yang sangat tinggi bila dibandingkan pada
tahun 1970 dan 1980, yaitu 73% hingga 86% stroke
iskemik daan 8% sampai 18% stroke hemoragik (Shiber
dkk, 2008).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga


tersering di negara maju, setelah penyakit jantung dan
kanker (Ginsberg, 2008). Laju mortalitas pada stroke
hemoragik sangat tinggi, pada perdarahan intraserebrum
hipertensif mendekati 50%, sedangkan untuk perdarahan
subarakhnoid sekitar 50% pada bulan pertama setelah
perdarahan (Price, 2006).

Di Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab


kematian dan kecacatan neurologis yang utama (Mansjoer,
2000). Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang
dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur,
tetapi yang paling sering pada usia 75-85 tahun (Muttaqin,
2008).

Saat ini, stroke tak lagi hanya menyerang kelompok


lansia, namun cenderung menyerang generasi muda yang
masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga
kota yang berkecukupan, namun juga dialami oleh warga
pedesaan yang hidup dengan keterbatasan. Hal ini dapat
terjadi karena life style atau gaya hidup yang berhubungan
dengan faktor pencetus stroke, seperti makan makanan
yang banyak mengandung lemak dan kolesterol tinggi
serta malas berolahraga.
Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
stroke sangat berbahaya, maka penderita stroke
memerlukan penanganan dan perawatan yang bersifat
umum, khusus, rehabilitasi, serta rencana pemulangan
klien. Usaha yang dapat dilakukan mencakup pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, mulai dari promotif,
preventif, kuratif, sampai dengan rehabilitatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi konsep dasar dari penyakit
Stroke?
2. Apa saja yang perlu diidentifikasi dalam konsep
keperawatan pada pasien dengan Stroke?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi
konsep dasar dari penyakit Stroke
2. Mengidentifikasi hal-hal yang terdapat pada konsep
keperawatan pada pasien dengan Stroke

D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam hal
pemahaman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
2. Untuk Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
3. Untuk Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
 Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berapa defisit
neurologis fokal dan atau global yang 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan
pendarahan darah otak nontraumatik (Arif
Mansjoer, 2000)
 Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer
C. Suzanne, 2001)
 Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer
& Bare, 2002).
 stroke adalah setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak (Price & Wilson, 2006)
 Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran
darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia
yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak
(Wikipedia Indonesia, 2008)

Dari beberapa pengertian di atas dapat


disimpulkan bahwa stroke atau cedera serebrovaskuler
(CVA) adalah defisit neurologis yang terjadi akibat
terhentinya suplai darah ke otak yang dapat berakibat
kerusakan dan kematian sel-sel otak yang
menimbulkan gejala klinis antara lain kelumpuhan
wajah atau anggota badan yang lain, gangguan
sensibilitas, perubahan mendadak status mental,
gangguan penglihatan dan gangguan bicara.

Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke infark


(nonhemoragik) dan stroke hemoragik. Pada stroke
infark, aliran darah ke otak terhenti karena
arterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses
arterosklerosis. Pada stroke hemoragik, pembuluh
darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal dan darah yang ke luar merembes masuk ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Kurangnya aliran darah ke otak akan menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau
mematikan sel-sel otak, kematian jaringan otak ini
dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan tersebut.

2. Penyebab / Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya
diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu :
a) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh
darah otak atau leher.
b) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau
material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain.
c) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah
serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi


penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir,
memori, bicara, atau sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000)


adalah:

a) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras,


riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung
koroner, dan fibrilasi atrium.
b) Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus,
merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,
kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

3. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila
terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak
mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai
dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang
paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis Interna.

Adanya gangguan peredaran darah otak dapat


menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui
empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan
penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke
sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan
bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh
darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan
di ruang interstitial jaringan otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula


menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan
baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas
kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan
cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal
sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang
baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi
pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah
gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan
aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole.
Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama
berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak
berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif
segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya
aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan
memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan
terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

4. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis


Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price &
Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah
kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau
salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan
atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan
melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan
pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang
jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu
mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan
terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih.
5. Pengobatan
a) Membatasi atau memulihkan infark akut yang
sedang berlangsung dengan menggunakan
trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-
Plasminogen Activator).
b) Mencegah perburukan neurologis :
1) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat
infark yaitu terapi dengan manitol.
2) Ekstensi teritori infark yaitu dengan pemberian
heparin.
3) Konversi hemoragik yaitu jangan memberikan
antikoagulan.
c) Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
 Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskuler, transient ischemic attacks (TIA)
 Merokok sigaret
 Menggunakan kontrasepsi oral
 Gangguan sensorik/motorik
 Gangguan penglihatan

b. Pemeriksaan fisik
 Tingkat kesadaran dan status mental
 Gangguan sensorik dan motorik
 Aphasia
 Penglihatan
 Fungsi saraf kranial
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan darah (pembekuan darah, hitung
sel darah, Trigliserida, kolesterol, gula darah)
 CT Scan, angiogram; EKG, EEG
 Kegemukan/obesitas

c. Psikososial
 Usia
 Jenis kelamin
 Sistem dukungan
 Gaya hidup
 Strategi koping yang biasa digunakan
 Pekerjaan
 Peran dan tanggung jawab selama ini
 Reaksi emosional terhadap penyakitnya

d. Pengetahuan klien dan keluarga tentang :


 Penyebab stroke
 Faktor resiko
 Prognosa
 Tingkat pengetahuan
 Kemampuan membaca dan belajar
2. Penyimpangan KDM
NANDA NIC-NOC 2015 Jilid 3
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan menelan b/d penurunan fungsi nerfus
vagus atau hilangnya refluks muntah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
c. Hambatan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera
otak
d. Kerusakan integritas kulit b/d hemiparesis /
hemiplegia, penurunan mobilitas
e. Resiko jatuh b/d perubahan ketajaman penglihatan
f. Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi
otot facial/oral
g. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d
penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis,
embolisme)

4. Rencana Intervensi

Diagnosa
N Tujuan dan
Keperawat Intervensi
o Kriteria Hasil
an
1 Gangguan NOC NIC
menelan b/d  Pencegahan Aspiration
penurunan aspirasi Precautions
fungsi nerfus  Status menelan : - Memantau tingkat
vagus atau tindakan pribadi kesadaran, refleks
hilangnya untuk mencegah batuk, refleks
refluks pengeluaran muntah, dan
muntah cairan dan kemampuan
partikel padat ke menelan
dalam paru - Memonitor status
 Status menelan : paru menjaga /
fase esofagus : Mempertahankan
penyaluran cairan jalan napas
atau partikel - Posisi tegak 90
padat dari faring derajat atau sejauh
ke lambung mungkin
 Status menelan : - Jauhkan manset
fase oral : trakea meningkat
persiapan, - Jauhkan pengaturan
penahanan, dan hisap yang tersedia
pergerakkan - Menyuapkan
cairan atau makanan dalam
partikel padat ke jumlah kecil
arah posterior di - Periksa tabung NG
mulut atau gastrostomy
 Status menelan : sisa sebelum makan
fase faring : - Hindari makan, jika
penyaluran cairan residu tinggi tempat
atau partikel “pewarna” dalam
padat dari mulut tabung pengisi NG
ke esofagus - Hindari cairan atau
Kriteria hasil : menggunakan zat
 Dapat pengental
mempertahankan - Penawaran makanan
makanan dalam atau cairan yang
mulut dapat dibentuk
 Kemampuan menjadi bolus
menelan adekuat sebelum menelan
 Pengiriman bolus - Potong makanan
ke hipofaring menjadi potongan-
selaras dengan potongan kecil
refleks menelan - Permintaan obat
 Kemampuan dalam bentuk obat
untuk mujarab
mengosongkan - Istirahat atau
rongga mulut menghancurkan pil
 Mampu sebelum pemberian
mengontrol mual - Jauhkan kepala
dan muntah tempat tidur
 Imobilitas ditinggikan 30
konsekuensi : sampai 45 menit
fisiologis setelah makan
 Pengetahuan - Sarankan
tentang prosedur pidato/berbicara
pengobatan patologi
 Tidak ada berkonsultasi, sesuai
kerusakan otot - Sarankan barium
tenggorok atau menelan kue atau
otot wajah, video fluoroskopi,
menelan, sesuai
menggerakkan
lidah atau refleks
muntah
 Pemulihan pasca
prosedur
pengobatan
 Kondisi
pernafasan,
ventilasi adekuat
 Mampu
melakukan
perawatan
terhadap non
pengobatan
parenteral
 Mengidentifikasi
faktor emosi atau
psikologis yang
menghambat
menelan
 Dapat
mentoleransi
ingesti makanan
tanpa tersedak
atau aspirasi
 Hidrasi tidak
ditemukan
 Kondisi
pernafasan
adekuat
 Tidak terjadi
gangguan
neurologis
2 Ketidakseim NOC NIC
bangan  Nutritional - Kaji adanya alergi
nutrisi Status : makanan
kurang dari  Nutritional - Kolaborasi dengan
kebutuhan Status : food and ahli gizi untuk
tubuh b/d Fluid menentukan jumlah
ketidakmam  Intake kalori dan nutrisi
puan untuk  Nutritional yang dibutuhkan
mencerna Status : nutrient pasien
makanan, Intake - Anjurkan pasien
penurunan  Weight control untuk meningkatkan
fungsi nerfus Kriteria hasil : intake Fe
hipoglosus  Adanya - Anjurkan pasien
peningkatan berat untuk meningkatkan
badan sesuai protein dan vitamin
dengan tujuan C
 BBI sesuai dengan - Berikan substansi
tinggi badan gula
 Mampu - Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
 Tidak ada tanda- serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
 Menunjukkan - Berikan makanan
peningkatan yang terpilih (sudah
fungsi dikonsultasikan
pengecapan dari dengan ahli gizi)
menelan - Ajarkan pasien
 Tidak terjadi bagaimana membuat
penurunan berat catatan makanan
badan yang harian
berarti - Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3 Hambatan NOC NIC
mobilitas  Joint Movement : Exercise therapy :
fisik b/d Active ambulation
hemiparesis,  Mobility Level - Monitoring vital sign
kehilangan  Self care : ADLs sebelum/sesudah
keseimbang  Transfer latihan dan lihat
an dan performance respon pasien saat
koordinasi, Kriteria hasil : latihan
spastisitas  Klien meningkat - Konsultasikan
dan cedera dalam aktivitas dengan terapi fisik
otak fisik tentang rencana
 Mengerti tujuan ambulasi sesuai
dari peningkatan dengan kebutuhan
mobilitas - Bantu klien untuk
 Memverbalisasika menggunakan
n perasaan dalam tongkat saat berjalan
meningkatkan dan cegah terhadap
kekuatan dan cedera
kemampuan - Ajarkan pasien atau
berpindah tenaga kesehatan
 Memperagakan lain tentang teknik
penggunaan alat ambulasi
 Bantu untuk - Kaji kemampuan
mobilisasi pasien dalam
(walker) mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
pemenuhi kebutuhan
ADLs ps.
- Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Communication
Enhancement :
Hearing Deficit
Communication
Enhancement :
Visual Deficit
Anxiety reduction
Active listening
4 Kerusakan NOC NIC
integritas  Tissue Integrity : Pressure
kulit b/d Skin and Mucous Managemenet
hemiparesis  Membranes - Anjurkan pasien
/ hemiplegia,  Hemodyalis akses untuk menggunakan
penurunan Kriteria hasil : pakaian yang
mobilitas  Integritas kulit longgar
yang baik bisa - Hindari kerutan pada
dipertahankan tempat tidur
(sensasi, - Jaga kebersihan kulit
elastisitas, agar tetap bersih
temperatur, dan kering
hidrasi, - Mobilisasi pasien
pigmentasi) (ubah posisi pasien)
 Tidak ada setiap dua jam sekali
luka/lesi pada - Monitor kulit akan
kulit adanya kemerahan
 Perfusi jaringan - Oleskan lotion atau
baik minyak/baby oil pada
 Menunjukkan daerah yang
pemahaman tertekan
dalam proses - Monitor aktivitas dan
perbaikan kulit mobilisasi pasien
dan mencegah - Monitor status nutrisi
terjadinya cedera pasien
berulang - Memandikan pasien
 Mampu dengan sabun dan
melindungi kulit air hangat
dan Insision site care :
mempertahankan - Membersihkan,
kelembaban kulit memantau dan
dan perawatan meningkatkan proses
alami penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan, klip
atau straples
- Monitor proses
kesembuhan area
insisi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
- Bersihkan area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
- Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
- Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces
Maintenance
5 Resiko jatuh NOC NIC
b/d  Trauma Risk For Fall Prevention
perubahan  Injury risk for - Mengidentifikasi
ketajaman Kriteria hasil : defisit kognitif atau
penglihatan  Keseimbangan : fisik pasien yang
kemampuan dapat meningkatkan
untuk potensi jatuh dalam
mempertahankan lingkungan tertentu
ekuilibrium - Mengidentifikasi
 Gerakan perilaku dan faktor
terkoordinasi : yang mempengaruhi
kemampuan otot risiko jatuh
untuk bekerja - Mengidentifikasi
sama secara karakteristik
volunter untuk lingkungan yang
melakukan dapat meningkatkan
gerakan yang potensi untuk jatuh
bertujuan (misalnya, lantai
 Perilaku yang licin dan
pencegahan jatuh tangga terbuka)
: tindakan - Sarankan perubahan
individu atau dalam gaya berjalan
pemberi asuhan kepada pasien
untuk - Mendorong pasien
meminimalkan untuk menggunakan
faktor resiko yang tongkat atau alat
dapat memicu pembantu berjalan
jatuh - Kunci roda dari kursi
dilingkungan roda, tempat tidur,
individu atau brankard
 Kejadian jatuh : selama transfer
tidak ada kejadian pasien
jatuh - Tempat artikel
 Pengetahuan : mudah dijangkau
pemahaman dari pasien
pencegahan jatuh - Ajarkan pasien
 Pengetahuan : bagaimana jatuh
keselamatan anak untuk meminimalkan
fisik, cedera
 Pengetahuan : - Memantau
keamanan pribadi kemampuan untuk
 Pelanggaran mentransfer dari
perlindungan tempat tidur ke kursi
tingkat dan demikian pula
kebingungan Akut sebaliknya
 Tingkat agitasi - Gunakan teknik yang
 Komunitas tepat untuk
pengendalian mentransfer pasien
resiko : ke dan dari kursi
 Kekerasan roda, tempat tidur,
 Komunitas tingkat toilet, dan
kekerasan sebagainya
 Gerakan - Menyediakan toilet
terkoordinasi ditinggikan untuk
 Kecenderungan memudahkan
risiko pelarian transfer
untuk kawin - Menyediakan kursi
 Kejadian terjun dari ketinggian yang
 Mengasuh tepat, dengan
keselamatan fisik sandaran dan
remaja sandaran tangan
 Mengasuh : untuk memudahkan
bayi/balita transfer
keselamatan fisik - Gunakan rel sisi
 Perilaku panjang yang sesuai
keselamatan dan tinggi untuk
pribadi mencegah jatuh dari
 Keparahan cedera tempat tidur, sesuai
fisik kebutuhan
 Pengendalian - Memberikan pasien
risiko tergantung dengan
 Pengendalian sarana bantuan
risiko : pemanggilan
penggunaan (misalnya, bel atau
alkohol, narkoba cahaya panggilan)
 Pengendalian ketika pengasuh
risiko : tidak hadir
pencahayaan - Membantu ke toilet
sinar matahari seringkali, interval
 Deteksi risiko dijadwalkan
 Lingkungan - Menandai ambang
rumah aman pintu dan tepi
 Aman berkeliaran langkah, sesuai
 Zat penarikan kebutuhan
keparahan - Hapus dataran
 Integritas jaringan rendah perabotan
: kulit & membran (misalnya, tumpuan
mukosa dan tabel) yang
 Perilaku menimbulkan
kepatuhan visi bahaya tersandung
- Hindari kekacauan
pada permukaan
lantai
- Memberikan
pencahayaan yang
memadai untuk
meningkatkan
visibilitas
- Menyediakan lampu
malam di samping
tempat tidur
- Menyediakan
pegangan tangan
terlihat dan
memegang tiang
- Menyediakan lajur
anti tergelncir,
permukaan lantai
nontrip/tidak
tersandung
- Menyediakan
permukaan
nonslip/anti
tergelincir di bak
mandi atau pancuran
- Menyediakan kokoh,
tinja curam
nonslip/anti
tergelincir untuk
memfasilitasi
jangkauan mudah
- Pastikan pasien yang
memakai sepatu
yang pas,
kencangkan aman,
dan memiliki sol
tidak mudah
tergelincir
- Anjurkan pasien
untuk memakai
kacamata, sesuai,
ketika keluar dari
tempat tidur
- Mendidik anggota
keluarga tentang
faktor risiko yang
berkontribusi
terhadap jatuh dan
bagaimana mereka
dapat menurunkan
resiko tersebut
- Sarankan adaptasi
rumah untuk
meningkatkan
keselamatan
- Instruksikan keluarga
pada pentingnya
pegangan tangan
untuk kamar mandi
tangga, dan trotoar
- Sarankan alas kaki
yang aman
- Mengembangkan
cara untuk pasien
untuk berpartisipasi
keselamatan dalam
kegiatan rekreasi
- Lembaga program
latihan rutin fisik
yang meliputi
berjalan
- Tanda-tanda posting
untuk mengingatkan
staf bahwa pasien
yang beresiko tinggi
untuk jatuh
- Berkolaborasi
dengan anggota tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap jatuh
(misalnya, hipotensi
ortostatik dan kiprah
goyah)
- Memberikan
pengawasan yang
ketat dan/atau
perangkat menahan
(misalnya, bayi kursi
dengan sabuk
pengaman) ketika
menempatkan bayi /
anak-anak muda
pada permukaan
ditinggikan
(misalnya, meja
dankursi tinggi)
6 Hambatan NOC NIC
komunikasi  Anxiety self Communication
verbal b/d control Enhancement :
penurunan  Coping Speech Deficit
fungsi otot  Sensory - Gunakan
facial/oral function : penerjemah, jika
hearing & vision diperlukan
 Fear self control - Beri satu kalimat
Kriteria hasil : simple setiap
 Komunikasi : bertemu, jika
penerimaan, diperlukan
interpretasi dan - Konsultasikan
ekspresi pesan dengan dokter
lisan, tulisan, dan kebutuhan terapi
non verbal wicara
meningkat - Dorong pasien untuk
 Komunikasi berkomunikasi
ekspresif secara perlahan dan
(kesulitan untuk mengulangi
berbicara) : permintaan
ekspresi pesan - Dengarkan dengan
verbal dan atau penuh perhatian
non verbal yang - Berdirin didepan
bermakna pasien ketika
 Komunikasi berbicara
reseptif (kesulitan - Gunakan kartu baca,
mendengar) : kertas, pensil,
penerimaan bahasa tubuh,
komunikasi dan gambar, daftar
interpretasi pesan kosakata bahasa
verbal dan/atau asing, computer, dan
non verbal lain-lain untuk
 Gerakan memfasilitasi
terkoordinasi : komunikasi dua arah
mampu yang optimal
mengkoordinasi - Ajarkan bicara dari
gerakan dalam esophagus, jika
menggunakan diperlukan
isyarat - Beri anjuran kepada
 Pengolahan pasien dan keluarga
informasi : klien tentang penggunaan
mampu untuk alat bantu bicara
memperoleh, (misalnya, prostesi
mengatur, dan trakeoesofagus dan
menggunakan laring buatan)
informasi - Berikan pujian
 Mampu potive, jika
mengontrol diperlukan
respon ketakutan - Anjurkan pada
dan kecemasan petemuan kelompok
terhadap - Anjurkan kunjungan
ketidakmampuan keluarga secara
berbbicara teratur untuk
 Mampu memberi stimulus
memanajemen komunikasi
kemampuan fisik - Anjurkan ekspresi
yang dimiliki diri dengan cara lain
 Mampu dalam
mengkomunikasik menyampaikan
an kebutuhan informasi (bahasa
dengan isyarat)
lingkungan sosial Communication
Enhancement :
Hearing Deficit
Communication
Enhancement :
Visual Deficit
Anxiety reduction
Active listening
7 Resiko NOC NIC
ketidakefekti  Circulation status Peripheral Sensation
fan perfusi  Tissue Prefusion : Management
jaringan cerebral (Manajemen sensasi
otak b/d Kriteria hasil : perifer)
penurunan  Mendemonstrasik - Monitor adanya
aliran darah an status sirkulasi daerah tertentu yang
ke otak yang ditandai hanya peka terhadap
(ateroskleros dengan : panas/ dingin/ tajam/
is,  Tekanan systole tumpul
embolisme) dan diastole - Monitor adanya
dalam rentang paretese
yang diharapkan - Instruksikan keluarga
 Tidak ada untuk
ortostatik mengobservasi kulit
hipertensi jika ada lesi atau
 Tidak ada tanda- laserasi
tanda - Gunakan sarung
peningkatan TIK tangan untuk
(tidak lebih dari proteksi
15 mmHg) - Batasi gerakan pada
 Mendemostrasika kepala, leher dan
n kemampuan punggung
kognitif yang - Monitor kemampuan
ditandai dengan : BAB
 Berkomunikasi - Kolaborasi
dengan jelas dan pemberian analgetik
sesuai ddengan - Monitor adanya
kemampuan tromboplebitis
 Menunjukkan - Diskusikan mengenai
perhatian, penyebab perubahan
konsentrasi dan sensasi
orientasi
 Memproses
informasi
 Membuat
keputusan
dengan benar
 Menunjukkan
fungsi sensori
motorik cranial
yang utuh :
tingkat kesadaran
membaik, tidak
ada gerakan-
gerakan
involunter

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran
darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia
yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak
(Wikipedia Indonesia, 2008)
 Diagnosa yang dapat pada pasien dengan Stroke
yaitu :
1) Gangguan menelan b/d penurunan fungsi nerfus
vagus atau hilangnya refluks muntah
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
3) Hambatan mobilitas fisik b/d hemiparesis,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi,
spastisitas dan cedera otak
4) Kerusakan integritas kulit b/d hemiparesis /
hemiplegia, penurunan mobilitas
5) Resiko jatuh b/d perubahan ketajaman
penglihatan
6) Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan
fungsi otot facial/oral
7) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d
penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis,
embolisme)

B. Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang
profesinya sebagai perawat diharapkan mampu memahami
dan menguasai berbagai hal tentang stroke seperti
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta
konsep keperawatan bagi pasien yang menderita stroke,
agar gangguan pada sistem persarafan ini dapat teratasi
dengan baik.
Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai
referensi untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Stroke dan makalah ini juga dapat dijadikan
referensi untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

1) Wahyu widagdo, dkk. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN Pada


klien dengan gangguan system PERSARAFAN. TIM : Jakarta
2) NANDA NIC-NOC. 2015. PANDUAN PENYUSUNAN ASUHAN
KEPERAWATAN PROFESIONAL. MediAction : Jogjakarta
3) Taqiyyah dan Jauhar. 2013. ASUHAN KEPERAWATAN:
PANDUAN LENGKAP MENJADI PERAWAT PROFESIONAL.
Prestasi Pustakaraya: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai