Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

BAB 17 PERSPEKTIF SOSIOLOGI UNTUK PENELITTAN KESEHATAN PENDEKATAN KUALITATIE 241

PERSPEKTIF SOSIOLOGI UNTUK PENELITIAN KESEHATAN:

PENDEKATAN KUALITATIF

Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki perspektif tersendiri dalam memandang
masyarakat atau objek kajian. Ciri khas perspektif keilmuan merupakan salah satu indikasi
kemandirinan ilmu pengetahuan dari disiplin ilmu yang lainnya.

Sebagaimana diketahui, sosiologi sudah mampu memisahkan diri filsafat atau jenis disiplin ilmu
yang lain. Namun demikian. tanpa harus mengatakan bahwa sosiologi tidak membutuhkan
bantuan analisis dari disiplin lain, namun sosialogi memiliki sudut pandang tersendiri dalam
mendekati objek kajiannya, termasuk dalam memahami masalah kesehatan. Oleh karena itu,
dalam proses analisisnya, sosiologi tidak menutup kemungkinan mendapat bantuan informasi
dari kajian-kajian disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memperjelas hal tersebut, dapat
dikemukakan beberapa konsep dasar yang terkait dengan pemanfaatan sosiologi sebagai
metode riset dalam konteks penelaahan masalah kesehatan. Sebagai catatan pengakuan,
rumusan dan paparan berikut, sangat bersifat sederhana dan parsial. Model penelitian ini perlu
digenapkan dengan referensi lain yang lebih lengkap, sehingga penelitian sosiologi kesehatan
dapat dilakukan dengan lebih baik. Namun untuk pengantar model penelitian kualitatif berikut
dapat diterapkan oleh peneliti pemula atau penelitian pendahuluan.

Desain Penelitian

Semenjak awal perkembangannya, mulai daru Ibnu khaldun sampai sekarang, sosiologi
senantiasa menekankan aspek akal sehat (Common sense). Ibnu Khaldun berhasil melepaskan
ilmu sosiologi dari pola pikir idealistik-religius. Kendatipun Ibnu Khaldun seorang muslim namun
ketika menjelaskan perkembangan peradaban manusia, dia mampu mengembangkan nalar
ilmiah dan pengamatan kritis tanpa harus terjebak dengan ide ide normative (idealistic)
pemahaman keagamaan. Hasil kajian Ibnu Khaldun memiliki kekuatan dalam nalar rasional
objektif dan empiric sebagaimana karakter Sosiologi saat ini. Kemudian August Comte dan Emile
Durkheim mampu menjelaskan sosiologi dari bayang-bayang ilmu filsafat.
Usaha keras perintis sosiologi tersebut, merupakan bekal dalam membangun perspektif
keilmuan yang kuat dan kokoh, yang bisa dibedakan dari sudut pandang lain, Sehingga pada
akhirmya sosiologi memilik ciri khusus dalam mengkaji masalah masyarakat (kesehatan) dengan
sudut pandang yang dimilikinya.

Keunikan, nilai strategis dan orisinalitas pemikiran sosiologi ini, yaitu berupaya mengedepankan
akal sehat (common sense) dalam memahami masyarakat. Realitas masyarakat tidak lagi
dipahami sebagai fenomena mistik atau metafisik melainkan diposisikan sebagai objek kajian
ilmiah yang bersandar pada akal sehat. Realitas masyarakat tidak dilihat dari sudut pandang
normative, melainkan lebih difokuskan pada sudut pandang realitas atau apa adanya (das sein).

Kerangka Penalaran

Pengertian metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang
diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian, termasuk menguji hipotesis.
Selanjutnya ditinjau dari paham berpikir yang melandasinya. maka metodologi penelitian dapat
dikelompokkan menjadi:

Pertama, metodologi penelitian kuantitatif yang didasari oleh paradigma positivistik, merupakan
suatu pendekatan penelitian yang menggunakan pengukuran secara matematis statistikal,
obyektif, bebas nilai dan lepas dari konteks waktu dan situasi serta bertujuan menghasilkan
suatu generalisasi.

Kedua, metadologi penelitian kualitatif yang didasari oleh paradigma naturalistik, merupakan
suatu pendekatan penelitian yang menggunakan cara-cara atau teknik penelitian yang dapat
menghasilkan suatu pemahaman yang mendalam dan utuh atau "vertehen" dari setiap subyek
yang diteliti. Tujuannya menghasilkan status pemahaman, makna, mengembangkan teori dan
menggambarkan suatu realitas yang kompleks.

Menurut Nasution (1997 18), Tujuan penilitian kualitatif adalah untuk (1) memperoleh
gambaran yang mendalam dan holistik tentang keseluruhan aspek dari subyek yang diteliti, (2)
memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya, [3) memahami makna atau
"vertehen" dan (4) memandang hasil penelitian sebagai spekulatif. Penelitian kualitatif dapat
dikelompokkan ke dalam dua pengelompokkan yaitu (1) Klasifikasi atas dasar metode
pengumpulan dan analisis data, teknik penulisan laporan atau berdasarkan desain penelitian
yang mencakup human ethology, ecological physicology. holistic ethnography, cognitive
antropology, ethnography of communication dan symbolic interaction; (2) Berdasarkan
pendekatan atau perspektif yang mencakup pendekatan interpretatif, pendekatan artistik,
pendekatan sistematik. perspektif antropologis. perspektif biologis, studi kasus, studi kognitif.
dan penelitian historis (Indriartono dan Supomo 1999: 30)² Sanafiah Faisal (1990-2)
berpendapat bahwa³ Kehadiran penelitian kualitatif berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas
sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri. Keunikannya bersumber dari hakikat manusia
sebagai makhluk psikis, sosial dan budaya yang mengaitkan makna dan interpretasi dalam
bersikap dan bertingkah laku, makna dan interpretasi itu sendiri dipenganuhi oleh lingkungan
sosial dan budaya. Kompleks sistem makna (complex meaning systems) tersebut secara konstan
digunakan oleh seseorang atau sekelempok orang dalam mengorganisasikan segenap sikap dan
tingkah lakunya sehari-hari.

Berdasarkan alasan tersebut, maka melalui pendekatan penelitian kualitatif diperoleh gambaran
dan penjelasan yang cermat terhadap gejala sosial. Dengan melakukan proses mengidentifikasi,
mengklasifikasi, menganalisis sampai pada tahap merumuskan fenomena sosial yang terkait
dengan masalah kesehatan masyarakat. Pada penelitian kualitatif, peneliti tidak melakukan
pengujian hipotesis. Ini artinya. jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk
penelitian etnografi, yang terfokus pada satu masalah tertentu (Suparlan, 1994: Garna, 1991),
Dalam melaksanakan proses penelitian kualitatif dilakukan proses-proses penelitian
sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (Moleong, 2000: 4-8)4

Pertama, penelitian ini menggunakan latar alamiah lingkungan sosial tempat masalah penelitian
itu terjadi. Dengan kata lain. penelitian ini memperlakukan kondisi alamiah kondisi sosial,
suasana interaksi sosial, serta kondisi fisik lingkungan masyarakat secara alamiah. Tujuan dari
penerapan strategi ini adalah untuk menjelaskan konteks menyeluruh dan bersifat timbal balik,
antara elemen masyarakat dan faktor lingkungan masyarakat dalam konteks lingkungan
alamiahnya.

Kedua, menggunakkan manusia sebagai instrumen. Teknik ini merupakan hal yang paling pokok
dari penelitian kualitatif, Kelebihan utama dari human inistrument dibandingkan dengan
kuesioner atau instrumen yang lainnya adalah adanya kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosial di lapangan.

Ketiga. penelitian tidak menggunakan data-data yang bersifat numerik, melainkan secara
kualitatif. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk memahami realitas masyarakat dan atau
perilaku sehat yang dilakukan masyarakat.
¹ Nasution S, Methode Research, (Jakarta: Bumi Aksara 1995), Lihat pula Tarsito, Metode
Penelitian Naturalistik Kualitatif l, (Bandung: 1997).

² N. Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: BPFE, 199).

³ Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar Aplikasi, (Malang: YA3, 1990).

4. L.l Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Remaja Karya, 200).

Keempat, setelah data terkumpul maka dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif
(inductive data analysis). Cara ini dilakukan agar dapat digambarkan secara deskriptif, kaya data
dan bersifat kontekstual. Sebagaimana dikemukakan pula oleh Moleong (2000:5) pendekatan
Ini, digunakan supaya lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu latar yang lainnya. Selain
itu, penggunaan cara induktif ini dapat menemukan pengaruh bersama dalam mempertajam
hubungan-hubungan antara data yang ditemukan di lapangan.

Kelima, teknik pengumpulan data dan pembuatan rancangan, dipandu dengan rancangan
penelitian. Namun, rancangan yang dibuat ini lebih bersifat sementara (emergent design).
artinya dalam penelitian kualitatif melihat realitas bersifat ganda dan kompleks itu sulit untuk
dibuat kerangkanya atau dipolakan sebelumnya. Oleh karena itu, mengkaji realitas sosial itu
baru bisa dipolakan apabila sudah memasuki lapangan penelitian.

Keenam, peneliti memfokuskan pada gejala khusus yang terkait objek penelitian. Namun
demikian, penentuan fokus kajian (focus determined boundaries) objek penelitian tidak
dieliminasi. dibatasi secara tegas dan dispesifikan, tetapi didekati secara holistik. Sehingga.
kenyataan ganda yang ada dilapangan tidak dihilangkan tetapi dihimpun menjadi satu bagian
dalam menganalisis masalah penelitian.

Ketujuh, setelah mendapatkan data dan melakukan kajian di lapangan, peneliti merumuskan
sejumlah kriteria derajat kepercayaan (creteria for trusworthiness) untuk mengukur objektivitas
penelitian. Dalam penentuan pendekatan pengukuran derajat kepercayaan ini, peneliti merujuk
pada pendapat Guba dan Lincoln (Moleong, 2000:7) yang menyatakan bahwa pengujian tingkat
kepercayaan pendekatan kuantitatif berbeda dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini,
akan digunakan kriteria kredibilitas (diakui dan mumpuni), transferabilitas (dapat dialihkan pada
kasus atau konteks lain). independabilitas (saling keterkaitan dan ketergantungan) dan
konfirmabilitas (dapat dicek ulang) sebagai kriteria kepercayaan penelitian kualitatif.

Kedelapan, process oriented. Peneliti, tidak berusaha untuk mengumpulkan data secara lengkap
dalam melakukan pembahasan. Melainkan, dilakukan secara bertahap dan intensif di dalam
proses pelaksanaan penelitian itu sendiri. Teknik ini, sejalan dengan pendapat Moleong (2000:7)
dan Muhadjir (2000:43) yang mengatakan bahwa pendekatan kualitatif lebih mendahulukan
proses daripada hasil, Oleh karena itu, pencatatan dan penganalisis data akan dilakukan
sepanjang proses penelitian ini dilakukan.

Kesembilan, negotiated outcome atau confirmated. Dalam langkah kesembilan ini, peneliti
melakukan negosiasi dan konfirmasi terhadap responden kepada informan. Dalam langkah ini,
hasil data yang dimaknakan atau ditafsirkan merupakan kesepakatan antara peneliti dengan
informan atau responden. Asumsinya adalah responden lebih memahami dan mengetahui
masalah penelitian, Sementara, peneliti hanyalah merekonstruksi gejala sosial yang ada
dilapangan, sebagai rumusan untuk meniawab masalah penelitian.

5 Noeng Moehadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000).

Kesepuluh, untuk mengecek informasi yang terkumpulkan. peneliti dapat melakukan focus
group discussion (FGD) dengan pihak terkait dengan tema sesuai objek penelitian. Tujuan dari
teknik ini yaitu untuk melakukan check and balance terhadap sejumlah informasi yang didapat
dari subjek penelitian, sehingga rumusan penelitian ini dapat dijaga validitasnya.

Sebagai implikasi dari penggunaan metode kualitatif, maka laporan penelitian akan berupa
deskripsi data dari berbagai sumber data yang digunakan dalam penelitian. sehingga diharapkan
mampu memberikan gambaran secara utuh tentang gejala sosial yang sedang diteliti. Dengan
demikian. penelitian kualitatif yang dilakukan ini. dapat dikatakan pula sebagai penelitian yang
menerapkan pendekatan grounded theory (teori dari dasar). Hal ini disebabkan bahwa peneliti
kualitatif lebih menghendaki bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data.
Dengan kata lain, pendekatan ini lebih menekankan teori yang diangkat dari fakta-fakta empiris.
Bangunan teori yang ingin dibentuk bukanlah bersifat nometetik yaitu penentuan hukum yang
bersifat umum, melainkan yang bersifat ideografik yaitu penggambaran-penggambaran yang
bersifat khusus. Pendekatannya tidak dimulai dari apriori tetapi berangkat dari aposteriori.

Dalam kaitannya. dengan pengembangan pendekatan kualitatiif di bidang kajian sosiologi, ada
beberapa konsep yang memperkaya model penalaran yang dikembangkan sosiologi. salah satu
pandangan yang digunakan dalam sosiologi itu. yaitu dikenal dengan penalaran etik dan emik.
Sudut pandang etik, yaitu menggunakan standar dan prosedur ilmiah dalam menganalisis
perilaku atau fenomena sosial. Sedangkan sudut pandang emik, yaitu berusaha memahami
makna perilaku atau budaya sosial sesuai dengan perspektif para pelakunya. Dengan kata lain,
sudut pandang itu lebih berpihak pada kerangka standar baku keilmuan, sedangkan perspektif
emik adalah berusaha memahami apa yang dipahami masyarakat.

Bagi mereka yang kurang cocok dengan salah satu pendekatan tersebut, maka dapai dilakukan
dengan cara nmemadukan kedua sudut pandang tersebut atau dapat disebut dengan istilah
model etmi. Yaitu pendekatan yang berusaha menengahi antara sudut pandang etik dan sudut
pandang emik.

Anthony Giddens, telah melihat adanya pertentangan kedua sudut pandang yang berkembang
dalam sosiologi selama ini. Oleh karena itu, dalam menafsirkan perilaku sosial tersebut, Giddens
menyebutkan dengan istilah hermeneutika-ganda. Yang dimaksud dengan hermenutika ganda
yaitu: analisis relasi dan perbandingan antara teoritik dengan empiris. Lebih jelasnya, Giddens
mengatakan bahwa hermeneutika gand 6:

The intersection of two frames of meaning as a logically necessary part of social science, the
meaningful social world as constituted by lay actors and the metalanguages invented by social
scientists; there is a constant "slippage" from one to the other involved in the practice of the
social sciences.

6 Anthony Giddens, The Constitution of Society: Teori Strukturasi Untuk Analisis Sosial,
Penerjemah Adi Loka Sujono, (Yogyakarta: Pedati, 2003).

Pitirim Sorokin dalam mengembangkan sosiologi menggunakan metode "logico-meaningful".


Metode ini mencakup upaya penemuan prinsip sentral tempat tersusunnya sebuah sistem dan
yang memberi arti terhadap setiap unsurnya. Jadi prinsip sentral ini mengintegrasikan berbagai
subsistem ke dalam satu sistem yang utuh7. Dengan menerapkan prinsip ini, maka praktik
pemanfaatan layanan pengobatan, perlu dipahami dalam kerangka sistem sosial yang lebih luas
lagi. Pandangan ini sejalan dengan apa yang dipahami Emile Durkheim.

Max Weber memberikan keterangan bahwa untuk menafsirkan suatu makna atau arti perlu
dibedakan dua kategori penjelásan, yaitu (1) penjelasan yang berupa pemahaman langsung.
tanpa melakukan pendalaman dan (2) pemahaman yang bersifat penjelasan atau "erklarendes
verstehen". Pada jenis yang kedua ini, seseorang harus melakukan kajian pendalaman terhadap
motivasi dan makna kegiatan dari si pelaku kegiatan itu sendiri. Sehingga penjelasan tersebut
dapat menggali makna dibalik apa yang dilakukan si pelaku8.

Emile Durkheim (1858-1917) berpendapat bahwa dalam melakukan kajian budaya masyarakat,
perlu memahami secara mendalam apa yang terjadi dan bagaimana masyarakat memahami
perilaku sosial-budayanya sendiri. Bahkan dalam mengembangkan analisis antropologisnya
tersebut, Durkheim berpegang pada prinsip kunci "jelaskan fakta sosial dengan fakta sosial yang
lainnya"9.

Dalam memahami fakta sosial pun, sosiologi lebih menekankan pada aspek "apa yang terjadi
(das sein)" dan bukan apa yang seharusnya (das sollen). Oleh karena itu, sosiologi tidak bekerja
untuk menilai namun lebih bertujuan untuk mendeskripsikan. Sudah tentu, pola pikir seperti ini
tidak menafikan pentingnya sikap kritis terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu
pula, dalam mempelajari apa yang terjadi di masyarakat itu, sosiologi bukan hanya melihat apa
yang tampak, tetapi memahami hukum sosial dibalik apa yang tampak. Untuk mencapai tujuan
ini, maka kembali ke konsep sebelumnya, bahwa dalam menggunakan analisis sosiologis ini,
setiap sosiologi dituntut untuk mengembangkan sikap etmik.

Sumber Data

Sumber data dalam kajian sosiologi adalah individu. Adapun unit analisisnya, bisa dilakukan
pada skala individu, kelompok, maupun masyarakat. Hal ini bergantung pada rumusan masalah
dan atau tujuan penelitian itu sendiri. Bila akan melakukan penelitian mengenai pola perilaku
pengasuhan ibu terhadap anak balita, maka unit-analisisnya adalah pada individu. Sedangkan
bila kajian itu difokuskan pada peran masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan, maka
sumber data individu, tetapi unit analisisnya adalah masyarakat atau kelompok.

7 Robert H.Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989). 8 Anthony
Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Penerjemah Soeheba Kramadibrata (Jakarta: UI
Press, 1985).

9 Adam Kupper dan Jesisca Kupper, Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 200),
hlm. 249, Lihat Artikel "Emile Durkehim" oleh Victor Karady.
Konsep yang digunakannya. untuk pendekatan kuantitatif disebut "sampel", sedangkan dalam
pendekatan kualitatif, lebih banyak menggunakan konsep "informan". artinya individu yang
memberikan informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Untuk mendapatkan informan atau sampel penelitian dapat digunakan dengan teknik
pengambilan sampel acak (random sampling), sampel bertujuan (purposive sampling) atau
sampel berdasarkan wilayah dan kelompok (areal and cluster sampling). Penentuan teknik
pengambilan sampel atau informan ini bergantung pada topik dan nujuan penelitian itu sendiri.

Data yang digunakan dalam sosiologi dapat berupa data primer (langsung dari informan) atau
data sekunder (data tidak langsug) misalnya dari hasil penelitian orang lain, statistik yang
dikeluarkan instansi atau opini atau persepsi pihak lain (ahli atau pengamat). Kedua jenis data
tersebut dapat digunakan secara sinergis dan saling melengkapi.

Model Analisis

Sebagai suatu gambaran penyederhanaan, kegiatan proses analisis data yang dilakukan dalam
penelitian kualitatif dapat dilihat dalam ilustrasi yang dibuat Matthew dan Huberman (1992: 20)
¹0

Komponen dan Proses Analisis Data

(Sumber: Mattlhew dan Huberman, 1992, hlm. 20)


Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan
atau sampel. Kemudian data tersebut, dilanjut ke reduksi. Dalam tahap reduksi ini, data dari
informan mungkin disederhanakan atau bila data tersebut cacat (tidak lengkap) untuk
sementara dapat di abaikan.

¹0 Momon Sudarma, Pengambilan Keputusan Masyarakat dalam Memanfaatkan Jasa Pelayanan


Pengobatan Tradisional: Studi Kasus di Masyarakat Kiarucondong-Bandung, Tesis, (Bandung
UNPAD, 2007) dan Michael A. Huberman dan Mathew B. Miles, Analisis Data Kualitatif,
Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992).

Dan setelah itu, data disajikan sebagai data akhir untuk dianalisis. Dengan menganalisis data
yang tersajikan itulah, kemudian simpulan penelitian dapat dilakukan dan sekaligus melakukan
verifikasi balik baik ke data dilapangan maupun ke kerangka teori.

Dalam pelaksanaannya, komponen dan proses pengolahan data dapat dilakukan secara
situasional atau kontekstual. Artinya, dari satu tahap ke tahap lain, dimungkinkan secara timbal
balik, berurutan atau zig-zag ke tahap lainnya. Hal ini dilakukan, untuk melakukan konfirmasi
atau penjelasan terhadap informasi yang disampaikan informan, baik dari informan kunci atau
informan pembanding.

Beberapa Fenomena Sosial

Untuk menggenapkan pembahasan ini, dikemukakan beberapa masalah kesehatan yang bisa
ditinjau dari sudut pandang sosiologi. Berdasarkan analisis dan teori yang dikembangkan dalam
bab-bab sebelumnya, ditemukan beberapa masalah sosiologi kesehatan yang perlu mendapat
perhatian dan penelitian lebih lanjut.

Tema-tema berikut ini, merupakan sebagian dari tema yang relevan untuk dijadikan kajian
sosiologi-kesehatan.

a. Perilaku sehat dan perilaku sakit. Fenomena sosial ini menjadi menarik lagi bila dikaitkan
dengan derasnya modernisasi. Oleh karena itu, kaitan antara nilai lokal, arus modernisasi dan
kebutuhan hidup sehat dengan perilaku sehat atau perilaku sakit menjadi strategis untuk dikaji
ulang.

b. Problema dan pola interaksi sosial antar komponen tenaga medis dengan pasien. Misalnya
analisis terhadap pola interaksi antara dokter-pasien, dokter-perawat, perawat-pasien dan
tenaga medis dengan pasien-keluarga pasien.

c. Kesiapan manajemen rumah sakit dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial. Hal ini
terkait dengan tinggi dan cepatnya proses perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

d. Fenomena praktik dan layanan pengobatan tradisional. Seiring dengan perkembangan zaman
layanan pengobatan tradisional ini, mulai hadir dan memunculkan diri dengan format dan
praktik pelayanan yang berbeda dengan "sistem medis tradisional" sebelumnya.

e. Hal yang jarang diperhatikan pula, yaitu tingkat pemahaman, kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam membangun layanan kesehatan yang sehat, sesuai dengan prosedur
operasional tetap kesehatan serta kaidah hukum kesehatan yang berlaku. Sampai pada saat ini,
belum banyak penelitian yang berusaha keras untuk mengkaji masalah implikasi regulasi
dibidang kesehatan, sosialisasi dan pembinaan kesadaran hukum bagi masyarakat, terhadap
pembangunan budaya hidup sehat.

f. Model layanan dan perawatan kesehatan wilayah. kesehatan marka ini merupakan salah satu
perlatihan pemerintah, namun belum banyak mendapat perhatian dari masyarakat dan atau
tenaga medis. Misalnya kesehatan di lingkungan kerja, kesehatan lingkungan sekolah. kesehatan
di lingkungan pasar. kesehatan daerah perkebunan, kesehatan lingkungan pantai dan lain
sebagainya.

Akhirnya, hal yang perlu diingat kembali bahwa sosiologi atau antropologi kesehatan adalah
sebuah pisau analisis dan pengetahuan pendamping dalam menjalankan praktik kesehatan atau
memanfaatkan layanan kesehatan dan bukan terapi-instan untuk memecahkan masalah
kesehatan.

Dengan memahami konsep, strategi dan metode sosiologi ini diharapkan semua pihak dapat
memanfaatkan ilmu sosiologi dalam meningkatkan efektivitas layanan kesehatan atau
pemanfaatan layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai