Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker leher rahim atau kanker serviks adalah salah satu masalah
kesehatan terkemuka yang mencolok bagi perempuan di seluruh dunia
dengan perkiraan 529.409 kasus baru dan sekitar 89 % di negara-negara
berkembang (WHO, 2011). Pekerjaan rumah tangga dan jumlah anak
dalam keluarga di negara berkembang yang memerlukan perhatian
menjadi alasan sebagian besar perempuan cenderung mengabaikan status
kesehatan diri sendiri. Mereka hanya mengunjungi pusat-pusat kesehatan
ketika mereka merasakan ada sesuatu yang salah dalam kondisi kesehatan
mereka.
Hal ini benar, terutama di negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Layanan kesehatan telah dibangun agar mudah diakses,
terjangkau, dan tersedia dalam komunitas, tetapi perempuan atau
masyarakat mengabaikan layanan ini karena ketidaktahuan untuk
kesehatan dan budaya yang mereka warisi secara turun-temurun dalam
mengobati penyakit.
Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian di antara
perempuan d seluruh dunia. Diperkirakan bahwa 274.000 kematin terjadi
setiap tahun akibat penyakit yang dapat dicegah ini. Para wanita dari
masyarakat miskin sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi ini. Hal ini
dibuktikan bahwa sekitar 85 % dari semua kematian akibat kanker serviks
dilaporkan berasal dari negara-negara berkembang. Kondisi ini
memengaruhi tidak hanya kesehatan dan kehidupan perempuan, tetapi juga
anak-anak mereka, keluarga, dan masyarakat pada umumnya menurut
Arumaniez (2010). Untuk mencegah kematian pada wanita, maka kondisi
ini harus dicari solusinya. Penyakit yang menakutkan tersebut disimpulkan
dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kesadaran

1
masyarakat mengenai kanker serviks sebaiknya menjadi prioritas dalam
promosi kesehatan.

A. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori dan asuhan keperawatan ibu dengan kanker
serviks.

B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan ibu dengan
kanker serviks.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak


terkontrol di sekitar serviks,daerah leher rahim atau mulut rahim (Rasjidi,
2010).

Kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim, mulut rahim,
maupun keduannya.Sebagian besar kanker serviks dimulai pada zona
transformasi yang merupakan perpindahan dari tip sel skuamosa ke tipe sel
silindris. Sel-sel ini tidak langsung berubah , menjadi kanker serviks. Sel
normal serviks karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara
bertahap ,menjadi sel pra kanker kemudian menjadi sel kanker (Nurwijaya
et al.,2010)

Perubahan ini memakan waktu 10-15 tahun sampai kanker terjadi 80%
dari wanita yang berisiko terinfeksi oleh HPV, hingga 50 % dari mereka kan
terinfeksi oleh HPV sepanjang masa hidupnya menurut Evi Andriyani (2010).

B. Penyebab dan Faktor Resiko

Penyebab utama kanker serviks adalah Human Pappilomavirus (HPV). Di


dunia, HPV tipe 16, 18, 31, 45, dan 52, yang secara bersamaan menjadi penyebab
lebih dari 80% kanker serviks. Kanker serviks penyebab utama kematian diantara
perempuan di seluruh dunia.

American Cancer Sosiety menyebutkan faktor risiko kanker serviks adalah


sebagai berikut.

1. Infeksi Human Pappilomavirus (HPV)


2. Merokok
3. Imunosupresan
4. Infeksi klamidia

3
5. Diet kurang sehat dan obesitas
6. Kontrasepsi oral
7. Penggunaan IUD
8. Kehamilan multiple
9. Kemiskinan
10. Penggunaan obat hormonal diethylstilbestrol (DES)
11. Riwayat keluarga dengan kanker serviks

C. Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa gejala. Bila
kanker sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut, maka gejalanya dapat
berupa :

1. Keputihan : makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh,


terkdang tercampur darah.
2. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala serviks 75-80%.
3. Perdarahan spontan : perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lama semakin tejadi.
4. Perdarahan pada wanita usia menopouse
5. Anemia
6. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrsi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total.
7. Perdarahan vagina yang tidak normal.
a. Perdarahan diantara periode reguler menstruasi
b. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
c. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
d. Perdarahan pada wanita usia menopouse
8. Nyeri
a. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul

4
b. Bila kanker sudah tercapai stadium 3 keatas maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggot tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.

Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain pasien
dengan :

1. Nyeri panggul
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kaki
4. Penurunan berat badan
5. Anoreksia
6. Kelemahan dan kelelahan
7. Patah tulang

D. Stadium Kanker Serviks

Stadium adalah istilah yang digunkan ahli medis untuk menggambarkan


tahapan kanker serta sejauh mana kanker tersebut telah menyebar dan menyerang
jaringan disekitarnya. Stadium kanker serviks menunjukan tahapan atau periode
kanker serviks. Penetapan stadium ini merupakan upaya hati-hati guna
mengetahui dan memilih perawatan yang terbaik untuk mengobati penyakit.

Begitu juga menurut Langhorne, Fulton, Otto (2011) bahwa stadium klinis
untuk kanker serviks terjadi secara bersamaan dengan intervensi bedah yang
direncanakan. Pembagian tahapan kanker serviks yang paling umum digunakan
adalah sistem Internasional Federation of Gynecology and Obstetricsh (FIGO).
Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker.
Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan tahap lanjut.

Untuk mengetahui sejauh mana kanker serviks telah menyerang seorang


pasien, dokter akan melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan fisik
padanya.Pemeriksaan tersebut antara lain kolposkopi,yaitu teropong leher rahim,

5
biopsi kerucut (pengembalian sedikit jaringan serviks untuk diteliti oleh ahli
patologi), dan tes penanda tumor melalui pengambilan contoh darah.

Stadium kanker serviks adalah seperti dibawah ini.

a) Stadium 0

Stadium ini disebut juga karsinoma in situ yang berarti kanker belum menyerang
bagian yang lain. Pada stadium ini, perubahan sel abnormal hanya ditemukan pada
permukaan serviks. Ini termasuk kondisi prakanker yang bisa diobati dengan
tingkat kesembuhan mendekati 100%.

b) Stadium I

Stadium I berarti kanker kanker telah tumbuh dalam serviks,namun belum


menyebar kemana pun. Saat ini, stadium kanker serviks I dibagi menjadi stadium
IA dan stadium IB

1. Stadium IA
Pertumbuhan kanker begitu kecil sehingga hanya bisa dilihat dengan
sebuah mikroskop atau koloskop. Pada stadium IA1, kanker telah tumbuh
dengan ukuran kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan lebarnya
kurang dari 7 mm. Stadium IA2, berukuran antara 3 sampai 5 mm ke
dalam jaringan-jaringan serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari 7 mm.
2. Stadium IB
Area kanker lebih luas, tetapi belum menyebar. Kanker masih berada
dalam jaringan serviks. Kanker ini biasanya bisa dilihat tanpa
menggunakan mikroskop. Pada kanker stadium IB1, ukurannya tidak lebih
besar dari 4 cm. Sementara untuk stadium IB2, ukuran kanker lebih besar
dari 4 cm (ukuran horizontal).

c) Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke
dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina. Stadium ini dibagi
menjadi :

6
1. Stadium IIA
Kanker pada stadium ini telah menyebar hingga ke vagina bagian atas.
Pada stadium IIA1, kanker berukuran 4 cm atau kurang. Sementara
pada stadium A2 kanker berukuran lebih dari 4 cm.
2. Stadium IIB
Pada stadium IIB kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan
serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.
d) Stadium III

Pada stadium ini, kanker serviks telah menyebar ke jaringan lunak sekitar
vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat
menghambat aliran urine ke kandung kemih. Stadium ini dibagi menjadi :

1. Stadium IIIA
Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah dari vagina, tetapi
masih belum ke dinding panggul.
2. Stadium IIIB
Pada stadium IIIB kanker telah tumbuh menuju dinding panggul atau
memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal.
e) Stadium IV

Kanker serviks Stadium IV adalah kanker yang paling parah. Kanker telah
menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi
menjadi dua.

1. Stadium IVA
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke organ, seperti kandung kemih
dan rektum (dubur).
2. Stadium IVB
Pada stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh yang
sangat jauh, seperti paru-paru.

7
E. Pengobatan Kanker Serviks secara Medis

Menurut Arumaniez (2010) dan Corner (2013) ada beberapa pengobatan serviks,
antara lain sebagai berikut.

1. Cerclage serviks, yaitu prosedur bedah dengan menjahit tertutup seluruh


serviks selama kehamilan. Prosedur ini dilakukan pada wanita dengan
inkompetensi serviks untuk mencegah pembukaan awal serviks selama
kehamilan yang dapat menyebabkan persalinan prematur.
2. Terapi antibiotik, yaitu pemberian obat-obatan yang dapat membunuh
bakteri yang menyebabkan infeksi pada serviks dan organ reproduksi.
Antibiotik dapat diambil secara lisan atau diberikan melalui pembuluh
darah, atau intravena, untuk infeksi serius.
3. Metode krioterapi, yaitu membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker
pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area
tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang
sehat (Samadi Priyanto. H, 2010).
4. Terapi laser. Laser berenergi tinggi digunakan untuk membakar daerah
sel-sel abnormal hancur, mencegah mereka dari kanker serviks.
5. Kemoterapi. Biasanya diberikan untuk kanker serviks yang diyakini telah
menyebar.
6. Histerektomi total. Operasi pengangkatan uterus dan serviks. Jika kanker
serviks belum menyebar, histerektomi merupakan pengobatan terbaik.
7. Biopsi kerucut. Biopsi serviks yang menghilangkan sepotong jaringan
berbentuk kerucut dari serviks dengan menggunakan prosedur eksisi
elektrosurgikal melingkar atau prosedur biopsi kerucut pisau dingin. Oleh
karena sebagian besar dari serviks dihapus, biopsi kerucut dapat
membantu mencegah atau mengobati kanker serviks.

8
E. PATHWAY

9
10
11
Asuhan Keperawatan Pascaoperasi (Histerektomi)

Indikasi histerektomi antara lain : kanker, perdarahan uterus, disfungsi


endomentriosis, pertumbuhan nonmaligna dalam uterus, serviks dan adneksa,
prolapse, pelvis, cedera pada uterus yang tidak dapat diperbaiki serta prakanker di
serviks.

Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan histerektomi bisa
dikategorikan menjadi tiga jenis.

1. Histerektomi subtotal
Pengangkatan supravaginal
2. Histerektomi total
Pengangkatan badan dan leher rahim seperti pengangkatan uterus, serviks
dan ovarium.
3. Histerektomi radikal
Pengangkatan piringan penggantung diangkat sampai ke dinding panggul
dan 1/3 panjang saluran vaginal, seperti pengangkatan uterus, adneksa,
vagina, proksimal, dan modus limfe bilateral melalui insisi abdomen.

Pengkajian dan penatalaksanaan pascahisterektomi ditujukan untuk mencegah


komplikasi pascapembedahan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Risiko perdarahan (hemoragi)


Perdarahan pascaoperasi timbul biasanya karena ikatan terlepas atau oleh
karena usaha penghentian darah kurang sempurna. Perdarahan yang
mengalir keluar mudah diketahui, sedangkan yang sulit diketahui adalah
perdarahan dalam rongga perut (Hanifa, 1999). Untuk mendeteksi
komplikasi ini secara dini, pantau tanda-tanda vital pasien serta drainase
pada balutan abdomen.
2) Trombosis vena profunda
Oleh karena posisi selama pembedahan, edema pascaoperasi, dan
imobilitas, pasien berisiko mengalami trombosis vena profunda dan
embolus pulmonal (Smeltzer dan Bare, 2002). Perawat mengkaji adanya

12
trombosis vena profunda, yaitu nyeri pada tungkai dan tanda homman
positif. Oleh karena pasien mungkin dipulangkan dalam satu atau dua hari
setelah pembedahan, instruksikan pasien untuk menghindari duduk di
kursi dalam waktu lama dengan tekanan pada lutut dan tungkai disilang,
serta menghindari imobilitas.
3) Disfungsi kandung kemih
Kateter urine dipasang sebelum pembedahan dan dibiarkan dalam periode
singkat setelah pembedahan untuk memfasilitasi kebutuhan berkemih.
Kateter tersebut biasanya dilepaskan segera setelah pasien ambulasi.
Setelah kateter terlepas, keluaran urine pasien dipantau, selain itu abdomen
dikaji terhadap distensi (Smeltzer dan Bare, 2002).

I. Analisis Data Pascaoperasi

n Data Etiologi Masalah


1 DS : Terdapat lukai operasi (histerektomi) Nyeri
Pasien mengeluh nyeri di
daerah luka operasi Terputusnya kontinuitas jaringang
DO`:
- Skala nyeri 4 atau nyeri Merangsang serabut saraf aferen
berat (dengan skala nyeri sekitar
0-5)
- Terdapat luka operasi Membentuk zat kimia stimulus nyeri
histerektomi (histamin, serotinin, bradikinin, dan
- Pasien tampak prostagladin)
berkeringat menahan
nyeri Stimulus ditangkap oleh reseptor
- Kuantitas tidur malam nyeri saraf bebas
berkurang
Dialirkan ke medula spinalis pada
segmen torakal 10,11,12 serta
segmen lumbal pertama (T10-L1)

13
Dilanjutkan ke segmen sakral ke
2,3,dan 4

Nyeri di daerah sekitar luka operasi


2 DS: Dilakukan operasi histerktomi Gangguan
 Pasien mengeluh mobilitas
lemah Adanya pembuluh darah yang fisik
 Pasien mengatakan terpotong saat operasi
belum bisa berdiri
sepenuhnya dalam Perdarahan
memenuhi ADLnya
DO: Kadar Hb berkurang
 Kekuatan otot
+4 +4 O2 dan nutrisi ke sel berkurang
+4 +4
 Pasien tampak Bahan baku untuk metabolisme sel

lemah berkurang

Metabolisme sel berkurang, energi


yang dihasilkan dari metabolisme
sedikit

Ketidakseimbangan antara energi


yang diperlukan dengan aktivitas

Kelemahan otot

Gangguan mobilitas fisik


3. DS: Luka pascaoperasi Risiko
Pasien mengatakan tidak tinggi

14
tahu mengenai perawatan Terputusnya kontinuitas jaringan infeksi
luka operasi
DO: Hilangnya fungsikulit sebagai
 Pasien belum proteksi jaringan di bawahnya
pernah melihat
cara perawatan Jaringan terbuka
luka
 Kondisi luka Proteksi di daerah luka kurang
operasi bersih
tidak terdapat Media yang baik bagi pertumbuhan
rembesan dari lika mikroorganisme patogen
operasi
Risiko tinggi infeksi

II. Diagnosis Keperawatan Pascaoperasi Histerektomi


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder akibat
luka operasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi luka operasi

III. Intervensi Keperawatan Pascaoperasi Histerektomi

Dx NOC NIC
I Setelah dilakukan tindakan  Kaji derajat
keperawatan selama 3x24 jam, ketidaknyamanan
diharapkan nyeri pasien dapat melalui isyarat
hilang dengan kriteria hasil : verbaldan

Indika Awal Tujua nonverbal:

tor n perhatikan budaya

Nyeri 2 5 pada respon nyeri

yang  Ajarkan teknik

15
dilapo relaksasi yang
rkan tepat dan masase
Meng 2 5 area
ernyit pinggang/pinggul.
Panja 2 5  Berikan tindakan
ngnya pengamanan:
episod anjurkan pasien
e untuk bergerak
nyeri perlahan-
Keterangan : lahan,mempertaha
1 : Berat nkan penghalang
2 : Cukup Berat tempat tidur
3 : Sedang setelah pemberian
4 : Ringan obat.
5 : Tidak Ada  Pantau pola
pernafasan dan
nadi.
 Berikan
lingkungan yang
nyaman dan
membatasi
pengunjung saat
pasien istirahat
terutama saat
tertidur pulas.
 Kolaborasi:
Berikan analgesik
sesuai indikasi
secara IV
 Berikan O2 sesuai
kebutuhan

16
II Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien
keperawatan selama 3x24 jam, untuk istirahat yang
diharapkan pasien dapat cukup,pembatasan
beraktivitas normal kembali aktivitas untuk
dengan kriteria hasil : meningkatkan

Indikator Awal Tujuan penyembuhan.

Satursi 2 5  Anjurkan pasien

oksigen untuk beraktivitas

ketika secara bertahap.

beraktivita  Anjurkan pasien

s untuk
Kekuatan 2 5 menghabiskan porsi
tubuh makan yang
bagian disediakan.
bawah  Berikan pujian pada
Kemudaha 2 5 pasien untuk setiap
n dalam kemajuan yang
melakukan dicapai kolaborasi.
aktivitas  Pemberian transfusi
sehari-hari sesuai kebutuhan.
Keterangan :  Efek pasien operatif
1 : Sangat terganggu dan imobilitas:
2 : Banyak terganggu pasien yang
3 : Cukup terganggu berisiko mengalami
4 : Sedikit terganggu trombosit vena
5 : Tidak terganggu profunda dan
embolus
pulmonal.Meminim
alkan risiko ini,
gunakan stoking

17
elastic, selain itu
pasien didorong
dan dibantu untuk
mengubah posisi
dengan sering,
meski tekanan di
bawah lutut harus
dihindari.
 Perawatan
membantu pasien
untuk ambulasi dini
dalam periode
pascaoperasi dan
pasien didorong
untuk melakukan
latihan pada
tungkai serta
kakinya.

III Setelah dilakukan tindakan  Pantau tanda dan


keperawatan selama 3x24 jam, gejala infeksi
diharapkan pasien terhinar risiko  Kaji faktor yang
infeksi dengan kriteria hasil : meningkatkan

Indikat Awal Tujuan serangan infeksi.

or  Pantau hasil

Mengid 2 5 pemeriksaan

entifika laboratorium

si tanda  Amati penampilan


dan higiene pasien.
gejala  Ajarkan pasien
teknik mencuci

18
infeksi tangan yang benar
Mempe 2 5  Lakukan teknik
rtahank septik dan
an antiseptik pada
lingkun saat perawatan
gn yang luka
bersih  Ajarkan pasien
Mempr 2 5 teknik perawatan
aktikan luka di rumah
strategi  Berikan tambahan
untuk obat antibiotik
mengo sesuai saran
ntrol dokter.
infeksi
Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 :Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten
menunjukkan

IV. Implementasi
 Pantau tanda-tanda vital pada pasien.
 Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri pasien.
 Membantu pasien dalam beraktivitas.
 Berikan kolaborasi obat sesuai saran dokter.
 Mengajarkan teknik perawatan luka kepada pasien di rumah.
 Senantiasa melakukan teknik septik dan antiseptik saat
perawatan luka.

19
 Pantau pemeriksaan laboratorium pasien.
 Pantau tanda dan gejala terjadi infeksi.
 Menganjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap.
V. Evaluasi
Kefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi
pasien, kepatuhan pengobatan dan mengevaluasi masalah baru yang
kemungkinan muncul.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rendahnya tingkat pendidikan memperngaruhi rendahnya pengetahuan, serta


mempengaruhi angka kejadian kanker serviks. Seperti dalam penelitian
Peckenpaugh, peningkatan kasus kanker berhubungan pengetahuan yang rendah
berhubungan dengan sosial ekonomi, perubahan demografis, dan psikososial. Dari
temuan tersebut, maka perlu diinformasikan kepada petugas puskesmas,
khususnya layanan wanita, untuk lebih meningkatkan lagi layanan konseling atau
kegiatan untuk peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan kesehatan. Kegiatan
ini dilakukan mencegah kejadian kanker serviks dan memotivasi masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat.

20
Penyebarluasan informasi tentang kanker serviks dengan memberikan
pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Kunjungan rumah
2. Diskusi keompok
3. Kuliah
4. Seminar
5. Pelatihan
6. Menempelkan poster
7. Menempelkan baliho
8. Membagikan leaflet

Sesuai dengan model Pender, dinyatakan bahwa efek utama dari model ini
adalah menempatkan tanggung jawab dari reformasi kesehatan pda orang, bukan
pada profesi. Kesehatan adalah serangkaian pilihan yang cerdas dan rasional yang
mempromosikan kesehatan mengenai hal-hal seperti meningkatkan pengetahun
tentang kesehatan, perilaku hidup sehat, mencegah sumber penyakit, menjaga
lingkungan yang sehat, olahraga dan berpikir positif. Ini semua adalah pilihan dan
bahan dalam menciptakan hidup yang lebih sehat.

Notoatmodjo 2009 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengdopsi perilaku


baru, terjadi proses yang berurutan sebagai berikut.

1. Kesadaran (Awareness), yaitu orang menyadri atau mengetahui stimulus


(objek terlebih dahulu)
2. Tertarik (Interest), yaitu orang-orang tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (Evaluation), yaitu menimbang-nimbang baik atau tidknya
stimulus bagi dirinya
4. Mencoba (Trial), yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adaptasi (Adaption), dimana subjek harus berperilaku sesuai kesadaran
dan sikap terhadap rangsangan.

Dengan mengetahui faktor penyebab kanker serviks, kesadaran kanker serviks


dapat ditingkatkan.Menurut Ratih, Ekowati, Antonius (2013) peningkatan kasus

21
kanker adalah korelasi dengan perubahan demogrfis, sosial ekonomi dan
psikososial. Berdsarkan pada demografis,rsio peluang untuk kasus tumor lebih
tinggi didaerah pedesaan daripada didaerah perkotaan.Menurut status ekonomi
terliht peningkatan rasio adalah sejalan dengan meningktnya sttus
ekonomi.Demikian pula,pendidikn responden yang meningkat,maka peluang
kejadian kanker serviks tinggi.

B. Saran

Diharapkan bagi para wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dan
menjaga kebersihan organ kewanitaannya serta senantiasa menerapkan pola hidup
sehat. Hal ini bertujuan untuk mencegah angka kematian yang disebabkan oleh
kanker serviks lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu,DS.,2015, Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks,Jakarta:Salemba Medika

Sari, A.P., & Syahrul F.(2014). Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan
Vaksinasi HPV pada Wanita Usia Dewasa . Jurnal Berkala Epidemiologi,vol.2
(321-330)

Brankovic, Ivan, dkk.2013. “Applaying a Gender Lens on Human Papillomavirus


Infection:Cervical Cancer Screening, HPV DNA testing, and HPV vaccination”.
International Journal for Equity in Health 2013,12:14 doi:10.1186//1475-9276-12-
14.

American Institute for Cancer Research. 2010. Food,Nutrition, and The


Prevention of Cancer: A Global Perspective. From Washington DC

22

Anda mungkin juga menyukai